DISUSUN OLEH :
1. ADIK RIA WARDANI (201602001)
2. BELLA DESI VITA (201602007)
3. DISYE DRATISTIANA D (201602012)
4. NI KETUT LEDI W (201602026)
5. SOFA AMALIA (201602039)
6. M. KHOIRUR ROFIQ (201402063)
BANYUWANGI
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan
akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang
menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus
dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger
eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan
miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang
menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila
terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia
urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine
(kencing tertahan).
3
2. Tujuan Khusus
Tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya sebagai berikut :
a) Memahami tentang pengertian dari Retensi urine
b) MemahamikembalianatomidanfisiologiPerkemihan
c) MemahamitentangetiologidariRetensi urine
d) Memahamitentangfaktor resiko dari Retensi urine
e) MemahamitentangklasifikasidariRetensi urine
f) Memahamitentangpatofisiologi/pathway dariRetensi urine
g) MemahamitentangmanifestasiklinisdariRetensi urine
h) MemahamikomplikasidariRetensi urine
i) MemahamitentangpemeriksaandiagnosadariRetensi urine
j) MemahamitentangpenatalaksanaanmedisdariRetensi urine
k) Memahami tentang pencegahan dari Retensi urine
l) Memenuhi tugas matakuliah Sistem perkemihan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Sistem urinaria bagian bawah terdiri atas buli-buli dan uretra yang
keduanya harus bekerja secara sinergis untuk dapat menjalankan fungsinya
dalam menyimpan (storage) dan mengeluarkan (voiding) urine. Buli-buli
merupakan organ berongga yang terdiri atas mukosa, otot polos destrusor,
dan serosa. Pada perbatasan antara buli-buli dan uretra, terdapat sfingter
uretra interna yang terdiri atas otot polos. Sfingter interna ini selalu tertutup
pada saat fase miksi atau pengeluaran (evacuating). Disebelah distal dari
uretra posterior terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri atas otot bergaris
dari otot dasar panggul. Sfingters ini membuka pada saat miksi sesuai dengan
perintah dari korteks serebri. (buku dasar-dasar urologi)
Pada fase pengisian, terjadi relaksasi otot destrusor dan pada fase
pengeluaran urine terjadi kontraksi otot detrusor. Selama pengisian urine,
buli-buli mampu untuk melakukan akomodasi yaitu meningkatkan
volumenya dengan mempertahankan tekanannya dibawah 15 cm H2O, sampai
volumenya cukup besar. (buku dasar-dasar urologi )
2.3 ETIOLOGI
Adapun penyebab dari penyakit retensio urine adalah sebagai berikut:
1. Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis S2
S4 setinggi T12L1.Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik
sebagian ataupun seluruhnya, misalnya pada operasi miles dan mesenterasi
pelvis, kelainan medulla spinalis, misalnya miningokel,tabes doraslis, atau
spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat.
2. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada
pasien DM atau penyakit neurologist, divertikel yang besar.
6
5. Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik (atropine),
preparatantidepressant antipsikotik (Fenotiazin), preparat antihistamin
(Pseudoefedrin hidroklorida= Sudafed), preparat penyekat β adrenergic
(Propanolol), preparat antihipertensi (hidralasin)
7
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Pada retensi urin akut di tandai dengan nyeri, sensasi kandung kemih
yang penuh dan distensi kandung keimih yan ringan. Pada retensi kronik
ditandai dengan gejala iritasi kandung kemih ( frekuensi,disuria,volume
sedikit) atau tanpa nyeri retensi yang nyata.
Adapun tanda dan gejala dari pnyakit retensi urin ini adalah :
2.6 PATOFISIOLOGI
Secara garis besar penyebab retensi dapat dapat diklasifikasi menjadi 5 jenis
yaitu :
1. Obstruksi
2. Infeksi
3. Farmakologi
4. Neurologi
8
5. Faktor trauma
Obstruksi pada saluran kemih bawah dapat terjadi akibat faktor
intrinsik atau faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik berasal dari sistem saluran
kemih dan bagian yang mengelilinginya seperti pembesaran prostat jinak,
tumor buli-buli, striktur uretra, phimosis, paraphimosis, dan lainnya.
Sedangkan faktor ekstrinsik, sumbatan berasal dari sistem organ lain,
contohnya jika terdapat massa di saluran cerna yang menekan leher buli-buli,
sehingga membuat retensi urine. Dari semua penyebab, yang terbanyak
adalah akibat pembesaran prostat jinak. Penyebab kedua akibat infeksi yang
menghasilkan peradangan, kemudian terjadilah edema yang menutup lumen
saluran uretra. Reaksi radang paling sering terjadi adalah prostatitis akut,
yaitu peradangan pada kelenjar prostat dan menimbulkan pembengkakan
pada kelenjar tersebut. Penyebab lainnya adalah uretritis, infeksi herpes
genitalia, vulvovaginitis, dan lain-lain. 3 Medikasi yang menggunakan bahan
anti kolinergik, seperti trisiklik antidepresan, dapat membuat retensi urine
dengan cara menurunkan kontraksi otot detrusor pada bulibuli.
Obat-obat simpatomimetik, seperti dekongestan oral, juga dapat
menyebabkan retensi urine dengan meningkatkan tonus alpha-adrenergik
pada prostat dan leher bulibuli. Dalam studi terbaru obat anti radang non
steroid ternyata berperan dalam pengurangan kontraksi otot detrusor lewat
inhibisi mediator prostaglandin. Banyak obat lain yang dapat menyebabkan
retensi urine.
Secara neurologi retensi urine dapat terjadi karena adanya lesi pada
saraf perifer, otak, atau sumsum tulang belakang. Lesi ini bisa menyebabkan
kelemahan otot detrusor dan inkoordinasi otot detrusor dengan sfingter pada
uretra.
Penyebab terakhir adalah akibat 5 trauma atau komplikasi pasca
bedah. Trauma langsung yang paling sering adalah straddle injury, yaitu
cedera dengan kaki mengangkang, biasanya pada anak-anak yang naik sepeda
dan kakinya terpeleset dari pedalnya, sehingga jatuh dengan uretra pada
bingkai sepeda.
9
2.7 KOMPLIKASI
1. Urolitiasis atau nefrolitiasis
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis
renal, sedangkan urolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem
urinarius. Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus
urinarius. Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi
tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat.
2. Pielonefritis
Pielonefritis adalah radang pada ginjal dan saluran kemih bagian
atas. Sebagian besar kasus pielonefritis adalah komplikasi dari infeksi
kandung kemih (sistitis). Bakteri masuk ke dalam tubuh dari kulit di
sekitar uretra, kemudian bergerak dari uretra ke kandung kemih. Kadang-
kadang, penyebaran bakteri berlanjut dari kandung kemih dan uretra
sampai ke ureter dan salah satu atau kedua ginjal. Infeksi ginjal yang
dihasilkan disebut pielonefritis.
3. Hydronefrosis
4. Pendarahan
5. Ekstravasasi urine
Table urinalitis
10
N Pemeriksaan Normal Abnormal
o.
Warna Kekuning- Merah: Menunjukkan hematuri (kemungikan obstruksi
kuningan urin kalkulus, renalis tumor, kegagalan ginjal )
Kejernihan Jernih Keruh: Terdapat kotoran, sendi membakteri (infeksi
urinaria)
Bobotjenis 1.003- Biasanya menunjukan intake cairan semakin sedikit iritan
100351 cairan semakin tinggi bobot jenis
Bila bobot jenih tetap rendah (1.010-1.014) di duga
terdapat penyakit ginjal.
Protein 0-8 mg/dl Protein uria dapat terjadi karena diet tinggi protein dan
karena banyak gerakan (terutama yang lam )
Gula 0 Terlihat pada penyakit renal
11
2.9 PENATALAKSANAAN
Bila diagnosis retensi urin sudah ditegakkan secara benar, penatalaksanaan
ditetapkan berdasarkan masalah yang berkaitan dengan penyebab retensi
urinnya.
Pilihannya adalah
1. Kateterisasi
2. Sistostomi suprapubik
3. Pungsi suprapubik
12
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
a. Primary Survey
1. Identitas
Nama, Umur, Jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pekerjaan,
pendidikan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit.
2. Kesadaran
3. Keluhan utama
Biasanya klien merasakan rasa tidak enak pada uretra kemudian di ikuti
nyeri ketika berkemih atau nyeri saat kencing.
4. Airway
Pada retensi urine yang menyebabkan gangguan pada airway
biasanya disertai dengan adanya fraktur tulang belakang. Perlu
diwaspadai adanya fraktur servikal karena pada trauma atau cedera
berat harus dicurigai adanya cidera korda spinalis. Gerakan berlebihan
juga dapat menyebabkan kerusakan neurologic akibat kompresi yang
terjadi pada fraktur tulang belakang, setiap kasus multi trauma, proses
kejadian yang mendukung/biomekanik trauma.
13
5. Breathing
Hipoksia dapat terjadi akibat ventilasi yang tidak adekuat dan
kurangnya oksigen di jaringan. Setelah dibebaskan airway kualitas dan
kuantitas ventilasi harus dievaluasi dengan cara lihat, dengar, dan
rasakan. Jika tidak bernapas maka segera diberikan ventilasi buatan.
Jika penderita bernapas perkirakan kecukupan bagi penderita.
Perhatikan gerakan nafas dada dan dengarkan suara napas penderita jika
tidak sadar. Frekuensi nafas atau Respiratory Rate (dewasa) dapat
dibagi menjadi:
6. Circulation
Kegagalan system sirkulasi merupakan ancaman kematian yang
sama dengan kegagalan system pernapasan. Oksigen sel darah merah
tanpa adanya distribusi ke jaringan tidak akan bermanfaat bagi
penderita. Perkiraan status kecukupan output jantung dan
kardiovaskular dapat diperoleh hanya dengan memeriksa denyut nadi,
masa pengisian kapiler, warna kulit dan suhu kulit.
1. Denyut Nadi
Jika denyut nadi arteri radialis tidak teraba, penderita agaknya
telah masuk ke dalam fase syok tak terkompensasi.
2. Kulit
Masa pengisian kapiler: pemeriksaan singkat perihal masa
pengisian kapiler dilakukan dengan cera menekan bantalan
14
kuku ini berguna dalam memperkirakan aliran darah melalui
bagian paling distal dari sirkulasi. Waktu pengisian kapiler
>2 detik menandakan bantalan kapiler tidak menerima
perfusi yang adekuat, namun pengisian kapiler juga dapat
dipengaruhi oleh usia tua, suhu rendah, penggunaan
vasodilator atau vasokontriktor atau adanya syok spinal.
Warna: perfusi yang adekuat menghasilkan warna kulit
merah muda (pada kulit putih), warna kulit gelap
mempersulit dalam penilaian. Warna kebiruan menandakan
oksigenasi tidak sempurna, sedangkan pucat menanakan
pergusi yang buruk.
Suhu: suhu dingin menandakan penurunan perfusi oleh
apapun sebabnya
Kelembaban: kulit kering menandakan perfusi baik, kulit
lembab dihubungkan dengan keadaan syok dan penurunan
perfusi.
Perdarahan: kontrol cepat terhadap kehilangan darah adalah
tujuan paling penting dalam memberikan pertolongan
penderita trauma.
b. Secondary Survey
D : Disability (kesadaran)
Tingkat kesadaran dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
(GCS). GCS adalah skala yang penting untuk evaluasi pengelolaan
jangka pendek dan panjang penderita trauma. Pengukuran GCS
dilakukan pada secondery survey, hal ini dapat dilakukan jika petugas
memadai.
Penilaian tanda lateralisasi: pupil (ukuran, simetris dan reaksi
terhadap cahaya, kekuatan tonus otot (motorik). Pemeriksaan pupil
berperan dalam evaluasi fungsi cerebral. Pupil yang normal dapat
digambarkan dengan PEARL (Pupils, Equal, Round Reactive to
15
Light) atau pupil harus simetris, bundar dan bereaksi normal
terhadap cahaya.
E : Exposure
Buka pakaian penderita untuk memeriksa cedera agat tidak
melewatkan memeriksa seluruh bagian tubuh terlebih yang tidak terlihat
secara sepintas. Jika seluruh tubuh telah diperiksa, penderita harus
ditutup untuk mencegah hilangnya panas tubuh. Walaupun penting
untuk membuka pakian penderita trauma untuk melakukan penelaian
yang efektif, namun hipoteria tidak boleh dilupakan dalam pengelolaan
penderita trauma.
F : Folley Catheter
Pemasangan foley cateter adalah untuk evaluasi cairan yang
masuk. Input cairan harus dievaluasi dari hasil output cairan urin. Output
urine normal
G : Gastric Tube
16
H : Heart Monitor and pulse oksimetri
S : Simptomp
Retensi urin biasanya didapatkan gejala sulit BAK, distensi
abdomen, nyeri saat BAK,
A : Alergic
Retensi urine biasanya terjadi pada pasien yang
mengkonsumsi obat
M : Medications
Obat-obatan golongan anti histamine, dekongestan, pseudo
evedrin, antikolinergik, anti depresan, dan fenilefrin dapat
menyebabkan ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih
secara keseluruhan.
P : Post Illnes
Riwayat penyakit seperti BPH pada laki-laki dan post
partum pada perempuan.
L : Last meal
Salahsatu makanan yang dapat menyebabkan retensi urine
yaitu jengkol karena apabila terlalu banyak mengkonsumsi jengkol
kandungan asam jengkolat yang menumpuk disaluran kemih.
Kristal asam jengkolat yang mengendap di saluran kemih akan
menyebabkan sumbatan.
E : Event
Riwayat pasien dengan post partum, trauma pelvis, faktor
usia dikarena kan penurunan fungsi organ, dan adanya penyakit
penyerta seperti BPH, batu ginjal.
17
3.2 ANALISA DATA
N Masalah Etiologi Diagnosa
O Keperawatan
1 Data subjektif Kerusakan pusat miksi di Retensi urine
medula spinalis (Kerusakan
a. Klien mengeluhkan mengendan
eleminasi urine
pada saat berkemih
b. Klien mengeluh kandung kemih Kerusakan simpatis dan
trasa penuh parasimpatis sebagian atau
seluruhnya
c. Klien mengeluhkan tidak dapat
berkemih
d. Klien mengeluh urinnya keluar Tidak terjadi koneksi
sedikit-sedikit. dengan otot detrusor
Data objektif :
Pengeluaran urin sedikit Menurunnya relaksasi otot
spinkter
Distensi visuka urinaria
Pengeluaran urin < 1500 ml / hari
Obstruksi uretra
Dilatasi bladder/distensi
abdomen
Retensi urin
2. Data subjekif : Faktor penyebab Nyeri akut
a. Klien mengeluh nyeri Retensi urin
pada saat berkemih
Distensi vesika urinaria
b. Klien mengeluh tidak
Menekan saraf disekitar
bisa tidur dan istirahat
Merangsang pengeluaran
18
c. Klien mengeluh bradikinin,serotinin,
berkemih dengan cara postaglandin
mengejan
Impuls nyeri di sampaikan
Data objektif : ke thalamus
a. Nyeritekandaerahsuprap Nyeri di persepsikan
ubik
b. Gelisah
c. Distensivesikaurinaria
Ekspresiwajahmeringissaatneritimbul
Perawat :
Observasi jumlah urin, warna
urin
Lakukan pemasangan
kateterisasi urinary
Control input dan output dalam
24jam
Kolaborasi :
Kolaborasi pemasangan
irrigasi bledder
Kolaborasi dalam pemeriksaan
laboratorium fungsi BAK
Kolaborasi pemberian obat
deuretik
Edukasi :
Anjurkan pasien minum air
putih yang banyak, hindari
minum yang pekat-pekat
Nyeri akut - Peningkatan Mandiri :
kenyamanan Ajarkan pasien untuk
- Perilaku kontrol nyeri melakukan teknik distraksi
19
- Penurunan tingkat nyeri relaksasi seperti menarik nafas
dalam.
Ajarkan keluarga pasien untuk
melakukan teknik distraksi
relaksasi seperti kompres
hangat.
Perawat :
Manajemen nyeri (kaji
PQRST, riwayat nyeri
sebelumnya, cara mengurangi
nyeri, respon)
Kolaborasi :
Pemberian Analgesik sesuai
indikasi
Edukasi :
Ajarkan teknik distraksi
relaksasi (nafas dalam,
kompres hangat) apabila dirasa
nyeri
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan hasil analisa dari bab I sampai pada bab III
dapat disimpulkan bahwa Retensio urine adalah ketidakmampuan melakukan
urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut atau
tertahanya urine didalam kandung kemih.
Klien dengan retensio urine dapat terjadi karena berbagai factor seperti:
a. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang,
b. pembesaran porstat
c. kelainan patologi urethra.
Oleh karena itu perlu dilakukan perawatan dan Penatalaksanaan pada kasus
retensio urine dengan cara :
a. Kateterisasi urethra.
b. Dilatasi urethra dengan boudy.
c. Drainage suprapubik.
4.2 SARAN
21
DAFTAR PUSTAKA
Nileswar A & rajgopal. 2014 , Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : karisma
22