Anda di halaman 1dari 106

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIK


DENGANMASALAH KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
DI RSUD BANGIL

OLEH:

NINIK WULANDARI
141210026

PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017

1
2

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIK


DENGAN MASALAH KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
DI RSUD BANGIL

Di ajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperwatan
(A.Md.Kep) pada Diploma III Keperaatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendika Medika Jombang.

Oleh :

NINIK WULANDARI

141210026

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017
3
4
5

RIWAYAT HIDUP
6

Penulis, dilahirkan di Jombang, pada tanggal 25 November 1995 dari

ayah yang bernama Alm. Mat Sakri dan ibu yang bernama Sukinah, penulis

merupakan putri bungsu, yang ketiga dari dua bersaudara.

Tahun 2008 penulis lulus dari SDN Sumberagung, tahun 2011 penulis

lulus dari SMPN 2 Jatirejo, tahun 2014 penulis lulus dari SMK Kesehatan

Mojokerto Dan melalui jalur PMDK, penulis memilih program studi Diploma III

Keperawatan dari lima pilihan studi yang ada di STIKes ICME Jombang

Demikian Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Jombang, Januari 2017

(NINIKWULANDRI )
141210026
7

MOTTO

“Yakinlah tidak ada hasil yang sia-sia selama kita mau berusaha, mengasah

kemampuan, berdoa & berkarya”

PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini saya ucapkan terima kasih dan saya persembahkan kepada:

1. Terima kasih kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia Nya

saya bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar.

2. Terima kasih untuk kedua orang tua yang selalu mendukung dan

mendo’akan yang terbaik untukku dalam berkarir demi masa depanku.

3. Terima kasih untuk dosen pembimbing yang selama ini sudah banyak

memberikan saran dan masukan tentang materi dalam penyelesaian tugas

ini.

4. Terima kasih untuk sahabat-sahabat yang juga sealu menyemangati untuk

menyelesaikan tugas ini.

5. Terima kasih untuk teman sejawat yang sama-sama berjuang dan selalu

saling mendukung agar terselesainya tugas akhir ini secara bersama-sama.


8

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulisan panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan

Karunia- Nya akhirnya penulisan dapat menyelesaikan Studi Kasus yang berjudul

“Asuhan Keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronik dengan masalah

Kelebihan Volume Cairan” dapat selesai tepat waktu.

Karya tulis ini ditulis sebagai persyaratan kelulusan dalam menempuh

programpendidikan di STIKes ICME Jombang Program Studi D-III Keperawatan

Sehubungan dengan penulisan menyampaikan penghargaan dan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada H.Bambang Tutuko.S.kep.Ns,SH.M.Hum

selaku ketua STIKes ICME Jombang. Maharani Tri Puspitasari.,S.Kep.Ns.,MM

selaku ketua program studi D-III Keperawatan.

Ns. Inayatur Rosyidah, S.Kep.,M.kep. sebagai pembimbing anggota. Dwi

Puji W.S.Kep.Ns sebagai pembimbing anggota. Ungkapan terimakasih juga

disampaikan kepada Bapak, Ibu dan Teman-teman atas Do’a dorongan moral

sehingga proposal karya tulis ini dapat diselesaikan.

Penyusun sadar bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masin belum

sempurna oleh karena itu penyusun sangat harap saran dan kritikan dari pembaca

yang bersifat membangun demi kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Jombang, januari 2017

(penulis )
9

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN


MASALAH KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
(Studi Kasus di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan)
Oleh:
Ninik wulandari*Inayatur Rosyidah**Dwi Puji Wijayanti***

Kelebihan Volume Cairan pada klien gagal ginjal kronik sudah tidak dialami
orang tua lagi, tetapi pada usia remaja juga sudah banyak yang mengalami gagal ginjal.
Tujuan studi kasus ini adalah melaksanakan Asuhan Keperawatan kepada klien yang
menggalami gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan diruang melati RSUD
Bangil.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi
kasus. Subyek pada studi kasus ini adalah 2 klien yang mengalami Gagal ginjal kronik
dengan masalah Kelebihan Volume Cairan. Dengan teknik pengumpulan data meliputi
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.
Hasil studi kasus pada tahap pengkajian diketahui bahwa Responden 1
mengatakan bengkak di abdomen, kaki, dan tangan sejak 10 hari yang lalu, klien juga
mempunyai riwayat diabetes melitus dan hipertensi. Sedangkan Responden 2 mengatakan
bengkak pada kaki sejak 2 bulan yang lalu, nyeri saat BAK seperti ditusuk-tusuk, skala
nyeri 5, dan nyeri terjadi hilang timbul. Diagnosa keperawatan yang di tetapkan adalah
kelebihan volume cairan. Intervensi dan implementasi yang digunakan untuk Responden
1dan Responden 2 adalah NOC Fluid Monitoring dan NIC Fluid Monitoring.
Kesimpulan dari Asuhan Keperawatan pada “ Responden 1” dan “ Responden 2”
yang mengalami gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan yaitu masalah yang
dialami klien belum teratasi.

Kata Kunci : Gagal Ginjal, Kelebihan Volume Cairan


10

ABSTRACT

NURSING CARE ON CHRONIC RENAL FAILURE CLIENTS WITH


THE PROBLEM OF EXCESS LIQUID VOLUME
(case study in the local hospital of Bangil, Pasuruan)

By
Ninik wulandari*Inayatur Rosyidah**Dwi Puji Wijayanti***

Excess fluid volume in chronic renal failure client is not experienced by parents
anymore, but in adolescence also have many who experience gahal kidney. The purpose
of this case study is to carry our nursing case tp clients who have chronic renal failure
with excess fluid volume in room jasmine RSUD Bangil.
The method used is descriptive method with case study approach. Subjects in this
case study were 2 clients who experienced chronic renal failure with excess fluid volume
problems. with data collection techniques include interviews, observation, physical
examination and documentation studies.
The results of the case study at the assessment stage found that respondent 1 said
swelling in the abdomen, legs and arms since 10 days ago, the client also has a history of
diabetes mellitus and hypertension. While respondent 2 said swelling in the legs since 2
months ago, pain when BAK like pierced, scaly pain 5, and pain lost, A defined nursing
diagnosis is the volume of fluid overload of the intervention and the application used for
respondent 1 and respondent 2 is the monitoring of Nursing Outcomes Classification
(NOC) fluid and Nursing Interventions Classification (NIC) fluid monitoring.
The conclusions of nursing care on “Respondent 1” and “Respondent 2” who
experience chronic renal failure with excess fluid volume is the problem experienced by
the client has not been resolved.

Keywords : Renal failure, Excess fluid volume


11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN JUDUL DALAM .................................................................... ii
MOTTO ........................................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ v
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN .............................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah ........................................................................ 4
1.3 Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.4 Tujuan ......................................................................................... 4
1.5 Manfaat ....................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Gagal Ginjal Kronik............................................................ 7
2.2 Konsep Kelebihan volume cairan .................................................... 19
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 36
3.2 Batasan Istilah ................................................................................... 36
3.3 Partisipan ........................................................................................... 37
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 38
3.5 Pengumpulan Data ............................................................................ 38
3.6 Uji keabsahan Data ........................................................................... 40
3.7 Analisa Data ....................................................................................... 41
3.8 Etik Penelitian.................................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ................................................................................................... 32
4.2 Pembahasan...................................................................................... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 54
5.2 Saran .................................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ ....57
LAMPIRAN
12

DAFTAR TABEL
Tabel 2.3 Intervensi Kelebihan Volume Cairan .........................................34

Tabel 4.1 Identitas Klien .............................................................................44

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit.........................................................................44

Tabel 4.3 Perubahan Pola Kesehatan..........................................................45

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik.......................................................................46

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Diagnostik.....................................................47

Tabel 4.6 Terapi.........................................................................................48

Tabel 4.1.3 Analisa Data............................................................................48

Tabel 4.1.4 Diagnosa Keperawatan.............................................................49

Tabel 4.1.5 Intervensi.................................................................................49

Tabel 4.1.6 Implementasi............................................................................50

Tabel 4.1.7 Evaluasi....................................................................................52


13

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

Lampiran 1 Lembar Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Pre Survey Data Dan Studi Pendahuluan

Lampiran 3 Lembar Disposisi

Lampiran 4 Surat Penelitian

Lampiran 5 Lembar Pengajuan Bimbingan Kepala Ruangan

Lampiran 6 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 7 Lembar Pernyataan Bersedia Menjadi Responden

Lampiran 8 Format Pengkajian Asuhan Keperawatan

Lampiran 9 Berita Acara

Lampiran 10 Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian

Lampiran 11 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah Pembimbing I

Lampiran 12 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah Pembimbing II

Lampiran 13 Lembar Bebas Plagiat


14

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

LAMBANG

1. % : Presentase

2. ≤ : Lebih kecil dari atau sama dengan

3. < : Lebih kecil dari

4. > : Lebih besar sari

5. O2 : Oksigen

6. Kg : Kilogram

7. m : Meter

8. cm : Sentimeter

9. N : Normal

10. BB : Berat badan

11. NaCl : Natrium Klorida

12. MmHg : Mili meter air raksa

SINGKATAN

1. WHO : World Health Organization

2. TD : Tekanan Darah

3. RR : Respiratory Rate

4. RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

5. STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

6. ICMe : Insan Cendekia Medika

7. ADL : Activity Daily Living

8. MRS : Masuk Rumah Sakit


15

9. No. RM : Nomor Rekam Medik

10. RS : Rumah Sakit

11. NIC : Nursing Interventions Classification

12. NOC : Nursing Outcome Classification

13. ARF : Acute Renal Failure

14. BNO : Blass Niar Oversight

15. BUN : Bload Urea Nitrogen

16. CCT : Clirens Creanitin Test

17. CHF : Cronic Heart Failure

18. CKD : Cronic Kidway Disease

19. CT : Computer Tomography

20. CVP : Central Veneus Pressur

21. DM : Diabetes Militus

22. ECG : Electrocardiogram

23. EEG : Elektoenchepalography

24. EKG : Elektrokardiografi

25. GFR : Glomerulus Filtration Rate

26. GGK : Gagal Ginjal Kronik

27. Hb : Hemoglobin

28. ISK : Infeksi Saluran Kemih

29. IV : Intavena

30. IVP : Intervenous Phylography

31. MRI : Magnetic Resumence Imaging

32. Ph : Potential of Hydrogen


16

33. BUN : Blood Urea Nitrogen

34. LDH : Laktat Dehidrogenase

35. RBC : Red Blood Cells

36. RR : Respiration Rate

37. USG : Ultrasonografi

38. WBC : White Blood Cell

39. LDL : Low Density Lopoprotein

40. VLDL : Very Low Density Lipoprotein

41. GFR : Glomerular Filration Rate

42. Na : Natrium
17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan kemunduran fungsi ginjal

dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan

keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit yang mengakibatkan retensi

urea dan sampahnitrogen lain dalam darah, gagal ginjal kronik bersifat

progresif dan irreversibel biasanya akibat akhirnya kehilangan fungsi ginjal

lanjut secara bertahap. Saat ini kejadian penyakit gagal ginjal kronik

cenderung meningkat setiap tahunnya. penderita gangguan gagal ginjal kronik

tergolong cukup tinggi dan menjadi masalah kesehatan bukan hanya di

Indonesia bahkan di negara maju, penduduk di kota-kota besar yang banyak

penderita gagal ginjal kronik, dari tahun ke tahun jumlah pasien gagal ginjal

kronik meningkat, salah satu masalah yang sering muncul adalah Kelebihan

volume cairan (Nurat&Kusuma,2013). Fenomena yang terjadi saat ini jumlah

penderita GGK mengalami kenaikan, bukan hanya orang tua saja tetapi pada

usia remaja, hampir seluruh pasien mengalami keluhan diantaranya edema.

The Centers for Disease Control and Prevention 2010. menyatakan

bahwa penyakit gagal ginjal kronik menduduki urutan ke 8 penyebab

kematian terbanyak di Amerika Serikat. Jumlah penderita gagal ginjal kronik

di Australia juga mengalami peningkatkan, Jumlah penderita gagal ginjal

kronik di Australia diperkirakan mencapai 1,7 juta jiwa pada tahun 2011

Kidney Health Australia, dari WHO tahun 2009 di perkirakan penderita gagal
18

ginjal kronik hingga tahun 2015 sebanyak 36 juta orang warga dunia

meninggal akibat penyakit gagal ginjal kronik, indonesia merupakan tingkat

penderita gagal ginjal yang cukup tinggi tidak memandang usia pria maupun

wanita yang menderita gagal ginjal kronik ini telah menjadi personal

kesehatan seirus masyarakat didunia. pada survei yang dilakukan oleh

(persatuan nefrologi indonesia) menjelaskan diperkirakan terdapat 70.000

penderita gagal ginjal kronik di indonesia terdeteksi menderita gagal ginjal

kronik. Menurut Riskesdas tahun 2013, provinsi Di jawa timur,1-3 dari

10.000 penduduknya mengalami gagal ginjal kronik, Sedangkan data di Jawa

Timur pada tahun 2011 pasien ginjal sejumlah 477 orang, tahun 2012

sejumlah 340 orang, dan Januari-Mei 2013 sejumlah 392 orang (Listyanti,

2013).

Menurut jurnal penelitian Siwi ikaristi yang berjudul “analisis

faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan asupan cairan pada pasien gagal

ginjal kronik dengan hemodialisis di RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo

purwokerto, volume 4 no.1 maret 2009” mengatakan bahwa penderitan gagal

ginjal kronik 64,29%, Hal tersebut terjadi dari tidak kepatuhannya

mengurangi asupan cairan di dapat dari RS Patih Rapih yogyakarta.

Berdasarkan data jumlah kasus gagal ginjal kronik dari rekam medik di

RSUD bangil, pasuruan tahun 2016 berjumlah 75 orang yang mengalami

GGK 75-80% dan data januari 2017 berjumlah 6 orang yang menderita

gagal ginjal kronik 10% yang menggalami edema.

Kelebihan volume cairan pada gagal ginjal kronik disebabkan

glomerulonefritis,ginjalpolikistik, nefropatidiabetik, penyebab lain seperti


19

hipertensi, obstruksi (Mansjoer, 2008).Semua penyebab tersebut dapat

menimbulkan fungsi renal menurun karena produk akhir metabolisme protein

tertimbun dalam darah, sehingga mengakibatkan terjadinya uremia dan

memengaruhi seluruh system tubuh. Semakin banyak timbunan produksi

sampah maka gejala semakin berat. Gangguan clearance renal terjadi akibat

penurunan jumlah glomerulus yang dapat menurukan clearance kretinin dan

meningkatkan kadar kretinin serum. Retensi cairan dan natrium dapat

mengakibatkan edema dan hipertensi. Kehilangan garam mengakibatkan

resiko hipotensi dan hipovolemia.Muntah dan diare menyebabkan perpisahan

air dan natrium sehingga status uremik memburuk, asidosis metabolik akibat

ginjal tidak mampu mensekresi asam yang berlebihan (Nursalam & Fransisca,

2006).masalah keperawatan pada gagal ginjal kronik yang sering muncul

salah satunya kelebihan volume cairan, dampak yang timbul diantaranya

adalah terjadinya retensi kerusakan integritas kulit, perubahan nutrisi kurang

dari kebutuhan, intoleransi aktivitas, cedera kepala, pola nafas tidak efektif,

ansietas(wijaya & putri,2013). Dampak lain yang diakibatkan oleh ketidak

patuhan asupan cairan dan elektrolit adalah terjadinya edema. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh siswi ikaristi,2009) menyebutkan

banyak pasien gagal ginjal kronik yang dalam dalam masa penggobatan

tanda-tanda edema di sekitara bagian tubuh karena tidak melakukan

kekurangan volume cairan.

Kelebihan volume cairan dapat diatasi dengan pemberian intervensi

diantaranya melakukan pertahankan catatan intake dan output yang akurat,

monitor hasil laboratorium: (Hb) yang sesuai dengan retensi cairan: (BUN),
20

osmolitas urin, monitor status hemodinamik termasuk (CVP,MAP,PAP, dan

PCNP), kaji lokasi yang terjadi edema dan luas daerah edema, batasi

masukan cairan pada keadaan hipotermi dilusi dengan serum (Na< 130

meq/L). Dan hal tersebut bisa dicegah dengan gaya hidup yang sehat yaitu

dengan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, obat-obatan, minuman

yang berasa, minum air cukup dengan jumlah yang dibutuhkan 1500ml/hari,

makan-makanan sehat, menjaga berat badan, mengurangi dan mengelola

stres. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang

penyakit dengan gangguan sistem ginjal khususnya pada penyakit gagal ginja

kronik (GGK) dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “

Asuhan keperawatan pada klien gagal ginjal kronik dengan masalah

kelebihan volume cairan di RSUD Bangil-Pasuruan”.

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada: Asuhan keperawatan

pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik dengan masalah kelebihan

volume cairan di RSUD Bangil-Pasuruan.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan kilen yang menggalami gagal

ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan di RSUD Bangil-Pasuruan?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum


21

Tujuan umum dilakukanya penulisan karya tulis ilmiah ini untuk

memberikan asuhan keperawatan pada klien gagal ginjal kronik

dengan kelebihan volume cairan di RSUD Bangil-Pasuruan.

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan karya ilmiah ini untuk:

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami

gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan di RSUD

Bangil-Pasuruan.

2. Melakukan perumusan diagnosis keperawatan pada klien gagal

ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan di RSUD Bangil-

Pasuruan.

3. Melakukan perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami

gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan di RSUD

Bangil-Pasuruan.

4. Melakukan implementasi keperawatan pada klien gagal ginjal

kronik dengan kelebihan volume cairan di RSUD Bangil-Pasuruan.

5. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami

gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan di RSUD

Bangil-Pasuruan.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis


22

Manfaat teoritis studi kasus ini adalah untuk pengembangan ilmu

keperawatan terkait Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

Gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan di RSUD Bangil.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi klien dan keluarga klien

Dapat membantu memberikan informasi mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi gagal ginjal kronik.

2. Bagi perawat

Dapat digunakan dalam pengkajian sampai evaluasi keperawatan

dengan teliti yang mengacu pada fokus permasalahan yang tepat

sehingga dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara tepat

khususnya gagal ginjal kronik.

3. Bagi istansi pendidikan (dosen)

Dapat digunakan sebagai referensi untuk mengembangkan

pendidikan.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dapat dijadikan referensi

untuk penelitian selanjutnya khususnya tentang masalah kelebihan

volume cairan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep Gagal Ginjal Kronik

2.1.1 Definisi

Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron)

yang berlangsung perlahan-lahan, karena penyebab yang berlangsung lama dan

menetap, yang mengakibatkan penumpulkan sisa metabolit (toksik uremik)

sehingga ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan bisa lagi dan menimbulkan

sakit (Aspiani, 2015).

Gagal Ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk

mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan

makanan normal.Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu

Kronik dan Akut. Gagal Ginjal Kronik merupakan perkembangan gagal ginjal

yang progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa

tahun dan tidak reversible), Gagal Ginjal Akut seringkali berkaitan dengan

penyakit kritis, berkembang sepat dalam hitungan beberapa hari hingga

minggu, dan biasanya reversible bila pasien dapat bertahan dengan penyakit

kritisnya. (Price & Wilson,2006).

Penyakit gagal ginjal terjadi karena ginjal yang tidak mampu

mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya.

Adapun ketidakmampuan ginjal melakukan fungsinya tersebut, prosesnya

diawali dari suatu bahan yang biasanya dieliminasi oleh urin menumpuk dalam

62
63

cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi

endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit dan asam basa (Kusuma, 2010).

Gagal ginjal kronis (GGK) merupakan gangguan fungsi renal yang

progresil dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit

menyebabkan uremia. (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).

Dialisis atau transplantasi ginjal kadang-kadang diperlukan untuk kelangsungan

hidup pasien (Brunner & Suddarth, 2002).

2.1.2 Etiologi

Gagal ginjal kronik sering kali menjadi penyakit komplikasi dari

penyakit lainya, sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illness).

Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi selain itu, ada

beberapa penyebab lainya dari gagal ginjal kronis, yaitu (Prabowo, 2014) :

1. Penyakit glomerular kronis (glomerulonefritis),

2. Infeksi kronis (pyelonefritis kronis, tuberkulosis),

3. Kelainan kongenital (polikistik ginjal),

4. Penyakit vaskuler (renal nephrosclerosis),

5. Obstruksi saluran kemih (nephrolithisis),

6. Penyakit kolagen (systemic lupus erythematosus),

7. Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)

2.1.3 Patofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian besar nefron termasuk

glomelurus dan tubulus diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron
64

utuh),nefron –nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi

yang meningkatkan disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan

GFR/daya sering. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi

sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan harus dilarut menjadi lebih

besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri

dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak

oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbunya gejala-gejala

pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal

bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal

yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15ml/menit atau lebih

rendah itu.(Barbara C Long,1996,368).

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang

normalnya disekresikan kedalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia

dan mempengaruhi setiap sistem tubuh, semakin banyak timbunan produk

sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik

setelah dialisi.(Brunne&suddarth,2001:1448).

2.1.4 Manifestasi klinis

a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat menurun

hingga 25% dari normal.

b. Insufiensi ginjal selama keadaan ini pasien mengalami poliuria dan nokturia,

GFR 10% hingga 25%dari normal, kadar creatinin serum dan BUN sedikit

meningkat diatas norma.


65

c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, letargi,

anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan/volume overload,

neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang sampai koma),

yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit, kadar kreatinin dan

BUN meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang

komplek. (aplikasi nanda noc nic 2015)

2.1.5 Manifestasi klinik

1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):

a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat

badan berkurang, mudah tersinggung, depresi

b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas

dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem

yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga

sangat parah.

2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :

a. hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem

renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem

b. pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi

pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah,

dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak

mampu berkonsentrasi).
66

3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:

a. Gangguan kardiovaskuler

Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi

perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan

irama jantung dan edema.

b. Gangguan Pulmoner

Nafas dangkal, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.

c. Gangguan gastrointestinal

Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan

metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran

gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia.

d. Gangguan muskuloskeletal

Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan),

burning feet syndrom (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak

kaki), tremor, miopati (kelemahan dan hipertropi otot –otot

ekstremitas).

e. Gangguan integument

Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat

penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
67

f. Gangguan endokrim

Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan

menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan

metabolic lemak dan vitamin D.

g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa

biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan

natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia,

hipokalsemia.

h. System hematologi

anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin,

sehingga rangsangan eritopoesis pada sumsum tulang berkurang,

hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana

uremia toksi, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan

trombositopeni.

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronik

adalah (Prabowo, 2014):

1. Penyakit tulang

Penurunan kadar kalium (hipokalsemia) secara langsung akan

mengakibatkan dekalsifikasi matriks tulang, sehingga tulang akan

menjadi rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama akan

menyebabkan fraktur pathologis.


68

2. Penyakit kardiovaskuler

Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara sistemik

berupa hipertensi, kelainan lipid, intoleransi glukosa, dan kelainan

hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).

3. Anemia

Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian

hormonal (endokrin). Sekresi eritropoetin yang mengalami defesiensi di

ginjal akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.

4. Disfungsi seksual

Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami

penurunan dan terjadi impotensi pada pria, pada wanita, dapat terjadi

hiperprolaktinemia.

2.1.7 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang dapat di lakukan pada pasien gagal ginjal kronis

adalah (Aspiani, 2015):

a. Pemeriksaan laboratorium

Penilaian GGK dengan gangguan yang serius dapat di lakukan dengan

pemeriksaan laboratorium, seperti kadar serum sodium/natrium dan

potasium/kalium, PH, kadar serum phosphor, kadar Hb, hematokrit, kadar

urea nitrogen dalam darah (BUN), serum dan konsentrasi kreatinin urien,

urinalis.
69

Pada stadium yang cepat pada insufisiensi gagal, analisa urien dapat

menunjang dan sebagai indikator untuk melihat kelainan fungsi

ginjal.Batas kreatinin urien rata-rata dari tamping selama 24 jam. Analisa

urien rutin dapat menunjukan kadar protein, glukosa, RBC/eritrosit, dan

WBCs/leukosit serta penurunan osmolaritas urine. Pada gagal ginjal yang

progresif dapat terjadi output urine yang kurang dan frekuensi urien

menurun.

Monitor kadar BUN dan kadar kreatinin sangat penting bagi pasien dapat

gagal ginjal. Urea nitrogen adalah produk akhir dari metabolisme protein

serta urea yang harus dikeluarkan oleh ginjal normal kadar BUN dan

kreatinin sekitar 20:1. Bila ada peningkatan BUN

b. Pemeriksaan radiologi

Beberapa pemeriksaan radiologi yang biasa digunakan untuk mengetahui

gangguan fungsi ginjal antara lain:

1) Flat plat radiography keadaan ginjal, ureter dan vesika urinaria untuk

mengidentifikasi bentuk, ukuran, posisi dan klasifikasi dari ginjal,

pada gambaran ini akan terlihat bahwa ginjal mengecil yang mungkin

disebabkan karena adanya proses infeksi.

2) Computer Tomograpy (CT) Scan yang digunakan untuk melihat

secara jelas struktur anatomi ginjal yang penggunaanya dengan

memakai kontras atau tanpa kontras.

3) Intervenotus Pyelography (IVP) digunakan untuk mengevaluasi

keadaan fungsi ginjal dengan memakai kontras. IVP biasa digunakan


70

pada kasus gangguan ginjal yang disebabkan oleh trauma,

pembedahan, anomali kongetal, kelainan prostat, kalkuli ginjal,

abses/batu ginjal, serta obstruksi saluran kecing.

4) Aortorenal Angiography digunakan untuk mengetahui sistem arteri,

vena dan kapiler pada ginjal dengan menggunakan kontras.

Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada kasus renal arteri stenosis,

aneurisma ginjal, arterovenous fistula, serta beberapa gangguan

bentuk vaskuler.

5) Magnetic Resonance Imaging (MRI) digunakan untuk mengevaluasi

kasus yang disebakan oleh obstruksi urophati, Acute Renal Failure,

proses infeksi pada gagal ginjal setra post transplantasi ginjal.

c. Biopsi Ginjal

Untuk mendiagnosa kelainan ginjal dengan mengambil jaringan ginjal

lalu dianalisa.Biasanya biopsi dilakukan pada kasus glomerulonefritis,

nefrotik sindro, penyakit ginjal bawaan, ARF dan perencanaan

transplantasi ginjal.

Diagnosis penyakit GGK dapat ditemukan berdasarkan :

1) Anamnesis

2) Pemeriksaan fisik

3) Pemeriksaan laboratorium

4) Pemeriksaan penunjang lainnya seperti :

a) BNO →untuk melihat besarnya batu, adanya obstruksi

b) IVP →untuk menilai sistem pelvioxalises – ureter.


71

c) USG → untuk menilai besar, bentuk, tebal parekim ginjal.

d) Renogram →untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri.

e) Radiologi →jantung, paru, dan tulang.

f) Pyelografi retrograde →bila dicurigai adanya obstruksi

reversible.

g) EKG →hiperventrikel, aritmia, hiperkalemia.

h) Biopsi ginjal.

5) Pemeriksaan Lab CCT (Clirens Creatinin Test) →untuk

mengetahui laju filtrasi glomelurus.

2.1.8 Penatalaksanaan

Mengingat fungsi ginjal yang rusak sangat sulit untuk dilakukan

pengembalian, maka tujuan dari penatalaksanaan klien gagal ginjal kronis

adalah untuk mengoptimalkan fungsi ginjal yang ada dan mempertahankan

keseimbangan secara maksimal untuk memperpanjang harapan hidup klien.

Sebagai penyakit yang kompleks, gagal ginjal kronis membutuhkan

penatalaksanaan terpadu dan serius, sehingga akan menimalisir komplikasi

dan meningkatkan harapan hidup klien.

Oleh karena itu beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan

penatalksanaan pada klien gagal ginjal kronik (Prabowo, 2014):

1. Perawatan kulit yang baik

Perhatikan hygiene kulit pasien dengan baik memlalui personal hygiene

(mandi/sekat) secara rutin.Gunakan sabun yang mengandung lemak dan

lotion tanpa alkohol untuk mengurangi rasa gatal. Jangan gunakan


72

gliserin/sabun yang mengandung gliserin karena akan mengakibatkan

kulit tambah kering.

2. Jaga kebersihan oral

Lakukan perawatan oral hygiene melalui sikat gigi dengan bulu sikat

yang lembut/spon. Kurangi kosumsi gula (bahan makanan manis) untuk

mengurangi rasa tidak nyaman dimulut.

3. Beri dukungan nutrisi

Kolaborasi dengan nutrionist untuk menyediakan menu makanan favorit

sesuai anjuran diet.Beri dukungan intake tinggi kalori, rendah natrium

dan kalium.

4. Pantau adanya hiperkalemia

Hiperkalemia biasanya ditujukan dengan adanya kejang kram pada lengan

dan abdomen, dan diare.selain itu pemantauan hiperkalemia dengan hasil

ECG. Hiperkalemia bisa diatasi dengan dialisi.

5. Atasi hiperfosfatemia dan hipokalsemia

Kondisi hiperfosfatemia dan hipokalsemia bisa diatasi dengan pemberian

antasida (kandungan aluminium/ kalsium karbonat).

6. Kaji status hidrasi dengan hati-hati

Dilakukan dengan memeriksa ada/tidaknya distensi vena jugularis,

ada/tidaknya crackles pada auskultasi paru. Selain itu,status hidrasi bisa

dilihat dari keringat berlebihan pada aksila, lidah yang kering, hipertensi,

dan edema perifer. Cairan hidrasi yang diperoleh adalah 500-600 ml atau

lebih dari haluaran urine 24 jam.


73

7. Kontrol tekanan darah

Tekanan diupayakan dalam kondisi normal.Hipertensi dicegah dengan

mengontrol volume intravaskuler dan obat-obatan anti hipertensi.

8. Pantau ada/tidaknya komplikasi pada tulang dan sendi.

9. Latih klien napas dalam dan batuk efektif untuk mencegah terjadinya

kegagalan napas akibat obstruksi.

10. Jaga kondisi septik dan aseptik setiap prosedur perawatan (pada

perawatan luka operasi)

11. Observasi adanya tanda-tanda perdarahan

Pantau kadar hemoglobin dan hematokrit klien. Pemberian heparin

selama klien menjalani dialisis harus disesuaikan dengan kebutuhan.

12. Observasi adanya gejala neurologis

Laporkan segera jika dijumpai kedutan, sakit kepala, kesadaran derilium,

dan kejang otot.Berikan diazepam/fenitoin jika dijumpai kejang.

13. Atasi komplikasi dari penyakit

Sebagai penyakit yang sangat mudah menimbulkan komplikasi, maka

harus dipantau secara ketat.Gagal jantung kongesif dan edema pulmonal

dapat diatasi dengan membatasi cairan, diet rendah natrium, diuretik,

preparat inotopik (digitalis / dobutamin) dan lakukan dialisis jika

perlu.Kondisi asidosis metabolik bisa diatasi dengan pemberian natrium

bikarbonat atau dialisis.


74

14. Laporkan segera jika ditemui tanda- tanda perikarditis (friction rub dan

nyeri dada)

15. Tata laksanaan dialisis/transplatansi ginjal. Untuk membantu

mengoptimalkan fungsi ginjal maka dilakukan dialisis. Jika

memungkinkan koordinasikan untuk dilakukan transplatansi ginjal.

2.2 Konsep Kelebihan Volume Cairan

Konsep Kelebihan Volume Cairan menurut Andi Eka Pranata tahun 2013

adalah sebagai berikut :

2.2.1 Definisi

Gangguan volume cairan adalah suatu keadaan ketika individu beresiko

menggalami penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat dari satu kelainan

cairan intravaskuler, interstisial dan intraseluler.

2.2.2 Penyebab Kelebihan Volume Cairan

Overhidrasi terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran

cairan.Kelebihan cairan dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium dalam

aliran darah menjadi sangat kecil.Minum air dalam jumlah yang sangat banyak

biasanya tidak menyebabkan overhidrasi jika kelenjar hipofisia, ginjal dan

jantung berfungsi secara normal.Overhidrasi lebih sering terjadi pada orang –

orang yang ginjalnya tidak membuang cairan secara normal, misalnya pada

penderita penyakit jatung, ginjal atau hati.Orang-orang tersebut harus

membatasi jumlah air yang mereka minum dan jumlah garam yang mereka

makan.

Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat:


75

1) Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.

2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.

3) Kelebihan pemeberian cairan intravena (IV).

4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma.

2.2.3 Manajemen Kelebihan Volume Cairan

1) Timbang klien tiap hari dari monitor kenaikan/penurunan berat-badan

2) Monitoring status hemodinsamika (CVP)

3) Monitoring serum albumin dan kadar protein total

4) Monitoring patensi respiratori dan gejala adanya kesulitan bernapas

(dispneu, takipneu, dan napas pendek)

5) Monitoring fungsi ginjal (BUN dan kadar kreatinin)

6) Monitoring intake dan output

7) Monitoring tanda tanda vital

8) Monitoring adanya edema perifer

9) Gunakan set infuse perintravena dengan aliran rendah

10) Kolaborasi penggunaan diuretic

11) Monitoring efek dari terapi diuretic (peningkatan output urine, penurunan

CVP/PCWP dan penurunan suara napas)

12) Terangkan kepada pasien tentang rasional penggunaan diuretic

13) Monitoring kadar kalium setelah pemberian diuretik

14) Siapkan klien untuk prosedur dialysis jika dibutuhkan

15) Monitoring perubahan berat badan sebelum dan setelah dialysis jika

dibutuhkan
76

16) Elevasikan kepada klien untuk meningkatkan ventilasi

2.2.4 Batasan Karateristik

1) Bunyi napas

2) Gangguan elektrolit

3) Anasarka

4) Ansietas

5) Azotemia

6) Perubahan tekanan darah

7) Perubahan status mental

8) Perubahan pola pernapasan

9) Penurunan hematokrit

10) Penurunan hemoglobin

11) Dispnea

12) Edema

13) Peningkatan tekanan vena sentral

14) Asupan melebihi haluaran

15) Distensi vena jugularis

16) Oliguria

17) Orthopnea

18) Efusi pleura

19) Refleks hepatojugular positif

20) Perubahan tekanan arteri pulmonal


77

21) Kongesti pulmonal

22) Gelisah

23) Perubahan berat jenis urine

24) Bunyi jantung S3

25) Perubahan berat badan waktu singkat

2.2.5 Faktor yang berhubungan

1) Gangguan mekanisme regulasi

2) Kelebihan asupan cairan

3) Kelebihan asupan natrium

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian pada klien gagal ginjal kronis sebenarnya hampir sama

dengan klien gagal ginjal akut, namun disini pengkajian lebih penekanan pada

support system untuk mempertahankan kondisi keseimbangan dalam tubuh

(hemodynamically process). Dengan tidak optimalnya/gagalnya fungsi ginjal,

maka tubuh akan melakukan upaya kompensasi selagi dalam batas ambang

kewajaran. Tetapi, jika kondisi ini berlanjut (kronis), maka akan menimbulkan

berbagai manifestasi klinis yang menandakan gangguan sistem tersebut. Berikut

ini, adalah pengkajian keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronis

(Prabowo, 2014).

1. Biodata

Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun laki-

laki sering memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola
78

hidup sehat.Gagal ginjal kronis merupakan periode lanjut dari insidensi

gagal ginjal akut, sehingga tidak berdiri sendiri.

2. Keluhan utama

Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder

yang menyertai. Keluhan bisa berupa urine output yang menurun (oliguria)

sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada system

sirkulasi-ventilasi, anoreksia, mual dan muntah, diaphoresis, fatique, napas

berbau urea, dan pruritus, kondisi ini dipicu oleh karena penumpukan

(akumulasi) zat sisa metabolisme/toksin dalam tubuh karena ginjal

mengalami kegagalan filtrasi.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada klien dengan gagal ginjal kronis biasanya terjadi penurunan

urien output, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas karena

komplikasi dari gangguan system ventilasi, fatigue,perubahan fisiologi

kulit, bau urea pada napas. Selain itu, karena berdampak pada proses

metabolisme (sekunder karena intoksikasi), maka akan terjadi anoreksia,

nause dan vomit sehingga beresiko untuk terjadi gangguan nutrisi .

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Gagal ginjal kronik dimulai dengan periode gagal ginjal akut dengan

berbagai penyebab (multikausa). Oleh karena itu, informasi penyakit

terdahulu akan menegaskan untuk penegak masalah. Kaji riwayat penyakit

ISK , payah jantung, penggunaan obat berlebihan (overdosis) khususnya

obat yang bersifat nefrotoksik, BPH dan lain sebagainya yang mampu
79

mempengaruhi kerja ginjal selain itu, ada beberapa penyakit yang langsung

mempengaruhi/menyebabkan gagal ginjal yaitu diabetes melitus,

hipertensi, batu saluran kemih (uroluhiasis)

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun, sehingga

silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini.Namun,

pencetus sekunder seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap

kejadian penyakit gagal ginjal kronis, karena penyakit tersebut bersifat

herediter. Kaji pola kesehatan keluarga yang ditetapkan jika ada anggota

keluarga yang sakit, misalnya minum jamu saat sakit.

6. Riwayat psikososial

Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki koping

adaptif yang baik. Pada klien gagal ginjal kronis, biasanya perubahan

psikososial terjadi pada waktu klien menggalami perubahan struktur fungsi

tubuh dan menjalani poses dialisa. Klien akan mengurung diri dan lebih

banyak diri (murung). Selain itu, kodisi ini juga dipicu oleh biaya yang di

keluarkan selama proses pengobatan, sehingga klien menggalami

kecemasan

7. Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital

Kondisi klien gagal ginjal kronis biasanya lemah (fatigue), tingkat

kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas. Pada pemeriksaan TTV

sering didapatkan RR meningkat (tachypneu), hipertensi/hipotensi sesuai

dengan kondisi fluktuatif.


80

Pemeriksaan B1-B6 (Aspiani- 2015)

a) Pernafasan (B1: Breathing )

Gejala :

(1) Nafas pendek

(2) Dispnue nocturnal

(3) Paroksismal nocturnal dyspnue

(4) Batuk dengan atau tanpa sputum, kental dan banyak

Tanda :

(1) Takhipnoe

(2) Dyspnoe

(3) Peningkatan frekuensi

(4) Batuk produktif dengan / tanpa sputum

(5) Pernafasan kusmaul

(6) Apneu

(7) Edema pulmonal

(8) Pneumonia

(9) Effusi pleura

(10) Hiperventilasi

b) Cardiovasculer (B2 : Bleeding)

Gejala :

(1) Riwayat hipertensi lama atau berat

(2) Palpitasi nyeri dada atau angina dan sesak nafas.

(3) Gangguan irama jantung


81

(4) Edema

(5) Peningkatan tekanan darah

(6) Nyeri dada dan sesak nafas

(7) Gangguan irama jantung

Tanda :

(1) Hipertensi

(2) Nadi kuat

(3) Oedema jaringan umum, piting pada kaki, telapak tangan

(4) Disritmia jantung

(5) Nadi lemah dan halus

(6) Hipotensi ortostatik

(7) Pericardial friction rub.

(8) Pucat, kulit coklat kehijauan, kuning kecenderungan perdarahan

(9) Anemia (normocromik, normositik)

(10) Gangguan fungsi trombosit, trombositopenia

(11) Gangguan leukosit.

(12) CHF (Cronic Heart Failure/ Gagal jantung kongesif)

(13) Dysrhytmia

(14) Cardiomegali

(15) Atherosclerosis

c) Persyarafan (B3 : Brain )

Gejala :

(1) Disorientasi
82

(2) Gangguan tingkat kesadaran (somnolen sampai koma)

(3) Perubahan dalam fungsi berfikir dan perilaku

(4) Sakit kepala

(5) Gelisah

(6) Letragi

(7) Insomnia

(8) Apatis

Tanda :

(1) Miopati

(2) Ensefalopati metabolic

(3) Burning feet syndrome

(4) Restles sleg syndrome

(5) Neurophaty perifer

(6) Nocturnal leg cramping (kram kaki pada malam hari)

d) Endokrin dan metabolik

(1) Gangguan toleransi glukosa

(2) Gangguan metabolisme lemak

(3) Gangguan seksual, libido, fertilasi dan ereksi menurun pada laki-laki

(4) Gangguan metabolisme vitamin D

(5) Peningkatan BUN dan serum kreatinin

(6) Gangguan pemecahan insulin

(7) Hypertriglyceridemia

(8) Asidosis
83

(9) Peningkatan asam urat

e) Perkemihan – Eliminasi Uri (B4 : Bledder)

Gejala:

(1) Penurunan frekuensi urien

(2) Oliguria (produksi urine kurang dari 400cc / 24 jam)

(3) Anuria (produksi urine kurang dari 100cc / 24jam )

Tanda :

(1) Perubahan warna urine ,(pekat, merah, coklat, berawan)

(2) Sedimen urine mengandung : RBC (Red Blood Cells), granular,

hialyn.

f) Pencernaan – Eliminasi Alvi (B5 : Bowel)

Gejala:

(1) Anoreksia

(2) Nausea

(3) Vomiting

Tanda:

(1) Fektor uremicium

(2) Gastritis erosive

(3) Abdomen kembung

(4) Diare atau konstipasi

g) Tulang – Otot – Integument (B6 : Bone)

Gejala :

(1) Nyeri panggul


84

(2) Nyeri tulang

(3) Nyeri sendi

(4) Sakit kepala

(5) Kram otot

(6) Nyeri kaki

(7) Kulit gatal

(8) Ada/berulangnya infeksi

Tanda:

(1) Pruritus

(2) Demam (sepsis, dehidrasi)

(3) Ptekie, area ekimosis pada kulit

(4) Fraktur tulang

(5) Defosit fosfat kalsium pada kulit dan jaringan lunak

(6) Keterbatasan gerak sendi

(7) Kulit berwarna pucat, gatal- gatal dengan eksoriasis, echymosis, urea

frost, bekas garukan karena gatal

(8) Peningkatan alkaline phospatase

(9) Renal osthedistrophy

8. Pola aktifitas sehari-hari

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada pasien gagal ginjal kronik terjadiperubahan persepsi dan

tatalaksanahidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak

gagal ginjal kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap


85

dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan

perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar

dan mudah dimengerti pasien.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Anoreksisa, mual, muntah dan rasa pahit pada rongga mulut, intake

minum yang kurang dan mudah lelah.Keadaan tersebut dapat

mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat

mempengaruhi status kesehatan klien.

Gejala:

a) Peningkatan berat badan ceoat (edema).

b) Penurunan berat badan (malnutrisi).

c) Anoreksia (nafsu makan kurang/tidak ada).

d) Nyeri ulu hati.

e) Mual muntah.

f) Bau mulut (amonia).

g) Stomatis, ginggivitis.

h) Metalic taste (rasa pengecapan secara logam).

i) Hematemesis melena.

j) Esofagitis.

Penggunaan diuritik

Tanda :

a) Gangguan setatus mental.

b) Ketidak mampuan berkonsentrasi.


86

c) Kehilangan memori, kacau.

d) Penurunan tingkat kesadaran.

e) Kejang.

f) Rambut tipis.

g) Kuku rapuh.

9. Pola Eliminasi (urine-alvi)

Gejala :

a. Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, (gagal tahap lanjut).

b. Abdomen kembung, diare atau konstipasi.

Tanda :

a. Perubahan warna urine (pekat, merah, coklat, berawan).

b. Oliguria atau anuria.

10. Pola tidur dan istirahat

Gelisah , cemas, gangguan tidur.

11. Pola Aktifitas dan latihan

Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas menyebabkan klien tidak mampu

melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal.

Gejala :

a. Kelalahan ekstremitis.

b. Malaise.

Tanda :

a. Kelemahan otot.

b. Kehilangan tonus.
87

c. Penjurunan rentang gerak.

12. Pola hubungna dan peran

Kesulitan menentukan kondisi (tidak mampu bekerja mempertahankan fungsi

peran).

13. Pola sensori dan kognitif

Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengakami neuropati/mati rasa

pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.Klien mampu melihat

dan mendengar dengan baik/tidak, klien mengalami disoientasi/tidak.

14. Pola persepsi dan konsep diri

Adanaya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderitaan

mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya

biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan

dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).

15. Pola seksual dan reproduksi

Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi

sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual (impotensi), gangguan

kualitas maupun ereksi, serta memberdampak pada proses ejakulasi serta

organisme.

Gejala :

a. Penurunan libido.

b. Amenorea.

c. Infertilitas, Gynecomastia.
88

16. Pola mekanisme penanggulangan stres dan kejang.

Lamanya waktu perawatan, perjalana penyakit yang kronik, faktor stres,

perasaan tidak berdaya, takn ada harapan, tak ada kekuatan, karena

ketergantungan, menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa

marah,kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan klien

tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif adaptif.

Gejala :

a. Faktor setres, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.

Tanda :

b. Ansietas, takut.

c. Marah, mudah terangsang.

d. Perubahan kepribadian.

17. Pola tata nilai dan kepercayaan

Adanaya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta

gagalginjal kronik dapat menghambat klien dalam melaksanakan ibadah

maupunmempengaruhi pola ibadah klien.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik menurutNANDA tahun

2015-1017 :

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru,

penurunancurah jantung, penurunan periver yang mengakibatkan asidosis

laktat.

b. Nyeri akut
89

c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine,

diet berlebihan dan retensi cairan serta natrium.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan

membranemukosa mulut.

e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perlemahan

aliran darah keseluruhan tubuh.

f. Intoleransi aktivitas kulit berhubungan dengan keletihan,

anemia,retensi,produk sampah.

g. Kerusakan integrasi kulit berhubungan dengan pruritas, gangguan status

metabolik sekunder.

2.3.3 Interverensi Keperawatan

Tabel 2.1 interverensi Keperawatan NANDA NOC NIC

Tujuan dan
No diagnosa Keperawatan Intervensi
Kriteria Hasil
1 Kelebihan volumecairan NOC NIC
Definisi : PeningkatanRetensi a. Fluid Monitoring Fluid Monitoring
cairan isotoni Kiteria Hasil : a. Tentukan riwayat
Batasan karakteristik : a. Terbebas dari jumlahdan tipe
a. bunyi nafas adventisus edema, efusi, intake cairandan
b. gangguan elektrolit anasarka,dan eliminasi
c. anasarka eliminasi b. Tentukan
d. ansietas b. bunyi nafas bersih kemungkinanfakto
e. azotemia tidak ada dyspneu r resiko dari
f. perubahan tekanandarah / ortopneu ketidakseimbanga
distensi c. terbebas dari n cairan
g. perubahan status mental distensi vena (hiperdistentermia,
h. perubahan pola pernafasan jugularisreflek terapi diuretik,ke
i. penurunan hemoglobin hepatojugular lainan renal, gagal
j. dispnea d. memelihara jantung,diaphoresi
k. edema tekanan vena s, disfungsi hati,
90

l. peningkatan tekanan vena sentral, tekanan dll)


sentral kapiler paru, c. Monitor berat
m. asupan melebihi haluaran output jantung badan
n. distensi vena jugularis dan vital d. Monitor serum
o. oliguria signdalam batas danelektrolit urine
p. ortopnea normal e. Monitor serum dan
q. efusi pluera e. Terbatas dari osmolaritas urine
r. refleksi hepatojugular kelelahan,kecemas f. Monitor BB,HR,
positif an atau dan RR
s. perubahan tekanan arteri kebingungan g. Monitor tekanan
pulmonal f. Menjelaskan darah orthostatic
t. kongesti pulmonal indikatorkelebihan dan perubahan
u. gelisah cairan irama jantung
v. perubahan berat jenis h. Monitor parameter
urine hemodinamik
w. bunyi jantung S3 infasif
x. penambahan berat badan i. catat secara akurat
dalam waktu singkat intake dan output
j. monitor adanya
Faktor-faktor yang distensi leher,
berhubungan: rinchi,
a. Gangguan mekanisme odemperifer dan
Regulasi penambahan BB
b. Kelebihan asupan Cairan k. Monitor tanda dan
c. Kelebihan asupan Natrium gejala dari odem

2.3.4 Implementasi keperawatan

Implementasi adalah realisasi rencan tindakan untuk mencapai tujuan yangtelah

di tetapkan.Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data

berkelanjutan, mengobservasi respon Klien selama dan sesudah pelaksanaan

tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah, 2012).

2.3.5 Evaluasi keperawatan


91

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaanpasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang

dibuatpada tahap perencanaan (Rohmah, 2012)

Evaluasi keperawatan gagal ginjal kronik dengan diagnosaKeperawatan :

kelebihan Volume Cairan menurut Aspiani tahun 2015 adalah :

1. Klien mengatakan terbatas dari edema, BB satbil.

2. Klien dapat mempertahankan bunyi paru bersih dan adanya kemudahan

dalam bernafas.

3. Klien dapat mempertahankan turgor kulit normal, tidak ada oliguria.

BAB III
92

METODE PENILITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian, mulai tahap persiapan sampai tahap

penyususnan masalah dalam penelitian (Suryono, 2013). Dalam penelitian studi

kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus.

Desain penilitian dalam metode penilitian deskritif tentang gagal ginjal

kronik dengan kelebihan volume ciran menggunakan rancangan penelitian studi

khusus adalah studi yang mengeksplorasikan suatu maslah dengan batasan

terperinci, memiliki pengambilan data dan menyertakan berbagai sumber

informasi Studi khusus ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang

mempelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu. Seseorang

penelitian studi kasus dalam kegiatan studi kasusnya, baik dinyatakan secara

eksplisit atau tidak, menerapkan paradigma tertentu sehingga kasus menjadi

terarah (Saryono, 2013)

Rancangan studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup satu

unit secara itensif misalnya satu klien atau dua klien. Meskipun subjek cenderung

sedikit namun jumlah variable yang berhubungan dengan maslah studi

kasus.Rancanagan dari suatu studi kasus bergantung pada keadaaan kasus namun

tetap mempertimbangkan faktor penelitian waktu. Riwayat dan pola dari

rancangan ini adalah pengkajian secara rinci meskipun jumlah respondennya

sediki, sehingga akan dapatkan gambaran satu unit subjek secara jelas

(Nursalam, 2011).
93

3.2 Batasan istilah

Batasan istilah merupakan pernyataan yang menjelaskan istilah-istilah kunci

yang menjadi fokus studi kasus. Dalam penelitian studi kasus batasan istilah

adalah:

1. Asuhan Keperawatan Suatu metode yang sistemis dan terorganisasidalam

pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi danresponsi

untuk individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan

kesehatanyang dialami, baik aktual maupun potensial

2. Gagal Ginjal Kronik : Gagal ginjal kronik merupakan kondisi penyakit

pada ginjal yang persisten (keberlangsungan > 3 bulan) dengan kerusakan

ginjal.

3. Masalah : diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnyadengan

apa yang benar-benar terjadi, antara teori dangan praktek, antara aturan

dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksana.

4. Kelebihan Volume Cairan: Kelebihan volume cairan adalah suatu keadaan

ketika individu beresika mengalami penurunan, peningkatan, atau

perpindahan cepat dari satu kelainan cairan intravaskuler, interstisial dan

intraseluler.

3.3 Partisipan

Partisipan merupakan sejumlah orang yang turut berperan serta dalam suatu

kegiatan, keikutsertaan dan peran serta. Partisipasian pada studi kasus ini dipilih

menggunakan metode puposive. Metode purposive adalah metode pemilihan

partisipan dalam suatu setudi kasus dengan menentukan terlebih dahulu karena
94

yang akan dimasukkan dalam setudi kasus, dimana partisipan yang diambil dapat

memberikan informasi yang berharga bagi studi kasus (Nursalam, 2011). Studi

kasus ini menggunakan 2 klien dengan karateristik:

1. klien 2 yang menggalami gagal ginjal kronik

2. klien yang kooperatif

3. klien yang mengalami kelebihan volume cairan

3.4 Lokasi dan Waktu Penentuan

3.4.1Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruangan Melati Rumah Sakit Umum Daerah Bangil

Pasuruan.

3.4.2 Waktu Penelitian

Pada studi kasus ini penelitian dimulai pada bulan Januari 2017.

3.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses

pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatupenelitian

(Nursalam, 2011). Dalam kasus ini menggunakan metode pengumpulan data

dalam penelitian deskriptif, yaitu :

1. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang di lakukan dengan

tanya jawab (dialog) langsung antara pewawancara dan responden

(Saryono, 2013). Bebrapa hal yangperlu di perhatikan seorang peneliti saat

mewawancarai adalah intonasi suara , kecepatan berbicara, sensitivitas

pertanyaan, kontak mata, dan kepakaan non verbal. Dalam mencari


95

informasi, penelitian melakukan 2 jenis wawancara, yaitu autoanemnesa

(wawancara yang di lakukan dengan subjek (klien) dan aloanamnesa

(wawancara dengan kluarga klien).

2. Observasi dan pemeriksaan fisik

Menurut soekidjo 2012, observasi merupakan suatu prosedur yang

berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar, san mencatat

sejumlah aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubunganya

dengan masalah yang diteliti. Jadi dalam melakukan observasi bukan hanya

mengunjungi, melihat atau menonton saja, tetapi disertai perhatian khusus

dan melakukan pencatatan-pencatatan. Hal – hal yang diperhatikan dalam

melakukan observasi:

a. Pemeriksaan yang dilakukan tidak selalu dijelaskan secara rinci kepada

klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena

terkadang hal ini dapat meningkatkan kecemasan klien atau

mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi tidak murni)

b. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien

c. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan

dimengerti oleh perawat lain.

Dalam penelitian ini observasi dan pemeriksaan fisik dilakukan dengan

menggunakan pendekatan IPPA:

a. Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian

tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Fokus inspeksi pada setiap

bagian tubuh meliputi ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi simetris.


96

b. Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan

dan jari- jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk

mengumpulkan data, misalnya tentang temperature, turgor, bentuk

kelembaban, vibrasi, ukuran.

c. Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk bagian permukaan

tubuh tertentu untuk memandingkan dengan bagian tubuh lainya (kiri

kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.

d. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan

mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan

alat yang disebut dengan stetoskop.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan kegiatan mencari data atau variable dari

sumber berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasati,

notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Yang diamati dalam studi

dokumentasi adalah benda mati (Saryono, 2013). Dalam studi kasus ini

menggunkan studi dokumentasi berupa catatan rekam medik, litelatur,

pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan diagnostik, jurnal, dan data lain

yang relevan.

3.5 Uji Keabsahan Data


97

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menghasilkan validitas dan studi

kasus yang tinggi. Disamping integritas peneliti (kareana peneliti menjadi

instrumen utama), uji keabsahan data dilakukan dengan :

1) Memperpanjang waktu pengamatan/tindakan samping kegiatan studi kasus

berakhir dan memperoleh validitas tinggi. Dalam studi kasus ini waktu

yang tentukan adalah 3 hari akan tetapi apabila belum mencapai validitas

data yang diinginkan maka waktu untuk mendapatkan data studi kasus

diperpanjang satu hari, sehingga waktu yang diperlukan dalam studi kasus

adalah 4 hari.

2) Triangulasi merupakan metode yang dilakukan penelitian

padapengumpulan dan menganalisis data dengan memanfaatkan pihak

lainuntuk memperjelas data atau informasi yang telah di perbolehkan

dariresponden, ataupun pihak lain dalam setudi kasus ini yaitu keluarga

klien yang pernah menderita penyakit yang sama dengan klien dan perawat

yang pernah mengatasi masalah yang sama dengan klien.

3.6 Analisa data

Analisa penelitian dilakukan sejak peneliti dilapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data berkumpul. Analisa data dilakukan

dengan cara mengumpulkan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori

yang ada dan selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya

dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunkan dengan cara

menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interprestasi wawancara

mendalam yang di lakukan untuk menjawab rumusan maslah. Teknik analisi


98

digunakan dengan caraobservasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang

menghasilkan data untuk selanjutnya diinterperentasi dan dibandingkan teori

yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intevensi

tersebut.Langkah-langkah analisis penelitian pada studi kasus, yaitu :

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi (pengamatan)

dokumentasi hasil studi di tempat pengambilan studi kasus.Hasil ditulis

dalam bentuk catatan, kemudian disalin dalam bentuk transkip (catatan

terstruktur).

2. Mereduksi data wawancara seluruh data yang diperoleh dari lapangan

tersebut, dicatat kembali dalam bentuk uraian atau laporan yang lebih rinci

dan sistematis dan dijadikan satu dalm bentuk transkip dan dikelompokkan

menjadi dan subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkanhasil

pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengna tabel, gambar, bagan maupun teks

naratif.Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas

dari klien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan

hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan.Penelitian kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.Data


99

yang di kumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,

tindakan, dan evaluasi.

3.7 Etika Penelitian

Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari :

1. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Memberikan bentuk persetujuan antara dan responden studi kasus dengan

memberikan lembar persetujuan. Tujuan Informed Consent adalah agar subjek

mengerti maksud dan tujuan studi kasus.

2. Anonimity (tanpa nama)

Dimana subyek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari responden atau tanpa nama(anonymity)

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasianya oleh peneliti

studi kasus (Nursalam, 2014).


100

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data


Pengambilan data dilakukan di RSUD Bangil, kabupaten pasuruan, yang

merupakan rumah sakit type B non pendidikan, melati kelas III 7 tempat tidur,

dengan 16 ruangan. Ny. P ruangan 4F dan Tn. W ruangan 7C di rawat di ruang

melati kelas III.

4.1.2 Pengkajian

1) Identitas klien

IDENTITAS KLIEN KLIEN 1 KLIEN 2


Nama Ny. P Tn. W
Umur 45 tahun 58 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SD
Pekerjaan Penjahit Sopir
Status perkawinan Kawin Kawin
Dx medis CKD Std V + HF CKD Std V + anemi
2) Riwayat Penyakit

RIWAYAT PENYAKIT KLIEN 1 KLIEN 2


Keluhan utama Klien mengatakan sesak Klien mengatakan sesak
Riwayat penyakit sekarang Klien mengatakan bengkak Klien mengatakan bengkak
di abdomen, kaki, tangan pada kaki sejak 2 bulan yang
sejak 10 hari yang lalu, perut lalu, nyeri saat BAK seperti
klien teraba keras dan terlihat di tusuk-tusuk, skala nyeri 5,
besar sejak 1 minggu yang dan nyeri terjadi hilang
lalu, klien juga mengeluh timbul. Klien mengatakan
pusing, mual dan muntah 2x pusing,dada terasa berat,
sehari. Pada tanggal 9 mual, muntah 3x sehari. Pada
februari 2017 pukul 23.00 tanggal 18 februari 2017
klien mengeluh sesak nafas pukul 12.30 klien mengeluh
dan akhirnya dibawa ke sesak dan akhirnya dibawa
RSUD Bangil oleh ke RSUD Bangil oleh
keluarganya dan dirawat keluarganya dan dirawat
diruang melati. diruang melati.
Riwayat penyakit dahulu Klien mempunyai riwayat Klien mempunyai riwayat
101

penyakit darah tinggi, penyakit diabetes melitus


diabetes melitus.

Riwayat keluarga Keluarga klien tidak ada Keluarga klien tidak ada
yang mempunyai penyakit yang mempunyai penyakit
yang diderita klien saat ini, yang diderita klien saat ini,
seperti diabetes melitus, seperti diabetes melitus
hipertensi, HF
3) Perubahan Pola Kesehatan

No Pola Sebelum MRS Setelah MRS


Klien 1 Klien 2 Klien 1 Klien 2
1. Nutrisi dan Makan 3x1 Makan 3x1 Makan diet Makan diet
Cairan nasi dan nasi dan lunak lunak
sayur serta sayur serta RPDJRG RPDJRG
lauk, Minum lauk, Minum Minum Minum
500cc 500-600cc dibatasi dibatasi hanya
perhari. perhari, klien hanya 250cc/24 jam
terbiasa 250cc/24 jam karena pasien
minum soda karena odema.
gembira. pasien
odema.
2. Istirahat / Tidur Tidur siang Tidur siang Klien tidak Klien tidak
tidak teratur tidak teratur bisa tidur bisa tidur
karena karena karena sesak karena sesak
pekerjaan pekerjaan nafas nafas
klien sebagai klien sebagai
penjahit. supir.
Tidur malam Tidur malam
tidak teratur tidak teratur
karena karena
pekerjaan pekerjaan
klien sebagai klien sebagai
penjahit. supir.
3. Eliminasi BAB 1x /hari BAB 1x /hari BAB(-) BAB(-)
BAK sering BAK sering BAK 200cc BAK 250cc
pada malam pada malam dalam 24 dalam 24 jam
hari tapi hari menetes jam warna warna kuning
sedikit dan seperti kecoklatan tua bau khas
tidak tuntas bau khas
102

4. Personal Mandi Mandi Mandi diseka Mandi diseka


Hygiene 2x/hari 2x/hari oleh keluarga oleh keluarga
mengganti mengganti 2x pagi dan 2x pagi dan
pakaian pakaian sore hari sore hari
2x/hari 2x/hari mengganti mengganti
keramas keramas pakaian 1x pakaian 1x
2x/minggu 2x/minggu pada pagi pada pagi hari
sikat gigi sikat gigi hari dibantu dibantu oleh
2x/hari 2x/hari oleh keluarga keluarga klien
klien keramas(-)
keramas(-) sikat gigi(-)
sikat gigi(-)

5. Aktivitas Klien bekerja Klien bekerja Klien hanya Klien hanya


sebagai sebagai sopir bedrest saja bedrest saja
penjahit
4) Pemeriksaan fisik

OBSERVASI KLIEN 1 KLIEN 2


S 37,0 C 36,9 C
N 92x/menit 100x/menit
TD 160/100 mmhg 140/80 mmhg
RR 26x/menit 30x/menit
GCS 456 456
Pemeriksa
Fisik (6B) Inspeksi: klien nampak sesak Inspeksi: bentuk dada simetris
BI Breathing nafas Palpasi: tidak teraba
Palpasi: tidak teraba massa/benjolan
massa/benjolan Perkusi: bunyi timpani
Perkusi: bunyi timpani Auskultasi: Bunyi nafas ronchi
Auskultasi: Bunyi nafas ronchi

B2 Blood Inspeksi: ada pembesaran jantung Inspeksi: tidak ada pembesaran


Palpasi: terdapat massa/ benjolan jantung
disebelah kiri Palpasi: tidak teraba adanya massa/
Auskultasi: suara jantung tidak benjolan
normal ada bunyi tambahan S3 Auskultasi: suara jantung normal
B3 Brain Inspeksi: kesadaran Inspeksi: kesadaran composmentis,
composmentis, GCS 456 GCS 456
B4 Bladder Inspeksi: tidak terlihat Inspeksi: tidak terlihat pembesaran
pembesaran kandung kemih kandung kemih, klien terpasang
,klien terpasang selang kateter selang kateter
Palpasi: tidak ada nyeri tekan Palpasi: ada nyeri tekan
B5 Bowel dan Inspeksi: odema pada perut Ispeksi: tidak ada odema pada perut
Reproduksi Palpasi: tidak teraba pembesaran Palpasi: tidak teraba pembesaran
lien atau hepar lien atau hepar
Perkusi: terdengar keras karena Perkusi: klien tidak kembung
perut klien odema Auskultasi: bising usus(+)
Auskultasi: bising usus(+)
103

B6 Bone Inspeksi: terdapat odema pada Inspeksi: terdapat odema pada kaki
Muskuloskelet kaki dan tangan Palpasi : akral hangat, turgor
al Palpasi : akral hangat, turgor kembali lebih dari 2 detik
kembali lebih dari 2 detik
Data Klien terlihat gelisah dan murung Klien terlihat gelisah dan murung
Psikososial karena penyakit yang diderita karena penyakit yang diderita tidak
tidak kunjung sembuh kunjung sembuh

5) Hasil Pemeriksaan Diagnostik

Jenis Pemeriksaan Klien 1 Klien 2 Nilai


Pemeriksaan Pemeriksaan Normal
tanggal tanggal
10 februari 2017 16 februari 2017

HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Leukosit (WBC) 9,90 7,27 3, 70 – 10, 1
Neutrofil 9,0 5,4
Limfosit 0,8 0,7
Monosit 0,1 0,6
Eosinofil 0,0 0,5
Basofil 0,0 0,1
Neutrofil % H 90,9 H 74,2 39, 3 – 73, 7
Limfosit % L 7,8 L 9,9 18, 0 – 48, 3
Monosit % L 1,0 7,9 4, 40 – 12, 7
Eosinofil % L 0,0 6,5 0, 600 – 7, 30
Basofil % 0,3 1,5 0, 00- 1, 70
Eritrosit (RBC) L 3,010 L1,560 4, 2 – 11, 0
Hemoglobin (HGB) L 7,33 L 4, 39 12, 0 – 16, 0
Hematokrit (HCT) L 22,50 L 14, 00 38 – 47
MCV L 74,90 89, 30 81, 1 – 96, 0
MCH L 24,30 28, 00 27, 0 – 31, 2
MCHC 32,50 L 31, 40 31, 8 – 35, 4
RDW 13,60 L 11, 40 11, 5 – 14, 5
PLT 229 193 155- 366
MPV 5,84 7, 24 6, 90 – 10, 6
KIMIA KLINIK
FAAL GINJAL
BUN H 156 H 114 7, 8 – 20, 23
Kreatinin 13,408 14, 036 0, 6 – 1, 0
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT SERUM
Natrium (Na) 139,10 143, 30 135 – 147
104

Kalium (K) 4,59 4, 10 3, 5 – 5


Klorida (CI) 101,80 99, 86 95 – 105
Kalsium Ion L 1,135 H 1, 550 1, 16 – 1, 32
GULA DARAH
Glukosa darah sewaktu 172 122 < 200
KIMIA KLINIK
FAAL HATI
AST/SGOT 19,13 < 31
ALT/SGPT 13,20 < 39
LEMAK
Trigliserida H 205 < 150
Kolestrol 188 < 200
Kolestrol HDL 28,67 >44
Kolestrol LDL H 109,14 < 100

6) Terapi

Klien 1 Klien 2
Infus Nacl 500cc LL/24 jam Infus Nacl 500cc LL/24 jam
Injeksi Lasix 2-1-1 x 20 mg Injeksi Lasix 2 x 40 mg
Furosemid 1 x 20 mg Omeprazole 1 x 40 mg
Omeprazole 1 x 40 mg
Po Amlodipin 1 x 5 mg
Po Adalat 1 x 30 mg Allopurinol 1 x 300 mg
Clonidin 3 x 1 tablet Foralit 1 x 400 mg
ISDN 3 x 5 mg
Nebul :
Nebul : Ventolin 2 x 2,5 mg
Ventolin 2 x 2,5 mg

4.1.3 Analisis Data

ANALISIS DATA ETIOLOGI MASALAH


Klien 1 Gangguan mekanisme Kelebihan
DS: regulasi volume
Klien mengatakan bengkak dikaki dan tangan cairan
sejak 10 hari yang lalu, perut klien terasa
keras dan terlihat besar sejak seminggu yang
lalu.
DO :
1. K/U lemah
2. Klien gelisah
3. Klien Odem pada tangan dan kaki
4. Klien terpasang kateter output:
200cc intake : 250cc/ 24jam
5. Klien posisi semi flower
105

6. Elektrolit
a. Na : 139,.10 mmol/L
b. K : 4,59 mmol/L
c. Cl : 101,80 mmol/L
d. Kalsium Ion : L 1,135
mmol/L
7. BB : 65 kg
8. TD : 160/100 mmHg
9. RR : 26x/menit
10. N :92x/menit
11. S : 37,0 C
12. Glukosa darah sewaktu : 172
mg/dl
13. Terdapat bunyi tambahan jantung
S3

Klien 2 Gangguan mekanisme Kelebihan


DS : regulasi volume
Klien mengatakan bengkak pada kaki sejak 2 cairan
bulan yang lalu, saat buang air kecil terasa
nyeri seperti ditusuk- tusuk
DO :
1. K/U lemah
2. Klien gelisah
3. Odemapada kaki
4. Klien memakai O2 masker 8 Lpm
5. Klien posisi semi flower
6. Klien terpasang kateter ourput :
250ccintake : 250cc/24jam
7. Elektrolit
a. Na : 143,30 mmol/L
b. K : 4,10 mmol/L
c. Cl : 99, 86 mmol/L
d. Kalsium Ion : H 1,550
mmol/L
8. Hb : 4,39 g/dl
9. TD : 140/80 mmHg
10. RR : 30 x/menit
11. N : 100x/menit
12. S : 36,9 C
13. BB: 60 kg
14. Tidak ada bunyi tambahan
jantung S3
106

4.1.4 Diagnosa Keperawatan

Klien 1 Klien 2
Kelebihan volume cairan berhubungan Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan gangguan mekanisme regulasi dengan gangguan mekanisme regulasi

4.1.5 Intervensi

Diagnosa Tujuan dan kreteria hasil Intervensi


keperawatan
Klien 1
Kelebihan volume
cairan NOC NIC
a. Fluid monitoring Fluid Monitoring
Kreteriahasil: a. Tentukanriwayatjumlahd
a. Terbebasdariederna antipe intake
b. Memelihara vital cairandaneliminasi
sign dalambatas b. Tentukankemungkinanfa
normal ctorresikodariketidaksei
c. Terbebasdari mbangancairangagal
kecemasan jantung
d. Menjelaskan c. Monitor beratbadan
indicator d. Monitor serum
kelebihancairan danelektrolit urine
e. Monitor serum
danosmolaritas urine
f. Monitor BP, HR, dan
RR
g. Monitor tekanandarah
orthostatic
danperubahaniramajantu
ng
h. Catatsecaraakurat intake
dan output
i. Monitor adanyadistensi
leher, ronchi,
odemperiferdanpenamba
han BB
j. Monitor
tandadangejaladariodem
Klien 2
Kelebihan volume
cairan NOC NIC
107

a. Fluid monitoring Fluid Monitoring


Kriteriahasil: a. Tentukanriwayatjumlahd
a. Terbebasdarieder antipe intake
na cairandaneliminasi
b. Vital sign b. Tentukankemungkinanfa
dalambatas ctor
normal resikodariketidakseimba
c. Terbebasdarikece ngancairan, kelainan
masan renal
d. Menjelaskanindic c. Monitor beratbadan
ator kelebihan d. Monitor serum
cairan. danelektrolit urine
e. Monitor serum
danosmolaritas urine
f. Monitor BP, HR, dan
RR
g. Monitor tekanan darah
orthostatic
danperubahaniramajantu
ng
h. Catatsecara akurat intake
dan output
i. Monitor adanya ronchi,
odemperiferdanpenamba
han BB
j. Monitor
tandadangejaladariodem

4.1.6 Implementasi

DIAGNOSA 11 FEBRUARI 2017 12 FEBRUARI 2017 13 FEBRUARI


KEPERAW 2017
ATAN
Klien 1
Kelebihan Implementasi Implementasi Implementasi
volume
cairan b.d
penurunan
haluaran
urien, diet
berlebihan
dan retensi
cairan serta
natrium
08.00 a. Melakukan a. 16.00 a. 08.00
108

bina Memonitor Memonitor


hubungan Adanyaken adanya
saling aikantekan kenaikan
percaya pada andarah. tekanan
pasien dan b. 16.30 darah
keluarga Memonitor b. 08.30
pasien untuk adanya Memonitor
menjalin odema adanya
08.30 kerja sama tungkai odema
yang baik odema tungkai
dari pada odema pada
komunikasi tangan dan tangan dan
09.00 terapeutik. ascites. ascites.
b. Memonitor c. 17.30 c. 09.00
adanya Memonitor Memonitor
kenaikan tingkat tingkat
tekanan kecemasan kecemasan
10.00
darah. klien. klien.
c. Memonitor d. 18.00 d. 09.30
adanya Memonitor Memonitor
10.30 odema frekuensi frekuensi
tungkai pernafasan. pernafasan.
odema pada e. 18.30 e. 10.00
11.00 tangan dan Memberika Memberika
ascites. n injeksi , n injeksi ,
d. Memonitor furosemid furosemid
tingkat 20 mg, 20 mg,
kecemasan omeprazol omeprazole
11.30 klien. e 40 mg 40 mg (IV).
e. Memonitor (IV). f. 10.30
frekuensi f. 19.00 Mencatat
pernafasan. Mencatat secara
f. Memberikan secara akurat
injeksi , akurat intake dan
furosemid 20 intake dan output
mg, output
omeprazole
40 mg (IV).
g. Mencatat
secara akurat
intake dan
output.

Klien 2 17 FEBRUARI 2017 18 FEBRUARI 2017 19 FEBRUARI


2017
109

16.00 a. Melakukan a. 08.00 a. 16.00


bina Memonitor Memonitor
hubungan adanya adanya
saling kenaikan kenaikan
percaya pada tekanan tekanan
pasien dan darah darah
keluarga b. 08.30 b. 16.30
pasien untuk Memonitor Memonitor
menjalin adanya adanya
kerja sama odema odema
16.30 yang baik tungkai tungkai
dari odema odema pada
komunikasi pada tangan dan
terapeutik. tangan dan ascites.
17.00 b. Memonitor ascites. c. 17.00
adanya c. 09.00 Memonitor
kenaikan Memonitor tingkat
tekanan tingkat kecemasan
17.30 darah. kecemasan klien.
c. Memonitor klien. d. 17.30
adanya d. 09.30 Memonitor
odema Memonitor frekuensi
18.00 tungkai frekuensi pernafasan.
odema pada pernafasa. e. 18.00
tangan dan e. 10.00 Memberika
18.30 ascites. Memberika n injeksi ,
d. Memonitor n injeksi , omeprazole
tingkat omeprazol 40 mg (IV).
19.00 kecemasan e40 mg f. 18.30
klien. (IV). Mencatat
e. Memonitor f. 10.30 secara
frekuensi Mencatat akurat
pernafasan. secara intake dan
f. Memberikan akurat output
injeksi , intake dan
omeprazole output
40 mg (IV).
g. Mencatat
secara akurat
intake dan
output.

4.1.7 Evaluasi
110

Dx Hari 1 Hari 2 Hari 3


Klien 1 S : klien mengatakan S : klien mengatakan S : klien mengatakan
Kelebih sesak nafas sesak nafas sesak nafas
an
volume O: O: O:
cairan a. GCS = 456 a. GCS= 456 a. GCS = 456
b. Kesadaranco b. Kesadarancomp b. Kesadarancompos
mposmentis osmentis mentis
c. K/U c. K/U lemah, c. K/Ubaik,
lemah,gelisa gelisah,klien odempadatangand
h,klientampa tampak pucat, an kaki
kpucat, odem d. CRT >2detik
odempadatan padatangandan e. TD :140/80
gandan kaki kaki mmHg
d. CRT >2detik d. CRT >2detik f. N: 82x/menit
e. TD : 150/80 e. TD : 160/90 g. RR: 24x/menit
mmHg mmHg h. S: 36,5 C
f. N : f. N : 89x/menit i. Klienmemakai O2
90x/menit g. RR : 28x/menit nasal kanul 4Lpm
g. RR : h. S:36,8 C j. intake :
26x/menit i. Klienmemakai 250cc/24jam
h. S : 37,0 C O2masker k. output :
i. Klienmemak 8Lpm. 200cc/24jam
ai O2 masker j. Intake 250cc/
8Lpm. 24jam
j. Intake : k. Output : 200cc/
250cc/24jam 24jam
k. Output :
200cc/24jam
A : masalah belum A : masalah teratasi
A : masalah belum
teratasi sebagian
teratasi

P : lanjutkan P : lanjutkan intervensi a,


P : lanjutkan intervensi
a, d, e, f, g, k. intervensi a, d, e, f, g, d, e, f, g, k.
k.

Klien 2 S : klien mengatakan S : klien mengatakan S : klien mengatakan


Kelebih mual, badan terasa mual, badan terasa mual, badan terasa lemas,
an lemas nyeri perut skala lemas. Nyeri perut nyeri perut berkurang
volume 4 berkurang dengan dengan skala nyeri 2
cairan skala nyeri 2

O: O: O:
a. GCS: 456 a. GCS: 456 a. GCS: 456
b. Kesadarancomp b. Kesadarancom b. Kesadarancompos
111

osmentis posmentis mentis


c. K/U lemah, c. K/U lemah, c. K/U lemah, gelisah
gelisah gelisah d. PRC :
d. tranfusi PRC d. tranfusi PRC 1/harisampai HB >
1/harisampaihb> 1/harisampaih 11
11 b> 11 e. Odemapada kaki
e. odemapada kaki e. odemapada f. CRT >2detik
f. CRT >2detik kaki g. TD : 110/70
g. TD : 100/70 f. CRT >2detik mmHg
mmHg g. TD : 120/80 h. N: 82x/menit
h. N: 84x/menit mmHg i. RR: 24x/menit
i. RR: 26x/menit h. N: 86x/menit j. S : 37,8 C
j. S : 38 C i. RR: 28x/menit k. memakai O2
k. memakai O2 j. S : 37,2 C masker 8Lpm
masker 8Lpm k. memakai O2 l. Hb : 8,98 g/dl
l. Hb : 8,47 g/dl masker 8Lpm m. Intake :
m. Intake : l. Hb : 8,96 g/dl 250cc/24jam
250cc/24jam m. Intake : n. Output :
n. Output : 200cc/ 250cc/24jam 200cc/24jam
24jam n. Output :
200cc/24jam

A : masalah belum A : masalah belum


teratasi teratasi

P : lanjutkan intervensi P : lanjutkan A : masalah teratasi


a, d, e, f, g, k. intervensi a, d, e, f, g, sebagian
k.
P : lanjutkan intervensi a,
d, e, f, g, k.

4.2 Pembahasan

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan antara kesenjangan

yang terjadi antara praktek dan teori pada studi kasus yang dilakukan di

RSUD Bangil Pasuruan dengan teori yang ada. Disini penulis akan

menjelaskan kesenjangan tersebut pembahasan ini dimaksudkan agar dapat di

ambil suatu pemecahan masalah dari kesenjangan-kesenjangan yang terjadi,


112

sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan

keperawatan sebagai berikut:

4.2.1 Pengkajian

1. Data subjektif

Dari hasil pengkajian yang didapatkan antara 2 klien terdapat keluhan

utama yang sama yaitu bengkak pada bagian tubuh. Akan tetapi bengkak yang

di alami oleh klien 1 lebih parah dibandingkan klien 2. klien 1 mengalami

bengkak pada tangan dan kaki dan ascites pada perut karena ada komplikasi

heart failure dan klien 1 menggalami sesak nafas, pusing, mual, dan muntah.

sedangkan klien 2 hanya bengkak pada kaki, merasakan sesak nafas, nyeri

seperti ditusuk-tusuk, dada terasa berat, pusing, mual, dan muntah.

Menurut peneliti pada pengkajian studi kasus ini menemukan

perbedaan pada keluhan utama yang dialami oleh klien 1 danklien 2, yang

disebabkan olehklien 1 mengalami kardiomegali,

terjadinyakardiomegaliadanyajantungbengkakakibatdarimelonggarnyaototjant

ungsehingga volume bilikjantungmenjadilebihbesar, paling

seringdisebabkantekanandarahtinggi (hipertensi) yang

menyebabkanpembesaranventrikelkiri(hipertrofi),

padaawalpembengkakanjantungmasihdapatmempompadarahsecara normal

namunseiringberkembangnyapembengkakanterjadinyamenurunyakerjajantung

sehinggakemampuanjantungmemompasemakinmenurunakhirnyaterjadilahgag

aljantung.Sedangkanklien 2 tidakmenggalamikardiomegalidanhipertensi.
113

PernyataantersebutditunjangolehPrabowo (2014) sudah sangat jelas

mengatakan bahwa manifestasi penderita gagal ginjal kronik salah satunya

adalah terjadinya edema perifer yang terlihat karena adanya gangguan system

kardiovaskuler.

2. Data objektif

Data objektif pada observasi tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik, yang

didapatkan perbedaan antara klien 1 dan klien 2. Tekanan darah pada klien 1

160/100 mmHg dan pada klien 2 140/80 mmHg. frekuensi pernafasan antara

klien 1 dan klien 2 juga berbeda, klien 1 26x/menit dan klien 2 30x/menit.

Pada pemeriksaan fisik B1 klien 1 dan klien 2 tidak menggalami perbedaan

pada perkusi terdapat bunyi timpani dan auskultasi terdapat bunyi ronchi, B2

klien 1 dan klien 2 menggalami perbedaan pada klien 1 terdapat pembesaran

jantung, terdapat benjolan sebelah kiri, suara jantung tidak normal dan ada

tambahan bunyi jantung S3, sedangkan klien 2 suara jantung normal. B3 klien

1 dan klien 2 menggalami kesadaran composmentis dengan GCS 4-5-6. B4

ada perbedaan antara klien 1 dan klien 2, perbedaan tersebut antara klien 1

tidak ada nyeri tekan dan klien 2 menggalami nyeri tekan seperti ditusuk-

tusuk, skala nyeri 5. B5 ada perbedaan antara klien 1 dan klien 2, pada klien 1

terdapat odema pada perut dan menggalami kembung, klien 2 tidak

menggalami odema dan tidak kembung. B6 klien 1 menggalami odema pada

kaki dan tangan dengan turgor kulit lebih dari 2 detik dan akral hangat, klien 2

odema pada kaki dengan turgor kulit lebih dari 2 detik dan akral hangat.
114

Menurut peneliti terjadi perbedaan tekanan darah antara klien 1 dan klien

2 ini disebabkan karena klien 1 mengalami komplikasi penyakit seperti

pembesaran jantung dan terdapat benjolan sebelah kiri sehingga memicu

kenaikan tekanan darah secara signifian karena klien 1 juga mempunyai

riwayat darah tinggidandiabetes melitus, klien 1 jugaterdapat edema

parusertasuaratambahanpadajantungterdapatbunyitambahanS3, Klien 2 tidak

menggalami komplikasi penyakit seperti pembesaran jantung sehingga tidak

ada kenaikan tekanan darah yang secara signifian dan klien 2 tidak memiliki

riwayat darah tinggidan diabetes mellitus, sertaklien 2 tidakterdapat edema

parudansuaratambahanpadajantungsepertisuaratambahanS3.

Pernyataantersebutditunjangoleh Prabowo (2014) menjelaskan bahwa

salah satu penyakit komplikasi yang diderita oleh penderita gagal ginjal

kronik adalah penyakit kardiovaskuler seperti kardiomegali.

4.2.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan pada klien 1 dan klien 2 dari hasil pengkajian,

hasil pemeriksaan fisik, hasil dari pemeriksaan diagnostic yang didapatkan

menunjukan masalah yang dialami kedua klien adalah kelebihan volume

cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi. Yang dilihat dari

batasan karateristik dari klien 1 dan klien 2 menggalami sama, tetapi dari
115

BUN, Kreatinin, Elektrolit seperti natrium, kalium, kalsium, dan kalsium ion

diatas batas normal yang di tentukan.

Menurut peneliti kelebihan volume cairan disebabkan karena adanya

retensi cairan dan natrium sehingga terjadi edema, hipertensi dan ascites.

Kehilangan garam mengakibatkan resiko hipotensi dan hypovolemia

perpisahan air dan natrium sehinga status uremi memburuk, Kelebihanvolume

cairandapatdilihatdaripemeriksaanpenunjangdengannilaimelebihibatas normal

sehinggakonsentrasidarinatriumdalamalirandarahmenjadisangatkecil.

Diagnose keperawatan yang diambil untuk klien 1 dan klien 2 didasarkan

pada batasan karakteristik dan tanda gejala yang dialami oleh kedua klien.

PernyataantersebutditunjangolehPrabowo (2014) kelebihan volume

cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi dengan data

subjektif klien mengeluh sesak nafas, adanya periorbital dan ederma perifer,

klien mual dan muntah. Data objektif perubahan tekanan darah, edema, dan

oliguria.

4.2.3 Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan yang diberikan untuk klien 1 dan klien 2

adalah NOC fluid monitoring: fluid monitoring adalah tentukan riwayat

jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi, tentukan kemungkinan faktor

resiko dari ketidak seimbangan cairan gagal jantung, monitor berat badan,

monitor serum dan elektrolit urien, monitor serum dan osmolaritas urine,
116

monitor BP, HR, dan RR, monitor tekanan darah orthostatic dan perubahan

irama jantung, catat secara akurat intake dan output, monitor adanya distensi

leher, ronchi, odem perifer dan penambahan BB, monitor tanda dan gejala

dari odem.

Menurut peneliti intervensi yang dilakukan untuk kedua klien untuk

menjaga kestabilan tekanan darahdengan tanda tanda vital karena klien 1

terjadinya hipertesi 160/100mmHg karena mempunyai penyakit lain yang

menyertai yaitu heart failure dan pada hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan

penunjang menunjukkan bahwa klien 1 mengalami kardiomegali di

bandingkan klien 2 tidak mempunyai hipertensi 140/80mmHg dan tidak

mempunyai penyakit lain yaitu heart failure.

Pernyataantersebutditunjangoleh Pranata (2013) intervensi

keperawatan dengan masalah kelebihan volume cairan menggunakan NOC

Fluid Monitoring dengan NIC Fluid Monitoring monitor tekanan darah

orthostatic.

4.2.4 Implementasi keperawatan

Implementasi yang dilakukan hanya 11 intervensi,pada klien 1

implementasi yang dilakukanyaitu :

memonitoringadanyakenaikantekanandarah,

memonitoradanyaodematungkaiodemapadatangandan ascites,

memonitortingkatkecemasanklien,
117

memonitorfrekuensipernafasandanberkolaborasidengantimmedisdalampember

ianterapiinjeksifurosemid 20mg, omeprazole 40mg. padaklien 2implementasi

yang dilakukanyaitu :memonitoringadanyakenaikantekanandarah,

memonitoradanyaodematungkaiodemapadatangandan ascites,

memonitortingkatkecemasanklien,

memonitorfrekuensipernafasandanberkolaborasidengantimmedisdalampember

ianterapiinjeksi omeprazole 40mg.

Menurutpenelitidari 20 intervensi yang adapadateorihanya 10

intervensi yang

dilakukankarenamelihatdarikeadaanklien.Implementasipadaklien 1 danklien 2

sudahsesuaidenganhasilpemeriksaankeduaklien.Perbedaanpadaklien 1

diberikanterapiadalat 1x30mg, clonidin 3x1 tablet, ISDN 3x5mg.

sedangkanklien 2 diberikanterapiamlodipin 1x5mg, allopurinol 1x300mg,

foralit 1x400mg.

PernyataantersebutditunjangolehLisazieePujiastuti (2014),

selamatahapimplementasiperawatmelaksanakanrencanaasuhanperawatan.Instr

uksikeperawatandiimplementasikanuntukmembantukliensecaramandirimaupu

nberkolaborasidengan team medislainya.

4.2.5 Evaluasi keperawatan

Evaluasi pada klien 1 dan klien 2 yang dilakukan selama 3 hari pada

hari pertama klien 1 masih mengeluh sesak nafas dengan frekuensi 26x/menit
118

dengan memakai masker 8Lpm. Pada hari kedua klien masih mengeluh sesak

nafas dengan frekuensi 28x/menit dengan memakai masker 8Lpm. Pada hari

ketiga klien masih menggeluh sesak nafas dengan frekuensi 24x/menit

dengan memakai nasal canul 4Lpm. tidak terdapat perubahan evaluasi. Klien

tetap saja sesak nafas, tetapi hari ketiga frekuensi mulai berkurang dengan

memakai nasal canul. Pada klien 2 evaluasi hari pertama klien mengeluh

mual, badan terasa lemas dan nyeri perut skala 4. Pada hari kedua klien

mengeluh mual, badan terasa lemas dan nyeri perut berkurang dengan nyeri

skala 2. Pada hari ke tiga klien mengeluh mual badan terasa lemas dan nyeri

skala 2.pada hari kedua terjadi perubahan evaluasi yaitu klien mengeluh nyeri

berkurang dengan skala 2, akan tetapi klien mengeluh mual, dan badan terasa

lemas.

Menurut peneliti terjadinya perubahan evaluasi antara klien 1 dan

klien 2 berbeda dikarenakan kondisi tubuh klien itu sendiri. Evaluasi

keperawatan mengalami perubahan pada kedua klien dikarenakan intervensi

yang diberikan sesuai dengan kondisi klien, tetapi untuk klien 2 lebih cepat

untuk tercapainya evaluasi dalam rentang maksimal karena dari keadaan

umum klien juga sudah cukup baik dilihat dari perubahan keluhan dan tanda

gejala yang ada. Pada klien 1 mengalami perlambatan perubahan kondisi klien

karena ada penyakit lain yang menyertai sehingga perlu adanya tindakan yang

lebih lanjut. Dengan demikian untuk mengatasi keluhan utama yang

menyangkut kelebihan volume cairan belum terpenuhi untuk klien 1 dan 2.


119

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien(hasil yang diamati) dengan tujuan dan kreteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah,2012). Evaluasi keperawatan gagal

ginjal kronik dengan diagnose keperawatan : kelebihan volume cairan

menurut Aspiani tahun 2015 adalah, klien mengatakan terbebas dari ederma,

BB stabil, klien dapat mempertahankan bunyi paru bersih dan adanya

kemudahan dalam bernafas, klien dapat mempertahankan turgor kulit normal,

tidak ada oliguria.


120

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan apa yang penulis didapatkan dalamlaporan kasus dan

pembahasan pada asuhan keperawatan dengan masalah kelebihan volume

cairan pada Responden 1 dan Responden 2 dengan kasus gagal ginjal kronik

di ruang melati RSUD Bangil Pasuruan, maka penulis mengambil

kesimpulan:

1) Pengkajian

Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada klien 1 dan klien 2

mengalami perbedaan. Pada klien 1 mengeluh sesak nafas sedangkan pada

klien 2 mengalami nyeri diseluruh bagian perut. Pada klien 1 ditemukan

oderma pada tangan, kaki,dan ascites karena adanya komplikasi pada system

kardiovaskuler. Sedangkan pada klien 2 oderma hanya terdapat pada kaki

saja.

2) Diagnose keperawatan

Diagnose keperawatan yang diambil oleh peneliti untuk klien 1 dan

klien 2 adalah kelebihan volume cairan berhubung dengan gangguan


121

mekanisme regulasi. Diagnose ini diambil berdasarkan batasan karakteristik,

tanda dan gejala yang dialami masing-masing klien.

3) Intervensi keperawatan

Intervensi yang dilakukan oleh peneliti untuk klien 1 dan klien 2 sudah

sesuai dengan apa yang ada pada nanda NOC dan NIC yaitu fluid monitoring.

Fluid monitoring meliputi monitoring adanya tanda dan gejala ederma,

monitoring tekanan darah serta monitoring input dan output klien. Ada

perbedaan intervensi antara klien 1 dan klien 2 mengenai monitoring tekanan

darah. Pada klien 1 monitoring hipertensi, sedangkan pada klien 2 monitoring

adanya hipotensi dan hipovolemi.

4) Implementasi

Implementasi keperawatan antara klien 1 dan klien 2 menggunakan

intervensi keperawatan NOC dan NIC fluid manajemen. Implementasi

dilakukan sesuai dengan intervensi akan tetapi pada intervensi mengenai

monitoring tekanan darah ada perbedan antara klien 1 dan klien 2. Pada klien 1

monitoring adanya hipertensi, sedangkan pada klien 2 monitoring adanya

hipotensi dan hopovolemia.

5) Evaluasi
122

Evaluasi pada klien 1 dan klien 2 yang dilakukan selama 3 hari, pada hari

pertama klien 1 masih mengeluh sesak nafas dan masih terdapat odema pada

tangan, kaki, erut skrotum. Pada hari kedua klien masih mengeluh sesak nafas dan

odema tidak berkurang sama sekali. Pada hari ketiga tidak terdapat perubahan

evaluasi. Klien tetap saja sesak nafas dan odema yang tidak berkurang. Pada klien

2 hari pertama mengeluh nyeri perut skala 4 dan odema pada kaki. Pada hari

kedua sudah terjadi perubahan evaluasi yaitu klien sudah tidak merasakan nyeri

perut lagi, klien mengeluh mual, mutah, dan badan terasa lemas akan tetapi masih

ada odem pada kaki. Pada hari ketiga klien masih mengeluh mual muntah badan

terasa lemas dan kembali nyeri perut. Dengan demikian intervensi dan

implementasi yang sudah dilakukan selama tiga hari didapatkan evaluasi dengan

masalah kelebihan volume cairan masih dalam tahap masalah belum teratasi.

5.2 Saran

1) Bagi perawat

Dapat dijadikan bahan masukan bagi perawat di rumah sakit dalam

melakukan tindakan asuhan keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu

pelayanan yang baik khususnya pada klien gagal ginjal kronik dengan masalah

kelebihan volume cairan.

2) Bagi dosen ( institut pendidikan)


123

Dapat digunakan sebagai bahan acuan atau referensi tambahan untuk

meberikan pendidikan kepada mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada

klien gagal ginjal kronik dengan masalah kelebihan volume cairan.

3) Bagi keluarga dan pasien

Dapat menambah pengetahuan tentang penyakit gagal ginjal kronik

DAFTAR PUSTAKA

Andre Saferi Wijaya, (2013), Keperawatan Medikal Bedah, Yogyakarta :


Nuha Medika.

Dwi Anggraeni, (2013), Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif


dalam Bidang Kesehatan, Yogyakarta : Salemba Medika.

Huda Amin & Kusuma Hardi. (2016), Asuhan Keperawatan Praktis


Berdasarkan diagnosa NANDA NIC-NOC, Yogyakarta : Mediaction
Jogya.

ICME STIKes, (2016), Buku Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah : Studi
Kasus, Jombang : STIKes Icme.

John Gibson, (2003), Fisiologin & Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2:
Jakarta : Kedokteran EGC.

Jurnal e-Clinic (eCI)Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016.

Jurnal Keperawatan (Pengaruh Kelebihan Kenaikan Berat Badan Terhadap


Kejadian Komplikasi Gagal Jantung Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Mengalami Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit Se-
Provinsi Gorontalo): 2015.

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume


4 No 1 Maret 2009.

Nursalam, (2008), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan, Surabaya : Salemba Medika.
124

Padila, (2012), Keperawatan Medikal Bedah, Yogyakarta : Nuha Medika.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Soekidjo, (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan : Jakarta : Rineka Cipta.

Wijaya & Putri, (2013), Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa)


: Jakarta : Kedokteran EGC.
125

JADWAL KEGIATAN KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN Th. 2016

Bulan
No Kegiatan September Desember Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pendaftaran Mahasiswa Peserta Studi Kasus
2 Pembimbingan Proposal Studi Kasus
3 Pendaftaran Ujian Proposal Studi Kasus
4 Ujian Proposal Studi Kasus
5 Revisi Proposal Studi Kasus
6 Pengambilan dan pengolahan data
7 Pembimbingan Hasil
8 Pendaftaran Ujian Sidang Studi Kasus
9 Ujian Sidang Studi Kasus
10 Revisi Studi Kasus dan Pengumpulan Studi Kasus
126

Lampiran 2

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal Pengkajian

Tanggal MRS Jam MRS

Diagnosa Masuk no.register

A. Identitas Pasien
Nama : Penanggung Jawab :
Usia : Nama :
Jenis Kelamin : Usia :
Suku : Jenis Kelamin :
Agama : Hubungan :
Pendidikan : Alamat :
Alamat :
B. Riawayat Penyakit Sekarang
1. Keluhan Utama

2. Riwayat Penyakit Sekarang

3. Riwayat Penyakit Dahulu

4. Riwayat Penyakit Keluarga

5. Riwayat Psikologi

6. Riwayat Psikososial

7. Riwayat Spiritual

C. Pemeriksaan Penunjang
127

D. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

1. Tanda-tanda vital
TD : mmHg
N : x/menit
S : C
RR : x/menit

2. Sistem Pernafasan (B1)

3. Sistem Kardiovaskuler (B2)

4. Sistem Persyarafan (B3)

5. Sistem Perkemihan (B4)

6. Sistem Pencernaan (B5)

7. Sistem Muskuloskeletal (B6)


128

E. Pola Kesehatan
No Pola Sebelum MRS Saat MRS
1. Nutrisi dan Cairan

2. Istirahat / Tidur

3. Eliminasi

4. Personal Hygiene

5. Aktivitas
129

ANALISA DATA

Nama : No.RM :
No Data Etiologi MK
130

F. Diagnosa Keperawatan
1...........................................................................................................................
2...........................................................................................................................
3...........................................................................................................................
4...........................................................................................................................
5...........................................................................................................................
131

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
132

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : No. RM :
Hari/Tanggal No.Diagnosa Implementasi Paraf
Waktu
133

EVALUASI

No Hari/Tanggal Dx Waktu Evaluasi Paraf


134

Lampiran 3

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN

Nama : Ninik wulandari

NIM : 141210026

Judul : Asuhan Keperawatan pada Klien gagal ginjal kronik dengan masalah kelebihan

volume cairan di RSUD bangil pasuruan.

Bahwa saya meminta Bapak/Ibu/Saudara/I untuk berperan serta dalam pembuatan

laporan kasus sebagai partisipan dengan mengisi lembar pengkajian.

Sebelumnya saya akan memberikan penjelasan tentang tujuan laporan kasus ini dan

saya akan merahasiakan identitas, data maupun informasi yang klien berikan. Apabila ada

pertanyaan yang akan diajukkan menimbulkan ketidaknyamanan bagi klien, peneliti akan

menghentikan pada saat ini dan klien berhak mengundurkan diri.

Demikian permohonan ini saya buat dan apabila klien mempunyai pertanyaan, klien

dapat menanyakan langsung kepada peneliti yang bersangkutan.

Pasuruan, januari 2017

Peneliti

(Ninik wulandari)
135

Lampiran 4

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Bahwa saya dimintsi untuk berperan serta dalam KaryaTulisIlmiahini penelitian sebagai

responden dengan mengisi lembar pengkajian.

Sebelumnya saya telah diberi penjelasan tentang tujuan proposal penelitian ini dan saya

telah mengerti bahwa penelitian akan merahasiakan identitas, data maupun informasi yang saya

akan berikan. Apabila ada pertanyaan yang diajukan menimbulkan ketidak nyamanan bagi saya,

peneliti akan menghentikan pada saat ini dan saya berhak mengundurkan diri.

Demikian persetujuan ini saya buat secara sadar dan sukarela tanpa ada unsur

pemaksaan dari siapapun, saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian.

Pasuruan , Januari 2017

Responden

( )
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145

Anda mungkin juga menyukai