Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAU PUSTAKA

1.1 Definisi
Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah infeksi
pada alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium, tubafalopi,
ovarium,miometrium, parametria, dan peritonium panggul. PID adalah infeksi
yang paling peting dan
merupakan komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa (Sarwono,2011;
h.227).
Pelvic Inflamatory Disease adalah suatu kumpulan radang pada saluran
genital bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang endometrium,
tuba fallopi,ovarium maupun miometrium secara perkontinuitatum maupun secara
hematogenataupun sebagai akibat hubungan seksual (Yani,2009;h.45).
Gambar 2.1 Peradangan yang terjadi pada panggul

Penykit radang panggul atau pelvic inflamatory disease (PID) merupakan


infeksi genetalia bagian atas wanita yang sebagian besar disebabkan hubungan
seksual (manuaba).
Pelvic Inflamatory Diseases (PID) adalah infeksi alat kandungan tinggi dari
uterus,tuba, ovarium, parametrium, peritoneum, yang tidak berkaitan dengan
pembedahan dan kehamilan. PID mencakup spektrum luas kelainan inflamasi alat
kandungan tinggitermasuk kombinasi endometritis, salphingitis, abses tuba
ovarian dan peritonitis pelvis.
Biasanya mempunyai morbiditas yang tinggi. Batas antara
infeksi rendah dantinggi ialah ostium uteri internum (Marmi, 2013; h.198).
2.2 Etiologi
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital
bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam
hitungan hariatau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang
panggul. Bakteri penyebab tersering
adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan
peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari
leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri iniadalah
kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya
infeksikarena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya
pertahanandari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan
bakteri (darah menstruasi).
Gambar 2.2 Penyakit radang panggul

Bakteri fakultatif anaerob dan flora juga diduga berpotensi menjadi penyebab
PID yang termasuk dantaranya adalah Gardnerella vaginalis, streptokokus
agalactiae, peptostreptokokus, bakteroides dan mycoplasma genetalia. Patogen
genetalia lain yangmenyebabkan PID adalah haemaphilus influenza dan
haemophilus parainfluenza. Actinomices diduga menyebabkan PID yang dipicu
oleh penggunaan AKDR. PID mungkin juga disebabkan oleh salpingitis
granulomatosa yang disebabkan Mycobakterium tuberkulosis dan Schistosoma.

2.3 Faktor resiko


Terdapat beberapa faktor resiko PID , namun yang utama adalah aktivitas
seksual.PID yang timbul setelah periode menstruasi pada wanita dengan aktivitas
seksual berjumlah sekitar 85% sedangkan 15% di sebabkan karena luka pada
mukosa misalnyaAKDR atau kuretaseResiko juga meningkat berkaitan dengan
jumlah pasangan seksual. Wanita denganlebih banyak dari 10 pasangan seksual
cenderung memiliki pningkatan resiko sebesar 3kali lipat.Usia muda juga
merupakan salah satu faktor resiko yang di sebabkan olehkurangnya kestabilan
hubungan seksual dan mungkin oleh kurangnya imunitas.
Faktor resiko lainnya yaitu pemasangan alat kontrasepsi, etnik, status
postmaterial dimana resiko meningkat 3 kali di banding yang tidak menikah,
infeksi bacterial vaginosis, dan merokok. Peningkatan resiko PID di temukan pada
etnik berkulit putihdan pada golongan sosio ekonomi rendah. PID sering muncul
pada usia 15 - 19 tahun dan pada wanita yang pertama kali berhubungan seksual.
Pasien yang digolongkan memiliki faktor resiko tinggi untuk PID adalah
wanita diusia 25 tahun, menstruasi, memiliki pasangan seksual yang multiple,
tidak menggunakan kontrasepsi, dan tinggal di daerah yang tinggi prevelensi
penyakit menular seksual. PID juga sering timbul pada wanita yang pertama kali
berhubungan seksual. Pemakain AKDR meningkatkan resiko PID 2-3 kali lipat
pada 4 bulan
pertama setelah pemakaian, namun kemudian resiko kembali menuru. Wanita yan
g tidak berhubungan seksual secara aktif dan telah menjalani sterilisasi tuba,
memiliki resiko yang sangat rendah untuk PID.
2.4 Patofisologi
PRP disebabkan oleh penyebaran infeksi dari daerah vagina dan servik.
Perananservik selalu menghalangi penyebaran bakteri dari vagina ke genitalia
interna, tetapi apabila servik terpapar dengan mikroorganisme
yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti N. gonorrhoeae, C. trachomatis
servik akan terinfeksi. N. gonorrhoeaeakan menyebar ke endometrium,
berkembang, dan meluas ke organ lain seperti tubafalopii, yang mengakibatkan
timbulnya radang yang hebat dan sikatrik. Begitu juga C.trachomatis dan bakteri
lain yang mengikutinya.Genitalia interna akan mengalami infeksi, meradang, dan
merusak tuba falopii yang menimbulkan
rasa sakit yang hebat yang nantinya dapat mengakibatkan terbentuknya jaringan
parut, infertilitas, dan kehamilan ektopik, ini terjadi pada radangyang akut. Pada
pasien yang tidak diobati atau pengobatan yang tidak adekuat akanmenjadi infeksi
kronis

Gambar 2.4 Patofisiologi radang panggul

2.5. Gejala dan diagnose radang panggul

Keluhan atau gejala yang paling sering di kemukakan adalah nyeria


bdominopelvik. Keluhan lain berfariasi, antar alin keluarnya cairan vagina,
atau perdarahan, demam, menggigil,
serta mual dan disuria. Demam terlihat pada 80% kasus. Daignosis PID sulit
karena kaluhan dan gejala-gejala yang di kemukanansangat berfariasi.Pada
pasien dengan nyeri tekan serviks, uterus, dan adneksa, PID didiagnosis
dengan akurat hanya 65%. Karena kaibat buruk PID terutama infertilitas
dannyeri panggul kronik, maka PID harus di curigai pada perempuan beresiko
danditerapi secara agresif. Kriteria diagnosis diagnostic dari CDC dapat
membantuakurasi diagnosis dan ketepatan terapi.
Kriteria minimum untuk diagnosis klinis adalah sebagai berikut :
(ketiga tiganyaharus ada)

 Nyeri gerak serviks


 Nyeri tekan uterus
 Nyeri tekan adneksa

Kriteria tambahan

 Temperatur oral lebih dari 38,3 oC


 Ditemukan cairan servikal dan vaginal yang abnormal
 Meningkatnya LED
 Meningkatnya c-reaktif protein
 laboratorium: ditemukan kuman N. gonorrhoeae, C. trachomatisC.

Pemeriksaan kusus

 Adanya gambaran endometritis melalui pemeriksaan PA


 .Adanya gambaran tubo ovarian abses melalui USG
 Laparoskopi

2.6 Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan mencegah kerusakan tuba yang menyebabkan


infertilitas dankehamilan ektopik serta infeksi yang kronis.

Rekomendasi CDC sebagai berikut:

1. Regimen A
a. Sefoxitin 2 gr IM + Probenesid 1 gr per oral (dosis tunggal)
b. Ceftriaxone 250 mg IM atau generasi ke-III Sefalospori
(Ceftizoxime, Cefotaxime) + Doxycycline 100 mg peroral
2X sehari selama 14 hari
2. Regimen B
a. Ofloxacine 400 mg per oral 2X sehari selama 14 hari + Clindamycin
450 mg per oral4X sehari atau metronidazole 500 mg per oral 2X sehari
selama 14 hari

Pasien yang menjalani rawat jalan harus dievaluasi setelah 48 jam untu
k menilai keberhasilan terapi.

Kriteria untuk rawat inap pasien PRP akut dengan :

1. Abses pelvis atau abses dari tubo ovarian


2. Kehamilan
3. Temperatur lebih dari 38 oC
4. Mual dan muntah dengan obat-obat oral
5. Tidak ada respon antibiotik oral dalam 48 jam
6. Adolescent
7. Diagnosa tidak pasti
8. Nyeri perut kanan atas (Fitz-Hugh-Curtis Syndrome)

Terapi pada pasien yang dirawat (rekomendasi CDC):

 Sefoxitin 2 gr IV setiap 6 jam atau Sefotetan 2 gr IV setiap 12 jam.


Diberikansampai 48 jam ada perbaikan.
 Clindamycin 900 mg IV setiap 8 jam + Gentamisin IV/IM 2mg/kg BB
diikutidosis maintenance 11/2 mg/kg BB setiap 8 jam. Diberikan
sampai 48 jam ada perbaikan.

Setelah keluar rumah sakit dilanjutkan pemberian Doxycycline 100 mg


2X seharisampai 14 hari atau Clindamycin 450 mg per oral 5X sehari 10-14
hari. Pasien pulangdengan diberikan obat oral kemudian di lakukan follow up
setelah 7 hari.

Terapi Operasi

Operasi (laparatomi) bila dijumpai abses peritoneal atau tubo ovarial


abses dengandrainage per abdominal atau fornix posterior.

2.7 Jenis-jenis PID

Beberapa jenis inflamasi yang termasuk PID adalah

1. Endometritis
Endometritis adalah suatu peradangan pada endometrium yang biasanya
disebabkan oleh infeksi bakter i pada jaringan di lapisan endometrium.
Endometritis palin! serin!ditemukan terutama:
 Setelah seksio sesareaf
 Partus lama atau pecah ketuban yang lama

Diagnose banding endometritis meliputi infeksi traktus urinarius, infeksi


pernafasan, septicemia, tromboflebitis pelvis, dan abses pelvis

Penatalaksanaan pada endometritis:

 Pemberian antibiotic dan drainase yang memadai


 Pemberian cairan intravena dan elektrolit
 Penggantian darah
 Tirah baring dan analgesia
 Tindakan bedah
1. Endometritis akut
Pada endometritis akut endometrium mengalami edema dan hiperemi
terutama terjadi pada post partum dan post abortus
 Penyebab: indeksi gonore dan infeksi pada abortus dan partus
 Tindakan yang dilakukan di dalam uterus seperti pemasangan alat
kontrasepsi dan kuretase

Penatalaksanaan

Dalam pengobatan endometritis akut yang paling penting adalah


berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar. Adapun pengobatannya
adalah :

 Uterotonik
 Istirahat, letak fowler
 Antibiotic

Gejala :

 Demam
 Lochia berbau
 Lochia lama berdarah bahkan metrorgia
 Tidak menimbulkan nyeri jika radang tidak menjalar ke perimetrium
atau parametrium

2. Endometritis kronis
Endometritis kronis tidak sering ditemukan tetapi pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit.
Endometritis kronik biasa ditemukan pada tuberculosis, pada sisa-sisa
abortus atau partus yang meninggal, pada corpus alineum di cavum uteri,
pada polip uterus dengan infeksi, pada tumor ganas uterus, serta pada
salpingo ooforotis dan selulitis pelvis
Gejala klinis yang timbul :
 Leukorea
 Kelainan menstruasi seperti menorhagie dan metrorhagie
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bergantung pada penyebabnya

2. Myometritis
Miometritis biasanya tidak berdiri sendiri tetapi dilanjutkan
dari endometritis. Oleh karena itu gejala-gejala dan terapinya sama
dengan endometritis.
Diagnosanya hanya dapat dibuat secara patologi anatomis.
3. Parametritis
Parametritis yaitru radang dari jaringan ikat longgar didalam
ligamentum latum. Radang ini biasanya unilateral. Diagnose banding
adnexitis lebih tinggi dan tidak sampai kedinding panggul biasanya
bilateral.

Etiologi parametritis dapat terjadi :

Dari endometritis yaitu


 perkontanuitatum dari endometritis, metritis, dan
parametritis
 Lymphogen
 Hematogen yaitu phlebitis, periphlebitis, dan paramteritis
 Dari robekan serviks
 Perforasi uterus oleh alat-alat (sonde, kuret dan alat
kontrasepsi
4. Salpingitis akut
Mikroorganisme yang menyebabkan salpingitis adalah N. Gonorhea
dan Ctrachomatis. Salpingitis timbul pada remaja yang memiliki
pasangan seksualyang multiple dan tidak menggunakan kontrasepsi.
Gejala :
 Demam tinggi dengan menggigil
 Nyeri perut kanan kiri bawah terutama jika ditekan\
 Defense kanan dan kiri atas ligament pourpart
 Mual dan muntah ada gejala abdomen akut karena terjadi rangsangan
peritoneum
 Terkadang ada tendensi pada anus karena proses dekat pada rectum
sigmoid
 Pada pemeriksaan dalam, nyeri jika portio digoyangkan, nyeri kiri dan
kanan dari uterus terkadang ada penebalan dari tuba
5. Pelvioperitonitis
Biasanya terjadi sebagai lanjutan dari salpingoophoritis. Kadang terjadi
dari endometritis.
Etiologi:
 GO
 Sepsis (post partum dan post abortus)
 Dari appendicitis
Pelvioperitonitis dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan dari alat-
alat dalam rongga panggul dengan akibat perasaan nyeri atau ileus

Dapat dibedakan menjadi 2 bentuk:

 Bentuk yang menimbulkan perlekatan-perlekatan tanpa pembuatan


nanah.
 Bentuk dengan pembentukan nanah yang menimbulakn doglas abses

2.8 Komplikasi

Penelitia telah menunjukkan bahwa menunda pengobatan sedikitnnya 2-3 hari


dapatmenyebabkan peningkatan resiko infertilitas. Pengobatan segera dilakukan
terkait denganPID dan tingkat keparahannya

 Infertilitas : resiko infertile setelah terkena PID jumlah dan tingkat


keparahannya
 Kehamilan ektopik
 Nyeri panggul kronis
 Perihepatitis ( sindrom fitz- hugh Curtis ) : menyebabkan nyeri kuadran kanan
atas
 Abses tubo ovarium
 Reiter’s syndrome ( reaktif arthritis )
 Pada kehamilan : PID dikaitkan dengan peningkatan persalinan prematur,
danmorbiditas ibu dan janin
 Neonatal : transmisi perinatal C. trachomatis atau N. gonorrhoeae dapatmenye
babkan ophthalmia neonatorum pneumonitis clamidia juga bisa terjadi

2.9 Cara Pencegahan

Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pencegahan dapat di lakukan dengan mencegah terjadi infeksi yang di sebabkan


oleh kuman penyebab penyakit menular seksual. Terutama chalamidya.
Peningkatan edukasi masyarakat, penapisan rutin, diagnosis dini, serta
penanganan yang tepat terhadap infeksi chlamidya berpengaruh besar dalam
menurunkan angka PID. Edukasi hendaknya focus pada metode pencegahan
penyakit menular seksual,termasuk setiap terhadap satu pasangan, menghindari
aktifitas seksual yang tidak aman, dan menggunakan pengamanan secara rutin.
2. Adanya progam penapisan penyakit menular seksual dapat mencegah terjadinya
PID pada wamita. Mengadakan penapisan terhadap pria perlu di lakukan untuk
mencegah penularan kepada wanita.
3. Pasien yang telah di diagnosa dengan PID atau penyakit menular seksual harusdi
terapi hingga tuntas, dan terapi juga di lkukan terhadap pasangannya untuk
mencegah penularan kembali.
4. Wanita usia remaja harus menghindari aktivitas seksual hingga usia 16 tahunatau
lebih.
5. Kontrasepsi oral dilakukan dapat mengurangi resiko PID.
6. Semua wanita berusia 25 tahun ke atas harus di lakukan penapisan
terhadapchlamidya tanpa memandang faktor resiko

Anda mungkin juga menyukai