Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

OSTEOPOROSIS

KELOMPOK : III

1. FADILA R MOFU
2. GLORIA RONSUMBRE
3. LUSI PRISKILA MANAS
4. MIRIAM SELVIANA MARIANG
5. ROSITA AWANDA KALAPAIN

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA ( YPMP )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkah dan rahmat-Nyalah sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN OSTEOPOROSIS”. Dengan harapan makalah ini dapat membantu mahasiswa/I
dalam mempelajari mata kuliah medical bedah III.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan kepada kami dalam rangka
pengembangan dasar ilmu keperawatan yang berkaitan dengan osteoporosis pada pasien. Selain
itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan
mahasiswa secara meluas. Sehingga dasar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat
menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.

kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan masih perluh di
perbaiki serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun pembahasan. Oleh sebab itu dengan
lapan dada kami akan menerima kritik dan saran yang sifatnya membanggung demi
penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.

Dengan demikian, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan
sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sorong, 22 oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Osteoporosis
B. Tanda dan Gejala
C. Penyebab
D. Patofisiologi
E. Deskripsi Osteoporosis
F. Pemeriksaan Diagnostik
G. Pengobatan/Perawatan
H. Pencegahan Osteoporosis
I. Pengkajian Keperawatan
J. Perencanaan dan Implementasi Keperawatan
K. Evaluasi Keperawatan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi permasalah global
di bidang kesehatan termasuk di Indonesia. Osteoporosis merupakan penyakit ditandai
dengan massa tulang yang rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro arsitektur
tulang dan penurunan kualitas tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang
(Wardhana, 2012 dan Hikmiyah dan Martin, 2013).
Osteoporosis memiliki dampak yang cukup parah bagi kesehatan. Dampak dari penderita
osteoporosis yaitu beresiko mengalami fraktur. Osteoporosis juga menyebabkan
kecacatan, ketergantungan pada orang lain, gangguan psikologis sehingga menurunkan
kualitas dan fungsi hidup serta menigkatkan mortalitas (Hikmiyah dan Martin, 2013).
Prevalensi osteoporosis di dunia masih cukup tinggi. World Health Organization (WHO)
menyebutkan bahwa sekitar 200 juta orang menderita Osteoporosis di seluruh dunia.
Pada tahun 2050, diperkirakan angka patah tulang pinggul akan meningkat 2 kali lipat
pada wanita dan 3 kali lipat pada pria (Kemenkes RI, 2012).
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, angka insiden patah
tulang paha atas tercatat sekitar 200/100.000 kasus pada wanita dan pria diatas usia 40
tahun diakibatkan osteoporosis. World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa
50% patah tulang paha atas ini akan menimbulkan kecacatan seumur hidup dan
menyebabkan angka kematian mencapai 30% pada tahun pertama akibat komplikasi
imobilisasi. Data ini belum termasuk patah tulang belakang dan lengan bawah serta yang
tidak memperoleh perawatan medis di Rumah Sakit (Kemenkes RI, 2012). Terdapat
beberapa faktor risiko terjadinya osteoporosis, yaitu factor risiko yang dapat diubah dan
yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain adalah usia,
jenis kelamin, riwayat keluarga, sedangkan faktor risiko yang dapat diubah antara lain
adalah status gizi, asupan kalsium, konsumsi alkohol, kopi, merokok, hormon endogen
seperti estrogen, menopause dini, aktifitas fisik, dan penggunaan steroid jangka panjang
(Wardhana, 2012 ).Peningkatan usia berhubungan dengan peningkatan risiko
osteoporosis. Seiring dengan meningkatnya usia, pertumbuhan tulang akan semakin
menurun. Sel osteoblas akan lebih cepat mati karena adanya sel osteoklas yang menjadi
lebih aktif, sehingga tulang tidak dapat digantikan dengan baik dan massa tulang akan
terus menurun (Agustin, 2009). Hasil penelitian Prihatini, et al(2010) menyatakan bahwa
pada usia kurang dari 35 tahun 5,7 % sampel beresiko osteoporosis dan proporsinya terus
meningkat dengan bertambahnya usia. Proporsinya mulai meningkat tajam pada usia
55 tahun. Status gizi berkaitan erat dengan berat badan. Berat badan yang ringan, indeks
massa tubuh yang rendah, dan kekuatan tulang yang menurun memiliki risiko yang lebih
tinggi terhadap berkurangnya massa tulang pada semua bagian tubuh wanita
(Krisdiana,2012). Berdasarkan hasil penelitian Septriani (2013) menyatakan bahwa berat
badan rendah akan lebih menurunkan kepadatan tulang. Berat badan berlebih
(overweight dan obesitas) mengakibatkan beban mekanik meningkat sehingga
merangsang pembentukan tulang dengan menurunkan apoptosis serta meningkatkan
proliferasi dan diferensiasi osteoblas dan ostosit (Septriani,2013 dan Hikmiyah, 2013).
Salah satu faktor penting terjadinya osteoporosis adalah kebiasaan minum kopi. Di
Indonesia konsumsi minum kopi cukup tinggi, mengingat bahwa Indonesia adalah negara
penghasil kopi terbesar ketiga didunia.Kandungan kafein pada kopi dapat mengurangi
penyerapan kembali kalsium di dalam ginjal, sehingga kalsium keluar bersama urin
(Kosnayani,2007). Berdasarkan hasil penelitian di Bogor menyatakan bahwa 60,6%
wanita dewasa mengkonsumsi kopi sebanyak 2-6 gelas/minggu (Septriani,2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihatini, 2010 menyatakan bahwa ada
perbedaan yang bermakna antara kebiasaan minum kopi dengan osteoporosis. Proporsi
resiko osteoporosis lebih tinggi pada orang yang biasa minum kopi setiap hari
(Prihatini,2010). Salah satu faktor yang berpengaruh penting dalam terjadinya
osteoporosis adalah kalsium. Kalsium merupakan makromineral yang terbanyak di dalam
tubuh yaitu sekitar 1000 mg. Kalsium berperan dalam mineralisasi tulang dan
mempertahankan densitas tulang yang normal. Hasil penelitian Kosnayani(2007)
menunjukkan bahwa asupan kalsium yang tinggi akan meningkatkan kepadatan tulang
(Kosnayani, 2007). Salah satu cara pengukuran kepadatan tulang yaitu dengan
DualEnergy X-ray Absorptiometry (DEXA). Pemeriksaan DEXA merupakan gold 4
standard sesuai rekomendasi WHO, karena lebih sensitif dan akurat dalam menilai
densitas mineral tulang (Putra, 2011). Pemeriksaan DEXA harganya cukup mahal,
sehingga tidak semua daerah atau Rumah Sakit dilengkapi dengan fasilitas ini. Salah satu
Rumah Sakit yang menyediakan pelayanan pemeriksaan Bone Mineral Density (BMD)
adalah RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Berdasarkan hasil survey
pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Juli 2015 di RS Ortopedi Prof. Dr. R.
Soeharso Surakarta didapatkan jumlah pasien yang melakukan pemeriksaan BMD
semakin meningkat setiap tahun. Pada tahun 2014 sebanyak 136 pasien yang melakukan
pemeriksaaan BMD. Terdapat sebanyak 59 pasien (43,3 %) terdiagnosis osteoporosis.
Pada bulan juli 2015 dari 13 pasien yang melakukan pemeriksaan BMDsebanyak 7
pasien (53,8%) terdiagnosis osteoporosis. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis
akan melakukan penelitian tentang perbedaan usia, status gizi, frekuensi minum kopi dan
asupan kalsium pada pasien osteoporosis dan non osteoporosisdi Poli Rawat jalan RS
Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.

B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu Osteoporosis?
2. Bagaimana tanda dan gejalanya?
3. Bagaimana penyebabnya?
4. Bagaiman Pemeriksaan Diagnostik?
5. Cara Pengobatan/Perawatan ?
6. Cara Pencegahan Osteoporosis?
7. Bagiamana Pengkajian Keperawatan ?
8. Mengetahui perencanaan dan Implementasi Keperawatannya?
9. Bagaiman Evaluasi Keperawatan?

C. Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang menderita osteoporosis dan
bagaimana cara penangannyanya yang tepat bagi pasien.

D. Manfaat
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada mahasiswa keperawatan tentang
Asuhan Keperawatan Pada Pasein Osteoporosi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis adalah kelainan tulang dimana terjadi penurunan masa tulang total,
terdapat perubahan pergantian homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar
dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan spenurunan masa tulang total.
Tulang menjadi porus, rapuh dan mudah patah (Smeltzer, 2001).
Merupakan penyakit orang tua, para penderitanya mempunyai punggung yang
bungkuk dan mengeluh sakit pingang (punggung bawah dan pingang atas). Korpora
vertebrae torakales dan lumbales seluruhnya osteoporosis (kehilangan osteoid dan
mineral), namun yang paling porotif (keropos) adalah korpus vertebra T. 12 dan L.1.
Gangguan metabolisme tulang sehingga masa tulang menurun. Komponen matrik
yaitu mineral dan protein berkurang, resorpsi terjadi lebih cepat dari pada formasi tulang
sehingga tulang menjadi tipis (Deskes, 1995).
Kondisi osteoporosis dengan menurunnya ketebalan tulang kompakta,
meningkatnya diameter rongga medulla menyebkan terjadinya pelebaran rongga sumsum
tulang dan saluran havers. Trabekula berkurang dan menjadi tipis akibat tulang mudah
retak. Tulang yang mudah terkena adalah vetebrata, pelipis dan tengkorak.

B. Tanda dan Gejala


1. Penyusutan Gusi
2. Pelemahan kekuatan genggaman
3. Pelemahan ketahanan tulang
4. Kuku lemah dan rapuh
5. Tinggi badan berkurang
6. Postur tubuh membungkuk
7. Nyeri punggung tiba-tiba
8. Nyeri leher

C. Penyebab
Perkembangan osteoporosis sangat komplek meliputi factor-faktor nutrisi, hormonal dan
genetic. Adapun tiga factor utama yang mempengaruhi osteoporosis adalah :
1. Defisiensi kalsium
Hal ini dapat disebabkan antara lain karena intake kalsium dalam makanan yang tidak
adekuat. Kalsium yang mudah mempercepat penurunan masa tulang. Menurunya
kalsium ada hubungannya dengan bertambahnya usia yaitu berkurangnya asorpsi
kalsium, tidakadekuatnya intake vitamin D atau penggunan obat-obatan tertentu
misalnya kortikosteroid dalam waktu yang lama.
2. Kurangnya latihan yang teratur
Imobilitasi dapat menyebabkan proses menurunnya masa tulang. Olahraga atau
latihan yang teratur dapat mencegah penurunan masa tulang. Tekanan-tekanan
mekanisme pada latihan akan membuat otot-otot berkontraksi yang dapat merangsang
formasi tulang.
3. Perbedaan jenis kelamin
Hormone-hormon reproduksi mempengaruhi kekuatan tulang. Pada wanita
postmenopouse, hormon-hormon reproduksi dan timbunan kalsium tulang menurun.
Hormone wanita yang sangat menurun dalam hal ini adalah esterogen. Dengan
demikian, wanita lebih cepat mengalami osteoporosis dari pada laki-laki. Pada laki-
laki osteoporosis terjadi setelah 70 tahun.
Selain tiga hal tersebut diatas gangguan kelenjar endokrin dapat menyebabkan
osteoporosis yaitu penyakit cushing, thyrotoxicosis, atau hipersekresi kelenjar
adrenal.
Factor-faktor resiko untuk terjadinya osteoporosis antara lain : kurang terkena sinar
matahari, banyak mengonsumsi alcohol, nikotin, dan kafein. Kurang aktivitas fisik,
ada riwayat kelurga dengan osteoporosis.

D. Patofisiologi
Osteoporosis terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan antara proses resorpsi tukang
dan formasi tulang, di mana secara seluler disebabkan oleh karena jumlah dan aktivitas
sel osteoklas (sel resorpsi tulang) melebihi dari jumlah dsan aktivitas sel osteoblast (sel
formasi tulang).
E. Deskripsi Osteoporosis
Tidak semua orang osteoporosis tulang belakang mengeluh bahwa punggung atau
pingangnya sakit. Bahkan bilamana ada fraktur kompresi pada tulang belakang yang
porotif, belum tentu penderita mengeluh.
Pada osteoporosis tulang belakang yang bersimptom, keluhan utamanya adalah nyeri
punggung atau pinggang. Pada sikap duduk keluhannya bertambah. Pada lansia yang
memiliki tulang belakang yang kekar banyak dijumpai osteoarthritis kokae, sedangkan
lansia osteoporosis tulang belakang banyak yang mengalami fraktur kolum femoris.
Akibat trauma yang ringan, penderita dapat mengalami fraktur kompresi, yang hamper
selamanya tidak menimbulkan komplikasi terhadap medulla spinalis. Namun demikian,
nyeri redukular dapat dirasakan pada osteoporosis tulang belakang dengan atau tampa
fraktur kompresi.
Tinggi badan berkurang bukan saja karena adanya fraktur kompresi dan gibus arkuata,
tetapi akibat penipisan korpora vertebra karenan kehilangan air. Gibus arkuata terjadi
karena adanya osteomalasia yang sering mengiringi osteoporosis. Pada osteoporosis,
osteoid dan mineral hilang, sedangkan pada osteomalasia hanya mineral saja yang hilang.
Osteoporosis pada lansia (jompo) dikenal sebagai osteoporosis sensen. Etiologi dan
patogenesisnya belum diketahui, mungkin multifactorial seperti factor genetic defisiensi
estrogen, usia, salah sikap dan penggunaan obat yang berkepanjangan.
Defisiensi esterogen memberikan akibat terhadap terjadinya osteoporosis sense (primer).
Sehingga osteoporosis primer sering dialami oleh lansia wanita dari pada lansia pria.

F. Pemeriksaan diagnostic
Foto rontgen : osteoporosis dan osteomalasia memperlihatkan berkurangnya densitas
tulang, kompakta tulang menjadi tipis dan tidak rata, korpora vertebra tidak lagi persegi
bentuknya melainkan menjadi seperti kampak; fraktur kompresi “schmorl node” dan
tanda-tanda degenerasi yang tercakup dalam spondilosis dapat melengkapi gambaran
radiologinya.
Diagnosis osteoporosis sense ditetapkan yaitu pada orang tua yang tidak menderita
penyakit yang bisa mengakibatkan osteoporosis dan tidak menggunakan kortikosteroid.
Adapun penyakit-penyakit yang bisa menimbulkan osteoporosis (sekunder) adalah tumor
primer atau metastatic ditulang belakang, myeloma multiple, malabsorpsi dan epilepsy
yang diobati dengan phenytoin (dilatin). Bukan epilepsy yang menyebabkan osteoporosis
tetapi phenytoin yang digunakan dalam jangka panjang.

G. Pencegahan Osteoporosis
1. Mengkonsumsi makanan yang bergizi
Mengkonsumsi makanan bergizi mampu menjaga kesehatab tulang jika rutin
dikonsumsi makanan bergizi mampu menjaga kesehatan tulang jika rutin dikonsumsi
sejak masa pertumbuhan. Apalagi usia remaja 10-20 tahun merupakan masa dimana
nutrisi sangat membantu pembentukan tulang hingga 90% makanan sehat dengan gizi
seimbang dipercaya membangun massa otot.
2. Asupan gizi tinggi kalsium
Institute of medicine di Amerika mengatakan jika konsumsi kalsium
direkomendasikan sebanyak 1.000mg untuk wanita berusia 19-50 tahun dan ibu hamil
serta menyusui. Bagi wanita lansia dianjurkan untuk memenuhi asupan kalsium
sebanyak 1.200mg. bisa mengkonsumsi kacang-kacangan,susu kedelai/ susu
almond,tempe,tahu,ikan,teri, dan brokoli.
3. Mencukupi vitamin D
Vitamin D juga menjadi nutrisi paling penting untuk menyerap kalsium, dan
direkomendasikan agar dikonsumsi sebanyak 600-800 IU. Agar kesehatan tulang
tetap terjaga dan terbebas dari osteoporosis, cara paling sederhana adalah berjemur di
pagi hari setiap 5-15 menit setiap 2-3 kali seminggu.
4. Olahraga teratur dan aktif bergerak
Olahraga secara teratur dapat meningkatkan massa otot dan fraktur dan mengurangi
risiko fraktur sebesar 40%. Untuk mengurangi risiko osteoporosis, olahraga dengan
intensitas gerak ringan sedang sangat disarankan, seperti peregangan
(yoga,pilates,tai chi), jalan kaki,lari, sampai angkat beban yang disesuaikan dengan
kemampuan anda.
5. Hindari rokok dan minuman alcohol,serta kafein yang berlebihan
Kebiasaan merokok dan minum alcohol sampai konsumsi minuman kafein seperti
kopi terlalu sering akan berdampak pada kesehatan tulang anda. Dalam jurnal ilmiah
mahasisa kedokteran Indonesia (2021), nikotin dalam rokok memberikan efek toksik
langsung pada osteoblast dan peredaran darah, yang menyebabkan risiko patah tulang
pada bagian femur. Rokok juga mempengaruhikerja hormone yang mengakibatkan
terhambatnya proses aksis vitamin D pada tulang.
H. Pengobatan/Perawatan
Osteoporosis tidak dapat diobati, sedangkan osteomalasia masih dapat dihentikan. Oleh
karena itu, maka setiap pasien dengan osteoporosis harus diselidiki ada atau tidaknya
unsur osteomalasia. Secara akademik biopsy tulang harus dilakukan untuk menganalisa
adanya kehilangan mineral saja (osteoporosis). Secara praktis dokter segan
menganjurkan, oleh karena dalam banyak hal perawatan mendikamentosa tidak dinilai
bermanfaat oleh pasien, sekalipun ia bukan penderita osteoporosis melainkan
osteomalasia. Kesenagan tersebut harus disisikan kalau pasien mudah memperlihatkan
osteoporosis. Kalau anjuran biopsy di tolak, setidak-tidaknya pemeriksaaan laboratorium
perluh dilakukan. Kalsium, fosfor, fosfatase alkali serum darah dan fosfatase asam harus
diperiksa, juga termasuk fungsi glandula tiroidea dan gijal harus diketahui untuk
mendapatkan data-data yang diperluhkan dalam menganalisa berbagai kausa dari
osteomalasia atau osteopenia.
Mengingat osteoporosis susah disembuhkan, maka sikap praktis dalam
penangulangannya ialah memberikan obat-obat untuk menhentikan proses osteomalasia,
Adapun perawatan pasien dengan osteomalasia ialah :
1. Perawatan medikamentosa
2. Makanan
3. Gerakan

Perawatan medikamentosa

Untuk menghambat resopsi tulang dapat digunakan estrogen, fluoride dan calcitonin.
Terutama penderita yang pernah atau sedang menjalani terapi kortikosteroid, pemberian
kalsium dan vitamin D bermanfaat sekali. Untuk mencegah berkembangnya
hiperkalsemia dan bantu ginja, maka perluh hati-hati pemberian kalsium. Kalsium
diserum harus diketahui dahulu sebelum pemberian kalsium dimulai. Nilai kalsium
tersebut dapat dipakai sebagai patokan dalam menghentikan atau meneruskan pemberian
kalsium.

Makanan

Untuk mencegah adanya hambatan terhadap resopsi kalsium, maka minuman yang
mengandung sodaharus dihindari.sebaliknya makanan yang mengandung kalsium harus
dianjurkan, seperti segala jenis, yang dibuat dari susu dan dll.

Gerakan

Para penderita harus menghindari imobilisasi. Korset yang digunakan untuk meringankan
rasa nyeri dan melindungi supaya jangan terjadi fraktur harus secepat mungkin dilepas
bila nyeri telan hilang. Gerakan badan setiap hari harus dilakukan, imobilisasi
memperluas dan memperberat osteopenia.

I. Pengkajin Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan
Perawat perlu menanyakan atau mengidentifikasi adanya:
a. Rasa nyeri atau sakit tulang punggung(bagian bawah)nyeri leher.
b. Merasakan berat badan menurun
c. umur dan jenis kelamin biasannya diatas usia 50 tahun dan sering pada wanita
d. Kurang aktifitas atau imobilisasi
e. Keadaan nutrisi missal kurang vitamin D dan C,dan kalsium.Mengkonsumsi
alcohol dan kafein.
f. Adanya penyakit endokrin:diabetes
militus,hiperteoridsm,hiperparateoridms,cushing’ssyndrome,acromegali,hypogon
adism.
g. Anoreksia nervosa
J. Pemeriksan Fika
a. Lakukan penekan pada tulang punggung apakah terdapat nyeri tekan,nyeri
pergerakan.
b. Periksa mobilisasi:Amati posiso pasien yang Nampak membungkuk.
K. Riwarat psikosisial
Penyakit ini sering terjadi pada usia tua dan lebih banyak pada wanita.biasannya sering
timbul kecemasan,takut melakukan aktifitas,dan perubahan konsep diri.perawat perlu
mengkaji masalah-masalah psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek
penyakit yang menyertainya.
L. Menurut Depkes(1995),Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
osteoporosis,pada umumnya adalah:
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan proses penyakit.
2. Gangguan konsep diri:perubahan body Image dan/atau harga diri berhubungan
dengan proses penyakit.
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.

Menurut Smeltzer (2001),Diagnosa keperawatan utama pasien yang mengalami


fraktur vertebra spontan karena osteoporosis adalah:
1. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program therapy.
2. Nyeri berhybungan dengan fraktur dan spasme otot
3. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus
4. Resiko terhadap cedera:fraktur berhubungan dengan tulang osteoporosis.
M. Perencanaan dan Implementasi Keperawatan
1. Gangguan Mobilitasi Fisik
a. Tujuan: Pasien dapat meningkat mobilitas dan aktivitas.
b. Rencana/tindakan keperawatan
1. Gunakan matres dengan tempat tidur papan.Hal ini untuk membantu
memperbaiki posisi tentang belakang.
2. Bila ada indikasi bantu pasien menggunakan alat bantu walker atau tongkat
3. Bantu dan arjarkan untuk latihan ROM setiap 4 jam untuk meningkatkan
fungsi persendian dan mencegah kontraktur.
4. Ajarkan pada pasien untuk mencegah fraktur apabila terjadi fraktur maka
masalah pasien akan lebih berat untuk itu “body mechanic”yang benar penting
diketahui oleh pasien da keluargannya.
5. Bila pasien diajurkan menggunakan brace punggung atau korset maka ia
perlu dilatih untuk menunjang tubuh/anggota badan.
6. Berikan analgetik,ekstrogen,kalsium dan vitamin D sesuai terapi dokter
7. Berikan diit tinggi kalsium dan vitamin C,D.
8. Monitor kadar kalsium

N. Gangguan Konsep Diri


a. Tujuan: Pasien dapat mengekspesikan perasaan,pasien dapat
menggunakan”coping”yang positif.
b. Rencana/tindakan Keperawatan
1. Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaan dan dengarkan penuh
perhatian.perhatian yang sungguh-sungguh dapat menyakinkan pasien bahwa
perawat bersedia membantu mengatasi masalahnya dan akan tercipta hubungan
yang harmonis sehingga timbul koordinasi.
2. Klasifikasi bila terjadi kesalahan pemahaman tentang proses penyakit dan
pengobatan/perawatan yang diberikan. Klasifikasi ini dapat meningkat koordinasi
pasien selama perawatan.
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi pengalaman masa lalu yang menimbulkan
kesuksesan atau kebanggaan saat itu. Hal ini dapat membantu upaya mengenal
diri/menerima diri kembali.
4. Identifikasi bersama pasien tentang alternative pemecahan masalah yang positif.
Hal ini akan dapat mengembalikan rasa percaya diri.
5. Bantu untuk meningkatkan komunikasi dengan dan teman-teman.
O. Kurang Pengetahuan
a. Tujuan: pasien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di rumah yang benar.
b. Rencana/tindakam keperawatan
1) Jelaskan pentingnya diit yang tepat, aktivitas yang sesuai serta istirahat yang
cukup.
2) Jelaskan penggunaan obat yang diberikan secara detail.
3) Jelaskan pentingnya lingkungan yang aman missal lantai tidak licin,
menghindari jatuh,menggunakan pegangan (hand rails).
4) Menghindari gerakan yang cepat dan tiba-tiba.
5) Jelaskan untuk mengurangi kafein,alcohol,dan merokok bila pasien
sebelumnya mengkonsumsinya.
6) Jelaskan pentingnya follow-up
P. Evaluasi keperawatan
1. Tidak terjadi komplikasi
2. Aktivitas dan mobilitas terpenuhi
3. Perilaku yang adaptasi
4. Memahami cara perawatan di rumah
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi permasalah global
di bidang kesehatan termasuk di Indonesia. Osteoporosis merupakan penyakit ditandai
dengan massa tulang yang rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro arsitektur
tulang dan penurunan kualitas tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang
(Wardhana, 2012 dan Hikmiyah dan Martin, 2013).
Osteoporosis adalah kelainan tulang dimana terjadi penurunan masa tulang total, terdapat
perubahan pergantian homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari
kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan spenurunan masa tulang total. Tulang
menjadi porus, rapuh dan mudah patah (Smeltzer, 2001).

B. Saran
Bagi orang yang mengalami osteoporosis sebaiknya melakukan diet kaya kalsium dan
vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan dengan pengingkatan
asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap
dermineralisasi skeletal. Terdiri dari 3 gelas vitamin D susu skimatau susu penuh atau
makanan lain yang tinggi kalsium (mis keju swis, brokoli kukus, salmon kaleng dengan
tulangnya ) setiap hari. untuk meyakinkan asupan kalsium yang mencukupi perlu
diresepkan preparat kalsium ( kalsium karbonat), sering berolahraga dan pola hidup
sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Tandra, H, 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporosis Mengenal,

Mengatasi Dan Mencegah Tulang Keropos. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5. Jakarta : Internal

publishin.

Depkes R.I 1995. Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal, Pusat Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai