Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (puerperium), dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak dua jam setelah

lahirnya plasentasampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Pitriani,

2014)

Masa nifas merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya infeksi

saluran kemih, dalam kondisi normal didalam urin dapat ditemukan adanya

bakteri, baik yang memberikan gejala maupun yang tidak memberikan

gejala. (Jurnal faktor-faktor yang berhubungan dengan nilai apgar persalinan

pervaginam Di RS UKI, 2017: 68)

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang sering di

jumpai di masyarakat, menyerang anak-anak maupun dewasa dan

merupakan masalah kesehatan yang serius. Pada umumnya ISK lebih

banyak di jumpai pada wanita di bandingkan pada pria kemungkinan karena

uretra wanita lebih pendek sehingga mikroorganisme dari luar lebih mudah

mencapai kandung kemih dan juga letaknya dekat dengan daerah perianal

dan vagina.

Ganguan atau infeksi traktur urinaria merupakan suatu infeksi atau ganguan

pada saluran kemih yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli, ataupun uretra,

1
2

infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah istilah umum yang menunjukan

keberadaan mikroorganisme ( MO ) dalam urin.

Ganguan traktus urinaria merupakan pengaruh mordibiditas pasca operasi

yang lebih umumu. Biasanya ganguan ini di sebapkan oleh tindakan

manipulasi operasi, trauma persalinan , bakteri, pemeriksaan dalam terlalu

sering, dan katerisasi.

Kandung kemih pada masa nifas tidak begitu sensitif terhadap

tekanan cairan intravesikal. Operdisentesi , pengosongan yang tidak

sempurna dan urin residual yang berlebihansering di jumpai. Selain itu,

pengaruh dari anestesi regional juga mengakibatkan kelumpuhan sementara

dan ganguan fungsi saraf pada kandung kemih. Sisa pengeluaran urin dan

bakteri uria pada kandung kemih, di tambah dilatasi pelpis penalis dan ureter

membentuk kondisi optimal untuk terjadinya infeksi atau ganguan saluran

kemih.

Ker dan Wilson Mempelajari pengaruh persalinan terhadap fungsi kandung

kemih post- partum. Mereka menyimpulkan, selama persalinan lama dapat

di hindari dan bila kateterisasi dilakukan dengan cepat padang kandung

kemih yang meregang maka tidak akan terjadi ganguan pada

traktusurinaria . diperlukan kira – kira 2-8 minggu supaya hipotonia pada

kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali kekeadaan seperti

sebelum hamil.

2
3

B. Rumusan Masalah

1. Definisi infeksi saluran kemih (ISK)?

2. Apa Etiologi infeksi saluran kemih pada masa nifas?

3. Bagaimana patofisiologi infeksi saluran kemih pada masa nifas?

4. Apa saja Tanda dan gejala infeksi saluran kemih pada masa nifas?

5. Apa Diagnosis infeksi saluran kemih pada masa nifas?

6. Apa saja komplikasi infeksi saluran kemih pada masa nifas?

7. Apa saja Faktor resiko infeksi saluran kemih pada masa nifas?

8. Bagaimana Pengobatan infeksi saluran kemih pada masa nifas?

9. Bagaimana Pencegahan infeksi saluran kemih pada masa nifas?

10. Bagaimana Perawatan kandung kemih infeksi saluran kemih pada masa

nifas?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Definisi infeksi saluran kemih (ISK)

2. Untuk mengetahui Apa Etiologi infeksi saluran kemih pada masa nifas

3. Untuk mengetahui Bagaimana patofisiologi infeksi saluran kemih pada

masa nifas

4. Untuk mengetahui Apa saja Tanda dan gejala infeksi saluran kemih pada

masa nifas

5. Untuk mengetahui Apa Diagnosis infeksi saluran kemih pada masa nifas

6. Untuk mengetahui komplikasi infeksi saluran kemih pada masa nifas

3
4

7. Untuk mengetahui Apa saja Faktor resiko infeksi saluran kemih pada

masa nifas

8. Untuk mengetahui Bagaimana Pengobatan infeksi saluran kemih pada

masa nifas

9. Untuk mengetahui Bagaimana Pencegahan infeksi saluran kemih pada

masa nifas

10. Untuk mengetahui Bagaimana Perawatan kandung kemih infeksi saluran

kemih pada masa nifas

D. Manfaat

1. Untuk Penulis

Agar penulis dapat menerangkan materi yang berhubungan dengan

asuhan kebidanan nifas dan menyusui yaitu Infeksi Saluran Kemih pada

masa nifas.

2. Untuk Pembaca

Agar pembaca lebih mengetahui tentang bagaimana Infeksi Saluran

Kemih pada masa nifas, dan bisa di lakukan atau diimplementasikan

dengan baik dan benar oleh pembaca.

4
5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi infeksi saluran kemih (ISK)

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang

terjadi pada saluran kemih. Kejadian infeksi saluran kemih

pada masa nifas relative tinggi dan hal ini di hubungkan

dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung

kemih waktu persalinan, pemeriksaan dalam yang sering,

kontaminasi kuman dari perineum, atau katerisasi yang

sering. Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang sering

dijumpai pada perempuan setelah infeksi saluran nafas.

Dalam setiap tahun, 15% perempuan mengalami ISK.

Kejadian ISK makin sering terjadi pada masa kehamilan.

Perubahan mekanis dan hormonal yang terjadi pada

kehamilan meningkatkan resiko keadaan yang membuat

urin tertahan disaluran kencing. Juga adanya peningkatan

hormon progesteron pada kehamilan akan menambah besar

dan berat rahim serta mangakibatkan pengenduran pada

otot polos saluran kencing.

5
6

Infeksi saluran kemih sering berupa sistitis dan pielonefritis akut,

terutama pada wanita masa subur manula. Infeksi ini sering pula dijumpai

para dokter puskesmas. (Kumpulan Kuliah Farmakologi, 2009: 176) Infeksi

saluran kemih (ISK) paling sering bermanifestasi sebagai sistitis atau

uretritis. Infeksi biasnya disebabkan oleh bakteri koliform misalnya

excherichia coli, pseudomonas mirabilis, dan pseudomonas aeruginosa.

Infeksi biasnya berkembang secara asendens dan lebih sering terjadi pada

wanita yang uretranya pendek dan dengan demikian, kurang terlindung dari

bakteri. (Ferdhyanti, 2019)

Infeksi saluran kemih (ISK) hampir selalu diakibatkan oleh bakteri

aerobdan flora usus. Jenis ISK dapat dibedakan dua bentuk infeksi saluran

kemih yaitu ISK bagian bawah dan bagian atas.

1. ISK bagian bawah (tanpa komplikasi)

Umumnya radang kandung kemih pada pasien dengan saluran kemih

normal.

2. ISK bagian lebih tinggi (dengan komplikasi)

Terdapat pada pasien dengan saluran kemih abnormal. Misalnya adanya

batu, penyumbatan atau diabetes. (Tjay, 2007)

B. Etiologi

Infeksi saluran kemih dapat terjadi karena kurang menjaga

kebersihan dan lebih sering terjadi jika terdapat retensi utine, kurangnya

asupan cairan dan latihan. Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan vulva,

6
7

tidak menahan kencing, minum lebih banyak, melakukan latihan dan

menghindari konstipasi. (Bahiyatun, 2009)

Ada beberapa penyebab infeksi saluran kencing pada masa

nifas, yaitu :

1. Bakteri Escherecia coli merupakan penyebab yang

sering ditemukan pada kasus ISK. Bakteri ini dapat

berasal dari flora usus yang keluar sewaktu buang air

besar, dan jika bakteri berkembang biak akan

menjalar ke saluran kencing dan naik ke kandung kemih

dan ginjal inilah yang menyebabkan ISK.

2. Trauma kandung kemih waktu persalinan

3. Pemeriksaan dalam yang sering

4. Kontaminasi kuman dari perineum

5. Katerisasi yang sering

6. Nutrisi yang buruk

7. Defisiensi zat besi

8. Persalinan lama

9. Ruptur membran

10. Episotomi

11. Sestio cessaria

C. Patofisiologi

7
8

Infeksi saluran kemih ini terjadi akibat pengaruh

hormon progesrerone terhadap tonus otot dan peristaltic,

dan yang lebih penting lagi adalah akibat penyumbatan

mekanik oleh rahim yang membesar saat hamil.

3 cara terjadi ISK, yaitu :

1. Penyebaran melalui aliran darah yang berasal dari

usus halus atau organ lain ke bagian saluran kemih.

2. Penyebaran melalui saluran getah bening yang berasal

dari usus besar ke kandung kencing atau ginjal.

3. Terjadi migrasi kuman secara asenden (dari bawah ke

atas) melalui uretra, ke kandung kencing (buli-buli)

dan ureter ke ginjal. Mikroorganisme memasuki

saluran kemih.

D. Tanda dan Gejala

Infeksi saluran kencing sering di tandai dengan

gejala berikut:

1. Nyeri di bawah perut

2. Susah kencing atau keluar hanya sedikit

3. Sering berkemih dan tak dapat ditahan

4. Retensi urin

5. Demam

6. Menggigil

7. Perasaan mual dan muntah

8
9

8. Lemah

9. Nyeri pinggang

10. Rasa panas atau nyeri ketika buang air kecil

11. Urin berbau busuk, mengandung darah atau nanah, dan terlihat keruh.

(Alam, 2007)

E. Diagnosis

Harus didasarkan pada urinalisasi dan biakan spesimen

urin yang di dapat dari kateter atau di dapat secara bersih

(clean-catch). Jika biakan menunjukan >100.000 koloni/mL,

diperlukan uji sensitifitas untuk menentukan respons

terhadap berbagai zat anti-infeksi.

F. Komplikasi

Komplikasi yang sering muncul akibat infeksi saluran

kemih yang parah adalah :

1. Piolenefritis (radang pada piala ginjal)

2. Hipertensi

3. Anemia

4. Angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

G. Faktor Resiko

1. Peningkatan aktivitas seksual

2. Penggunaan diafragma/spermisida

3. Gagal berkemih setelah berhubungan seks

9
10

4. Penetrasi anal ke vagina

5. Kehamilan

6. Menunda berkemih atau berkemih tidak tuntas

7. Diabetes

(Lauren, 2011)

H. Pengobatan

Infeksi saluran kemih awal dapat diobati dengan

ampisilin (250 mg empat kali sehari) atau nitrofurantion

(100 mg per oral empat kali sehari). Gantilah dengan obat

lain sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium tetapi

diobati selama 2 minggu. Untuk mengatasi kuluhan urgensi

dan urinary frequency, berikan pridium 100 mg empat kali

sehari. Keluarkan cairan secara paksa (jika diperlukan) dan

asamkan urin (vitamin C). Berikan obat angetik pencahar

dan antipiretik jika diperlukan. Pengobatan antibiotik yang

terpilih meliputi golongan introfurantoin, sulfonamide,

trimetroprim, sulfametksazol, atau sefalosporin. Banyak

penelitian yang melaporkan resistensi mikrobial terhadap

golongan penisilin.

1. Disuria: sakit saat bekemih akibat tekanan bagian bawah terendah

terhadap saluran kemih. Terapinya: beri analgesik dan antibiotik

ringan dan banyak minum.

10
11

2. Retensi urine: terjadi akibat edema saluran kemih karena tekanan dan

mungkin infeksi. Terapinya: upayakan berkemih spontan, jika

kateterisasi gagal, beri antibiotik dan antiinnflamasi.

3. Inkontinensia urine: berkemih tidak terasa, harus diperhatikan karena

fistula. Lakukan uji biru metillen bila memang fistula, pasang kateter

sementara untuk mengetahui adanya kemungkinan sembuh dan

umumnya tidak mungkin. (Manuaba, 2008)

I. Pencegahan

Perawat berperan penting dalam pencegahan ISK dan

mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi sesegera mungkin. Yang paling

penting dari peran ini adalah penyuluhan klien.

Klien harus berkemih dalam 6 jam setelah pelahiran. jika klien belum

berkemih sebelum 8 jam, bergantung pada derajat distensi kandung kemih,

tindakan katerisasi mungkin diperlukan. Ketika ibu berkemih dalam

jumlah yang sedikit (kurang dari 300 mL) pada interval yang sering,

limpahan urine residu dapat terbentuk, terutama jika kandung kemih

penuh dan ada rasa tidak nyaman pada daerah suprapubik. Klien pada

umumnya dikaterisasi setelah setiap berkemih sampai urine residu menjadi

kurang dari 30 mL. Jika perlu, dikaterisasi intermiten mungkin

diindikasikan. Katerisasi untuk menghilangkan urine residu, agar

spenuhnya dapat dilakukan secara akurat, harus dilakukan dalam5 menit

setelah klien berkemih. Jika 100 mL atau lebih urine masih tertinggal

dalam kandung kemih, berkemih dianggap tidak sempurna. Segera setelah

11
12

berkemih, pengkajian uterus menunjukkan letak uterus yang lebih

tinggipada abdomen dan bergeser dari garis tengah, yang mengindikasikan

ketidakadekuatan berkemih. (Martin, 2017)

1. Minumlah cukup banyak air untuk membersihkan

bakteri

2. Jangan menahan jika anda ingin buang air kecil. Buang

air kecil jika memang anda ingin anda perlu.

3. Bersihkan daerah terkait setelah buang air besar dari

depan ke belakang.

4. Buang air kecil setelah melakukan hubungan seksual

untuk membantu membersihkan bakteri keluar.

5. Gunakan cukup lubrikasi (pelicin/pelimas) untuk memasi

vagina selama hubungan seks. Cobalah gunakan

lubrikasi dengan sedikit pelumas seperti K-Y jelly

sebelum berhubungan jika vagina tidak terlalui kering.

6. Jika anda sering mengalami infeksi saluran kemih, anda

mungkin perlu menggindari pemakaian diafragma

sebagai metode konrasepsi. Tanyakan kepada dokter

tentang pilihan metode lainnya dalam kontrasepsi.

J. Perawatan Kandung Kemih

Hindari peregangan berlebih kandung kemih yang

normalnya hipotonik segera setelah melahirkan poliuria

post partum selama beberapa hari setelah melahirkan

12
13

menyebabkan kandung kemih terisi dalam waktu yang

relatif singkat dan diperlukan miksi berulang kali. Ibu hamil

mungkin tidak menyadari adanya peregangan kandung

kemih, dan karena itu mungkin perlu menjadwalkan miksi

(setiap 1-2 jam).

Jika terjadi peregangan berlebih, mungkin diperlukan

dikompresi dengan kateter. Jika hasil katerisasi mencapai

lebih dari 1000ml atau diperlukan lebih dari 3 kali/hari

selama beberapa harui pertama setealah melahirkan,

kateter menetap 12-24 jam dapat membantu

mengembalikan tonus kandung kemih.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

13
14

1. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang

terjadi pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih sering berupa

sistitis dan pielonefritis akut, terutama pada wanita masa subur manula.

Infeksi ini sering pula dijumpai para dokter puskesmas.

2. Infeksi saluran kemih dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan

dan lebih sering terjadi jika terdapat retensi utine, kurangnya asupan

cairan dan latihan. Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan vulva, tidak

menahan kencing, minum lebih banyak, melakukan latihan dan

menghindari konstipasi. Selain itu, infeksi saluran kemih juga

disebabkan oleh kuman. Kuman pathogen yang paling sering

menyebabkan infeksi saluran kemih adalah: Escherichia coli (kira-kira

80% dari infeksi saluran kemih bagian atas dan bawah tanpa

komplikasi), kuman-kuman Staphylococcus, Klebsiella Pneumoniae dan

proteus mirabilis.

3. Infeksi saluran kemih ini terjadi akibat pengaruh hormon

progesrerone terhadap tonus otot dan peristaltic, dan

yang lebih penting lagi adalah akibat penyumbatan

mekanik oleh rahim yang membesar saat hamil.

Tiga cara terjadi ISK, yaitu : Penyebaran melalui aliran

darah yang berasal dari usus halus atau organ lain ke

bagian saluran kemih, Penyebaran melalui saluran getah

bening yang berasal dari usus besar ke kandung kencing

atau ginjal, Terjadi migrasi kuman secara asenden (dari

14
15

bawah ke atas) melalui uretra, ke kandung kencing (buli-

buli) dan ureter ke ginjal. Mikroorganisme memasuki

saluran kemih.

4. Infeksi saluran kencing sering di tandai dengan gejala

berikut: Nyeri di bawah perutSusah kencing atau keluar

hanya sedikit, Sering berkemih dan tak dapat ditahan,

Retensi urin, Demam, Menggigil, Perasaan mual dan

muntah, Lemah, Nyeri pinggang, Rasa panas atau nyeri ketika

buang air kecil, Urin berbau busuk, mengandung darah atau nanah, dan

terlihat keruh.

5. Harus didasarkan pada urinalisasi dan biakan spesimen

urin yang di dapat dari kateter atau di dapat secara

bersih (clean-catch). Jika biakan menunjukan >100.000

koloni/mL, diperlukan uji sensitifitas untuk menentukan

respons terhadap berbagai zat anti-infeksi.

6. Komplikasi yang sering muncul akibat infeksi saluran

kemih yang parah adalah Piolenefritis (radang pada piala

ginjal), Hipertensi, Anemia, Angka morbiditas dan

mortalitas yang tinggi.

7. Faktor resiko infeksi saluran kemih yaitu: Peningkatan aktivitas seksual,

Penggunaan diafragma/spermisida, Gagal berkemih setelah berhubungan

seks, Penetrasi anal ke vagina, Kehamilan, Menunda berkemih atau

berkemih tidak tuntas, Diabetes.

15
16

8. Infeksi saluran kemih awal dapat diobati dengan ampisilin

(250 mg empat kali sehari) atau nitrofurantion (100 mg

per oral empat kali sehari). Gantilah dengan obat lain

sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium tetapi

diobati selama 2 minggu.

9. Perawat atau bidan berperan penting dalam pencegahan ISK dan

mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi sesegera mungkin. Yang paling

penting dari peran ini adalah penyuluhan klien. Klien harus berkemih

dalam 6 jam setelah pelahiran . jika klien belum berkemih sebelum 8

jam, bergantung pada derajat distensi kandung kemih, tindakan

katerisasi mungkin diperlukan.

10. Perawatan kandung kemih yang harus ibu lakukan

yaitu: Hindari peregangan berlebih kandung kemih yang

normalnya hipotonik segera setelah melahirkan poliuria

post partum selama beberapa hari setelah melahirkan

menyebabkan kandung kemih terisi dalam waktu yang

relatif singkat dan diperlukan miksi berulang kali. Ibu

hamil mungkin tidak menyadari adanya peregangan

kandung kemih, dan karena itu mungkin perlu

menjadwalkan miksi (setiap 1-2 jam).

B. Saran

1. Untuk Penulis

16
17

Dalam menerangkan materi yang berhubungan infeksi saluran kemih

pada masa nifas, penulis diharapkan menerangkan materi dengan cara

yang mudah dipahami oleh pembaca, sehingga materi yang

disampaikan bisa menjadi acuan untuk dipelajari Pembaca dan

diimplementasikan di kehidupan sehari-hari.

2. Untuk Pembaca

Diharapkan pembaca paham dengan apa yang disampaikan oleh

penulis sehingga dapat mengatasi atau melakukan pencegahan infeksi

saluran kemih pada masa nifas.

17
18

DAFTAR PUSTAKA

Alam, dkk .2007. Gagal Ginjal: 29. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas Normal, 2014: 127. EGC: Jakarta

Ferdhyanti. 2019. Teknis Hitung Leukosit Dan Eritrosit Urine. Uwais


InspirasiIndonesia
(http://www.academia.edu/22977257/gangguan_traktus_urinarius_pada_m
asa_nifas) Sabtu, 17-08-2019 pukul 21.03 wita

Lauren. 2011. Rujukan Cepat Kebidanan. EGC: jakarta

Luna, 2012. Infeksi Saluran Kencing pada Masa Nifas.


https://id.scribd.com/doc/111432938/infeksi-saluran-kencing-pada-masa-
nifas kamis, 16-08-2019 pukul 06.20 wita)

Manuaba, dkk. 2008. Buku Ajar Patologi Obstetri untuuk Mahasiswa


Kebidanan. EGC: jakarta

Martin dkk, 2017. Volume 2 keperawatan maternitas. Penerbit buku kedokteran


EGC: jakarta

18
19

Novi. 2008. Rasionalis Penggunaan Antibiotik Infeksi Saluran Kemih.


Diponegoro. (http://eprints.undip.ac.id/8075) Sabtu, 17-08-2019 pukul
21.00 wita

Staf Pengajar Departemen Farmakologi. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi:


176. EGC: Jakarta

Tamba, dkk. 2017. (Jurnal faktor-faktor yang berhubungan dengan nilai apgar
persalinan pervaginam Di RS UKI: 68) (http://
scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5%q=infeksi+saluran+kemihibu+nifas&btnG=#d+gs_q
abs%u=%23p%Dlee341vStNTaJ) Minggu, 18-08-2019 pukul 05.13 wita)

Tjay. dkk. 2007. Obat-Obat Penting. PT Elex Media Komputindo: Jakarta

Pitriani, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal, 2014: 1. Deepublish:
Yogyakarta

19
20

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS P2A1 UMUR 40 TAHUN


POSTPARTUM DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH

DI

JAM/HARI:

………………………………. NO. REGISTER : ….. TGL, JAM MASUK : ….,


JAM …. DI RAWAT DI RUANG : …. I. PENGUMPULAN DATA A.
IDENTITAS / BIODATA Nama : Ny. … Nama Suami : Tn. … Umur : … tahun
Umur : …Tahun Suku / Kebangsaan : …./…. Suku / Kebangsaan : …./…. Agama
: …. Agama : …. Pendidikan : …. Pendidikan : …. Pekerjaan : …. Pekerjaan : ….
Alamat :…. Alamat : …. No. Telp : - No. Telp : - B. DATA SUBYEKTIF
Tanggal / Jam : 1. Alasan kunjungan : 2. Keluhan : 3. Riwayat
kehamilan,persalinan dan nifas P …. A….. No. Umur Anak Persalinan Keadaan
Bayi Masa Laktasi Komplikasi / Penyulit Jenis Ket Persalinan Usia Persalinan
Penolong Tempat BB PB JK 4. Riwayat kontrasepsi No. Jenis kontrasepsi Lama
Pakai Keluhan Berhenti/ganti cara Tahun Alasan 5. Riwayat Persalinan terakhir 
Tanggal / Jam persalinan :  Jenis Persalinan :  Penolong :  Lama Persalinan
Kala I : Kala II : Kala III : Kala IV :  Komplikasi / Penyulit Persalinan : 6.
Riwayat kesehatan a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita : …. b.
Penyakit yang pernah/sedang diserita keluarga : …. 7. Riwayat Postpartum

20
21

sekarang a. Pola Nutrisi  Makan :  Minum : b. Pola Eliminasi  BAK :  BAB :


 Keluhan : c. Personal Hygiene  Mandi & Gosok Gigi :  Ganti Pakaian : 
Ganti Pembalut : d. Istirahat  Tidur :  Keluhan : e. Aktivitas : f. Hubungan
Seksual Keluhan : g. Data Psikososial  Respon ibu terhadap kehadiran bayi : 
Respon keluarga terhadap kehadiran bayi :  Pengalaman menyusui : C. DATA
OBJEKTIF Tanggal / Jam : Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum : 2. Kesadaran :
3. Keadaan Emosional : 4. Tanda – tanda Vital  Tekanan Darah : mmHg  Nadi :
× per menit  Pernapasan : × per menit  Suhu : ° C 5. Pemeriksaan fisik a. Wajah
: b. Mata : c. Mulut : d. Payudara Putting susu : Bentuk : Pembengkakan :
Pengeluaran ASI : e. Abdomen Tinggi Fundus Uteri : Kontraksi uterus :
Konsistensi : Kandung Kemih : f. Vulva Warna Lochia : Bau : Jumlah : g.
Perineum (Utuh / Rupture) Luka jahitan perineum : h. Ektremitas Edema : Nyeri /
Kemerahan : Pemeriksaan Penunjang (Diagnostik/Obstetrik/Gynekologi) II.
ANALISIS DATA Tanggal / Jam : a. Diagnosis : b. Masalah : c. Kebutuhan : d.
Diagnosis Potensial : (Jika ada) e. Kebutuhan Tindakan segera : (Jika ada) III.
PENATALAKSANAAN (Meliputi Penatalaksanaan dan Evaluasi) Tanggal /
Jam :

21

Anda mungkin juga menyukai