Anda di halaman 1dari 27

KASUS MEDIS

HERNIA INGUINALIS

Disusun oleh :

dr. Luthfi Maullana D


Dokter Internsip RSI Sunan Kudus

Pendamping :

dr. Utari, M.M

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN KUDUS
JAWA TENGAH
2021
Nama Peserta : dr. Luthfi Maullana D
Nama Wahana : Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
Topik : Hernia Inguinalis
Tanggal (kasus) : 8 Juni 2021 Presenter : dr. Luthfi Maullana D
Tanggal Presentasi : 24 Juni 2021 Pendamping : dr. Utari, M.M

Tempat Presentasi : Rumah Sakit Islam Sunan Kudus


Obyek presentasi :
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa  Lansia Bumil
Bahan Bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas: Diskusi Presentasi E-mail Pos
dan diskusi
Data Pasien: Nama : KASELIN
Umur : 73 Tahun
No.RM : 233231
Alamat : Baleadi 02/05 Sukolilo Pati

Nama DPJP DPJP: dr. Tri Joko W, Sp.B


ANAMNESIS
Keluhan Utama : Benjolan di lipatan paha kiri
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien sejak 3 bulan muncul benjolan di lipatan paha
kirinya, awalnya benjolan tersebut kecil. Jika pasien berdiri dan mengejan benjolan tersebut
keluar, namun dapat dimasuk lagi.. Benjolan tidak pernah nyeri. Namun sejak 1 hari yang lalu
benjolan itu membesar, susah dimasukan lagi dan terasa nyeri. BAB dan BAK dalam batas
normal. Mual (-), muntah (-)
Riwayat Penyakit Dahulu :
• Riwayat sakit serupa sebelumnya disangkal
• Riwayat alergi obat dan makanan disangkal
• Riwayat opname disangkal
1. Riwayat Penyakit Keluarga :
• Riwayat keluarga dengan keluhan serupa disangkal
• Riwayat alergi obat dan makanan disangkal

PEMERIKSAAN FISIK

KU : Tampak Sakit Kesadaran: Composmentis


VS : TD : 120/80 x/menit RR : 20 x/menit
N : 88 x/menit T : 36,4ºC
SpO2 : 99%

Status generalis:
Kepala:
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : tidak ada secret/bau/perdarahan
Telinga : tidak ada secret/bau/perdarahan
Mulut : bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat.
Leher:
Dalam batas normal
Thoraks:
Cor: Dalam Batas Normal
Pulmo:
I: Simetris, tidak ada retraksi
P: Fremitus raba normal
P: Sonor
A: Vesikuler +/+, Ronkhi -/- Wheezing -/-

Abdomen:
I: Datar
A: bising usus (+) normal
P: tympani
P: soepel, tidak ada nyeri tekan
Status Lokalis:
Regio inguinalis Sinistra :
Inspeksi: terdapat benjolan di bawah lig.inguinale, diameter 8 cm x 4 cm, permukaan rata,
warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan.
Palpasi: tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, tidak dapat dimasukkan,
transluminasi (-).
Auskultasi : bising usus (+).

Massa (+) diameter ±


8cmx4c,kenyal,
transluminasi (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Lengkap (8 Juni 2021)
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 14,5 gr/dl 13,2 – 17,3
Hematokrit 43,1 % 40 – 52
Leukosit 8,9 ribu/mm3 3,8 – 10,6
Trombosit 252 ribu/mm3 150 – 400
Eritrosit 4,60 juta/mm3 4,4 – 5,9
MCV 94,0 fL 80 – 100
MCH 31,4 pg 26 – 34
MCHC 33,6 g/dL 32 – 36
Eosinofil 6,5 % 2–4
Basofil 1,3 % 0–1
Segmen 66,1 % 28 – 78
Limfosit 19,2 % 25 – 40
Monosit 6,9 % 2–8
Neutrofil Absolut 5,88 103/uL
Limfosit Absolut 1,71 103/uL
NLR 3,44
Golongan Darah O+

DIAGNOSIS
Hernia inguinalis lateralis sinistra inkarserata

TATALAKSANA AWAL IGD

- Inf. RL 20 tpm
- Inj. Norages 1 amp iv
- Inj. Ranitidine 1 amp iv
Advis dr. Tri Joko W, Sp.B
- Inj. Ceftriaxone 1 gr iv
- Inf. Metronidazole 100ml
- Inj. Ketorolac 1 amp
- Rencanakan operasi repair of inguinal hernia

PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
LEMBAR FOLLOW UP
Waktu Observasi Terapi
8 Juni 2021 S/ Nyeri pada luka bekas operasi Advis dr. Tri Joko W, Sp.B
O/ TD : 120/80 x/menit -Inj.Tramadol 100mg

N : 88 x/menit -Inj.Ketorolac /12jam

RR : 20 x/menit
t : 36,4ºC
SpO2 : 99%
A/ Hernia inguinalis sinistra inkarserata post
hernioraphy(H1)

9 Juni 2021 S/ Nyeri pada luka bekas operasi Advis dr. Tri Joko W, Sp.B
O/ Td : 125/83 -Inf. RL 20 tpm

N : 94 x/menit -Inf. Metronidazole 100ml

RR: 24 x/menit -Inj.Ceftriaxone /12jam


-Inj.Ketorolac /12jam
t : 36,1 C
SpO2 : 99%
A/ Hernia inguinalis sinistra inkarserata post
hernioraphy(H2)

10 Juni S/ Perut Kembung Advis dr. Tri Joko W, Sp.B


2021 O/ Td : 130/80 -Asam mefenamat 3x500mg

(Pulang) N : 82 x/menit -Amoxicilin 3x500mg

RR: 20 x/menit
t : 36,4 C
SpO2 : 99%
A/ Hernia inguinalis sinistra inkarserata post
hernioraphy(H3)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Batasan
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian yang lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen,
isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia.

Gambar 1. Anatomi anterior


Gambar 2. Anatomi posterior

1.2 Klasifikasi
1. Berdasarkan terjadinya:
a. Hernia kongenital:
- Hernia kongenital sempurna: karena adanya defek pada tempat-
tempat tertentu.
- Hernia kongetital tak sempurna: bayi dilahirkan normal (kelainan
belum tampak) tetapi mempunyai defek pada tempat-tempat
tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir akan terjadi
hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intra abdominal.
b. Hernia akuisita

2. Berdasarkan klinis:
a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Dapat
direposisi tanpa operasi.
b. Hernia irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat kembali
ke cavum abdominal kecuali dengan bantuan operasi. Tidak ada
keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan usus. Jika telah mengalami
perlekatan organ disebut hernia akreta.
c. Hernia strangulata: hernia dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi
viscera yang terperangkap dalam kantung hernia (isi hernia). Pada
keadaan sebenarnya gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat
jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari
bendungan sampai nekrosis.
d. Hernia inkarserata: isi kantong terperangkap, terjepit oleh cincin
hernia, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, dan sudah disertai
tanda-tanda ileus mekanis (usus terjepit sehingga aliran makanan tidak
bisa lewat).
3. Berdasarkan arah hernia:
a. Hernia eksterna:
Hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena menonjolnya
ke arah luar, misalnya:
- Hernia inguinalis medialis (15%) dan lateralis (60%)
- Hernia femoralis
- Hernia umbilicalis
- Hernia epigastrika
- Hernia lumbalis
- Hernia obturatoria
- Hernia semilunaris
- Hernia parietalis
- Hernia ischiadica
Gambar 3. Hernia eksterna

Gambar 4.
b. Hernia interna:
Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum thorax, bursa
omentalis, atau masuk ke dalam recessus dalam cavum abdomen.
Pada cavum abdominalis:
- Hernia epiploica Winslowi
- Hernia bursa omentalis
- Hernia mesenterika
- Hernia retro peritonealis
Pada cavum thorax:
- Hernia diafragmatika traumatika
- Hernia diafragmatika non-traumatika:
 Kongenital: misalnya hernia Bochdalek dan hernia Morgagni
 Akuisita: misalnya hernia hiatus esophagus

Hernia Regio Inguinalis

1.1 Definisi.

 Hernia inguinalis adalah hernia yang paling sering kita temui. Menurut patogenesisnya
hernia ini dibagi menjadi dua, yaitu hernia inguinalis lateralis (HIL) dan hernia inguinalis
medialis (HIM). Ada juga yang membagi menjadi hernia inguinalis direk dan hernia
inguinalis indirek. Meskipun terapi terbaik pada hernia ini adalah sama yaitu herniotomi
dan herniorafi, tapi penting untuk mengetahui perbedaannya karena akan mempengaruhi
pada teknik operasinya nanti.

Hernia inguinalis lateralis timbul karena adanya kelemahan anulus intenus sehingga
organ-organ dalam rongga perut (omentum, usus) masuk ke dalam kanalis inguinalis dan
menimbulkan benjolan di lipat paha sampai skrotum. Sedangkan hernia ingunalis medialis
timbul karena adanya kelemahan dinding perut karena suatu sebab tertentu. Biasanya
terjadi pada segitiga hasselbach. Secara anatomis intra operatif antara HIL dan HIM
dipisahkan oleh vassa epigastrika inferior. HIL terletak di atas vassa epigastrika inferior
sedang HIM terletak di bawahnya
a.Kanalis inguinalis

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniomedial oleh annulus internus yang merupakan


bagian terbuka dari fascia transversalis dan apponeurosis m. transverses
abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum kanal ini dibatasi
dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari appoeurosisi m.
obliges eksternus. Atapnya adalah apponeurosis m. obliges eksternus , dan di
dasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada laki –laki
dan ligamentum rotundum pada perempuan

1.3 Etiologi
Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran yang normal. Pada fetus, bulan
kedelapan dari kehamilan terjadi descensus testiculorum. Penurunan testis yang sebelumnya
terdapat di rongga retroperitoneal, dekat ginjal, akan masuk kedalam skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang dikenal sebagai processus vaginalis peritonei. Pada umumnya, ketika
bayi lahir telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanal tersebut.
Biasanya obliterasi terjadi di annulus inguinalis internus, kemudian hilang atau hanya berupa tali.
Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup yang hasilnya ialah terdapatnya hernia didaerah
tersebut.
Setelah dewasa kanal tersebut telah menutup. Namun karena daerah tersebut ialah titik lemah,
maka pada keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen kanal itu dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis akuisita. Sementara di usia ini seseorang lebih
produktif dan melakukan banyak aktivitas. Sehingga penyebab hernia pada orang dewasa ialah
sering mengangkat barang berat, juga bisa oleh karena kegemukan, atau karena pola makan yang
tinggi lemak dan rendah serat sehingga sering mengedan pada saat BAB.
Hernia pada orang tua terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan semakin lemahnya tempat
defek. Biasanya pada orang tua terjadi hernia medialis karena kelemahan trigonum Hesselbach.
Namun dapat juga disebabkan karena penyakit-penyakit seperti batuk kronis atau hipertrofi
prostat.

.
1.4 Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul,
muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan
tekanan intra-abdomen seperti mengangkat barang atau batuk, benjolan ini
hilang pada waktu berbaring atau dimasukkan dengan tangan (manual). Terdapat
faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya hernia. Dapat terjadi gangguan
passage usus (obstruksi) terutama pada hernia inkarserata. Nyeri pada keadaan
strangulasi, sering penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit dengan
keadaan ini.

2. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum inguinale di
medial vena femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Benjolan tersebut
berbatas atas tidak jelas, bising usus (+), transluminasi (-).
Gejala/tanda Obstruksi usus pada Nekrosis/gangren pada
hernia inkarserata hernia strangulata
Nyeri Kolik Menetap
Suhu badan Normal Normal/meninggi
Denyut nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
Leukosit Normal Leukositosis
Rangsang peritoneum Tidak ada Jelas
Sakit Sedang/berat Berat sekali/toksik
Tabel 1. Hernia inkarserata dengan obstruksi usus dan hernia strangulata yang
menyebabkan nekrosis atau ganggren
Teknik pemeriksaan

Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus) dan mengikuti


jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui annulus inguinalis
subcutan (externus) sampai scrotum.  Mempunyai LMR ( Locus Minoris Resistentie Secara
klinis HIL dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu
finger test, Ziemen test dan Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut :

Pemeriksaan Finger Test :

1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.


2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus
eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:

  Bila impuls diujung jari berarti Hernia


Inguinalis Lateralis.
  Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis
Medialis.

 Gambar 6

Pemeriksaan Ziemen Test :

1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan


dulu (biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan
kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan
pada :

  jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.


  jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
  jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar 7  

Pemeriksaan Thumb Test :

 Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

1.5 Diagnosis Banding


1. Limfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan sumber infeksi di
tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari tingkat umbilikus.
2. Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak
preperitoneal pada hernia femoralis.
3. Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol di
fosa ovalis.
Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat
hubungannya dengan aktivitas seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang
disertai dengan peninggian tekanan intra-abdomen, sedangkan penyakit lain
seperti limfadenitis femoralis tidak berhubungan dengan aktivitas demikian

1.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan

1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi.
a.Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien
anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia
dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak
inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan
lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang
lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan
kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk
operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam
jam harus dilakukan operasi segera. Pada tindakan reposisi ini posisi penderita
dapat dilakukan denagn posisi seperti pada gambar :
Gambar 11 : Reposisi dengan posisi trendelenburg

b. Bantalan penyangga ( sabuk Truss)

Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah


direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdipakai seumur hidup.
Namun cara yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai

sekarang.
Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain
merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan
strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan
atrofitestis karena tekanan pada funikulus spermatikus yang mengandung
pembuluh darah dari testis

2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia
adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
 
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong
hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Indikasi :

1. Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)


2. Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)
3. Hernia Reponabilis  dilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan (elektif)
4. Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi (HIL,Femoralis)

Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan inkarserasi / strangulasi. Herniotomy
pada dewasa lebih dulu faktor-faktor penyebab harus dihilangkan dulu, misal BPH harus dioperasi
sebelumnya.

Tehnik Operasi

 Incisi inguinal 2 jari medial SIAS sejajar ligamentum inguinale ke tuberculum


pubicum
 Incisi diperdalam sampai sampai nampak aponeurosis MOE : tampak crus medial
dan lateralis yang merupakan anulus eksternus
 Aponeurosis MOE dibuka kecil dengan pisau , dengan bantuan pinset anatomis
dan gunting dibuka lebih lanjut ke kranial sampai anulus internus dan ke kaudal
sampai membuka annulus inguinalis eksternus. Hati2 dengan N.Ilioinguinalis dan
N.Iliohypogastrik. M.cremaster disiangi sampai nampak funiculus spermaticus
 Funiculus dibersihkan dicantol dengan kain kasa dibawa ke medial, sehingga
nampak kantong peritoneum
 Peritoneum dijepit dengan 2 bh pinset kemudian dibuka selanjutnya usus
didorong ke cavum abdomen dengan melebarkan irisan  ke proksimal sampai leher
hernia, kantong sebelah distal dibiarkan
 Leher hernia dijahit dengan kromik dan puntung ditanamkan di bawah conjoint
tendo dan digantungkan
 Selanjutnya dilakukan hernioplasty secara :

Ferguson
Funiculus spermaticus ditaruh disebelah dorsal MOE dan MOI abdominis. MOI & transversus dijahitkan pada
ligamentum inguinale dan meletakkan funiculus di dorsalnya. kemudian aponeurosis MOE dijahit kembali,
sehingga tidak ada lagi canalis inguinalis.

Bassini
MOI dan transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinal, Funiculus diletakkan disebelah
ventral, aponeurosis MOE tidak dijahit, sehingga canalis inguinalis tetap ada.
Kedua musculus berfungsi memperkuat dinding belakang canalis,sehingga LMR hilang

Gambar 13:

Teknik bassini

Halsted
Dilakukan penjahitan MOE, MOI dan m.transversus abdominis, untuk memperkuat / menghilangkan LMR.
Funiculus spermaticus diletakkan di subcutis
Cara Ferguson dan Bassini dilakukan pada orang dewasa. Cara Halsted dilakukan pada orang tua, supaya
dinding perut lebih kuat

 Kemudian luka ditutup lapis demi lapis

1. Aponeurosis MOE jahit simpul dengan cromic catgut


2. Subcutan fat dijahit simpul dengan catgut
3. Kulit dijahit dengan zyde secara simpul

Tehnik operasi Herniotomi – Herniorafi Lichtenstein

Hernia inguinalis lateralis dan medialis:

1. Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum, spinal anestesi atau
anestesi lokal

2. Dilakukan insisi oblique 2 cm medial sias sampai tuberkulum pubikum

3. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE (Muskulus Obligus Abdominis


Eksternus)

4. Aponeurosis MOE dibuka secara tajam

5. Funikulus spermatikus dibebaskan dari jaringan sekitarnya dan dikait pita dan kantong
hernia

diidentifikasi

6. Isi hernia dimasukan ke dalam cavum abdomen, kantong hernia secara tajam dan
tumpul sampai

anulus internus

7. Kantong hernia diligasi setinggi lemak preperitonium , dilanjutkan dengan herniotomi

8. Perdarahan dirawat, dilanjutkan dengan hernioplasty dengan mesh

9. Luka operasi ditutup lapis demi lapis

Komplikasi
Durante Operasi

 Lesi funiculus spermaticus


 Lesi usus, vu, vasa epigastrica inferior, vasa iliaca ekterna
 Putusnya arteri Femoralis

Post Operasi

 Hematom, Infeksi, Wound dehisiensi


 Atropi testes
 Hydrocele
 Rekurens

b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode
hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus,
menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus
internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint
tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia
tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper
pada metode Mc Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan
pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup
defek.

Shouldice
Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar tehnik Shouldice adalah Bassini multi layer, di
klinik khusus hernia Shouldice digunakan kawat baja no 32 atau 34 untuk menjahit defek
dinding posterior kanal inguinal. Tetapi penggunaan benang monofilamen sintetis non
absorbsi lebih biasa dipakai diluar Toronto. Adapun tahapan hernioplasty menurut
Shouldice:
Langkah pertama:
Setelah dilakukan insisi garis kulit sampai fasia, dengan preparasi saraf ilioinguinal dan
iliohipogastrika, bebaskan funikulus dari fasia transversalis sampai ke cincin interna,
membuang kantong dan ligasi setinggi mungkin.
Dilanjutkan dengan memotong fasia transversalis dan membebaskan lemak pre
peritoneal.

Gambar 14 :

Gambar 15 :

Langkah berikutnya dilakukan rekonstruksi dinding belakang inguinal dengan jahitan


jelujur membuat suatu flap dari tepi bawah fasia ke bagian belakang flap superior,
usahakan titik jahitan tidak segaris dengan jarak 2-4 mm. Bagian flap superior yang
berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya dengan jelujur membentuk lapisan
ke dua (gambarA). Demikian seterusnya

gambar 16

dengan menjahit
tendon konjoin ke ligamentum inguinal
membentuk lapisan ke tiga (gambar B). Kemudiaan
penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk lapisan ke empat (gambar C).

Bagian flap superior yang berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya dengan
jelujur membentuk lapisan ke dua (gambarA). Demikian seterusnya dengan menjahit
tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk lapisan ke tiga (gambar B).
Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk lapisan ke empat
(gambar C).

Lichtenstein Tension free


Tehnik pemasangan mesh pada Lichtenstein seperti berikut (Wexler, 1997) : Dilakukan
terlebih dahulu herniotomi
2. Letakkan bahan mesh ukuran 10x5 cm diletakkan di atas defek, disebelah bawah
spermatik kord.
3. Dilakukan penjahitan dengan benang non absorbsi 3-0 ke arah :
- Medial : perios tuberkulum pubikum.
- Lateral : melingkari spermatik kord.
- Superior : pada konjoin tendon.
- Inferior : pada ligamentum inguinal.

Gambar 17 : setelah pemasangan mesh

Karena penjahitan pada tehnik Shouldice dilakukan cara jelujur tidak terputus pada titik
yang berbeda kesegarisannya menyebabkan tarikan yang terjadi menyebar dan
terdistribusi dibanyak titik sehingga rasa nyeri menjadi tidak dominan disatu tempat. Hal
inilah yang menyebabkan keluhan rasa nyeri pasca operasi menjadi lebih ringan dibanding
tehnik konvensional lainnya (Abrahamson, 1997).
Penggunaan material sintetis sebagai penutup defek miopektineal dinding belakang
kanalis inguinal memerlukan persyaratan tertentu, prostesis yang dipakai harus cukup
kuat sebagai penyangga, tidak bersikap alergen, mempunyai potensi untuk menimbulkan
respon inflamasi dan cepat berintegrasi dengan jaringan sekitar. Agar integrasi menjadi
solid, prostesis berupa anyaman yang berpori sehingga jaringan tumbuh diantara pori-
pori tersebut. Polypropylene mesh dikategorikan memiliki sifat tersebut serta mampu
bersifat permanen sehingga tidak diperbolehkan kontak langsung dengan organ visera
karena akan menimbulkan perlengketan serta obstruksi atau pembentukan fistula. Saat
ini polypropylen mesh dipilih sebagai prostesis baku dalam petatalaksanaan hernio plasty
(Wexler, 1997).
Hernioplasty dengan polypropylene mesh mencegah terjadinya peregangan sewaktu
rekonstruksi dinding belakang kanalis inguinal sehingga perasaan nyeri pasca operasi
dapat berkurang dengan nyata. Diikuti pemulihan dan kembali kepada aktivitas rutin yang
lebih dini, serta pencegahan rekurensi jangka panjang. Pemulihan dan kemampuan kerja
setelah operasi ternyata sangat dipengaruhi oleh rasa sakit (Callesen, 1999). Bax (1999)
melaporkan dengan polypropylene mesh lebih dari 60% pekerja kasar dan lebih dari 90%
pekerja kantoran telah dapat bekerja dalam 10 hari. Ismail (2000) melaporkan 74 %
penderita telah kembali mengemudikan mobil dalam 10 hari, 49 % diantaranya dalam 7
hari.
Untuk mencegah rekurensi jangka panjang penggunaan material harus cukup lebar
untuk menutup seluruh defek miopektineal (dengan ukuran 10 x 5 cm), tidak
terjadi lipatan-lipatan, melingkari bagian dari spermatik kord di daerah kanalis
inguinal interna

1.7 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Isi hernia dapat tertahan di dalam kantong hernia pada hernia irreponibilis, hal ini
terjadi jika hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ
ekstraperitoneal, atau hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinik kecuali
berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
hernia strangulata yang menimbulkan obstruksi usus yang sederhana. Jepitan
cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong
hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri
dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal,
fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata. Mual,
muntah, dan nyeri abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia strangulata.
Hernia strangulata merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa (gawat
darurat) yang membutuhkan pembedahan segera.

1.8 Prognosis
Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik. Angka
kekambuhan setelah pembedahan kurang dari 3%.

Anda mungkin juga menyukai