Anda di halaman 1dari 46

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PENCEGAHAN FILARIASIS

DENGAN KEJADIAN FILARIASIS PADA MASYARAKAT


DI DESA TEGALWARU KECAMATAN TEGALWARU
KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2016

(Skripsi)

Oleh:
Dellarista Eka Fitri
12310098

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2016
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang

Kesehatan merupakan salah satu pilar penting dalam Indeks


Pembangunan Manusia (IPM). Bidang pengendalian penyakit menular
dan tidak menular berkontribusi dalam pembangunan kesehatan di
Indonesia.

Filariasis sering juga disebut penyakit kaki gajah adalah salah satu
penyakit menular disebabkan oleh mikrofilaria yang ditularkan melalui
berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini terkait dengan masalah kebersihan
lingkungan, kemiskinan serta menyebabkan kerugian sosial, ekonomi
dan kecacatan permanen.
INDONESIA

Negara endemis filariasis

Data WHO : filariasis menginfeksi 120 juta


penduduk di 83 negara salah satunya
NEGARA INDONESIA

JAWA BARAT

Sampai akhir tahun 2014


235 kabupaten/Kota
endemis filariasis dari 511
Kabupaten/Kota di seluruh
Indonesia

Depkes RI
Daerah
endemis
filariasis
Mf rate =
2,47%

PURWAKART
A
Penelitian sebelumnya
B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Apakah ada Hubungan Antara
Tindakan Pencegahan Filariasis
Mengetahui Hubungan Antara Tindakan
dengan Kejadian Filariasis pada
Pencegahan Filariasis dengan Kejadian
Masyarakat di Desa Tegalwaru
Filariasis pada Masyarakat di Desa Tegalwaru
Kecamatan Tegalwaru
Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta
Kabupaten Purwakarta Tahun
Tahun 2016
2016?

Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan di Desa
Tegalwaru Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta.

2. Untuk mengetahui distribusi responden berdasarkan


tindakan pencegahan filariasis di Desa Tegalwaru
Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta.

3. Untuk mengetahui hubungan tindakan pencegahan filariasis


dengan angka kejadian filariasis pada masyarakat di Desa
Tegalwaru Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta.
D. Manfaat Penelitian
Bagi Institusi Bagi Dinas
Dapat memberi informasi tentang
Pendidikan Kesehatan
pengetahuan dan sikap
pengetahuan dan sikap
Dapat memberikan masyarakat
sumbangan terhadap penyakit filariasis
pikiran dan acuan bagi sehingga
ilmu pengetahuan serta dapat dibuat prioritas-prioritas
penelitian selanjutnya. dalam pengelolaan dan
pencegahan
penyakit filariasis.

Bagi Masyarakat Umum BagiDapat memperoleh


Penulis
Sebagai masukan agar informasi
dapat mencegah dalam pengalaman nyata
terjadinya penularan dan
penyakit filariasis. menambah pengalaman
dalam
melaksanakan penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Filariasis
Wuchereria bancrofti

Brugia malayi

Brugia timori
Daur Hidup
VEKTOR
Anopheles
Culex
Mansonia
Armigeres

HOSPES
Gejala Klinis Akut
Gejala Klinis Kronis
LIMFEDEMA

LYMPH SCROTUM
Diagnosis

- Diagnosis parasitologi - Radiodiagnosis

Pemeriksaan USG pada


skrotum dan KGB
inguinal

Diagnosis parasitologi dengan melakukan


pengambilan darah tepi yang dilakukan pada
malam hari (setelah pukul 20.00) mengingat
periodisitas mikrofilaria umumnya nokturna.
H.
Pengobatan
Pengobatan
Filariasis

Pengobatan Infeksi
DEC 6 mg/kgBB/hari selama 12 hari

Pengobatan Penyakit
Terapi bedah
PENCEGAHAN FILARIASIS

Pengobatan massal

DEC, Ivermectin, Albendazol diberikan setahun sekali selama lima tahun


berturut-turut.

Pengendalian
Pengendalian
vektor
vektor
1.Fogging 5. Memasang kelambu
2.Pembersihan got 6. Menggunakan obat nyamuk oles
3.Pengaliran air tergenang 7. Memasang kasa pd ventilasi udara
4.Penebaran ikan pemakan jentik

Peran serta masyarakat

Ikut serta pada pemeriksaan pengambilan darah tepi


Meminum obat anti filariasis secara teratur sesuai ketentuan
Memberitahukan kepada petugas kesehatan bila menemukan penderita
filariasis
Gotong royong membersihkan sarang nyamuk
PERILAKU

Batasan Perilaku Bentuk Perilaku Perilaku Kesehatan

1. Respondent response 1. Perilaku tertutup 1. Perilaku pemeliharaan


kesehatan (Health
atau reflexive (covert
maintanance)
2. Operant response atau behaviour) 2. Perilaku pencarian pengobatan
instrumental response 2. Perilaku terbuka (health seeking behavior)
(overt behaviour) 3. Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku Terbuka( Tindakan atau Praktik)

1. Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit


2. Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
3. Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan
Sumber : 7,10,15,16,17,23
Kerangka Teori dengan modifika

Filariasis

Masalah utama penyakit menular di Indonesia

Etiologi

Mikrofilaria Vektor nyamuk


-Wuchereria bancrofti -Anopheles - Mansoni
-Brugia malayi - Culex - Armigeres
-Brugia timori

Pencegahan
Diagnosis Pengobatan Pengobatan massal
- Diagnosis parasitologi -Pengobatan infeksi Pengendalian vektor :
- Radiodiagnosis -Terapi bedah (fogging, pembersihan got, pengaliran air tergenang,
memasang kelambu, memasang kasa pada ventilasi
udara, menggunakan repellant.)
Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

TINDAKAN
ANGKA KEJADIAN
PENCEGAHAN
FILARIASIS
FILARIASIS
Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan antara tindakan pencegahan filariasis dengan


kejadian filariasis pada masyarakat di Desa Tegalwaru Kecamatan Tegalwaru
Kabupaten Purwakarta Tahun 2016.

Ha : Ada hubungan antara tindakan pencegahan filariasis dengan kejadian


filariasis pada masyarakat di Desa Tegalwaru Kecamatan Tegalwaru Kabupaten
Purwakarta Tahun 2016.
BAB III METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian Tempat dan waktu Penelitian

Jenis penelitian kuantitatif Tempat : Desa Tegalwaru Kec.


Desain penelitian observasional analitik Tegalwaru Kab.Purwakarta
Pendekatan casecontrol.
Waktu : 2 14 Februari 2016

Populasi Sampel

Seluruh masyarakat di Desa 23 responden sebagai kasus


Tegalwaru Kecamatan Tegalwaru 23 responden sebagai kontrol
Kabupaten Purwakarta

Teknik Pengambilan Sampel

Purposive Sampling
Definisi Operasional
VARIABEL DEFINISI ALAT CARA HASIL SKAL
OPERASIONAL UKUR UKUR UKUR A
Dependent Suatu penyakit Rekam Rekam 0. Filariasis Nomin
Angka akibat medik medik 1. Tidak al
Kejadian Mikrofilaria yang Filariasis
Filariasis ditularkan oleh
nyamuk
Independent Segala sesuatu Kuesione Wawanca 0. Kurang Ordina
Tindakan yang telah r ra Baik jika l
dilakukan score
jawaban
responden tentang
responden <
filariasis 75%
1. Baik jika
score
jawaban
responden <
75%
G. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi Kriteria eksklusi kasus


a. Masyarakat yang terdiagnosis
kasus
filariasis
di Desa Tegalwaru Kecamatan a. Pengisian kuesioner yang tidak len
Tegalwaru sesuai petunjuk yang telah diber
Kabupaten Purwakarta b. Orang yang berpendidikan dalam
b. Kooperatif dan bersedia untuk di bidang kesehatan seperti dokter,
wawancara perawat, bidan dan sebagainya.
c. Mempunyai pengertian bahasa
Indonesia
yang baik
Kriteria inklusi Kriteria eksklusi kontrol
a. Masyarakat yang tidak menderita
kontrol
filariasis
di Desa Tegalwaru Kecamatan a. Pengisian kuesioner yang tidak le
Tegalwaru sesuai petunjuk yang telah dibe
Kabupaten Purwakarta b. Orang yang berpendidikan dalam
b. Kooperatif dan bersedia untuk di bidang kesehatan seperti dokte
wawancara perawat, bidan dan sebagainya.
c. Mempunyai pengertian bahasa
Jenis dan sumber data Data primer melalui
pengisian kuisioner.

Dengan test yaitu


Cara pengumpulan membagikan kuesioner
data kepada masyarakat kasus
dan kontrol

Waktu dan tenaga


2- 14 Februari 2016
pengumpul data
PENGOLAHAN DATA
H. Pengolahan dan Analisis Data

ANALISIS DATA

Analisis Univariat
Memperoleh gambaran pada masing-
masing variabel,
kemudian di distribusikan dalam tabel
frekuensi
ANALISIS DATA

alisis Bivariat
nalisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
erhubungan atau berkorelasi. Uji statistik yang digunakan adalah chi-squ
raf kesalahan yang digunakan adalah 5%, untuk melihat hasil kemaknaa
erhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05.
erarti jika p value 0,05 maka hasilnya bermakna Ho ditolak dan Ha dite
J. Alur Penelitian

Populasi dari seluruh pasien yang terdiagnosis filariasis (case)


dan masyarakat yang tidak terdiagnosis filariasis (control)

Purposive sampling
Sampel dengan
memperhatikan
kriteria inklusi dan
eksklusi.
Penelitian

Pengolahan data dilakukan melalui tahapan editing, coding,


Processing dan cleaning dengan menggunakan SPSS

Analisis Data
Dokumentasi Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik subjek penelitian

Populasi pada Penelitian


(n = 46)

Dengan kriteria inklusi dan


eksklusi pada kasus dan kontrol

Masyarakat terkena Masyarakat tidak terkena


Filariasis sebagai kasus Filariasis sebagai kontrol
(n=23) (n=23)

Pemberian Kuesioner Tindakan


Pencegahan Filariasis

Pengolahan Data Kuesioner

Diagram partisipasi subjek penelitian


Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN
58.7
60
50 41.3

PERSENTASE 40
30 Persentase

20
10
0
Laki-laki Perempuan

JENIS KELAMIN

Dari 46 responden 27 orang (58,7%) berjenis kelamin laki-laki dan 19 orang (41,3%) berjenis
kelamin perempuan
Selaras dengan hasil penelitian Sunaryo di Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan
Provinsi Jawa Tengah
Laki-laki di Desa Tegalwaru sering memiliki aktifitas di luar rumah pada malam hari, misalnya
ronda
Pencari nafkah utama bagi keluarga
Kemungkinan kontak dengan vektor Filariasis akan menjadi lebih besar juga dibandingkan
dengan perempuan
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

RESPONDEN BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN

67.4
80
PERSENTASE
60
32.6
40

20

TINGKAT PENDIDIKAN

Dari 46 responden 31 orang (67,4%) berpendidikan rendah dan 15 orang (32,6%) berpendidikan
tinggi

Selaras dengan hasil penelitian di Tabalong, Kalimantan Selatan = responden sebagian besar
berpendidikan rendah

Masyarakat Desa Tegalwaru lebih banyak berpendidikan SD dan SMP


Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

RESPONDEN BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN


43.5
45
40
32.6
35
30
25 19.6
PERSENTASE 20
Persentase
15
10
4.3
5
0
IRT PetaniWiraswasta Buruh
JENIS PEKERJAAN

Dari 46 responden 20 orang (43,5%) petani, 15 orang (32,6%) IRT, 9 orang (19,6%) wiraswasta
dan 2 orang (4,3%) buruh.
Selaras dengan hasil penelitian di Tabalong, Kalimantan Selatan = responden sebagian besar
petani
Desa Tegalwaru merupakan daerah dataran rendah dengan persawahan sehingga mayoritas
pekerjaan masyarakat Desa Tegalwaru adalah petani
Petani merupakan pekerjaan yang paling berisiko untuk terjadinya penularan filariasis karena
habitat nyamuk yang berperan sebagai vektor filarisiais itu biasanya di air sawah, rawa-rawa, air
kotor.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pencegahan

RESPONDEN BERDASARKAN TINDAKAN PENCEGAHAN

87
90
80 69.9

70
60
50 Baik
PERSENTASE
Tidak Baik
40 30.4

30
13
20
10
0
Kasus Kontrol
KEJADIAN FILARIASIS
Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pencegahan

Peneliti berpendapat tindakan responden kontrol terhadap filariasis


baik dalam pencegahan maupun dalam pengobatan menunjukkan sikap
yang cukup positif. Hal ini kemungkinan disebabkan karena responden
melihat langsung penderita filariasis kronis di daerah mereka, yang
sudah lama menderita filariasis mengalami pembengkakan kaki, tidak
bisa sembuh walaupun sudah berobat, sehingga responden lebih
berhati-hati agar tidak terkena penyakit ini dan bersedia diambil
sediaan darahnya apabila diadakan kegiatan oleh Dinas Kesehatan dan
apabila terinfeksi akan berobat ke petugas kesehatan.
Hasil Uji Chi Square Hubungan Antara Tindakan
Pencegahan Filariasis dengan Kejadian Filariasis

Tindakan Kasus Kontrol Jumlah p-value OR


Pencegahan (CI 95%)
N % N % N %
Baik 7 30.4 20 87.0 27 58.7 0.001 15.238
Tidak Baik 16 69.9 3 13.0 19 41.3 3.387-
68.553
Jumlah 23 100 23 100 46 100
Hubungan Tindakan Pencegahan Filariasis Dengan Kejadian Filariasis
Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p-value < 0,05 nilai p-
value 0.001. Artinya Ho ditolak, dapat disimpulkan ada hubungan
tindakan pencegahan filariasis dengan kejadian filariasis pada
masyarakat di Desa Tegalwaru Kecamatan Tegalwaru Kabupaten
Purwakarta Tahun 2016. Didapat nilai OR sebesar 15.238 yang artinya
responden yang memiliki tindakan pencegahan kurang baik berisiko
15.238 kali lebih besar untuk mengalami kejadian filariasis
dibandingkan responden yang memiliki tindakan pencegahan baik.
Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian oleh Deslimah
tentang hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat terhadap
kejadian filariasis, hasil penelitian terdapat hubungan yang bermakna
antara pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat terhadap kejadian
filariasis.
Dari hasil penelitian di atas peneliti berpendapat bahwa pencegahan
filariasis dapat dilakukan dengan cara membersihkan tempat-tempat
perindukan nyamuk, menutup barang-barang bekas, menguras tempat-
tempat penampungan air, penyemprotan massal, menggunakan pelindung
diri saat bekerja di kebun misalnya menggunakan baju lengan panjang,
menggunakan obat anti nyamuk, menggunakan kelambu di saat tidur, tidak
keluar di saat malam hari, menutup ventilasi dengan kawat kasa dan
menggunakan obat nyamuk bakar maupun semprot atau mengolesi kulit
dengan obat anti nyamuk.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Responden kasus (23 orang) dan kontrol (23 orang) pada penelitian kali
ini lebih banyak berjenis kelamin laki-laki 58.7% (27 orang),
berpendidikan rendah sebanyak 67,4 % (31 orang) dan jenis pekerjaan
responden lebih banyak petani 43.5% (20 orang).

2. Responden pada kelompok kasus lebih banyak melakukan tindakan


pencegahan tidak baik yaitu sebanyak 69.9% (16 orang) , sedangkan pada
kelompok kontrol lebih banyak melakukan tindakan pencegahan baik
sebanyak 80,7% (20 orang).

3. Ada hubungan yang bermakna antara tindakan pencegahan dengan


kejadian filariasis, nilai p 0.001 dan didapat nilai OR sebesar 15.238
SARAN
1. Bagi Masyarakat
Meningkatkan kesadaran dan peran serta aktif dengan melakukan upaya
pencegahan terhadap filariasis dengan cara membuat saluran air, dan
melakukan pengeringan genangan air, menimbun bekas galian,
pembersihan semak di sekitar rumah, serta menjauhkan kandang hewan
dengan rumah agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk serta
mengurangi aktifitas keluar rumah pada malam hari.

2. Bagi Instansi Terkait


Hendaknya terus menerus melakukan penyuluhan secara berkala tentang
filariasis guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat
dalam mencegah terjadinya filariasis.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Diharapkan dapat melakukan penelitian sejenis, namun dengan
menambahkan variabel lainnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai