Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

INFEKSI PENYAKIT

PADA RADANG PANGGUL

Di Susun Oleh :

MIRIAM SELVIANA MARIANG

202014201072A

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimmpah berkah
dan rahmat nya sehingga kita masih dapat menghirup nafas kehidupan sampai saat ini,dan restu
nya lah kita di beri kesehatan yang baik sehingga kita dapat menyelesaikan tugas kelompok
yang berjudul Asuhan Keperawatan Infeksi Radang Panggul.
Tidak lupa kami mengucapkan permohonan maaf apa bila dalam proses penulisan tugas
makalah ,penepatan kata yang salah kami mintah maaf sebesar besarnya kami hanyalah
manusia biasa yang tidak luput dari Salah dan dosa.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalh
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Penegrtian dari PID


B. Etiologi dari PID
C. Faktor resiko dari PID
D. Klasifikasi dari PID
E. Patofisiologi dari PID
F. Manifestasi Klinis dari PID
G. Komplikasi dari PID
H. Pencegahan dari PID
I. Pemeriksaan Diagnostik dari PID
J. Penatalaksanaan dari PID
K. Asuhan Keperawatan dari PID

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Daftar Pustaka
L.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
PID (pelvic inflammatory disease) atau penyakit radang panggul adalah infeksi
dan radang pada saluran genitalia bagian atas (uterus, tuba falopii, ovarium, dan struktur-
struktur sekitar panggul). Infeksi dan inflamasi dapat menyebar ke abdomen (peritonitis)
termasuk struktur perihepatik (perihepatitis/Sindrom Fitz-Hugh–Curtis). Perempuan yang
memiliki risiko tinggi terkena PID adalah perempuan muda usia reproduktif (khususnya
di bawah 25 tahun) yang memiliki partner seksual lebih dari satu, melakukan hubungan
seksual yang tidak aman (tidak menggunakan kontrasepsi), dan tinggal di area dengan
prevalensi infeksi menular seksual (IMS) yang tinggi.
PID biasanya diawali dengan infeksi di vagina dan serviks yang kemudian naik ke
saluran genitalia bagian atas. Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae adalah
dua bakteri penyebab penyakit menular seksual yang paling sering berkaitan dengan PID.
Selain kedua bakteri tersebut, bakteri yang juga dapat berperan pada patogenesis PID
adalah flora vaginalis seperti Gardnerella vaginalis, Haemophilus influenzae, dan bakteri
anaerob. Namun, tidak hanya bakteri, beberapa kasus PID juga berkaitan dengan infeksi
virus yakni CMV dan HSV-2. Sebanyak 30-40% kasus PID adalah kasus polimikrobial.
Oleh karena itu, terapi dengan antibiotik spektrum luas dibutuhkan untuk mengobati PID.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Penegrtian dari PID?
2. Bagaimana Etiologi dari PID?
3. Bagaimana Faktor resiko dari PID?
4. Bagaimana Klasifikasi dari PID?
5. Bagaimana Patofisiologi dari PID?
6. Bagaimana Manifestasi Klinis dari PID?
7. Bagaimana Komplikasi dari PID?
8. Bagaimana Pencegahan dari PID?
9. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik dari PID?
10. Bagaimana Penatalaksanaan dari PID?
11. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari PID?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Penegrtian dari PID?
2. Untuk Mengetahui Etiologi dari PID?
3. Untuk Mengetahui Faktor resiko dari PID?
4. Untuk Mengetahui Klasifikasi dari PID?
5. Untuk Mengetahui Patofisiologi dari PID?
6. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis dari PID?
7. Untuk Mengetahui Komplikasi dari PID?
8. Untuk Mengetahui Pencegahan dari PID?
9. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik dari PID?
10. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan dari PID?
11. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan dari PID?
D.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah infeksi pada organ
reproduksi wanita, seperti serviks, rahim, dan ovarium. Salah satu penyebab paling sering
dari radang panggul adalah infeksi menular seksual. 
Radang panggul umumnya dialami oleh wanita usia 15–25 tahun yang aktif
berhubungan seksual. Radang panggul bisa ditandai dengan nyeri di panggul atau perut
bagian bawah. Kondisi ini perlu mendapat penanganan untuk mencegah terjadinya
komplikasi, seperti kehamilan di luar kandungan (ektopik) atau kemandulan (infertilitas).

B. Penyebab
Radang panggul paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebar dari
vagina atau leher rahim (serviks) ke organ reproduksi yang lebih dalam, seperti rahim,
saluran indung telur (tuba falopi), dan indung telur (ovarium).
Jenis bakteri yang sering menyebabkan radang panggul adalah bakteri penyebab
infeksi menular seksual, seperti Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae.
Selain bakteri, radang panggul juga bisa disebabkan oleh infeksi kuman atau
patogen lain, seperti Mycoplasma genitalium, Trichomonas vaginalis, Gardnerella
vaginalis, atau Herpes simplex virus 2 (HSV-2).
C. Faktor Resiko Radang Panggul
Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko wanita mengalami radang panggul,
yaitu:
 Berusia 15–25 tahun dan aktif secara seksual
 Pernah menderita radang panggul atau infeksi menular seksual
 Berganti-ganti pasangan seksual
 Berhubungan seksual tanpa memakai kondom
 Mengalami kerusakan pada leher Rahim
 Baru menjalani prosedur medis yang melibatkan proses pembukaan serviks, seperti
memasukkan alat kontrasepsi ke dalam rahim atau spiral
D. Klasifikasi
Berdasarkan rekomendasi infectious Disease Society fir Obstetrics dan Gynecology
USA,Hager membagi derajat radang panggul menjadi :
 Derajat I : Radang panggul tanpa penyulit(terbatas pada Tuba dan ovarium) dengan
atau tanpa pelvio-peritonitis
 Derajat II : Radang panggul dengan penyulit(Didapatkan masa radang atau abses
pada kedua Tuba ovarium) dengan atau tanpa pelvio-peritonitis
 Derajat III : Radang Panggul dengan penyebaran di luar organ organ pelvik, misal
adanya abses tuba ovarial
E. Patofisiologi
Patofisiologi PID dapat dibagi menjadi 2 tahap. Pada tahap pertama, yakni
terjadinya infeksi pada vagina atau serviks, infeksi biasanya disebabkan oleh penyakit
menular seksual, dan bersifat asimptomatik. Infeksi menular seksual (IMS), biasanya
disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Selanjutnya, bakteri
tersebut naik ke saluran genitalia yang lebih atas.
Mekanisme naiknya infeksi ke saluran genital bagian atas tidak diketahui secara
pasti. Berikut ini beberapa teori yang dapat menjelaskan terjadinya naiknya infeksi ke
saluran genital bagian atas, sehingga menyebabkan PID.

1. Penurunan Fungsi Lendir Serviks

Lendir serviks merupakan salah satu penghalang naiknya mikroorganisme ke


saluran genitalia yang lebih atas. Namun, pada kondisi infeksi yang menyebabkan
inflamasi pada vagina atau serviks, efektivitas perlindungan lendir serviks ini menjadi
berkurang. Begitu juga pada saat ovulasi dan menstruasi, efektivitas perlindungan
serviks menjadi berkurang diakibatkan perubahan hormonal. Selain itu, aliran darah
menstruasi retrograde merupakan medium biakan yang baik untuk bakteri.

2. Hubungan Seksual

Hubungan seksual adalah sebagai media dimana bakteri penyebab infeksi dapat
terbawa melalui sperma. Diperkirakan saat orgasme, kontraksi uterus yang ritmik
turut memfasilitasi naiknya bakteri ke saluran genitalia atas. Bakteri juga dapat
terbawa oleh sperma ke dalam uterus dan tuba falopii.

Infeksi pada tuba falopii ini awalnya hanya mengenai mukosa, tetapi selanjutnya
inflamasi dapat cepat menyebar ke transmural. Inflamasi ini dapat terus berlanjut ke
struktur parametrial termasuk usus. Melalui tumpahan cairan purulen dari tuba falopii
atau penyebaran limfatik, infeksi dapat berlanjut sampai melewati pelvis yang
menyebabkan peritonitis akut dan perihepatitis akut (Sindrom Fitz-Hugh–Curtis).
[3,4]

3. Faktor Lain

Faktor lain yang diduga turut terlibat dalam mekanisme terjadinya PID adalah
faktor genetik. Polimorfisme pada gen Toll-Like Receptor (TLR) yang merupakan
komponen penting pada sistem kekebalan tubuh bawaan diketahui meningkatkan
risiko dari infeksi saluran genitalia atas. Varian gen ini juga berhubungan dengan
progresivitas infeksi C. trachomatis pada PID.
F. Patway

Neisseria Gonorhoeae Chalmydia


G.
Trachomatic

Infeksi menular seksual

Bakteri naik ke saluran genitalia

Inflamasi pada vagina dan serviks

Efektivitas perlindungan serviks


berkurang

Bakteri naik ke genetalia atas

Infeksi radang panggul

Infeksi menyumbat Sistem imun mengeluarkan pirogen Terbentuk abses


tuba falopi endogen
Abses pecah
Tuba falopi tersumbat Merangsang sel sel endotel
cairan hipotalamus Masuk kerongga
panggul

Pembengkakan Hipotalamus mengeluarkan


substansi asam arakhidonat Penyebaran infeksi ke
dalam darah
Menekan reseptor
nyeri Memicu pengluaran Hormon
Prostaglandin Sepsis

Pelepasan Histamin
Resiko Infeksi
Peningkatan suhu thermostat
Nyeri
Demam Hipertermi
Nyeri Akut
H. Tanda Dan Gejala
Umumnya, radang panggul pada tahap awal tidak menimbulkan gejala sehingga tidak
disadari oleh sebagian penderitanya. Seiring dengan perkembangan penyakit, akan
muncul gejala-gejala berikut:
 Nyeri panggul atau perut bagian bawah
 Nyeri ketika buang air kecil
 Nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia)
 Perdarahan di luar menstruasi atau setelah berhubungan seksual
 Menstruasi menjadi lebih deras dan lebih lama (menorrhagia)
 Keputihan menjadi lebih banyak, berbau tak sedap, serta berubah warna menjadi
kekuningan atau kehijauan
 Demam
 Mudah merasa lelah atau tidak enak badan
 Mual dan muntah
I. Komplikasi
Jika tidak segera ditangani, radang panggul dapat menyebabkan beragam komplikasi,
yaitu:
 Infertilitas atau kemandulan
 Kehamilan ektopik
 Nyeri panggul kronis
 Abses pada ovarium atau tuba falopi
 Sepsis
J. Pencegahan
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya radang panggul, yaitu:
 Jangan berganti-ganti pasangan.
 Gunakan kondom saat berhubungan seksual.
 Periksa kesehatan secara rutin jika memiliki risiko tertular infeksi menular seksual.
 Konsultasikan pilihan dan rencana penggunaan alat kontrasepsi dengan dokter.
 Bersihkan area kemaluan dari depan ke belakang dan jangan sebaliknya.
Selain beberapa cara di atas, Anda dianjurkan untuk menjalani skrining penyakit menular
seksual jika telah aktif berhubungan seksual dan sudah menikah.
K. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang lain agar dapat memastikan diagnosis, yaitu:
 Tes darah, untuk mendeteksi infeksi di dalam tubuh
 Tes urine, untuk mendeteksi infeksi di saluran kemih, termasuk infeksi menular seksual
 Ultrasonografi (USG), untuk menilai ada tidaknya kelainan pada organ reproduksi
 Laparoskopi atau operasi lubang kunci, untuk melihat kondisi organ reproduksi bagian dalam
 Biopsi rahim, untuk mendeteksi keberadaan sel-sel abnormal pada sampel jaringan dinding
rahim
L. Penatalaksanaan
Pengobatan radang panggul bertujuan untuk mengatasi infeksi, meringankan gejala,
mencegah penyebaran infeksi, dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi. Berikut ini
adalah beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan:
1. Obat-obatan
Obat yang diberikan untuk mengatasi radang panggul akan disesuaikan dengan
kondisi pasien. Jika disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter akan
meresepkan antibiotik.
Perlu diketahui, konsumsi antibiotik harus sesuai dengan aturan yang disarankan
oleh dokter. Umumnya, dokter akan menyarankan pasien untuk mengonsumsi
antibiotik selama 2 minggu.
Pasien yang mengalami radang panggul berat, sedang hamil, atau mengalami
penumpukan nanah (abses), perlu mendapatkan perawatan rumah sakit. Dokter akan
memberikan antibiotik melalui suntikan dan cairan infus.
Selain antibiotik, dokter akan memberikan obat untuk meredakan gejala, seperti
nyeri dan demam. Beberapa obat yang bisa diberikan
adalah ibuprofen atau paracetamol.
2. Operasi
Operasi dilakukan jika terjadi abses pada radang panggul. Selain itu, operasi juga
dilakukan jika abses pecah atau berpotensi untuk pecah. Operasi dapat dilakukan
dengan menyedot, mengeluarkan, dan membersihkan cairan abses.
Guna mempercepat proses penyembuhan, pasien tidak boleh berhubungan seksual
selama masa pengobatan. Hal ini untuk mencegah penularan penyakit ke pasangan.
Selain itu, pasangan seksual pasien juga disarankan untuk melakukan
pemeriksaan meski tidak mengalami gejala penyakit ini. Tujuannya sama, yaitu untuk
mencegah potensi penularan yang berulang.
M. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pemeriksaan subjektif pada pasien Infeksi Radang Panggul

a) Data demografi
1) Nama :-
2) Umur : biasanya terterjadi pada usia di bawah 16 tahun
3) Agama :-
4) Jenis kelamin :-
5) Status :-
6) Pendidikan :-
7) Pekerjaan : PSK
8) Suku bangsa :-
9) Alamat :-
10) Tangga lmasuk :-
11) Tanggal pengkajian: -
12) No. register :-
13) Diagnosa medis : infeksi radang panggul
b) Riwayat kesehatan sekarang
1) Alasan masuk rumah sakit: Metroragia, Menoragia. Menderita penyakit
kelamin, keputihan, menggunakan alat kontrasepsi spiral.
2) Keluhan utama: Demam, mual muntah, perdarahan menstruasi yang tidak
teratur, kram karena menstruasi, nyeri BAK, nyeri saat hubungan, sakit pada
perut bagian bawah, lelah, nyeri punggung bagian bawah, nafsu makan
berkurang.
c) Riwayat penyakit dahulu :
1) Abortus Septikus
2) Endometriosis.
3) Pernah menderita penyakit kelamin
4) Abortus
5) Pernah kuret
6) Aktivitas seksual pada masa remaja
7) Berganti-ganti pasangan seksual
8) Pernahmengunakan AKDR.
9) obstetric dan KB
d) RiwayatPenyakit Keluarga
Kaji penyakit-penyakit yang pernah diderita ibu, suami, dan keluarga baik
dari ibu maupun suami seperti: penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, asma dll.
Kaji apakah ibu pernah kontak dengan penderita HIV/AIDS, TBC,
hepatitis.
e) Riwayat menstruasi:
1) Perdarahan menstruasi yang tidak teratur, Disminore, Fluor albus
2) Kaji menarche, siklus haid, jumlah darah yang keluar, dismenorea,dan HPHT.
f) Riwayat Ginekologi :
1) Kaji keluhan yang pernah dirasakan berkaitan dengan organ reproduksi,
2) Berapa lama keluhan ibu rasakan,
3) Ada tidaknya upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan itu.
4) Seperti menanyakan apakah ibu pernah mengalami keputihan yang berbau dan
gatal,
5) Operasi yang dialami.

Pemeriksaan objektif pada pasien infeksi radang panggul

1. Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran : -
2) Tanda-tanda Vital
a) TD : 120/190 mmHg (normal: 120/80 mmHg)
b) N : 60 x/m (normal: 60-100 x/menit)
c) RR : 20x/ m (normal: 16-24 x/menit)
d) Suhu : 39oC ( normal : 36,5 – 37,5 oC )
3) Suhu tinggi disertai takikardia
4) Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol dari pada nyeri di kuadran atas
abdomen. Rasa nyeri biasanya bilateral. Bila terasa nyeri hanya uniteral,
diagnosis radang panggul akan sulit ditegakkan.
5) Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi reburn tenderness”,
nyeri tekan dan kekakuan otot sebelah bawah.
6) Tergantung dari berat dan lamanya peradangan, radang panggul dapat pula
disertai gejala ileus paralitik.
7) Dapat disetai Manoragia, Metroragia.
8) Nyeri tekan dan nyeri goyang genitalia eksterna ( unilateral dan bilateral)
9) Daerah adneksa teraba kaku
10) Teraba massa dengan fluktuasi
2. Keadaan fisik
1) Kepala :-
2) Mata :-
3) Leher :Periksa apakah ada pembesaran kelenjar pada leher seperti
kelenjar limfe, tiroid atau pelebaran pembuluh vena.
4) Dada
 Paru :-
 Jantung :-
5) Payudara dan ketiak
 Inspeksi: lihat berntuk payudara (simetris/ asimetris)
 warna (kemerahan atau normal)
 putting susu (menonjol, datar, masuk)
 retraksi.
6) Abdomen : Kaji adaya masa atau benjolan dan nyeri tekan pada abdomen,
jaringan parut dan bekas luka operasi
7) Anogenital :
 Kaji pengeluaran pervagina: jumlah, warna,konsistensi dan bau
 Kaji adanya tanda-tanda infeksi pada daerah genital
 Perhatikan ada tidaknya varises dan oedema pada genetalia, inspikulo,
dinding vagina (rugae vagina less), karsinoma. Portio.
 Lakukan pemeriksaan adneksa dengan menekan daerah shympisis
 Apakah terasa nyeri atau tidak .
8) Genetalia
1. Ada cairan flour albus yang berbau, dan berwarna kehijauan
2. Nyeri pada servik, uterus dan kedua adnexa saat pemeriksaan
bimanual.
3. Terdapat masa iflamatori sdaerah pelvis
9) Integumen :-
10) Ekstermitas :-
11) Neurologis
 Status mental danemosi :-
 Pengkajiansarafkranial :-
 Pemeriksaan reflex :-
3. Pemeriksaan Penunjang
b. Diagnosa
1. Hipertemi b/d Proses penyakit d.d Demam
2. Nyeri akut b/d Agen pencederaan biologic d.d Nyeri
3. Resiko infeksi
c. Intervensi

No Diagnosa Noc Nic


1 Hipertemi b/d Setelah di lakukan Perawatan Demam
Proses penyakit d.d perawatan selama 1 x 24  Monitor suhu sesering mungkin
Demam jam temperature suhu dalam  Monitor IWL
batas normal (36-37,5  Monitor warna dan suhu kulit
derajat C)  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Dengan Kriteria Hasil:
 Monitor penurunan tingkat kesadaran
 Suhu tubuh dalam
 Monitor WBC, Hb, dan Hct
rentang normal
 Monitor intake dan output
 Nadi dan RR dalam
 Berikan anti piretik
rentang normal
 Berikan pengobatan untuk mengatasi
 Tidak ada perubahan
penyebab demam
warna kulit dan tidak
 Selimuti pasien
ada pusing
 Lakukan tapid sponge
 Kolaborasi pemberian cairan intravena
 Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya menggigil
 Temperature regulation
 Monitor suhu minimal tiap 2 jam
 Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas

2 Nyeri akut b/d Agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


pencederaan perawatan selama 1x24 jam  Lakukan pengkajian nyeri komperhensif
biologic d.d Nyeri nyeri berkurang/hilang yang meliputi lokasi,karakteristik,durasi
Dengan Kriteria hasil : frekuensi,kualitas dan intensitas nyeri
 Mampu mengontrol serta factor pencetus
nyeri  Observasi reaksi nonverbal dari
 Melaporkan bahwa ketidaknyamanan
nyeri berkurang  Berikan informasi mengenai nyeri
 Mampu mengenali  Kolaborasi dengan dokter
nyeri(skala,intensitas  Pemberian obat analgesik
frekuensi dan tanda
nyeri
 Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
3 Resiko Infeksi Setelah dilakukan Control Infeksi
perawatan infeksi tidak  Ganti peralatan perawatan per pasien
terjadi sesuai protocol
Dengan Kriteria hasil :  Batasi jumlah pengunjung
 Tidak ada tanda-tanda  Cuci tangan sebelum dan sesudah
infeksi tindakan
 Berikan terapi antibiotic
 Anjurkan istirahat

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah infeksi pada
alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium, tubafalopi, ovarium,
miometrium, parametria, dan peritonium panggul. PID adalah infeksi yang paling peting
dan merupakan komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa. (Sarwono,2011;
h.227)
Pelvic Inflamatory Diseases (PID) adalah infeksi alat kandungan tinggi dari
uterus, tuba, ovarium, parametrium, peritoneum, yang tidak berkaitan dengan
pembedahan dan kehamilan. PID mencakup spektrum luas kelainan inflamasi alat
kandungan tinggi termasuk kombinasi endometritis, salphingitis, abses tuba ovarian dan
peritonitis pelvis. Biasanya mempunyai morbiditas yang tinggi. Batas antara infeksi
rendah dan tinggi ialah ostium uteri internum (Marmi, 2013; h.198)
B. Daftar Pustaka

Workowski, K., et al. (2021). Sexually Transmitted Infections Treatment Guidelines,


2021. MMWR. Recommendations and Reports : Morbidity and Mortality Weekly Report.
Recommendations and Reports, 70(4), pp. 1–187. 
Savaris, R., et al. (2020). Antibiotic Therapy for Pelvic Inflammatory Disease. The
Cochrane Database of Systematic Reviews, 8(8), pp. 1–148. 
Centers for Disease Control and Prevention (2022). Sexually Transmitted Diseases
(STDs). Pelvic Inflammatory Disease (PID) – CDC Fact Sheet. 
Centers for Disease Control and Prevention (2021). Sexually Transmitted Diseases
(STDs). Which STD Tests Should I Get? 
National Health Service UK (2022). Health A to Z. Pelvic Inflammatory Disease. 
National Institutes of Health (2021). MedlinePlus. Pelvic Inflammatory Disease (PID). 
U.S. Department of Health & Human Services (2021). Womens Health. Pelvic
Inflammatory Disease. 
Cleveland Clinic (2020). Disease & Conditions. Pelvic Inflammatory Disease (PID). 
Mayo Clinic (2022). Diseases & Conditions. Pelvic Inflammatory Disease (PID). 
DeSapri, K. Medscape (2021). Pelvic Inflammatory Disease. 
Higuera, V. Healthline (2019). Pelvic Inflammatory Disease (PID). 
Pathak, N. WebMD (2019). What is Pelvic Inflammatory Disease?

Anda mungkin juga menyukai