S
DENGAN MASALAH KESEHATAN OSTEOPOROSIS
DI KELURAHAN LANDONO
OLEH:
BANGKIT ASTOWIN
S.0017.P.011
Contents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Tujuan penyusunan.........................................................................................................6
C. Manfaat...........................................................................................................................6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi Osteoporosis.....................................................................................................7
B. Mekanisme Terjadinya Osteoporosis..............................................................................8
C. Etiologo...........................................................................................................................9
D. Patofisiologi..................................................................................................................12
E. Patogenesis....................................................................................................................13
F. Manufestasi klinis.........................................................................................................14
G. Pemeriksaan Diagnostik................................................................................................15
H. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................15
I. Penatalaksanaan............................................................................................................16
J. Pencegahan....................................................................................................................16
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.....................................................................................................................17
B. Pengkajian Psikososial, Ekonomi Dan Spiritual...........................................................22
C. Pengkajian Fungsional Klien........................................................................................23
D. Pengkajian Status Mental Klien....................................................................................27
E. Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan.....................................................................31
F. Format Analisa Data.....................................................................................................32
G. Diagnosa Keperawatan :...............................................................................................32
H. Intervensi Keperawatan.................................................................................................33
I. Catatan Asuhan Keperawatan Lansia............................................................................35
J. Evaluasi.........................................................................................................................37
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................39
B. Saran..............................................................................................................................39
DAFRAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoporosis adalah suatu kondisi di mana tulang menjadi rapuh sehingga
berisiko lebih tinggi untuk terjadinya fraktur (pecah atau retak) dibandingkan tulang
yang normal. Osteoporosis terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan
tulang baru dan resorpsi tulang tua. Osteoporosis biasanya tidak memiliki tanda-tanda
atau gejala khusus sampai akhirnya terjadi fraktur. Karena inilah osteoporosis sering
disebut sebagai 'silent disease. Faktor-faktor resiko teijadinya osteoporosis adalah
faktor yang bisa dirubah (alcohol, merokok, BMI kurang, kurang gizi ,kurang
olahraga, jatuh berulang) dan factor yang tidak bisa diubah (umur, jenis kelamin,
riwayatkeluarga, menopause, penggunaankortikosteroid, rematoid arthritis). Karena
puncak kepadatan tulang dicapai pada sekitar usia 25 tahun, maka sangatlah penting
untuk membanguntulang yang kuat di sepanjang usia, sehingga tulang-tulang akan
tetap kuat di kemudianhari. Asupan kalsium yang memadaimerupakanbagian
pentinguntuk membanguntulang yang kuat.1
Osteoporosis sering disebut juga dengan ”silent disease”, karena penyakit ini
datang secara tiba-tiba, tidak memiliki gejala yang jelas dan tidak terdeteksi hingga
orang tersebut mengalami patah tulang.(Nuhonni, 2000) Akan tetapi, menurut yatim
(2003), biasanya seseorang yang mengalami osteoporosis akan merasa sakit/pegal-
pegal di bagian punggung atau daerah tulang tersebut.Dalam beberapa hari/minggu,
rasa sakit tersebut dapat hilang dengan sendiri dan tidak akan bertambah sakit dan
menyebar jika mendapatkan beban yang berat. Biasanya postur tubuh penderita
osteoporosis akan terlihat membungkuk dan terasa nyeri pada tulang yang mengalami
kelainan tersebut (ruas tulang belakang). 2
Osteoporoasis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang
lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa
tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang
menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada
tulang normal.3
Pada umumnya usia lanjut diartikan sebagai usia saat memasuki masa pensiun
yang di Indonesia dapat berkisar antara usia di atas 55 tahun. Proporsi penduduk
lanjut usia (lansia) Indonesia meningkat dari 1.1% menjadi 6.3% dari total populasi.
Pening- katan jumlah lansia memengaruhi aspek kehidupan mereka seperti terjadinya
perubahan fisik, biologis, psikologis, dan sosial sebagai akibat proses penuaan. Salah
satu perubahan fisik yang terjadi seiring per- tambahan usia adalah terjadinya
penurunan massa tulang yang sering disebut osteoporosis.4
Di Indonesia jumlah wanita lansia penderita osteoporosis mengalamitrend
yang meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini merupakan bencana sosial luar biasa pada
masyarakat, karena peningkatan biaya pengobatan atau perawatan serta dapat
menurunkan kualitas hidup. Saat ini saja22-55 persenwanita lansiaIndonesiamenderita
osteoporosis. Jika diubah dalam angka, maka ada sekitar 8,5 juta lansia yang
mencapai total 17 juta dari 222 juta penduduk Indonesia menderita osteoporosis.
Seiring meningkatnya jumlah penduduk menjadi 261 juta pada tahun 2020 maka
jumlah penderita diperkirakan akan meningkat menjadi 5-11juta. Dandengan
penduduk 273 juta pada2050makajumlah penderitamenjadi5,2-11,5juta.1
Osteoporosis dapat dijumpai di seluruh dunia dan sampai saat ini masih
meruppakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di Negara berkembang.
Di Amerika Serikat, osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk,1 diantara 2-3
wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun.
Mengutip data dari WHO yang menunjukan bahwa di seluruh dunia ada sekitas 200
juta orang yang menderita osteoporosis. Pada tahun 2050, diperkirakan angka patah
tulang pinggul akan meningkat dua kali lipat pada wanita dan tiga kali lipat pada pria.
LaporanWHO juga menunjukan bahwa 50% patah tulang adalah patah tulang paha
atas yang dapat mengakibatkan kecacatan seumur hidup dan kematian. Dibandingkan
dengan masyarakat dinegara-negara afrika, densitas tulang masyarakat eropa dan asia
lebih rendah, sehingga mudah sekali mengalami osteoporosis. Hasil penelitian white
paper yang dilaksanakan bersama himpunan osteoporosis Indonesia tahun 2007,
melaporkan bahwa proporsi penderita osteoporosis pada penduduk yang berusia
diatas 50 tahun adalah 32,3% pada wanitadan 28,8% pada pria. Sedangkan data
sistem informasi rumah sakit (SIRS,2010) menunjukan angka insiden patah tulang
paha atas akibat osteoporosis adalah sekitar 200 dari 100.000 kasus pada usia 40
tahun.5
B. Tujuan penyusunan
1. Mahasiswa mengetahui proses terjadinya Osteoporosis
2. Mahasiswa mengetahui cara mencegah kejadian Osteoporosis
3. Mahasiswa mampu merumuskan rencana asuhan keperawatan pada kasus
Osteoporosis
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa, makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan reverensi untuk
materi kasus osteoporosis
2. Bagi masyarakat, makalah ini dapat memberikan edukasi kepada masyarakat
tentang osteoporosis, hingga masyarakat dapat mengetahui apa itu osteoporosis ,
penyebab dan tanda gejala dan lain sebagainya
3. Bagi ilmu pengetahuan keperawatan, makalah ini dapat dijadikan sebagai update
referensi mengenai kasus osteoporosis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi Osteoporosis
Osteoporosis adalah kondisi berkurangnya massa tulang dan gangguan
struktur tulang (perubahan mikroarsitektur jaringan tulang) sehingga menyebabkan
tulang menjadi mudah patah.2 Penyakit osteoporosis menjadi salah satu penyakit yang
mempunyai pengaruh di Amerika yaitu sebesar 10 juta dan bertambah menjadi 18 juta
akibat dari rendahnya massa tulang.(Mccabe, 2004) Menurut Yi-Hsiang Hsu, et al
(2006), osteoporosis dengan patah tulang menjadi masalah utama pada populasi lanjut
usia.2
Manusia lanjut usia (lansia) beresiko menderita osteoporosis, sehingga setiap
patah tulang pada lansia perlu diasumsikan sebagai osteoporosis, apalagi jika disertai
dengan riwayattrauma ringandankesehatanseperti mata,jantung, danfungsi
organlain.Padausia60-70tahun, lebih dari 30% perempuan menderita osteoporosis dan
insidennyameningkat menjadi70%padausia80 tahunke atas. Hal ini berkaitan dengan
defisiensi estrogen pada masa menopause dan penurunan massa tulang karena proses
penuaan. Pada laki-laki osteoporosis lebih dikarenakan proses usia lanjut, sehingga
insidennya tidak sebanyak perempuan.1
Osteoporosis sering disebut juga dengan ”silent disease”, karena penyakit ini
datang secara tiba-tiba, tidak memiliki gejala yang jelas dan tidak terdeteksi hingga
orang tersebut mengalami patah tulang.(Nuhonni, 2000) Akan tetapi, menurut yatim
(2003), biasanya seseorang yang mengalami osteoporosis akan merasa sakit/pegal-
pegal di bagian punggung atau daerah tulang tersebut.Dalam beberapa hari/minggu,
rasa sakit tersebut dapat hilang dengan sendiri dan tidak akan bertambah sakit dan
menyebar jika
mendapatkan beban yang berat. Biasanya postur tubuh penderita osteoporosis akan
terlihat membungkuk dan terasa nyeri pada tulang yang mengalami kelainan tersebut
(ruas tulang belakang). 2
Osteoporosis terbagi menjadi 2 tipe, yaitu primer dan sekunder. primer terbagi
lagi menjadi 2 yaitu tipe 1 (postmenopausal) dan tipe 2 (senile). Penyebab terjadinya
osteoporosis tipe 1 erat kaitannya dengan hormon estrogen dan kejadian menopause
pada wanita. Tipe ini biasanya terjadi selama 15 – 20 tahun setelah masa menopause
atau pada wanita sekitar 51 – 75 tahun (Putri, 2009) Dan pada tipe ini tulang
trabekular menjadi sangat rapuh sehingga memiliki kecepatan fraktur 3 kali lebih
cepat dari biasanya. (Riggs et al, 1982 dalam National Research Council, 1989)
Sedangkan tipe 2 biasanya terjadi diatas usia 70 tahun dan 2 kali lebih sering
menyerang wanita. Penyebab terjadinya senile osteoporosis yaitu karena kekurangan
kalsium dan kurangnya sel-sel perangsang pembentuk vitamin D. Dan terjadinya
tulang pecah dekat sendi lutut dan paha dekat sendi panggul. (Yatim, 2003)2
Tipe osteoporosis sekunder, terjadi karena adanya gngguan kelainan hormon,
penggunaan obat-obatan dan gaya hidup yang kurang baik seperti konsumsi alkohol
yang berlebihan dan kebiasaan merokok. (Hartono, 2004). 2
C. Etiologo
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut :
1. Determinan massa tulang
a. Faktor genetik Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat
kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan
yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai
struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang
yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun
terhadap fraktur karena osteoporosis.3
b. Faktor mekanis. Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di
samping faktor genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang
dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang.
Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan
nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan
respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan
mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai
contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya
hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau
tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai
pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama,
poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum
diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan
berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetic3
c. Faktor makanan dan hormon Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon
dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan
mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan.
Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan
maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa
tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan
sesuai dengan kemampuan genetiknya.3
2. Determinan penurun masssa tulang
a. Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang
dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada
seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran
universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu
mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban
mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar,
kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan
dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang
tobih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang
sama3
b. Fakrot mekanis
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang
terpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan
lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting
antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya
aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa
tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan
menurun dengan bertambahnya usia.3
c. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan
massa tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita
post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-
wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan
absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya
menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan
absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari
keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang
erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya.
Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan
terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin
yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa
menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah
25 mg kalsium sehari.3
d. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi
penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan
ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan
meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara
tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut
mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium
melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium
melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan
akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang
negatif3
e. Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini
disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan
dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
f. Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan
kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan
massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi
kalsium melalui urin maupun tinja.
g. Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering
ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan
kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat.
Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .3
h. Menopause dini
Menopause merupakan akhir dari masa reproduktif karena telah
berhentinya masa haid, biasanya terjadi usia 50 – 51 tahun. Biasanya pada
wanita yang merokok akan mengalami menopause 1 tahun lebih cepat dari
wanita yang bukan perokok. Seseorang yang mengalami menopause akan
mengalami fase klimaksterium, yaitu terjadinya peralihan dari reproduktif
akhir ke masa menopause. Fase klimaksterium memiliki 3 masa yaitu
premenopause yang terjadi sekitar 4 – 5 tahun sebelum menopause, masa
menopause, dan pascamenopause yang terjadi sekitar 3 – 5 tahun setelah
menopause. 2
Pada masa pramenopause, biasanya ditandai dengan haid yang mulai
tidak teratur dan rasa nyari saat haid, sampai akhirnya haid tersebut berhenti.
(Baziad, 2003) Saat menopause, terjadi penurunan estrogen yang akan
menyebabkan homon PTH (parathyroid hormon) dan penyerapan vitamin D
berkurang, sehingga pembentukan tulang (osteoblast) pun akan terhambat dan
kadar mineral akan berkurang.Jika kadar mineral tulang terus
menerusberkurang, maka akan terjadilah osteoporosis. (Purwoastuti, 2008).2
Menurut Compston, seseorang yang menggunakan kontrasepsi
hormonal (estrogen) akan meningkatkan massa tulang. Tetapi dalam waktu
jangka panjang, akan memberikan efek untuk memicu terjadinya penyakit lain
seperti kanker payudara dan lain sebagainya. (Compston, 2009) Berdasarkan
hasil penelitian Tsania mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara status menopause dengan kejadian osteoporosis. (Tsania, 2008)2
D. Patofisiologi
Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara factor
genetic dan factor lingkungan.
1. Faktor genetik meliputi : usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh
2. Factor lingkungan meliputi : merokok, Alcohol, Kopi, Defisiensi vitamin dan gizi,
Gaya hidup, Mobilitas, anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan.
Kedua factor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap
kalsium dari darah ke tulag, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak
tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat
yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada
pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total yang disebut
osteoporosis. Berikut tanda dan gejalanya:
1. Nyeri tulang akut. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang, nyeri dapat dengan
atau tanpa fraktur yang nyata dan nyeri timbul mendadak.
2. Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur
3. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila melakukan aktivitas
4. Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan
kifosis angular yang menyebabkan medulla spinalis tertekan sehingga dapat
terjadi paraparesis.
5. Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama wanita tua) biasanya
datang dengan nyeri tulang belakang, bungkuk dan sudah menopause sedangkan
gambaran klinis setelah terjadi patah tulang, klien biasanya datang dengan
keluhan punggung terasa sangat nyeri (nyeri punggung akut), sakit pada pangkal
paha, atau bengkak pada pergelangan tangan setelah jatuh.
6. Kecenderungan penurunan tinggi badan.
7. Postur tubuh kelihatan memendek
E. Patogenesis
Patogenesis semua macam osteoporosis adalah sama yaitu adanya balans
tulang negatif yang patologik dan kekurangan kalsium yang dapat disebabkan oleh
peningkatan resorpsi tulang dan atau penurunan pembentukan tulang. Massa tulang
pada semua usia ditentukan oleh 3 variabel yaitu massatulangpuncak,usia dimana
kekurangan massa tulang mulai terjadi dan kecepatan kehilangantulang meningkat.1
Massa tulang akan terus meningkat sampai mencapai puncaknyapadausia 30-
35 tahun. Puncak masa tulang ini lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan.
Untuk jangka waktu tertentu keadaan massa tulang tetap stabil dan kemudian terjadi
pengurangan massa tulang sesuai dengan pertambahan umur. Densitas tulang yang
rendah padausia lanjut dapat terjadi akibat puncak massa tulang yang tidak cukup atau
meningkatnya kehilangan tulang sebagai kelanjutan usaha untuk mencapai massa
tulang yang normal.1
Pada osteoporosis didapat massa tulang yang rendah dan kerusakan
mikroarsitektur jaringan tulang dengan akibat peningkatan fragilitas tulang dan resiko
fraktur. Bertambahnyakehilangantulang dapat disebabkan olehumur,menopause, dan
beberapa faktor sporadik.1
Gambar 4. Perbedaan tulang normal & osteoporosis
1. Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara
seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling).
Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih
besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang.3
2. Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk
tulang bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula
3. Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang
bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda
4. Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 %
dan pada wanita 40-50 %
5. Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti metakarpal,
kolum femoris, dan korpus vertebra
6. Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan
radius bagian distal. 3
F. Manufestasi klinis
1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur
kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah:
a. Nyeri timbul mendadak
b. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
c. Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur
d. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena
melakukan aktivitas
e. Deformitas vertebra thorakalis - Penurunan tinggi badan.3
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan non-invasif yaitu ;
1. Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium
total dan massa tulang.
2. Pemeriksaan absorpsiometri
3. Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
4. Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan
informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas
meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.
5. Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine
biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu
kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).3
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks
dan daerah trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan tampak pada tulang-tulang
vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
a. Pemeriksaan Densitas Massa tulang (Densitometri)
b. Pemeriksaan laboratorium (misalnya : kalsium serum, fosfat serum, fosfatase
alkali, eksresi kalsium urine,eksresi hidroksi prolin urine, LED)
c. Pemeriksaan x-ray
d. Pemeriksaan absorpsiometri
e. Pemeriksaan Computer Tomografi (CT)
f. Pemeriksaan biopsi
g. Diagnosis/criteria diagnosis
Diagnosis osteoporosis dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan :
a. Radiology
b. Pengukuran massa tulang
c. Pemeriksaan lab kimiawi
d. Pengukuran densitas tulang
e. Pemeriksaan marker biokemis
f. Biopsi
g. Dan memperhatikan factor resiko (wanita, umur, ras, dsb)
I. Penatalaksanaan
Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi
pencegahan yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa
tulang. Dengan cara yaitu memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam
pencegahan osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet. Selain
itu juga menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor resiko
osteoporosis seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid.
Selain pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa tulang
dengan melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti
(estrogen dan progesterone dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene,
dan nutrisi seperti kalsium serta senam beban. Pembedahan pada pasien
osteoporosis dilakukan bila terjadi fraktur, terutama bila terjadi fraktur panggul.
J. Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat mengurangi terjadinya osteoporosis dan osteopenia,
antara lain :
1. Pencegahan dengan mengurangi faktor resiko Pencegahan
lakukan pencegahan dengan menghindari kebiasaan merokok, mengurangi
konsumsi obat-obatan seperti steroid, tidak mengkonsumsi alkohol. (Cosman,
2009) Selain itu juga dapat melakukan terapi sulih hormon (Hormone
Replacement Therapy (HRT)). Hal ini sudah dibuktikan dengan penelitian yang
menyatakan bahwa sekitar 30 – 50% terjadinya fraktur tulang akan menurun
karena melakukan HRT.2
2. Pencegahan melalui nutrisi
Pencegahan melalui nutrisi ini dapat dilakukan dengan meningkatkan
konsumsi makanan dan minuman yang mengandung kalsium dan vitamin D, serta
dan mengurangi konsumsi kafein. Sehingga dengan demikian dapat meningkatkan
kepadatan tulang dan mengurangi terjadinya osteoporosis dan osteopenia.2
3. Pencegahan melalui olahraga
Dengan olahraga yang dilakukan secara teratur, maka kesehatan pun akan menjadi
lebih baik. Olahraga yang baik untuk dilakukan, misalnya saja jalan, aerobik,
jogging, renang, dan bersepeda. Akan tetapi jika melakukan aktivitas fisik secara
berlebih justru akan mengurangi massa tulang. (Nuhonni, 2000) Selain itu sekitar
10 – 15 menit/hari keluar dipagi hari diantara pukul 06.00 s/d 09.00.2
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : NY. S
Umur : 50 th, Middle
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Tolaki
No RM :
Pendidikan : SMP
Alamat : Lingkungan 1, kelurahan landono
Pekerjaan/Riwayat : -
pekerjaan Ibu rumah tangga
Diagnosa Medis/masalah : Osteoporosis
KDM
Keterangan :
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien
Analisis Hasil :
Nilai A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ),
berpindah, kekamar kecil, mandi dan berpakaian
Nilai B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan
satu fungsi tambahan
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
7. Modifikasi dari Barthel Indeks
Termasuk yang manakah klien?
No Kriteria Bantuan Mandiri Keterangan
1. Makan 5 10 3x sehari
2. Minum 5 10 8 gelas/hari
3. Berpindah dari kursi roda ke 10 15
tempat tidur/sebaliknya
4. Personal toilet (cuci muka, 0 5 2-3x/hari
menyisir rambut, gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet (mencuci 5 10
pakaian, menyeka tubuh dan
menyiram)
6. Mandi 5 15
7. Jalan di permukaan datar 0 5
8. Naik turun tangga 5 10
9. Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol Bowel (BAB) 5 10 Konsistensi baik
.
11 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 Baik dengan
. warna kuning
jernih
12 Olahraga/latihan 5 10
.
13 Rekreasi/pemanfaatan waktu 5 10 Tidak menentu
. luang
Keterangan :
130 : Mandiri
65-125 : Ketergantungan sebagian
60 : Ketergantungan total
8. SKOR NORTON
Aspek yang Dikaji Score
Kondisi fisik umum :
a. Baik 4
b. Lumayan 3
c. Buruk 2
d. Sangat Buruk 1
Kesadaran
a. Komposmentis 4
b. Apatis 3
c. Sopor 2
d. Koma 1
Akivitas
a. Ambulan 4
b. Ambulan dengan bantuan 3
c. Hanya bisa duduk 2
d. Tiduran 1
Mobilitas
a. Bergerak bebas 4
b. Sedikit terbatas 3
c. Sangat terbatas 2
d. Tidak bisa bergerak 1
Inkontinensia
a. Tidak ada 4
b. Kadang-kadang 3
c. Sering inkontinensia urin 2
d. Inkontinensia urin dan alvi 1
Score 20
Kategori skor :
16-20 : Kecil sekali/tak terjadi
12-15 :Kemungkinan kecil terjadi
<12 : Kemungkinan besar terjadi
D. PENGKAJIAN STATUS MENTAL KLIEN
Dari hasil pengkajian kondisi mental klien dalam keadaan baik
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. D.0077 Nyeri akut
2. D.0054 Gangguan Mobilitas Fisik
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Menurun
Edukasi menejement nyeri (I.12391)
2. Cukup menurun
3. Sedang 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
4. Cukup meningkat menerimqa informasi
5. meningkat 2. Sediakan materi dan media
Dengan criteria hasil: pendidikan kesehatan
3. Berikn kesempatan untuk bertanya
1. Melaporkan nyeri yang yg terkontrol
4. Jelaskan periode, penyebab dan
( skalah 3 menjadi 4)
strategi meredakan nyeri
2. Kemampuan Mengenali penyebab nyeri
( skalah 3 menjadi 4)
3. Kemampuan menggunakan teknik non-
farmakologis ( skalah 3 menjadi 4)
2. Kode : D.0054 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi keperawat
Kategori : fisiologis selama 3x24 jam diharapkan Dukungan Ambulasi (1.086171)
Sub Kategori : 1. Identifikasi adanya nyeri atau
Aktivitas/istrahat Mobilitas fisik (L.05042) keluhan fisik lainnya
Gangguan mobilitas fisik Skala : 2. Monitor kondisi umum selama
berhubungan dengan 1. Meningkat melakukan ambulasi
Kerusakkan integritas struktur 2. Cukup meningkat 3. Fasilitasi mobilisasi fisik, jika perlu
tulang 3. Sedang
Dukungan Mobilisasi (I.05173)
4. Cukup menurun
Ds :
6. Menurun 1. Identifikasi toleransi fisik
1. Klien mengatakan
kesulitan bergerak melakukan pergerakan
2. Klien merasakan nyeri
Dengan kriteria : 2. Fasilitasi pergerakan dengan alat
saat bergerak
1. Pergerakan ekstremitas (skala 3 menjadi 4) bantu
J. EVALUASI
TANGGAL/ DIAGNOSA
EVALUASI TANDA TANGAN
JAM KEPERAWATAN
14 maret Kode :D.0077 S : Klien mengetahui penyebab terjadinya nyeri, mengetahui
2021
Diagnosa : Nyeri akut metode meredakan nyeri secara non farmakologi serta mengatakan
B. Saran
1. Untuk mahasiswa diharapkan agar memahami segelah penjelasan dalam makalah
ini dan menjadi salah sau referensi pembelajaran
2. Untuk dosen diharapkan segalah kritik dan saran agar kedepanya bisa membua
makalah asuhan keperawatan Osteoforosis bisa lebih baik lagi.
DAFRAR PUSTAKA
1. Ramadani M. Faktor-Faktor Resiko Osteoporosis Dan Upaya Pencegahannya. J
Kesehat Masy Andalas. 2010;4(2):111-115.
2. Rosenfeld JA. Osteoporosis. Handb Women’s Heal Second Ed. 2009;1:319-324.
doi:10.1017/CBO9780511642111.028
3. Sain BI, Kp S. ASKEP pada Klien dengan gangguan Metabolisme Tulang :
OSTEOPOROSIS. :42-52.
4. Marjan AQ, Marliyati SA. Hubungan Antara Pola Konsumsi Pangan Dan Aktivitas
Fisik Dengan Kejadian Osteoporosis Pada Lansia Di Panti Werdha Bogor. J Gizi dan
Pangan. 2014;8(2):123. doi:10.25182/jgp.2013.8.2.123-128
5. Goemmel R. Legal and Societal Responses to Threats Resulting from Modern Science
and Technology. Vol 13.; 2009.