TIMOTHY M. POLUAN
18014101080
FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT
1. DEFINISI
Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah infeksi pada
alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium, tubafalopi, ovarium,
miometrium, parametria, dan peritonium panggul. PID adalah infeksi yang paling
peting dan merupakan komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa.
(Sarwono,2011; h.227)
Pelvic Inflamatory Disease adalah suatu kumpulan radang pada saluran genital
bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang endometrium, tuba fallopi,
ovarium maupun miometrium secara perkontinuitatum maupun secara hematogen
ataupun sebagai akibat hubungan seksual. (Yani,2009;h.45)
2. ETIOLOGI
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari
atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri
penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang
menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai
bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini
adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi
karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan
dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah
menstruasi).
3. FAKTOR RESIKO
Terdapat beberapa faktor resiko PID , namun yang utama adalah aktivitas seksual.
PID yang timbul setelah periode menstruasi pada wanita dengan aktivitas seksual
berjumlah sekitar 85% sedangkan 15% di sebabkan karena luka pada mukosa misalnya
AKDR atau kuretase
Resiko juga meningkat berkaitan dengan jumlah pasangan seksual. Wanita dengan
lebih banyak dari 10 pasangan seksual cenderung memiliki pningkatan resiko sebesar 3
kali lipat.
Usia muda juga merupakan salah satu faktor resiko yang di sebabkan oleh
kurangnya kestabilan hubungan seksual dan mungkin oleh kurangnya imunitas.
4. PATOFISIOLOGIS
PID di sebabkan oleh penyebaran mikroorganisme secara asenden ke traktus
genital atas dari vagiana dan serviks. Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas
penyebaran tersebut tidak diketahui, namun aktifitas seksual mekanis dan pembukaan
serviks selama menstruasi mungkin berpengaruh.
Banyak kasus PID timbul dengan 2 tahap :
Tahap Pertama : melibatkan akuisisi dari vagiana atau infeksi servikal.
Penyakit menular seksual yang menyebabkan mungkin asimptomatik
Tahap Ke dua : Timbul oleh penyebaran asenden langsung mikroorganisme
dari vagina dan serviks.
Mukosa serviks menyediakan barrier fungsional melawan penyebaran ke atas,
namun efek dari barrier ini mungkin berkurang akibat pengaruh perubahan hormonal
yang timbul selama ovulasi dan menstruasi. Gangguan suasana servikovaginal dapat
timbul akibat terapi antibiotic dan penyakit menular seksual yang dapat menggagu
keseimbangan flora endogen.Menyebabkan organisme nonpatogen bertumbuh secara
berlebihan dan bergerak ke atas. Pembukaan serviks selama menstruasi dengan aliran
menstrual yang retrograd dapat memfasilitasi pergerakan asenden dari
mikroorganisme. Hubungan seksual juga dapat menyebabkan ifeksi asenden akibat
dari kontraksi uterus mekanis dan ritmik. Bakteri dapat terbawa bersama sperma
menuju uterus dan tuba.
Gambar 2.4 patofisilogi radang panggul
Faktor resiko meningkat pada wanita dengan pasangan seksual multiple , punya
riwayat penyakit seksual sebelumnya, pernah PID, Riwayat pelecehan seksual usia
muda, dan mengalami tindakan pembedahan. Usia muda mengalami peningkatan
resiko akibat dari peningkatan permeabilitas mucosal serviks, zona servical ektopi
yang lebih besar, proteksi antibody chalamidya yang masih rendah, dan peningkatan
berlaku beresiko. Prosedur pembedahan dapat menghancurkan barrier servical,
sehingga menjadi predisposisi terjadi infeksi.
AKDR telah di duga merupakan predisposisi terjadinya PID dengan memfasilitasi
transmisi mikroorganisme ke traktus genitalia atas. Kontrasepsi oral justru
mengurangi resiko PID secara simptomatik. Mungkin dengan meningkatkan viskositas
mukosa oral, menurunkan aliran menstrual antegrade dan retrograde, dan
memodifikasi respon imun local.
Pada traktus bagian atas, jumlah mikroba dan fakrot host memiliki peneran
terhadap derajat inflamasi dan parut yang dihasilkan. Infeksi uterus biasanya terbatas
pada endometrium, namun dapat lebih invasive pada uterus yang gravid aytau
postpartum. Infeksi tuba awalnya melibatkan mukosa, tapi inflamasi transmural yang
di mediasi komplimen yang bersifat akut dapat timbul cepat dan intensitas terjadinya
infeksi lanjutan pun meningkat. Inflamasi dapat meluas ke struktur parametrial
termasuk usus. Infeksi dapat pula meluas oleh tumpahnya materi purulrn dari tuba
fallopi atau fia penyebaran limfatik dalam pelvis menyebabkan peritonitis akut atau
perihepatitis akut.
5. JENIS JENIS PID
Beberapa jenis inflamasi yang termasuk PID yang sering ditemukan adalah :
1. Salpingitis
mikroorganisme yang menyebabkan salpingitis adalah N. Gonorhea dan C
trachomatis. Salpingitis timbul pada remaja yang memiliki pasangan seksual
yang multiple dan tidak menggunakan kontrasepsi
8. DEFERENSIAL DIAGNOSA
1. Tumor adnexa
2. Apendicitis
3. Servicitis
4. Kista ovarium
5. Tersio ovarium
6. Aborsi spontan
7. Infeksi saluran kemih
8. Kehamilan ektopik
9. Endometriosis
9. PENATALAKSANAAN
A. PADA WANITA TIDAK HAMIL
Terapi PID harus ditujukan untuk mencegah kerusakan tuba yang menyebabkan
infertilitas dan kehamilan ektopik, serta pencegahan ektopik infeksi kronik.Banyak
pasien yang berhasil di terapi dengan rawat jalan dan terapi rawat jalan dini harus
menjadi pendekatan terapiotik permulaan. Pemilihan antibiotika harus ditujuakan pada
organisme etiologi utama (N. Gonorrhoeae atau C. Trachomatis) tetapi juga harus
mengarah pada sifat pilimik krobial PID.
Untuk pasien dengan PID ringan atau sedang terapi oral dan perenteral mempunyai
daya guna klinis yang sama.
Rekomendasi terapi dari CDC
a. Terapi perenteral
Rekomendasi terapi parenteral A
- Sevotetan 2 g intavena setiap 12 jam atau
- Sevoksitin 2 g intravena setiap 6 jam di tambah
- Doksisiklin 100 mg oral atau parenteral setiap 12 jam
Rekomendasi terapi parenteral B
- Klindamisin 900 mg setiap 8 jam di tambah
- Gentamicin dosis muatan intravena atau intramuskuler ( 2mg / kg BB) diikuti
dengan dosis pemeliharaan ( 1,5 mg / kg BB) Setiap 8 jam. Dapat di ganti
denagn dosis tunggal harian.
Terapi parenteral alternative
Tiga terapi alternatif telah di coba dan mereka mempunyai cakupan spektrum yang
luas
- Levofloksasin500 mg intravena 1X sehari dengan atau tanpa metronidazole 500
mg intravena setiap 8 jam atau
- Ofloksasin 400 mg intravena stiap 12 jam dengan atau tanpa metronidazole 500
mg intraven setiap 8 jam atau
- Ampisilin/sulbaktam 3 mg intavena setiap 6 jam di tambak Doksisiklin 100 mg
oral atau intravena etiap 12 jam.
b. Terapi oral
Terapi oral dapat di pertimbangkan untuk penderita PID atau sedang karena
kesudahan klinisnya sama dengan terapi parenteral. Pasien yang mendapat terapi
dan tidak menunjukkan perbaikan setelah 72 jam harus dire-evaluasi untuk
memastikan diagnosisnya dan diberikan terapi parenteral baik dengan rawat jalan
maupun inap.
Rekomendasi terapi A
- Levofloksasin 500 mg oral 1X setiap hari selama 14 hari atau ofloksasin 400 mg
2x sehari selama 14 hari dengan atau tanpa
- Metronidazole 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari
Rekomendasi terapi B
- Seftriakson 250 mg intramuscular dosis tunggal di tambah doksisiklin oral 2x
sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg oral 2x sehari
selama 14 hari atau
- Sefoksitin 2 g intramuscular dosis tunggal dan probenosid di tambah doksisiklin
oral 2x sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500 mg oral 2x
sehari selama 14 hari atau
- Sefalosporin generasi ketiga (missal seftizoksim atau sefotaksim) di tambah
doksisiklin oral 2x sehari selam 14 hari dengan atau tanpa metronidazole 500
mg oral 2x sehari selama 14 hari
B PADA WANITA HAMIL
Pada ibu hamil yang terkena radang panggul tidak boleh di berikan antibiotic.Dan
kemungkinan akan di lakukan terminasi.
C. PADA IBU MENYUSUI
Pada ibu menyusui yang terkena radang panggul boleh di berikan antibiotic, seperti
1. Ceftriaxone : Di anggap aman untuk digunakan selama menyusui oleh American
Academy of pediatric.
2. Doksisiklin : Dapat menyebabkan noda gigi atau menghambat pertumbuhan
tulang. Produsen obat klaim serius potensi efek samping.
3. Metromidazol : Potensi resiko pertumbuhan tulang.
BILA UNTUK MENGURANGI RASA SAKIT PERUT DAN
PANGGUL, bisa diberikan seperti penghilang rasa sakit ibuprofen dan
paracetamol dan bersamaan dengan pemberian antibiotic
Infeksi radang panggul karena IUD, dilakukan pemberian antibiotic
dulu dan dilakukan observasi beberapa hari dan jika tidak ada perbaikan
maka dilakukan pelepasan IUD karena kemungkinan infeksi disebabkan
oleh IUD .
KOMPLIKASI PADA KEHAMILAN
Penelitia telah menunjukkan bahwa menunda pengobatan sedikitnnya 2-3 hari dapat
menyebabkan peningkatan resiko infertilitas. Pengobatan segera dilakukan terkait dengan
PID dan tingkat keparahannya
Infertilitas : resiko infertile setelah terkena PID jumlah dan tingkat keparahannya
Kehamilan ektopik
Nyeri panggul kronis
Perihepatitis ( sindrom fitz- hugh Curtis ) : menyebabkan nyeri kuadran kanan atas
Abses tubo ovarium
Reiter’s syndrome ( reaktif arthritis )
Pada kehamilan : PID dikaitkan dengan peningkatan persalinan prematur, dan
morbiditas ibu dan janin
Neonatal : transmisi perinatal C. trachomatis atau N. gonorrhoeae dapat
menyebabkan ophthalmia neonatorum pneumonitis clamidia juga bisa terjadi