Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

I. KONSEP DASAR MEDIS


A. DEFENISI
Menurut BPOM, (2011) Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi
penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga
menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen.
Menurut Marilyn E, (2012) Anemia didefinisikan sebagai penurunan
volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk
orang sehat. Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam
penyebabnya.
Sedangkan menurut Wong, (2013) Anemia adalah keadaan dimana
jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.

B. ETIOLOGI
Menurut BPOM (2011), Penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak
dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap
zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis,
dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin
B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel
darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria,
atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

C. KLASIFIKASI ANEMIA
Menurut Mochtar, (2008) terdapat beragam jenis pengklasifikasian
anemia, pada klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan makro
menunjukkan ukuran pada sel darah merah sedangkan kromik menunjukkan
warnanya. Secara morfologi, pengklasifikasian anemia terdiri atas:
1. Anemia normositik normokrom
Patofisiologi anemia ini terjadi karena pengeluaran darah atau
destruksi darah yang berlebih sehingga menyebabkan Sumsum tulang harus
bekerja lebih keras lagi dalam eritropoiesis. Sehingga banyak eritrosit muda
(retikulosit) yang terlihat pada gambaran darah tepi. Pada kelas ini, ukuran
dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam
jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia. Anemia ini dapat
terjadi karena hemolitik, pasca pendarahan akut, anemia aplastik, sindrom
mielodisplasia, alkoholism, dan anemia pada penyakit hati kronik.
2. Anemia makrositik normokrom
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal
tetapi normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal ini
diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti
yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi
pada kemoterapi kanker, sebab terjadi gangguan pada metabolisme sel
3. Anemia mikrositik hipokrom
Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam
jumlah yang kurang dari normal. Hal ini umumnya menggambarkan
insufisiensi sintesis hem (besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan
sideroblastik dan kehilangan darah kronik, atau gangguan sintesis globin,
seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital).

Untuk menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan pertimbangan


morfologis dan etiologi. Berikut adalah pengklasifikasian anemia menurut
etiologinya:
1. Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sel-sel induk di
sumsum tulang yang dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah
sel-sel darah yang dihasilkan tidak memadai. Penderita mengalami
pansitopenia yaitu kekurangan sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit. Secara morfologis sel-sel darah merah terlihat normositik dan
normokrom, hitung retikulosit rendah atau hilang dan biopsi sumsum tulang
menunjukkan suatu keadaan yang disebut “pungsi kering” dengan hipoplasia
yang nyata dan terjadi pergantian dengan jaringan lemak. Langkah-langkah
pengobatan terdiri dari mengidentifikasi dan menghilangkan agen penyebab.
Namun pada beberapa keadaan tidak dapat ditemukan agen penyebabnya
dan keadaan ini disebut idiopatik. Beberapa keadaan seperti ini diduga
merupakan keadaan imunologis.
2. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi secara morfologis diklasifikasikan sebagai
anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintetis
hemoglobin. Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia.
Khususnya terjadi pada wanita usia subur, sekunder karena kehilangan darah
sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama hamil.

D. MANIFETASI KLINIS
Menurut Carpenito, (2000) tanda gejala khas dari penderita anemia yaitu:
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina
(sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

E. PATOFISIOLOGI
Menurut Brunner & Suddarth (2012) adanya suatu anemia mencerminkan
adanya suatu kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau
keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang
belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar Hb, hematokrit, indeks sel darah merah, penelitian sel darah putih,
kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung
trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin
parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis
serta sumber kehilangan darah kronis.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang :
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada pasien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM. Untuk mencegah
kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup
pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan
absorbsi.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Menurut Santosa, Budi (2007) panduan untuk pengkajian keperawatan
1. Lakukan pengkajian fisik head to toe
2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum
1) Kelemahan otot
2) Mudah lelah, Kulit pucat

b. Manifestasi sistem saraf pusat


1) Sakit kepala
2) Pusing
3) Peka rangsang
4) Proses berpikir lambat
5) Penurunan lapang pandang
6) Apatis
7) Depresi
8) Gelisah

c. Syok (anemia kehilangan darah)


1) Perfusi perifer buruh
2) Kulit lembab dan dingin
3) Tekanan darah rendah dan tekanan darah sentral
4) Peningkatan frekuensi jantung

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada studi kasus ini diagnosa yang digunakan menggunakan Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia (SDKI), 2016:
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d Penurunan Konsentrasi Hemoglobin
2. Defisit Nutrisi b/d Ketidakmampuan Menelan Makanan
3. Defisit perawatan Diri b/d Kelemahan Fisik
4. Intoleransi Aktifitas b/d Ketidakseimbangan Suplai dan Kebutuhan Oksigen
5. Gangguan Pertukaran Gas b/d Ventilasi-Perfusi
6. Pola Nafas Tidak Efektif b/d Hambatan Upaya Nafas: Penurunan Energi
7. Keletihan b/d Anemia
8. Risiko Infeksi d.d faktor risiko Penurunan Hemoglobin

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pada studi kasus teori ini menggunakan kriteria hasil (Moorhead, et all. NOC,
2016) dan intervensi (Mc Closkey, C.J. NIC, 2010)
DIANGOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
NO
KEPERAWATAN (NOC) (NIC)
1 Perfusi Perifer Tidak
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Sensasi Perifer
Efektif b/d
keperawatan selama …24 jam, perfusi - Monitor adanya daerah
Penurunan jaringan klien adekuat dengan tertentu yang hanya peka
Konsentrasi kriteria : terhadap
Hemoglobin - Membran mukosa merah panas/dingin/tajam/tumpul
- Konjungtiva tidak anemis - Monitor adanya paretese
- Akral hangat - Instruksikan keluarga untuk
- Tanda-tanda vital dalam rentang mengobservasi kulit jika
normal ada lesi atau laserasi
- Gunakan handscoen untuk
proteksi
- Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
- Monitor kemampuan BAB
- Kolaborasi pemberian
analgetik
- Monitor adanya
tromboplebitis
- Diskusikan menganai
penyebab perubahan sensasi
2 Defisit Nutrisi b/d Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management
Ketidakmampuan keperawatan selama …24 jam, status - Kaji adanya alergi makanan
Menelan Makanan nutrisi klien adekuat dengan kriteria: - Kolaborasi dengan ahli gizi
- Adanya peningkatan berat badan untuk menentukan jumlah
sesuai dengan tujuan kalori dan nutrisi yang
- Mampu mengidentifikasi dibutuhkan pasien
kebutuhan nutrisi - Anjurkan pasien untuk
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi meningkatkan intake Fe
- Menunjukkan peningkatan fungsi - Anjurkan pasien untuk
pengecapan dari menelan meningkatkan protein dan
- Tidak terjadi penurunan berat vitamin C
badan yang berarti - Berikan substansi gula
- Pemasukan yang adekuat - Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
- Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
- Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
- Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
- Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor adanya penurunan
berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
- Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
- Monitor lingkungan selama
makan
- Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan Self Care Assistane : ADLs
Diri b/d Kelemahan keperawatan selama …24 jam, - Monitor kemempuan klien
Fisik kebutuhan mandiri klien terpenuhi untuk perawatan diri yang
dengan kriteria mandiri
- Klien terbebas dari bau badan - Monitor kebutuhan klien
- Menyatakan kenyamanan untuk alat-alat bantu untuk
terhadap kemampuan untuk kebersihan diri, berpakaian,
melakukan ADLs berhias, toileting dan makan
- Dapat melakukan ADLS - Sediakan bantuan sampai
dengan bantuan klien mampu secara utuh
untuk melakukan self-care
- Dorong klien untuk
melakukan aktivitas sehari-
hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki
- Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya
- Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
- Berikan aktivitas rutin
sehari-hari sesuai
kemampuan
- Pertimbangkan usia klien
jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari

4 Intoleransi Aktifitas Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitasi


b/d keperawatan selama …24 jam, klien - Menentukan penyebab
Ketidakseimbangan dapat beraktivitas dengan kriteria: intoleransi
Suplai dan - Berpartisipasi dalam aktivitas aktivitas&menentukan
Kebutuhan Oksigen fisik dengan TD, HR, RR yang apakah penyebab dari fisik,
sesuai psikis atau motivasi
- Memverbalisasikan pentingnya - Observasi adanya
aktivitas secara bertahap pembatasan klien dalam
- Mengekspresikan pengertian beraktifitas.
pentingnya keseimbangan - Kaji kesesuaian
latihan dan istirahat aktivitas&istirahat klien
- Peningkatan toleransi aktivitas sehari-hari
- Peningkatan aktivitas secara
bertahap, biarkan klien
berpartisipasi dapat
perubahan posisi, berpindah
dan perawatan diri
- Pastikan klien mengubah
posisi secara bertahap.
Monitor gejala intoleransi
aktivitas
- Ketika membantu klien
berdiri, observasi gejala
intoleransi spt mual, pucat,
pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
- Lakukan latihan ROM jika
klien tidak dapat
menoleransi aktivitas
- Bantu klien memilih
aktifitas yang mampu untuk
dilakukan
5 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen
Pertukaran Gas b/d keperawatan selama …24 jam, status - Bersihkan mulut, hidung
Ventilasi-Perfusi respirasi : pertukaran gas membaik dan secret trakea
dengan kriteria : - Pertahankan jalan nafas
- Mendemonstrasikan yang paten
peningkatan ventilasi dan - Atur peralatan oksigenasi
oksigenasi yang adekuat - Monitor aliran oksigen
- Memelihara kebersihan paru - Pertahankan posisi pasien
paru dan bebas dari tanda tanda - Onservasi adanya tanda
distress pernafasan tanda hipoventilasi
- Mendemonstrasikan batuk - Monitor adanya kecemasan
efektif dan suara nafas yang pasien terhadap oksigenasi
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan Vital sign Monitoring
sputum, mampu bernafas - Monitor TD, nadi,
dengan mudah, tidak ada pursed suhu, dan RR
lips) - Catat adanya fluktuasi
- Tanda tanda vital dalam rentang tekanan darah
normal
- Monitor VS saat
pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
- Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan

- Monitor TD, nadi,


RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas

- Monitor kualitas dari


nadi

- Monitor frekuensi dan


irama pernapasan

- Monitor suara paru

- Monitor pola
pernapasan abnormal

- Monitor suhu, warna,


dan kelembaban kulit

- Monitor sianosis
perifer

- Monitor adanya
cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)

- Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
6 Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan tindakan Airway Management
Efektif b/d Hambatan keperawatan selama …24 jam, status - Buka jalan nafas, guanakan
Upaya Nafas: respirasi klien membaik dengan teknik chin lift atau jaw
Penurunan Energi kriteria thrust bila perlu
- Mendemonstrasikan batuk - Posisikan pasien untuk
efektif dan suara nafas yang memaksimalkan ventilasi
bersih, tidak ada sianosis dan - Identifikasi pasien perlunya
dyspnea (mampu mengeluarkan pemasangan alat jalan nafas
sputum, mampu bernafas buatan
dengan mudah) - Pasang mayo bila perlu
- Menunjukkan jalan nafas yang - Lakukan fisioterapi dada
paten (klien tidak merasa jika perlu
tercekik, irama nafas, frekuensi - Keluarkan sekret dengan
pernafasan dalam rentang batuk atau suction
normal, tidak ada suara nafas - Auskultasi suara nafas,
abnormal) catat adanya suara
- Tanda Tanda vital dalam tambahan
rentang normal (tekanan darah, - Lakukan suction pada mayo
nadi, pernafasan) - Berikan bronkodilator bila
perlu
- Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
- Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.

7 Keletihan b/d Setelah dilakukan tindakan


Energi manajemen
Anemia keperawatan selama …24 jam, - Monitor respon klien
keletihan klien teratasi dengan kriteria:
terhadap aktivitas takikardi,
- Kemampuan aktivitas adekuat disritmia, dispneu, pucat,
- Mempertahankan nutrisi
dan jumlah respirasi
adekuat - Monitor dan catat jumlah
- Keseimbangan aktivitas dan tidur klien
istirahat - Monitor ketidaknyamanan
- Menggunakan teknik energi atauu nyeri selama bergerak
konservasi dan aktivitas
- Monitor intake nutrisi
- Mempertahankan interaksi
- Instruksikan klien untuk
sosial
mencatat tanda-tanda dan
- Mengidentifikasi faktor-faktor
gejala kelelahan
fisik dan psikologis yang - Jelakan kepada klien
menyebabkan kelelahan hubungan kelelahan dengan
- Mempertahankan kemampuan proses penyakit
untuk konsentrasi - Catat aktivitas yang dapat
meningkatkan kelelahan
- Anjurkan klien melakukan
yang meningkatkan
relaksasi
- Tingkatkan pembatasan
bedrest dan aktivitas
8 Risiko Infeksi d.d Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi
faktor risiko keperawatan selama …24 jam, status - Bersihkan lingkungan
Penurunan imun klien meningkat dengan kriteria: setelah dipakai pasien lain
Hemoglobin - Klien bebas dari tanda dan - Pertahankan teknik isolasi
gejala infeksi - Batasi pengunjung bila
- Menunjukkan kemampuan perlu
untuk mencegah timbulnya - Instruksikan pada
infeksi pengunjung untuk mencuci
- Jumlah leukosit dalam batas tangan saat berkunjung dan
normal setelah berkunjung
- Menunjukkan perilaku hidup meninggalkan pasien
sehat - Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan
- Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan
kperawtan
- Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
- Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
- Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
- Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
- Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik
bila perlu

- Proteksi Terhadap Infeksi


- Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
- Monitor hitung granulosit,
WBC
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
- Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
- Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
- Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
- Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara menghindari
infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi
- Laporkan kultur positif

DAFTAR PUSTAKA
BPOM, (2011). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC
Http://Academiaedu.Ac.Id/LaporanPendahuluanAnemia/Document/Download/241/3
0.Diakses Pada Tanggal 27 Juli 2019
Http://Scribe.Ac.USA/LaporanPendahuluanAnemia/Document/Download/112/20.Di
akses Pada Tanggal 27 Juli 2019
Marlyn, E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J. 2010. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mochtar. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius
Moorhead, Marion, L. Maas & Elizabeth.,(2016).Nurshing Outcomes Classification
(NOC). (Edisi ke-5).Indonesia: CV. Mocomedia
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
SDKI, DPP & PPNI.(2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan
indikator diagnostik. (Edisi 1). Jakarta: DPPPPNI
Smeltzer & Bare. 2011. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wong. 2013. Dasar-dasar Patologi Penyakit. Jakarta : EBC

Anda mungkin juga menyukai