D DENGAN
DIAGNOSA DEMENSIA DI PANTI SOSIAL
INAKAKA TRESNA WERDHA AMBON
OLEH :
B. Klasifikasi Demensia :
Berdasarkan umur, perjalanan penyakit, kerusakan struktur otak,sifat klinisnya dan
menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III).
1. Menurut Umur:
a. Demensia senilis (>65th)
b. Demensia prasenilis (<65th).
2. Menurut perjalanan penyakit.
a. Reversibel.
b. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural
c. hematoma, Defisiensi vitamin B.
d. Hipotiroidism, intoksikasi Pb
3. Menurut kerusakan struktur otak
a. Tipe Alzheimer.
b. Tipe non-Alzheimer.
c. Demensia vaskular.
d. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia.
e. Demensia Lobus frontal-temporal.
f. Demensia terkait dengan HIV-AIDS.
g. Morbus Parkinson.
h. Morbus Huntington.
i. Morbus Pick.
j. Morbus Jakob-Creutzfeldt.
k. Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
C. Etiologi
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya
gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan
sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006).
Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia
adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body,
demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Tiap penyakit yang melibatkan otak dapat menyebabkan demensia, misalnya : gangguan
peredaran darah di otak, radang, neoplasma, gangguan metabolic, penyakit degenerative.
Semua hal ini harus ditelusuri. Gejala atau kelainan yang menyertai demensia kita teliti.
Sering diagnose – etiologi dapat ditegakkan melalui atau dengan bantuan kelainan yang
menyertai, seperti : hemiparese, gangguan sensibilitas, afasia, apraksia, rigiditas, tremor.
(Lumbantobing, 2006)
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer.
Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari
otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita
Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga
penurunan proses berpikir.
Penyebab demensia menurur Nugraho (2009):
1. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan yaitu
: terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada system enzim, atau pada
metabolism
2. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati, penyebab
utama dalam golongan ini diantaranya : Penyakit degenerasi spino – serebelar.a). Sub
akut leuko-eselfalitis sklerotik fan bogaert dan b) Khores Hungtington.
3. Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini
diantranya :a). Penyakit cerrebro kardioavaskuler dan b) penyakit Alzheimer.
D. Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia. Penuaan
menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu berat
otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70 tahun.
Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat
mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri.
Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta gangguan
nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung dapat menyebabkan sel
neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein
abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun
subkortikal.
Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses konduksi
saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif (daya ingat,
daya pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi
dan mood. Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena (kortikal
atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan patologis
dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).
E. Manifestasi Klinis
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dengan keluarga
tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik dari demensia Nugroho
(2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan gejala demensia adalah :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian
keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat
penderita demensia berada.
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita
yang sama berkali-kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama
televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan
gugup yang tak beralasan.
5. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
6. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.
Pembentukan ß-amyloid
(Kushariyadi, 2010)
G. Komplikasi
Komplikasi demensia menurut Kushariyadi (2010):
1. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh yang terdiri dari;
a. Ulkus diabetikus;
b. Infeksi saluran kencing dan
c. Pneumonia.
2. Thromboemboli, infarkmiokardium:
a. Kejang,
b. Kontraktur sendi,
c. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri,
d. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan dan
e. Menggunakan peralatan.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnosis menurut Kushariyadi (2010), difokuskan pada hal-hal berikut ini:
1. Pembedaan antara delirium dan demensia
2. Bagian otak yang terkena
3. Penyebab yang potensial reversible
4. Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)
5. Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut
6. Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah
7. Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC
8. Pencitraan otak amat penting CT atau MRI
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia menurut Kushariyadi (2010), antara lain
sebagain berikut :
1. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan; Untuk mengobati demensia
alzheimer digunakan obat – obatan antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine ,
Galantamine, Memantine. Dementia vaskuler membutuhkan obat –obatan anti platelet
seperti Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak
sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya
bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau
kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
2. Dukungan atau Peran Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap memiliki
orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding.
3. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi :
a. Latihan fisik yang sesuai
b. Terapi rekreasional dan aktifitas
J. Pencegahan
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya
menurut Kushariyadi (2010), adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak,
seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat
adiktif yang berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif, seperti Kegiatan
rohani & memperdalam ilmu agama.
4. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi
5. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan
sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
3. Intervensi Demensia
a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron
ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi, tidak
mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu
mengenali perubahan dalam berpikir.
Kriteria Hasil :
1) Mampu memperlihatkan kemampuan kognitifuntuk menjalani konsekuensi
kejadian yang menegangkan terhadap emosi dan pikiran tentang diri.
2) Mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri yang negative.
3) Mampu mengenali perubahan dalam berpikir atau tingkah laku dan factor
penyebab.
4) Mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan,
ancaman, dan kebingungan
Intervensi :
1) Kembangkan lingkungan yang mendukung dan hubungan klien-perawat yang
terapeutik.
2) Kaji derajat gangguan kognitif, seperti perubahan orientasi, rentang perhatian,
kemampuan berpikir. Bicarakan dengan keluarga mengenai perubahan perilaku.
3) Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang.
4) Lakukan pendekatan dengan cara perlahan dan tenang.
5) Tatap wajah ketika berbicara dengan klien.
6) Panggil klien dengan namanya.
7) Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada klien.
8) Gunakan kata-kata pendek, kalimat dan ulangi instruksi tersebut sesuai
kebutuhan.
9) Berhenti sejenak di antara kalimat/pertanyaan. Beri isyarat tertentu, gunakan
kalimat terbuka.
10) Dengarkan dengan penuh perhatian pembicaraan klien. Interpretasikan
pertanyaan, arti, dan kata. Beri kata yang benar.
11) Hindari kritikan, argumentasi, dan konfrontasi negative.
12) Gunakan distraksi. Bicarakan tentang kejadian yang sebenarnya saat klien
mengungkapkan ide yang salah, jika tidak meningkatkan kecemasan.
13) Hindari klien dari aktivitas dan komunikasi yang dipaksakan.
14) Gunakan hal yang humoris saat berinteraksi pada klien.
Rasional :
1) Mengurangi kecemasan dan emosional, seperti kemarahan, meningkatkan
pengembangan evaluasi diri yang positif dan mengurangi konflik psikologis.
2) Memberikan dasar perbandingan yang akan datang dan memengaruhi rencan
intervensi. Catatan: evaluasi orientasi secara berulang dapat meningkatkan
respon yang negative/tingkat frustasi.
3) Kebisingan merupakan sensori berlebihan yang meningkatkan gangguan neuron.
4) Pendekatan terburu-buru menyebabkan klien bingung, kesalahan
persepsi/perasaan, terancam.
5) Menimbulkan perhatian, terutama pada klien dengan gangguan perceptual.
6) Nama adalah bentuk identitas diri dan menimbulkan pengenalan terhadap realita
dan klien.
7) Meningkatkan pemahaman. Ucapan tinggi dank eras menimbulkan stress/marah
yang mencetuskan konfrontasi dan respons marah.
8) Seiring perkembangan penyakit, pusat komunikasi dalam otak terganggu
sehingga menghilangkan kemampuan klien dalam respons penerimaan pesan dan
percakapan secara keseluruhan.
9) Menimbulkan respons verbal, meningkatkan pemahaman. Isyarat menstimulasi
komunikasi, memberi pengalaman positif.
10) Mengarahkan perhatian dan penghargaan. Membantu klien dengan alat bantu
proses kata dalam menurunkan frustasi.
11) Provokasi menurunkan harga diri dan merupakan ancaman yang mencetuskan
agitasi yang tidak sesuai.
12) Lamunan membantu dalam meningkatkan disorientasi. Orientasi pada realita
meningkatkan perasaan realita klien, penghargaan diri dan kemuliaan
(kebahagiaan) personal.
13) Keterpaksaan menurunkan keikutsertaan dan meningkatkan kecurigaan, delusi.
14) Tertawa membantu dalam komunikasi dan meningkatkan kestabilan emosi
2. Riwayat Hidup
Pasangan : Tn. P Anak-Anak : Ank. A
Hidup :- Hidup :-
Status Kesehatan : - Status Kesehatan :-
Umur :- Umur :-
Pekerjaan : Petani Pekerjaan :-
Meninggal : Ya Meninggal : Ya
Tahun meninggal : - Tahun meninggal :-
Penyebab kematian : - Penyebab kematian :-
3. Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan saat ini : penghuni wisma
Pekerjaan sebelumnya : petani
Sumber pendapatan saat ini : ditanggung oleh pihak wisma
4. Riwayat Tempat Tinggal (Gambarkan Denah Rumah)
Tipe tempat tinggal : semi permanen Jumlah Tingkat :-
Jumlah kamar :2 tetangga terdekat : -
Jumlah orang yang tinggal di rumah : 5 orang
Derajat Privasi :-
8. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Oma. D, mengatakan sering lupa, Pola konsumsi makana Oma. D Makan 3
kali sehari , Pola istirahat tidur Oma. D mengatakan dapat tidur setiap hari tanpa ada
gangguan.
Pengetahuan mengenai kondisi kesehatan saat ini : Klien tidak mengetahui tentang masalah
kesehatan yang ia hadapi saat ini.
Pemahamannya terhadap proses penuaan : tidak tahu
Status kesehatan umum sejak 6 bulan terakhir : tidak ada
Status kesehatan umum sejak 5 tahun yang lalu : tidak ada
Penyakit masa kanak-kanak : tidak ada
Penyakit serius kronik : tidak ada
Trauma : tidak ada
Perawatan di RS (catat alasan MRS, tanggal, tampat, dan lama perawatan): tidak ada
Riwayat operasi (catat jenis, tanggal, tempat, alasan operasi) : tidak ada
Status Obstetri : G 1 P 1 A 0
9. Obat-obatan
Nama obat dan dosis : Vit B1
Bagaimana / kapan menggunakannnya : Diminum per oral 1x1 pada pagi hari sesudah makan
Dokter yang menginstruksikan :
Tanggal resep : 11,09, 2019
Keterangan :
: Pasien : Meninggal
: Perempuan
14. Tinjauan Sistem
Tanda-Tanda Vital :
P: 20 x/m N: 90 x/m S: 36 oC TD: 140/90 mmHg
Beri tanda cek (√) untuk setiap tanda-gejala yang ditemukan, disertai keterangan jika Ya.
Hemopoetik Ya
Perdarahan / memar Tidak ada
Pembengkakan elenjar limfe Tidak ada
Anemia Tidak ada
Riwayat transfusi darah Tidak ada
Kepala Ya
Sakit kepala Tidak ada
Trauma masa lalu Tidak ada
Pusing Tidak ada
Gatal kulit kepala Tidak ada
Leher Ya
Kekakuan Tidak ada
Nyeri / nyeri tekan Tidak ada
Benjolan / massa Tidak ada
Keterbatasan gerak Tidak ada
Mata Ya
Perubahan penglihatan √
Kacamata / lensa kontak Tidak ada
Nyeri Tidak ada
Air mata berlebihan Tidak ada
Pruritus Tidak ada
Bengkak sekitar mata Tidak ada
Floater Tidak ada
Diplopia Tidak ada
Kabur √
Fotofobia Tidak ada
Riwayat infeksi Tidak ada
Tanggal pemeriksaan mata Tidak ada
Terakhir
Dampak pada aktivitas seharihari √
Telinga Ya
Perubahan pendengaran √
Rabas Tidak ada
Tinitus Tidak ada
Vertigo Tidak ada
Sensitivitas pendengaran Tidak ada
Alat-alat prostesa Tidak ada
Riwayat infeksi Tidak ada
Tanggal pemeriksaan paling akhir Tidak ada
Kebiasaan perawatan telinga √
Dampak pada aktivitas seharihari √
Payudara Ya
Benjolan / massa Tidak ada
Nyeri/ nyeri tekan Tidak ada
Bengkak Tidak ada
Keluar cairan dari putting susu Tidak ada
Perubahan pada putting susu √
Pola pemeriksaan payudara Tidak ada
Sendiri
Tanggal dan hasil mamogram Tidak ada
Terakhir
Kardiovaskuler Ya
Nyeri dada Tidak ada
Palpitasi Tidak ada
Sesak nafas Tidak ada
Dipsnea pada aktivitas Tidak ada
Dipsnea noktural paroksimal Tidak ada
Murmur Tidak ada
Edema Tidak ada
Varises Tidak ada
Kaki timpang Tidak ada
Parestesia Tidak ada
Perubahan warna kaki Tidak ada
Pernafasan Ya
Batuk Tidak ada
Sesak napas Tidak ada
Hemoptisis Tidak ada
Sputum Tidak ada
Mengi Tidak ada
Asma / alergi pernapasan Tidak ada
Tanggal & hasil pemeriksaan Tidak ada
dada terakhir Tidak ada
Gastrointestinal Ya
Disfagia Tidak ada
Tidak dapat mencerna Tidak ada
Nyeri ulu hati Tidak ada
Mual muntah Tidak ada
Hematemesis Tidak ada
Perubahan nafsu makan Tidak ada
Intoleran makanan Tidak ada
Ulkus Tidak ada
Nyeri Tidak ada
Ikterik Tidak ada
Benjolan / massa Tidak ada
Perubahan kebiasaan defekasi Tidak ada
Diare Tidak ada
Konstipasi Tidak ada
Melena Tidak ada
Hemoroid Tidak ada
Perdarahan rektum Tidak ada
Pola defekasi biasanya Tidak ada
Perkemihan Ya
Disuria Tidak ada
Menetes Tidak ada
Ragu-ragu Tidak ada
Hematuria Tidak ada
Poliuria Tidak ada
Oliguria Tidak ada
Nokturia Tidak ada
Inkontinensia Tidak ada
Nyeri saat berkemih Tidak ada
Batu Tidak ada
Infeksi Tidak ada
Genotioreproduksi Wanita Ya
Lesi Tidak ada
Rabas Tidak ada
Dispareunia Tidak ada
Perdarahan pasca sanggama Tidak ada
Nyeri pelvic Tidak ada
Sistokel/ rektokel /prolaps Tidak ada
Penyakit kelamin Tidak ada
Infeksi Tidak ada
Masalah aktivitas seksual √
Riwayat menopause (usia, gejala, √
masalah pascamenopause)
Tanggal dan hasil pap paling akhir Tidak ada
Muskuloskeletal Ya
Nyeri Persendian Tidak ada
Kekakuan Tidak ada
Pembengkakan sendi Tidak ada
Deformitas Tidak ada
Spasme Tidak ada
Kram Tidak ada
Kelemahan otot √
Masalah cara berjalan √
Nyeri punggung Tidak ada
Protesa Tidak ada
Kebiasaan latihan/olahraga √
Dampak pada Aktivitas sehari2 √
Saraf Ya
Sakit kepela Tidak ada
Kejang Tidak ada
Sinkope/serangan jantung Tidak ada
Paralisis Tidak ada
Paresis Tidak ada
Masalah koordinasi Tidak ada
Tie/tremor/spasme Tidak ada
Parestesia Tidak ada
Cedera kepala Tidak ada
Masalah memori √
Psikososial Ya
Cemas Tidak ada
Depresi Tidak ada
Insomnia Tidak ada
Menangis Tidak ada
Gugup Tidak ada
Takut Tidak ada
Masalah dalam pengambilan Tidak ada
keputusan Tidak ada
Kesulitan berkonsentrasi Tidak ada
Mekanisme koping Tidak ada
Stres saat ini Tidak ada
Persepsi tentang kematian √
Dampak pada aktivitas seharihari Tidak ada
Yokes J Tunyluhulima
Klasifikasi Data
DATA
DS: DO:
Oma. D, mengatakan tidak mengetahui Oma. D, tidak dapat menjawab hari
tanggal, waktu, bulan dan tahun saat taanggal waktu tahun kelahiran. Pasien
sekarang, nama tempat wisma yang hanya Menjawab nama saja. pasien
sekarang di tempati, tidak tau dari kapan tidak mampu mengenal jam, hari,
tinggal disini tanggal, bulan serta tahun sekarang.
Oma. D mengatakan kadang-kadang lupa Untuk tempat, kelurahan, kabupaten, dan
nama teman sewisma Oma. D provinsi, kecamatan Oma. D megatakan
mengatakan separuh hanya mengenal tidak tau.
wajah tapi lupa nama. Oma. D, Fungsi intelektual/memori: kerusakan
mengatakan lupa masa lalu sebagian. intelektual berat
Pasien tampak tidak ada kontak mata
saat berbicara, ketika ditanya menjawab
dengan cepat, ketika ditanya kadang
tidak menjawab pertanyaan, cepat bosan
dengan pertanyaan yang diberikan.
Analisa Data
B. Diagnosa keperawatan
Pada studi kasus ini diagnosa yang digunakan menggunakan Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia (SDKI), 2016:
1. Gangguan memori berhubungan dengan proses penuaan
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan ganggun neuromuskular
D. Implementasi
Hari/Tgl Dx Jam Implementasi Paraf
Kep
E. Evaluasi
Hari/Tgl Dx. Evaluasi Paraf
Kep
Jumat, 11, 10, 2019 1 S : Pasien mengatakan hari jumat, tanggal tidak tau, jam
tidak tahu, tahun 2019, nama tahu, menyebutkan nama
Jam, 12.00 wit
tempat INAKAKA, teman wisma masih lupa nama,
mengatakan kegiatan pagi sarapan.
Lampiran:
Index ADL Katz
Index Kemandirian Dalam Aktivitas Sehari-hari
Index kemandirian dalam aktivitas sehari-hari dibuat berdasarkan evaluasi
kemandirian atau ketergantungan fungsional klien da lam hal mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, berpindah, kontinensia, dan makan. Definisi spesifik dari kemandirian
atau ketergantungan fungsional diuraikan di bawah index.
A : Kemandirian dalam hal makan, berpakaian, kontinensia, ke kamar kecil, berpakaian, dan
mandi.
B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.
C : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
D : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi tambahan.
E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan satu
fungsi tambahan.
F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan
satu fungsi tambahan
G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain : Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
sebagai C, D, E, atau F.
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi aktif, kecuali
seperti secara spesifik diperlihatkan di bawah ini. Seorang klien yang menolak untuk
melakukan suatu fungsi dianggap sebagai tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap
mampu.
Mandi (spon, pancuran, atau bak)
Mandiri : Bantuan hanya pada satu bagian tubuh (seperti pun ggung atau ekstremitas
yang cacat) atau mandi sendiri sepenuhnya.
Tergantung : Bantuan lebih dari 1 bagian tubuh, dibantu masuk dan keluar bak, atau tidak
dapat mandi sendiri.
Berpakaian
Mandiri : Mengambil baju dari lemari / laci, berpakaian, melepaskan pakaian mengancing
pakaian, mengikat dan melepas ikatan sepatu.
Tergantung : Tidak berpakaian sendiri atau dibantu sebagian.
Ke kamar kecil
Mandiri : Ke kamar kecil, masuk dan keluar dari kamar kecil, merapikan baju,
membersihkan organ-organ ekskresi, dapat mengatur bedpan sendiri yang
digunakan hanya pada malam hari dan dapat/ tid ak dapat menggunakan
alat bantu.
Tergantung : Menggunakan bedpan atau pispot atau dibantu saat masuk dan
menggunakan toilet.
Berpindah
Mandiri : Berpindah ke dan dari tempat tidur/ kursi secara mandiri (menggunakan/
tidak menggunakan alat bantu)
Tergantung : Dibantu saat berpindah ke dan dari tempat tidur/ kursi, tidak melakukan
satu atau lebih perpindahan.
Kontinensia
Mandiri : BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri.
Tergantung : Inkontinensia total atau parsial pada BAB dan BA K, control total atau
parsial dengan enema, atau penggunaan urinal dan/at au bedpan secara teratur.
Makan
Mandiri : Mengambil makanan dari piring dan memasukkannya ke mulut, (memotong-
motong daging/ikan, mengolesi roti dengan mentega tidak dimasukkan dalam
evaluasi).
Tergantung : Dibantu saat makan, tidak makan sama sekali, ataumakam parenteral
Lampiran:
SKALA DEPRESI GERIATRIK YESAVAGE
1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda ? (ya / tidak)
2. Apakah anda mengurangi hobi dan aktivitas sehari-hari ? (ya / tidak)
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong ? (ya / tidak)
4. Apakah anda sering merasa bosan ? (ya / tidak)
5. Apakah anda selalu bersemangat ? (ya / tidak)
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ? (ya / tidak)
7. Apakah anda selalu merasa bahagia ? (ya / tidak)
8. Apakah anda sering merasa putus asa ? (ya / tidak)
9. Apakah anda lebih suka tinggal dirumah pada malam hari daripada keluar dan
melakukan sesuatu yang baru ? (ya / tidak)
10. Apakah anda merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan ingatan dibanding
dengan orang lain ? (ya / tidak)
11. Apakah anda berpikir bahwa hidup ini sangat menyen angkan ? (ya / tidak)
12. Apakah anda merasa tak berguna ? (ya / tidak)
13. Apakah anda merasa berenergi ? (ya / tidak)
14. Apakah anda berpikir bahwa situasi anda tidak ada harapan ? (ya / tidak)
15. Apakah anda berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda ? (ya / tidak)
Skor 1 poin untuk tiap respon yang sesuai dengan jawaban YA atau TIDAK setelah
pertanyaan.
Skor 5 atau lebih menunjukkan adanya depresi.
Lampiran:
ISAACS – WALKEY IMPAIRMENT MEASUREMENT
1. Apa nama tempat ini ? 0
2. Ini hari apa ? 1
3. Ini bulan apa ? 1
4. Tahun berapa sekarang ? 1
5. Berapa umur klien ? ( jika klien menjawab 1 tahun lebih muda atau lebih tua,
maka dianggap benar) 1
6. Tahun berapa klien lahir ? 1
7. Bulan berapa klien lahir ? 1
8. Tanggal berapa klien lahir ? 1
9. Berapa lama klien tinggal di rumah ini ? (kesalahan 25% dianggap benar ) 1
Keterangan :
Kesalahan 0 – 2 : fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3 - 4 : kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5 – 7 : kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8 – 9 : kerusakan intelektual berat
DAFTAR PUSTAKA
Boedhi – Darmojo. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta: FKUI
Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI
SDKI, DPP & PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan indikator