Anda di halaman 1dari 61

2010-03-09 :.

blog
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA Dr. Denni Joko Purwanto Sp.B (Onk)

Di Indonesia, kanker payudara menduduki posisi kedua di bawah kanker leher rahim
sebagai penyebab kematian tertinggi pada wanita. Angka kematian akibat kanker
payudara cukup tinggi karena banyak pasien datang dengan kondisi terlambat.

Menemukan kanker payudara secara dini bukanlah suatu faktor kebetulan atau nasib,
melainkan adalah tanggung jawab dari para wanita dan dokter. Wanita harus mengetahui
keadaan normal payudara sehingga dapat menyadari adanya perubahan pada
payudaranya. Sedangkan bagi pihak medis, menemukan kanker secara dini
membutuhkan upaya terpadu dan berkesinambungan untuk skrining dan deteksi dini
kanker payudara.
Berdasarkan data dari RS Kanker Dharmais: Jumlah pasien kanker payudara yang
datang dalam stadium dini (stadium I dan II) adalah 13,42%, stadium III sebesar 17%
dan lebih banyak (29,98%) datang dengan stadium lanjut (stadium IV). Pasien paling
banyak datang dengan kekambuhan yaitu sebesar 39,66%.
Keterlambatan diagnostik dapat disebabkan oleh ketidaktahuan pasien (patient delay),
ketidaktahuan dokter/tenaga medis (doctor delay), atau keterlambatan rumah sakit
(hospital delay).
Banyak penelitian membuktikan bahwa deteksi dini kanker payudara dapat
menyelamatkan ribuan nyawa setiap tahunnya.
Skrining vs Deteksi Dini
Skrining adalah tes dan pemeriksaan untuk menemukan kanker pada orang-orang yang
belum menunjukkan gejala kanker.
Deteksi dini adalah upaya menggunakan alat bantu untuk memungkinkan kanker
didiagnosis lebih dini.
Skrining sangat baik dilakukan pada wanita yang memiliki faktor risiko untuk kanker

payudara.
Faktor Risiko Kanker Payudara
Faktor risiko kanker payudara adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
kemungkinan seseorang menderita kanker payudara. Beberapa faktor risiko tidak dapat
diubah seperti usia atau riwayat keluarga, tetapi ada juga faktor risiko yang berhubungan
dengan gaya hidup seperti merokok dan minum alcohol. Berikut adalah faktor risiko
yang penting untuk kanker payudara :
Usia.
Risiko menderita kanker payudara akan meningkat seiring dengan semakin tuanya
seseorang. Di RS Kanker Dharmais, usia rata-rata wanita yang pertama kali didiagnosis
kanker payudara adalah 48 tahun.
Haid pertama di usia kurang dari 10 tahun atau menopause (berhenti haid) di usia
lebih dari 55 tahun dapat sedikit meningkatkan risiko kanker payudara.
Wanita yang tidak menikah, tidak memiliki anak, atau memiliki anak pertama
setelah usia 30 tahun juga dapat meningkatkan risiko.
Riwayat menggunakan preparat hormonal seperti KB hormonal (pil, suntik, susuk)
atau terapi hormonal (misalnya terapi sulih hormon estrogen pada wanita yang
menopause) meningkatkan risiko kanker payudara.
Diet tinggi lemak dan alkohol meningkatkan kemungkinan hingga 1,5 kali untuk
menderita kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak banyak makan lemak dan
tidak minum alkohol.
Memiliki kerabat wanita dekat (seperti ibu kandung, kakak/adik, anak) dengan
kanker payudara dapat meningkatkan risiko kanker payudara sampai 2 kali
dibandingkan wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara.
Diperkirakan 20-30% wanita dengan kanker payudara memiliki anggota keluarga yang
juga memiliki riwayat kanker payudara.
Perubahan pada Payudara akibat Kanker
Benjolan Pada Payudara
Gejala paling sering pada kanker payudara adalah adanya benjolan. Kanker biasanya
hanya mengenai satu payudara. Jarang ditemukan wanita dengan kanker di kedua
payudara pada saat yang sama. Benjolan ini biasanya keras dengan permukaan yang
tidak rata. Benjolan biasanya tidak bergerak (terfiksasi). Seringkali benjolan TIDAK
disertai nyeri.
Perubahan pada Kulit Payudara
Kulit disekitar payudara dapat berwarna kemerahan, dan kadang terdapat cekungan
seperti lesung pipi di kulit payudara (dimpling). Pada keadaan lanjut, cekungan pada
kulit payudara ini semakin meluas dan banyak sehingga kulit payudara tampak seperti
kulit jeruk purut. Keadaan ini sering disebut peau dorange.
Perubahan pada Puting Payudara

Banyak perubahan yang dapat terjadi pada puting payudara yang mungkin merupakan
gejala kanker. Luka pada puting susu yang tidak sembuh dalam 6 bulan, apalagi bila
disertai dengan perubahan kulit payudara dapat merupakan gejala kanker.
Keluarnya cairan dari puting sisi berupa cairan warna merah atau kecoklatan. Cairan ini
dapat keluar sendiri atau baru keluar bila puting ditekan.
Puting yang tadinya normal menjadi tertarik ke dalam (nipple inversion). Keadaan ini
mungkin gejala kanker bila puting menjadi tertarik ke dalam seluruhnya, tidak dapat lagi
ditarik keluar, kulit puting terasa kering (gatal, terdapat kulit yang menebal) dan berubah
warna, serta teraba adanya benjolan di balik puting.
Deteksi Dini Kanker Payudara
Terdapat beberapa cara deteksi dini kanker payudara dengan tingkat akurasi yang
berbeda. Akurasi deteksi dini kanker payudara akan jauh bertambah bila ketiga tes ini
dikombinasi.
Cara deteksi dini kanker payudara adalah :
Pemeriksaan Payudara Sendiri (Teknik Sadari)
Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter
Pemeriksaan Radiologi (Mammografi dan/atau USG)
Biopsi tanpa pembedahan (Fine Needle Aspiration Biopsy atau Core Biopsy).
Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter dapat mendeteksi sampai 85% kasus kanker
payudara.
Pemeriksaan Mammografi dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker payudara.
Biopsi dapat mendeteksi sampai 91% kanker payudara.
Tetapi bila ketiga pemeriksaan dini dilakukan semuanya, maka kanker payudara dapat
dideteksi secara dini hingga 99,5%.
Pemeriksaan Payudara Sendiri (Teknik SADARI)
Pemeriksaan SADARI sebaiknya dilakukan mulai usia remaja. Dilakukan sebulan sekali,
pada hari ke-7 sampai hari ke-10 dihitung dari hari pertama haid. Bila wanita telah
menopause, SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan, misalnya tanggal
10.
SADARI terdiri atas beberapa langkah:
1.Berdiri di depan cermin dengan berbagai posisi: mulai dari berdiri dengan lengan di
kedua sisi tubuh, lalu angkat lengan ke atas kepala. Lanjutkan dengan menekan kedua
tangan di pinggang, lalu gerakkan kedua lengan dan situ ke depan sambil mengangkat
bahu. Perhatikan tanda berikut :
a.Perubahan ukuran atau bentuk payudara
b.Adanya cekungan di kulit
c.Perubahan bentuk puting
d.Adanya nyeri yang terus menerus
2.Berbaring dan letakkan sebuah bantal kecil di bawah bahu kanan. Letakkan tangan
kanan di bawah kepala. Gunakan ketiga jari tangan kiri untuk memeriksa seluruh
payudara kanan termasuk daerah puting. Periksa mulai dari daerah ketiak, lalu daerah
luar payudara dan melingkar hingga ke daerah puting. Perhatikan tanda berikut:
a.Adanya benjolan di payudara atau di ketiak
b.Daerah yang terasa menebal di payudara

3.Tekan puting dengan lembut untuk melihat adanya cairan atau darah yang keluar.
4.Ulang langkah 2 dan 3 untuk payudara kiri.
Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter
Wanita pada usia 20-39 tahuin sebaiknya menjalani pemeriksaan klinis payudara oleh
dokter sebagai baigan dari Medical Check Up setidaknya 3 tahun sekali. Setelah usia 40
tahun, pemeriksaan klinis payudara harus dilakukan setidaknya sekali dalam 1 tahun.
Pemeriksaan klinis payudara baik dilakukan sebelum mammografi. Pemeriksaan klinis
ini adalah kesempatan bagi wanita dan dokter untuk berdiskusi tentang perubahan yang
terjadi pada payudara, jenis pemeriksaan untuk deteksi dini, dan tentang faktor risiko
yang meningkatkan kemungkinan wanita menderita kanker payudara.
Pemeriksaan Radiologis
Mammografi
Wanita usia 40 tahun atau lebih sebaiknya menjalani pemeriksaan mammografi sekali
setahun selama mereka dalam kondisi sehat.
Mammografi adalah pemeriksaan payudara menggunakan sinar X yang dapat
memperlihatkan kelainan pada payudara dalam bentuk terkecil yaitu mikrokalsifikasi.
Dengan mammografi, kanker payudara dapat dideteksi dengan akurasi sampai 90%.
Menggunakan mesin mammografi, payudara akan ditekan oleh dua plat untuk meratakan
dan menyebarkan jaringan. Keadaan ini mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi
sangat penting untuk menghasilkan gambar mammogram yang baik dan dapat dibaca.
Penekanan payudara ini hanya berlangsung beberapa detik. Seluruh prosedur
mammografi untuk satu payudara adalah sekitar 20 menit.
Hasil dari mammografi adalah film (mammogram) yang dapat diinterpretasi oleh dokter
bedah atau dokter ahli radiologi. Perubahan yang dapat terlihat dari mammogram
adalah :
Mikrokalsifikasi yaitu deposit-deposit kecil kalsium dalam jaringan payudara yang
terlihat sebagai titik-titik kecil putih di sekitar jaringan payudara. Mikrokalsifikasi yang
dicurigai sebagai tanda kanker adalan titik-titik yang sangat kecil, dan berkumpul dalam
suatu kelompok (cluster).
Massa yang tampak pada mammogram dapat disebabkan oleh kanker atau bukan kanker,
tetapi untuk memastikan biasanya dilakukan biopsi. Massa yang tampak dapat berupa
massa padat atau kistik (berongga dan berisi cairan).
Ultrasonografi (USG)
USG payudara adalah pemeriksaan payudara menggunakan gelombang suara. USG
dapat membedakan benjolan berupa tumor padat atau kista. USG biasa digunakan untuk
mengevaluasi masalah payudara yang tampak pada mammogram dan lebih
direkomendasikan pada wanita usia muda (di bawah 30 tahun). Pemeriksaan USG saja
tanpa mammografi tidak direkomendasikan untuk deteksi kanker payudara. Tetapi
dengan kombinasi USG dan mammografi, kelainan pada payudara dapat ditentukan
dengan lebih akurat.

USG saat ini cukup banyak dilakukan karena tidak bersifat invasif dan tidak semahal
pemeriksaan lainnya. Tetapi, efektifitas pemeriksaan USG sangat tergantung dari
pengalaman dan keahlian operator
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Untuk wanita dengan risiko tinggi kanker payudara, pemeriksaan MRI
direkomendasikan bersama dengan mammografi tahunan. MRI menggunakan magnet
dan gelombang radio untuk memproduksi gambar irisan tubuh. Pemeriksaan MRI akan
jaruh lebih bermanfaat bila menggunakan zat kontras.
MRI merupakan alat deteksi kanker yang lebih sensitif dari mammografi, tetapi MRI
memiliki nilai positif palsu yang lebih tinggi, maksudnya sering muncul gambaran
kelainan payudara yang ternyata bukan kanker. Itu sebabnya MRI tidak
direkomendasikan sebagai alat skrining untuk wanita tanpa risiko tinggi kanker
payudara.
PET Scan
Ini adalah pemeriksaan terbaru yang dapat menggambarkan anatomi dan metabolisme
sel kanker. Zat kontras disuntikkan lewat vena dan akan diserap oleh sel kanker. Derajat
penyerapan zat kontras oleh sel kanker dapat menggambarkan derajat histologis dan
potensi agresivitas tumor. PET Scan tidak direkomendasikan untuk skrining rutin kanker
payudara.
Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan yang akan diperiksa oleh dokter ahli
Patologi Anatomi. Jaringan akan dilihat di bawah mikroskop sehingga dapat ditentukan
ada tidaknya sel kanker.
Terdapat beberapa cara biopsi :
1.Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
2.Core Biopsy
3.Biopsi Bedah
Fine Needle Aspiration Biopsy / Biopsi Jarum Halus
Biopsi ini menggunakan jarum sebesar jarum suntik biasa dan tidak memerlukan
persiapan khusus. Jaringan diambil menggunakan jarum halus di area tumor.Bila tumor
tidak mudah diraba, maka biopsy jarum halus dapat dilakukan dengan tuntunan USG
atau mammografi.
Pemeriksaan ini mungkin agak nyeri dan dapat menyebabkan memar ringan yang akan
hilang dalam 1-2 hari. Karena jaringan yang diambil hanya sedikit maka ada
kemungkinan sel kanker tidak terambil sehingga tidak terdeteksi.
Pemeriksaan biopsi jarum halus saja memiliki kemungkinan diagnosis meleset 10%.
Core Biopsy
Core Biopsy sangat mirip dengan Biopsi Jarum Halus tetapi menggunakan jarum yang
lebih besar. Dengan bius lokal, dibuat irisan kecil di kulit payudara dan sedikit jaringan
payudara diambil. Pemeriksaan ini dapat menimbulkan nyeri minimal.
Hasil core biopsy adalah jaringan payudara sehingga lebih mudah diidentifikasi adanya
kanker. Beberapa jenis benjolan lebih cocok untuk didiagnosis dengan core biopsy
karena bentuknya.

Hasil pemeriksaan Biopsi Jarum Halus dan Core Biopsy dapat berupa :
- Tidak ada tanda kanker payudara
- Kemungkinan ada tanda kanker payudara, yaitu terdapat sel-sel yang mencurigakan
tetapi belum cukup jelas untuk menegakkan diagnosis. Hasil ini lebih baik dilanjutkan
dengan biopsi bedah untuk mencapai diagnosis akhir.
- Ditemukan sel kanker. Pada kasus ini, wanita akan menjalani biopsi bedah yang dapat
dilakukan dengan pengangkatan seluruh kanker payudara.
Biopsi Bedah
Bila seluruh pemeriksaan tidak menghasilkan diagnosis pasti kanker, maka wanita akan
dirujuk ke dokter bedah untuk menjalani biopsi bedah. Sebaliknya bila hasil
pemeriksaan sebelumnya menunjukkan tanda pasti kanker, biasanya tidak perlu
dilakukan biopsi bedah.
Dokter bedah akan menjelaskan pilihan terapi kepada pasien.
Untuk tumor yang berukuran kecil, biopsi bedah biasanya sekaligus dengan mengangkat
tumor seluruhnya. Dengan begitu, ahli patologi dapat memeriksa dan lebih meudah
menentukan ada tidaknya kanker. Bekas luka biopsi akan dijahit. Hasil biopsi akan
diketahui 5-7 hari setelah operasi.
Penutup
Angka kematian akibat kanker payudara dapat ditekan dengan deteksi dini. Penyebaran
informasi tentang berbagai cara deteksi dini kanker sangat penting untuk meningkatkan
kesadaran wanita akan tingginya frekuensi penyakit kanker payudara dan untuk menekan
angka pasien yang datang dengan kanker payudara stadium lanjut.
( Artikel oleh Dr. Denni Joko Purwanto Sp.B(onk))

TNM, Penentuan Stadium Kanker Payudara


TNM
T (Tumor size), ukuran tumor :
T 0 : tidak ditemukan tumor primer
T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm
T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau
pada keduanya , dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada
benjolan kecil di kulit di luar tumor utama
N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb) :
N 0 : tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak / aksilla
N 1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
N 3 : ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di
mammary interna di dekat tulang sternum
M (Metastasis) , penyebaran jauh :
M x : metastasis jauh belum dapat dinilai
M 0 : tidak terdapat metastasis jauh
M 1 : terdapat metastasis jauh
STADIUM
Setelah masing-masing faktor T,.N,M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabung
dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
Stadium 0 : T0 N0 M0
Stadium 1 : T1 N0 M0
Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0
Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0
Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0
Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0
Stadium III C : Tiap T N3 M0
Stadium IV : Tiap T-Tiap N -M1
PROGNOSIS
Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk menentukan
prognosis penyakit ini.
Angka kelangsungan hidup 5 tahun pada penderita kanker payudara yang telah menjalani

pengobatan yang sesuai mendekati:


- 95% untuk stadium 0
- 88% untuk stadium I
- 66% untuk stadium II
- 36% untuk stadium III
- 7% untuk stadium IV.
PENANGANAN
Dalam banyak kasus, dokter akan bekerjasama dengan pasien untuk menentukan rencana
pengobatan meskipun pengobatan tiap pasien akan di sesuaikan oleh dokter.
Tapi berikut adalah langkah-langkah umum yang dilakukan dalam pengobatan kanker
payudara :
1. Tujuan utama pengobatan kanker stadium awal adalah mengangkat tumor dan
membersihkan jaringan disekitar tumor.
Jadi dokter akan merekomendasikan operasi untuk mengangkat tumor. Umumnya kemudian
akan dilakukan terapi radiasi pada jaringan payudara yang masih ada.
Untuk keadaan tertentu ( misalnya, pasien dengan problem medis yang serius ) radiasi bisa
jadi ditunda.
2. Tahapan berikut dalam menangani kanker stadium awal adalah mengurangi resiko kanker
akan kambuh dan membuang sel kanker yang masih ada.
Bila tumornya lebar atau saluran kelenjar getah bening telah terserang kanker juga, dokter
akan merekomendasikan terapi tambahan, antara lain : Terapi Radiasi, Chemotherapy, dan
atau hormone terapi.
3. Sedang untuk kanker yang kambuh lagi, diperlakukan dengan bermacam-macam cara.
Ketika merencanakan pengobatan, dokter akan mempertimbangkan beberapa faktor :
* Stadium dan grade kanker
* Satus tumor hormone receptor (ER, PR) dan status HER2/neu
* Umur pasien dan kesehatannya secara umum
* Pasien sudah menopause atau belum
* Adanya mutasi dari gen kanker payudara Kondisi biologi kanker payudara memberi efek
pada tingkah laku kankernya dan pengobatannya. Beberapa tumor ukurannya kecil tapi
tumbuhnya cepat atau ukurannya besar tapi tumbuhnya lambat.
[Sekilas tentang Penentuan Stadium Kanker Payudara berdasarkan ilmu pengetahuan yang
saya dapat, mohon saran dan kritik nya atas artikel ini. Saran dan kritik dapat disampaikan
melalui email ataupun comment. Terima kasih.]

KANKER PAYUDARA (CA MAMMAE) SERTA TUMOR JINAK DAN


GANAS PADA VULVA, VAGINA, TUBA, UTERUS DAN
OVARIUM

A.
1.

Tumor
Pengertian
Tumor adalah benjolan atau suatu pertumbuhan bisa ganas bisa jinak.
Tumor adalah perkembangan tubuh akibat pertumbuhan sel-sel tubuh sendiri.
Tumor adalah bengkak akibat radang, cedera, neoplasma, edema (Ramli Ahmad,
2003

Kamus

kedokteran,

Jakarta,

Djambatan).

Tumor

jinak

adalah

pembengkakan tubuh akibat pertumbuhan sel-sel tubuh sendiri yang memiliki


pertumbuhan lambat dan tidak menyebar ke bagian tubuh lain. Sedangkan
Tumor ganas adalah pembengkakan tubuh akibat pertumbuhan sel-sel tubuh
sendiri yang memiliki pertumbuhan cepat, tidak terkendali dan menyebar
kebagian tubuh lain.

2.

Penyebab Tumor
Dikarenakan adanya mutasi DNA yang terakumulasi merupakan faktor
utama penyebab tumor, sebenarnya sel manusia mempunyai mekanisme
perbaikan DNA dan mekanisme lainya yang menyebabkan DNA mengalami
kerusakan dirinya dengan apoptosis jika kerusakan sel sangat parah. Apoptosis
adalah proses aktif kematian sel di tandai dengan

pembelahan DNA pada

kromosom sampai pada sel itu sendiri.

3.

Pemicu Timbulnya Tumor

a.

Ketergantungan rokok yang mengandung nikotin dan zat-zat adiktif lainya, zat
nikotin serta racun lain yang masuk ke dalam darah melalui asap rokok mampu
meningkatkan

kemungkinan

terjadinya

kondisi

cervical

neoplasia

atau

tumbuhnya sel-sel abnormal pada rahim. Cervical neoplasia adalah kondisi awal
berkembangnya kanker serviks di dalam tubuh seseorang.

b.

Gaya hidup yang tidak sehat.

c.

Alkoholic.

d.

Obesitas.

e.

Benzena dan zat kimia lainnya yang berada sekitar lingkungan, diserap oleh
darah sehingga meracuni seluruh jaringan tubuh.

f.

Akibat radiasi.

g.

Masalah genetis.

4.

Perbedaan Tumor Jinak Dan Tumor Ganas


Perbedaan tumor jinak dan ganas adalah :

a.

Tumor jinak

1)

Pertumbuhan lambat.

2)

Terbungkus dalam kantong.

3)

Tidak menyebar kebagian tubuh lain.

b.

Tumor ganas

1)

Pertumbuhan sel cepat.

2)

Tidak terkendali.

3)

Menyebar ke bagian tubuh lain (metastase).

4)

Tumor ganas = kanker.

5.

Tujuan Asuhan Kebidanan

a.

Untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan gangguan reproduksi.

b.

Untuk mengatasi masalah gangguan reproduksi terutama pada tumor jinak dan
ganas pada uterus.

c.

Untuk mencegah penyebaran pada tumor ganas.

d.

Sebagai skrining/deteksi dini pada tumor jinak dan ganas pada uterus.

B.

Kanker Payudara (Ca Mammae)

1.

Pengertian
Carsinoma mammae adalah neolasma ganas dengan pertumbuhan
jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh
infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase (Soeharto Resko Prodjo, 1995 dalam
http://www.lenterabiru.com). Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam
pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel
normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah
(Lynda

Juall

Carpenito,

1995

dalam

http://www.lenterabiru.com).

Kanker

payudara adalah jenis kanker yang berasal dari kelenjar saluran dan jaringan
penunjang payudara. Tingkat insidensi kanker payudara di kalangan wanita
adalah 1 berbanding 8. Di Indonesia, kanker payudara menduduki peringkat
kedua dari semua jenis kanker. Sedangkan sekitar 60-80 % ditemukan pada
stadium lanjut dan berakibat fatal. Biasanya kanker ini ditemukan pada umur 4049 tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral atas.

2.

Penyebab dan Faktor Predisposisi

a.

Ca Payudara yang terdahulu Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena


mammae adalah organ berpasangan.

b.

Keluarga Diperkirakan 5% semua kanker adalah predisposisi keturunan ini,


dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae.

c.

Kelainan payudara (benigna) Kelainan fibrokistik (benigna) terutama pada


periode fertil, telah ditunjukkan bahwa wanita yang menderita/pernah menderita
yang porliferatif sedikit meningkat.

d.

Makanan, berat badan dan faktor resiko lain Status sosial yang tinggi
menunjukkan resiko yang meningkat, sedangkan berat badan yang berlebihan

ada hubungan dengan kenaikan terjadi tumor yang berhubungan dengan


oestrogen pada wanita post menopouse.
e.

Faktor endokrin dan reproduksi Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan
graviditas lebih dari 30 tahun Menarche kurang dari 12 tahun.

f.

Obat anti konseptiva oral Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih
dari 12 tahun mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kanker.

g.

Kelompok wanita yang kemungkinan terkena kanker payudara adalah :

1)

Wanita dengan kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, asupan lemak berlebihan


dan kurang olahraga.

2)

Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara Insidensi kanker payudara


oleh karena genetik menunjukkan 5-10 %.

3)

Pernah menderita kanker pada salah satu payudara.

4)

Menderita tumor jinak payudara.

5)

Infertil dan kehamilan pertama pada usia 35 tahun.

6)

Tidak memiliki anak.

7)

Faktor hormonal.

8)

Awal menstruasi (menarche) sebelum usia 12 tahun dan berhenti menstruasi


(menopause) setelah usia 50 tahun.

9)

Periode menstruasi lebih lama.

10) Tidak pernah menyusui anaknya.


11) Usia yang makin bertambah-Kanker payudara 78 % menunjukkan terjadi pada
usia lebih 50 tahun dan 6 % terjadi pada usia kurang dari 40 tahun. Sedangkan
rata-rata kanker payudara ditemukan pada usia 64 tahun.

3.

Gejala

a.

Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari
jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki
pinggiran yang tidak teratur.

b.

Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan
dengan mudah di bawah kulit.

c.

Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di
sekitarnya.

d.

Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau
borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak
seperti kulit jeruk.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:


a.

Benjolan atau massa di ketiak

b.

Perubahan ukuran atau bentuk payudara

c.

Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau
berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah)

d.

Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun
areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu)

e.

Payudara tampak kemerahan

f.

Kulit di sekitar puting susu bersisik

g.

Puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal

h.

Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara .

i.

Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan,
pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.

4.

Gambaran Klinik dan Patofisiologi


Gambaran Klinik :

a.

Tanda carcinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip
pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips

b.

Gejala carcinoma Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting
susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat
badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase. Benjolan di payudara
atau ketiak, perubahan bentuk dan ukuran payudara yang luar biasa, kerutan
atau lekuk yang luar biasa pada payudara, puting payudara tertarik ke dalam.,
perdarahan atau keluar cairan abnormal dari puting payudara.

Patofisiologi :
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi
pada sistem duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan
sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi
stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel
tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira
berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari carsinoma
mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan
aliran

darah

(Price,

Sylvia,

Wilson

Lorrairee

M,

1995

dalam

http://www.lenterabiru.com).

5.

Klasifikasi Kanker Payudara

a.

Klasifikasi Patologik

1)

Pagets disease
Pagets disease merupakan bentuk kanker yang dalam taraf permulaan
manifestasinya sebagai eksema menahun putting susu, yang biasanya merah
dan menebal. Suatu tumor sub areoler bisa teraba. Sedang pada umumnya
kanker payudara yang berinfiltrasi ke kulit mempunyai prognosis yang buruk
namun pada pagets disease prognosisnya lebih baik.

Pagets disease

merupakan suatu kanker intraduktal yang tumbuh dibagian terminal dari duktus

laktiferus. Secara patologik cirri-cirinya adalah: sel-sel paget(seperti pasir),


hipertrofi sel epidermoid, infiltrasi sel-sel bundar di bawah epidermis.
2)

Kanker duktus laktiferus

(a)

Comedo carcinoma terdiri dari sel-sel kanker non papillary dan intraductal,
sering dengan nekrosis sentral sehingga pada permukaan potongan terlihat
seperti terisi kelenjar, jarang sekali comedo carcinoma hanya pada saluran saja
biasanya akan mengadakan infiltrasi kesekitarnya menjadi infiltrating comedo
carcinoma.

(b)

Adeno carcinoma dengan infiltrasi dan fibrosis, ini adalah kanker yang lazim
ditemukan 75 % kanker payudara adalah tipe ini. Karena banyak terdiri dari
fibrosis umumnya agak besar dan keras. Kanker ini disebut juga dengan tipe
scirrbus yaitu tumor yang mengadakan infiltrasi ke kulit dan kedasar.

3)

Medullary carcinoma
Tumor ini biasanya sangat dalam di dalam kelenjar mammae, biasanya tidak
seberapa keras, dan kadang-kadang disertai kista dan mempunyai kapsul. Tumor
ini kurang infiltratif disbanding dengan tipe scirrbus dan mestatasis ke ketiak
sangat lama. Prognosis tumor ini lebih baik dari tipe-tipe tumor yang lain.

4)

Kanker dari Lobulus


Kanker lobulus sering timbul sebagai carcinoma in situ dengan lobulus yang
membesar. Secara mikroskopik, kelihatan lobulus atau kumpulan lobulus yang
berisi kelompok sel-sel asinus dengan bebrapa mitosis. Kalau mengadakan
infiltrasi hamper tidak dapat dibedakan dengan tipe scirrbus.

b.

Klasifikasi klinik

1)

Steinthal I : kanker payudara besarnya sampai 2 cm dan tidak memiliki anak


sebar.

2)

Steinthal II : kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak sebar dikelenjar


ketiak.

3)

Steinthal III : kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak sebar di kelenjar
ketiak, infra dan supraklavikular, atau infiltrasi ke fasia pektoralis atau ke kulit
atau kanker payudara yang apert (memecah ke kulit).

4)

Steinthal IV : kanker payudara dengan metatasis jauh misal ke tengkorak,


tulang punggung, paru-paru, ahti dan panggul.

c.

Klasisikasi TNM kanker payudara


T artinya tumor, N artinya nodule atau kelenjar yang membesar regional, M
artinya metastase.

Tis

Tx

: Tumor primer tidak dapat ditentukan

To

: Tidak terbukti adanya tumor primer

: 1) kanker in situ, 2) kanker intaduktal atau labular in situ, 3) penyakit pagets


pada papilla tanpa teraba tumor
T1

: Tumor < 2 cm

T1a : Tumor < 0.5 cm

T4

T1b

: Tumor 0.5-1 cm

T1c

: Tumor 1-2 cm

T2

: Tumor 2-5 cm

T3

: Tumor > 5 cm

: berapapun ukuran tumor, dengan infiltrasi langsung ke dinding dada atau kulit.
Dinding dada termasuk costa, intercostal muskulus dan tidak termasuk otot
pektoralis.

T4a : Melekat pada dinding dada


T4b : dengan oedema, infiltrasi atau ulserasi kulit (kulit yang berbiji-biji)
T4c : T4a dan T4b
T4d : carcinoma inflamatoir (mastistis carcinoma tosis)
Nx

: pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan

No

: tidak teraba kelenjar aksila

N1

: teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat

Mx

: Metastasis jauh dan tidak dapat ditentukan

Mo

: Tidak ada metastasis jauh

M1

: ada metastasis jauh termasuk ke kelenjar supraklavikula

6.

Metode Deteksi Dini


Pendektesian kanker payudara sedini mungkin merupakan faktor penting
dalam

menanggulangi

kanker

payudara.

Oleh

karena

kanker

payudara

merupakan jenis kanker yang mudah dideteksi. Untuk menemukan kanker pada
stadium awal dilakukan dengan pemeriksaan medis antara lain :
a.

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

b.

Pemeriksaan payudara secara klinis (SARARI).

c.

Pemeriksaan mammografi adalah foto payudara dengan alat khusus.

d.

Biopsi aspirasi.

e.

True-cut (pengambilan jaringan dengan jarum ukuran besar).

f.

Biopsi terbuka adalah prosedur pengambilan jaringan dengan operasi kecil,


eksisi maupun insisi yang dilakukan sebagai diagnosis pre operatif ataupun
durante operationam.

g.

Terapi, untuk meningkatkan angka harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti


dengan terapi. Misalnya terapi radiasi, terapi hormon, kemoterapi, dan terapi
imunologik.

(a)

(b)

(c)

(d)
Gambar 1. (a, b, c, d) Metode Pendeteksian Kanker Payudara
(www.medicastore.com)

7.

Pengobatan

a.

Biasanya pengobatan dimulai setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh


terhadap kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah biopsi.

b.

Pengobatannya terdiri dari pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi dan


obat penghambat hormon.

c.

Terapi

penyinaran

digunakan

membunuh

sel-sel

kanker

di

tempat

pengangkatan tumor dan daerah sekitarnya, termasuk kelenjar getah bening.


d.

Kemoterapi

(kombinasi

obat-obatan

untuk

membunuh

sel-sel

yang

berkembanganbiak dengan cepat atau menekan perkembangbiakannya) dan


obat-obat penghambat hormon (obat yang mempengaruhi kerja hormon yang
menyokong pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk menekan pertumbuhan
sel kanker di seluruh tubuh.

Pengobatan untuk kanker payudara yang terlokalisir

a.

Untuk kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu


meliputi pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan)
untuk mengangkat sebanyak mungkin tumor.

b.

Terdapat sejumlah pilihan pembedahan, pilihan utama adalah mastektomi


(pengangkatan seluruh payudara) atau pembedahan breast-conserving (hanya
mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya).

Pembedahan breast-conserving
a.

Lumpektomi : pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di


sekitarnya

b.

Eksisi luas atau mastektomi parsial : pengangkatan tumor dan jaringan normal
di sekitarnya yang lebih banyak

c.

Kuadrantektomi : pengangkatan seperempat bagian payudara.

1)

Pengangkatan tumor dan beberapa jaringan normal di sekitarnya memberikan


peluang terbaik untuk mencegah kambuhnya kanker.

2)

Keuntungan utama dari pembedahan breast-conserving ditambah terapi


penyinaran adalah kosmetik.

3)

Biasanya efek samping dari penyinaran tidak menimbulkan nyeri dan


berlangsung tidak lama. Kulit tampak merah atau melepuh.

Mastektomi
a.

Mastektomi simplek : seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot dibawah


payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka
bekas operasi. Rekonstruksi payudara lebih mudah dilakukan jika otot dada dan
jaringan lain dibawah payudara dibiarkan utuh. Prosedur ini biasanya digunakan
untuk mengobati kanker invasif yang telah menyebar luar ke dalam saluran air
susu, karena jika dilakukan pembedahan breast-conserving, kanker sering
kambuh.

b.

Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau modifikasi


mastektomi radikal : seluruh jaringan payudara diangkat dengan menyisakan
otot dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar getah bening ketiak.

c.

Mastektomi radikal : seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya


diangkat.

1)

Terapi

penyinaran

yang

dilakukan

setelah

pembedahan,

akan

sangat

mengurangi resiko kambuhnya kanker pada dinding dada atau pada kelenjar
getah bening di sekitarnya.
2)

Ukuran tumor dan adanya sel-sel tumor di dalam kelenjar getah bening
mempengaruhi pemakaian kemoterapi dan obat penghambat hormon.

3)

Beberapa ahli percaya bahwa tumor yang garis tengahnya lebih kecil dari 1,3
cm bisa diatasi dengan pembedahan saja. Jika garis tengah tumor lebih besar
dari 5 cm, setelah pembedahan biasanya diberikan kemoterapi. Jika garis tengah
tumor lebih besar dari 7,6 cm, kemoterapi biasanya diberikan sebelum
pembedahan.

4)

Penderita karsinoma lobuler in situ bisa tetap berada dalam pengawasan ketat
dan tidak menjalani pengobatan atau segera menjalani mastektomi bilateral
(pengangkatan kedua payudara).

5)

Hanya 25% karsinoma lobuler yang berkembang menjadi kanker invasif


sehingga banyak penderita yang memilih untuk tidak menjalani pengobatan.

6)

Jika

penderita

memilih

untuk

menjalani

pengobatan,

maka

dilakukan

mastektomi bilateral karena kanker tidak selalu tumbuh pada payudara yang
sama dengan karsinoma lobuler.
7)

Jika penderita menginginkan pengobatan selain mastektomi, maka diberikan


obat penghambat hormon yaitu Tamoxifen.

8)

Setelah menjalani mastektomi simplek, kebanyakan penderita karsinoma


duktal in situ tidak pernah mengalami kekambuhan.

9)

Banyak juga penderita yang menjalani lumpektomi, kadang dikombinasi


dengan terapi penyinaran.

10) Kanker payudara inflamatoir adalah kanker yang sangat serius meskipun jarang
terjadi.

Payudara

tampak

seperti

terinfeksi,

teraba

hangat,

merah

dan

membengkak.
11) Pengobatannya terdiri dari kemoterapi dan terapi penyinaran.

Rekonstruksi Payudara
a.

Untuk rekonstruksi payudara bisa digunakan implan silikon atau salin maupun
jaringan yang diambil dari bagian tubuh lainnya.

b.

Rekonstruksi bisa dilakukan bersamaan dengan mastektomi atau bisa juga


dilakukan di kemudian hari.

c.

Akhir-akhir ini keamanan pemakaian silikon telah dipertanyakan. Silikon kadang


merembes dari kantongnya sehingga implan menjadi keras, menimbulkan nyeri
dan bentuknya berubah. Selain itu, silikon kadang masuk ke dalam laliran darah.

Kemoterapi dan Obat Penghambat Hormon


a.

Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah


pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun.

b.

Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka


harapan hidup penderita.

c.

Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan


kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinara, obat-obat
tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara.

d.

Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka di
mulut

yang

menimbulkan

nyeri

atau

kerontokan

rambut

yang

sifatnya

sementara.
e.

Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron.
Tanpa ondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari
setelah kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung kepada
jenis kemoterapi yang digunakan dan penderita.

f.

Selama beberapa bulan, penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi dan
perdarahan.

g.

Tetapi pada akhirnya efek samping tersebut akan menghilang.

h.

Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi
lanjutan setelah pembedahan.

i.

Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan esrogen dan memiliki beberapa


efek yang sama dengan terapisulih hormon (misalnya mengurangi resiko
terjadinya osteoporosis

dan penyakit jantung serta meningkatkan resiko

terjadinya kanker rahim). Tetapi Tamoxifen tidak mengurangi hot flashes ataupun
merubah kekeringan vagina akibat menopause.

Pengobatan kanker payudara yang telah menyebar


a.

Kanker payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Bagian tubuh yang
paling sering diserang adalah paru-paru, hati, tulang, kelenjar getah bening, otak
dan kulit.

b.

Kanker muncul pada bagian tubuh tersebut dalam waktu bertahun-tahun atau
bahkan berpuluh-puluh tahun setelah kanker terdiagnosis dan diobati.

c.

Penderita kanker payudara yang telah menyebar tetapi tidak menunjukkan


gejala biasanya tidak akan memperoleh keuntungan dari pengobatan. Akibatnya
pengobatan seringkali ditunda sampai timbul gejala (misalnya nyeri) atau kanker
mulai memburuk.

d.

Jika penderita merasakan nyeri, diberikan obat penghambat hormon atau


kemoterapi untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh.

e.

Tetapi jika kanker hanya ditemukan di tulang, maka dilakukan terapi


penyinaran. Terapi penyinaran merupakan pengobatan yang paling efektif untuk
kanker tulang dan kanker yang telah menyebar ke otak.

Obat penghambat hormon lebih sering diberikan kepada:


a.

Kanker yang didukung oleh estrogen

b.

Penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama lebih dari 2


tahun setelah terdiagnosis-kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa penderita.

c.

Obat tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40
tahun dan masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen dalam
jumlah besar atau kepada penderita yang 5 tahun lalu mengalami menopause.

d.

Tamoxifen memiliki sedikit efek samping sehngga merupakan obat pilihan


pertama.

e.

Selain itu, untuk menghentikan pembentukan estrogen bisa dilakukan


pembedahan untuk mengangkat ovarium (indung telur) atau terapi penyinaran
untuk menghancurkan ovarium.

f.

Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun


setelah

pemberian

obat

penghambat

hormon,

maka

digunakan

obat

penghambat hormon yang lain.


g.

Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan


untuk mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortisone (suatu
hormon steroid) biasanya diberikan pada saat yang bersamaan, karena
aminoglutetimid menekan pembentukan Hydrocortisone alami oleh tubuh.

h.

Kemoterapi

yang

paling

efektif

adalah

cyclophosphamide,

doxorubicin,

paclitaxel, dosetaxel, vinorelbin dan mitomycin C. Obat-obat ini seringkali


digunakan sebagai tambahan pada pemberian obat penghambat hormon.

Gambar 2. Pengangkatan kanker Payudara

Tahap Pengobatan Sesuai Stadium Penyakit

Stadium TIS

Operasi mastektomi radikal secara halsted tanpa radiasi

Stadium 1

Modified mastektomi radikal yaitu mastektomi tanpa pengangkatan

muskulus pektoralis mayor dan minor, ditambah dengan pengangkatan kelenjar


ketiak dan radioterapi.

Stadium 2

: Seperti stadium 1 ditambah dengan sitosstatiska.

Stadium 3

Radioterapi atau eksisi tumor yang apert dan pemberian terapi hormon,

terdiri atas antrogen sebelum menopause dan kombinasi androgen dan


esterogen

sesudah

menopause,

sebelum

menopause

dikerjakan

pula

ooforektomi bilateral.

Stadium 4

Sebelum menopause dilakukan ooforektomi, jika tidak berhasil dilakukan

hipofisektomi

C.
1.

Tumor Jinak Pada Alat Genital


Vagina

a.

Tumor kistik vulva

1)

Kista inklusi (Kista epidermis). Kista yang terjadi akibat perlukaan, terutama
pada persalinan, karena episiotomy atau robekan, dimana suatu segmen
terpendam dan kemudian menjadi kista. Kista ini terdapat di bawah epitel
vulva/perineum maupun vagina berwarna kekuning-kuningan atau abu-abu
biasanya bergaris tengah kurang dari 1 cm dan berisi cairan kental. Umunya
kista ini tidak menimbulkan keluhan.

2)
a)

Kista sisa jaringan embrio


Kista Gartner. Dianggap berasal dari saluran mesonefridikus Wolffi. Terdapat
pada dindinglateral-anterolateral vagina sampai pada vulva dekat uretra dan
klitoris. Dindingnya terdiri dari epitel torak atau kubus berisi cairan jernih tanpa
musin. Biasanya berukuran kecil dan multiple namun dapat mencapai ukuran
kepala janin, dengan konsistensi yang lunak.

b)

Kista saluran nuck. Berasal dari sisa prosesus vaginalis peritoneum yang
terletak dalam saluran inguinal, kadang-kadang melanjutkan diri sampai pada
labium mayora. Terletak mulai dari saluran inguinal sampai dinding labium
mayor, kadang-kadang terdiri dari beberapa kista. Kista saluran Nuck berisi
cairan jernih dengan dinding selaput peritoneum. Dengan demikian kista ini
harus dibesarkan dengan hernia inguinal dan varikokel yang sering terdapat
pada kehamilan.

c)

Kista kelenjar

(a)

Kista bartholini. Terjadi akibat radang

(b)

Kista sebasea
Berasal dari kelenjar sebasea kulit yang terdapat pada labium mayor, labium
minor dan mons veneris, terjadi karena penyumbatan saluran kelenjar sehingga
terjadilah penimbunan sebum. Kelenjar ini biasanya terletak dekat di bawah
permukaan kulit berwarna kuning keabu-abuan, dengan batasa yang jelas dan
konsistensi keras, ukuran kecil seringmultiple. Dindingnya berlapis epital kelenjar
dengan isi sebum yang mengandung Kristal kolesterol. Kristal ini sering
mengalami infeksi.

(c)

Hidradenoma. Berasal dari kelenjar keringat, ada yang mengatakan berasal dari
sisasaluran Wolffi.

(d)

Penyakit Fox-Forduce. Disebut juga apokrin miliaria terjadi akibat sumbatan


saluran kelenjar keringat sehingga membentuk banyak Kristal kecil dengan
diameter 1-3 mm, multiple, terasa gatal. Kelainan ini dapat juga terjadi di ketiak
dangelanggang susu. Dapat mengalami kekambuhan apabila terjadi gangguan
emosi antara lain rangsang seksual.

(e)

Kista parauretra. Terjadi karena saluran kelenjar ini tertutup oleh infeksi. Kista
ini biasa menonjol pada dinding depan vagina dan sering mengalami infeksi.

(f)

Kista endometriosis. Walaupun jarang seklai terjadi, dapat tumbuh pada vulva
maupun vagina. Kista pada vulva ini umu hanya memerlukan pengangkatan
kalau mengganggu saja. Pada kista yang mengalami infeksi dapat dilakukan
infeksi.

b.

Tumor solid vagina

1)

Tumor epitel

a)

Kondiloma akuminatum. Penyakit ini disebabkan oleh virus HPV tipe 6 dan 2.
Akhir-akhir ini juga dimasukkan dalam golongan penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Gambaran histologik adalah suatu papiloma yang sekalisekali setelah lama dapat menjadi ganas. Gambaran makroskopis adalah seperti
jengger ayam. Kondiloma akuminatum dapat tumbuh pada vulva dan sekitar
anus sampai vagina dan serviks.

b)

Karunkula uretra. Dibagi menjadi 2 macam:

(a)

Karankula uretra neoplasma. Terdiri dari polip merah muda dengan tangkai
pada tepi dorsal muarauretra, mikroskopik sebagai papiloma uretra yang ditutupi
oleh epitel transisional yang tersusun sebagai lipatan dengan tipe yang sering
menyerupai pertumbuhan ganas. Tumor ini mempunyai kecenderungan untuk
kambuh local. Gangguan yang ditimbulkan antara lain adalah nyeri pada waktu
berjalan dan duduk, ispareunia, disuria, perdarahandan pembengkakan.

(b)

Karankula

uretra

granulomatosa.

Penonjolan

ini

terdiri

dari

jaringan

granulomatosa pada muara uretra terutama bagian belakang yang meluas ke


samping juga. Dengan demikian, lubang muara uretra ini menonjol akan tetapi
tidak mempunyai tangkai, berwarna merah kusam dan tidak menimbulkan nyeri
seperti pada karunkula uretra neoplasma. Gambaran mikroskopik adalah reaksi
granulomataosa jaringan terhadap infeksi kronik pada ueretra. Karunkula ini
sering terdapat pada wanita pasca

menopause,

kebanyakan merupakan

penampilan investasi Trikomonas vaginalis. Apabila etiologi infeksi tidak diobati


maka karunkula ini sering kambuh.
c)

Hiperkeratosis. Harus dibedakan karena leukoderma atau vitiligo dimana


pigmentasi tidak terjadi, serta karsinoma vulva insitu maupun invasive. Pada
hiperkeratosis dibedakan menjadi:

(a)

Yang disebabkan infeksi menahun: dermatitis.

(b)

Tumor jinak berpapil yang sudah menahun.

(c)

Distrofi (leukoplakia):

(1)

Likhen skelorsis, kadang-kadang disertai atropi eitelnya saja: kraukosis


(berkerut)

(2)

Hiperkeratosis, khas daan tidak khas.

(3)

Campuran antar 1 dan 2. Untuk membedakannya dengan karsinoma seringkali


memerlukan pemeriksaan lanjut (kolposkopi, sitologi maupun histologi).

d)

Nevus pigmentosus. Walaupun kulit vulva hanya 3% seluruh kulit badan,


melanoma maligna terjadi pada vulva dan vagina 7-10%. Nevus ini tampak
sebagai lesi berwarna kehitam-hitaman pada permukaan vulva berdiameter 1-2
mm. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan sel nevus yang khas dengan inti
biru tua dan terletak di bawah lapisan epitel. Menururt Masson sel nervus berasal
dai melanosit dalam epidermis atau dari sel Schwan dari serabut saraf yang
menuju kulit. Yang berbahaya ialah lesi yang berpigmen dan tak meluas
sehingga sebaiknya diperiksa secara histologik.

2)
a)

Tumor jaringan mesoderm


Fibroma: berasal dari jaringan di sekitar labium majus, dapat tumbuh besar
dengan konsistensi lunak dan berwarna putih keabu-abuan.

b)

Lipoma: berasal dari jaringan lemak di sekitar labium majus dengan konsistensi
lunak, dapat bertangkai dan mencapai ukuran besar.

c)

Leiomioma: berasal dari otot polos ligamentum rotundum dekat pada


labiummayus tersusun seperti pusaran air/konde.

d)

Neurofibroma: berasal dari sarung serabut saraf, biasanya kecil saja, lunak,
berbentuk polipoid dan berwarna seperti daging.

e)

Hemangioma: yang berasala dari congenital biasanya akan menghilang sendiri


pada pertumbuhan anak. Pada wanita pasca menopause biasanya terjadi karena
adanya varises yang kecil-kecil dan dapat menyebabkan perdarahan pasca
menopause. Angiokeratoma adalah jenis hemangioma dengan kapiler membesar
pada

korium

dan

dengan

hyperkeratosis

padaepidermis.

Hemangioma

kavernosum mempunyai ruangan yang luas dengan permukaan yang tidak rata,
berisi darah dengan dinding sel endotel, tumor ini kadang-kadang masuk ke
jaringan di bawahnya.
f)

Limfangioma: berasal dari jaringan pembuluh limfe, jarang sekali dijumpai.


Mikroskopik tampak seperti limfangiom namun tidak berwarna.

2.
a.

Vulva
Tumor kistik
Tumor-tumor di vulva umumnya mempunyai sifat yang sama dengan yang di
dapatkan pada vagina. Tumor vulva dan vagina hendaknya dibedakan dengan
vaginitisemfisematosa. Dapat juga saluran Muler terjadi di dekat serviks
biasanya soliter, akan tetapi dapat multiple, kista ini dilapisis epitel seperti
endoserviks, berisi cairan musin.

b.

Tumor solida

1)

Granuloma. Bukan neoplasma yang sebenarnya. Jaringan merupakan granulasi


yang terbatas-batas, seringkali berbentuk polip terutama terjadi pada bekas
operasi kolpografi dan histerektomi total dan dapat bertahan sampai bertahuntahun.

2)

Tumor miksoid vagina. Konsistensi

lunak seperti kista berisi jaringan

miksomatosa, jaringan pengikat dan jaringan lemak seperti yang biasa terdapat
pada daerah glutea, fossaiskhiorektales, serta apabila terdapat di vagina berada
pada daerah para kolpos. Kadang-kadang kambuh kembali dan dapat juga
menjadi ganas.
3)

Adenosis vagina. Berasal dari sisa saluran para mesonefridikus Muler berupa
tumor jinak vagina, terutama terletak dekat serviks uteri, terdiri dari epitel torak
yang mengeluarkan mucus. Di tempat itu mukosa vagina tampak merah dan
berbintik. Ini disebabkan karena pemberian hormone estrogen sintesis lain,
diberikan pada ibu penderitawaktu hamil muda (sindrom D.E.S). Tumor ini dapat
menjadi adenocarcinoma. Diagnosis ditegakkan dengan kolposkopi yang terlihat
sebagai ulserasi dikemudian dilanjutkan dengan biopsy dan pemeriksaan
histopatologi.

3.

Tuba
Tumor tuba uterine dapat berupa neoplasma maupun non neoplasma. Tumor
tuba uterine yang neoplastik jarang sekali ditemukan. Endometriosis yang
sebenarnya bukan neoplasma lebih sering didapat pada tuba, terkadang dikira
ganas.

4.
a.
1)

Uterus
Tumor ektoserviksa
Kista sisa jaringan embrional: Berasal dari saluran mesonefridikus Wolffi
terdapat dinding samping ektoserviks.

2)

Kista endometriosis: letaknya superficial.

3)

Folikel atau kista Naboth: kista retensi kelenjar endoserviks, biasanya terdapat
pada

wanita

multipara,

sebagai

penampilan

servisitis.

Kista

ini

jarang

mencapaiukuran besar berwarna putih mengkilap berisi cairan mucus. Kalau


kista inimenjadi besar dapat menyebabkan perasaan nyeri.
4)

Papiloma: dapat tunggal maupun multiple seperti kondiloma akuminata.


Kebanyakan papiloma ini adalah sisa epitel yang terlebih pada trauma
bedahmaupun persalinan.

5)

Hemangioma: jarang terjadi, biasanya terletak superficial, dapat membesar


padawaktu kehamilan, dapat menyebabkan metroragi. Terapi tumor ektoserviks
tergantung

pada

kelainan

ataupun

potensi

akan

kelainan

yang

dapat

disebabkannya. Umunya bersifat ekspektatif saja. Kista Nabothi dapat diinsisi,


tumor-tumor lain dapat dilakukan ekstirpasi, kauterisasi dan krioterapi.
b.

Tumor

endoserviks

Polip:

sebetulnya

adalah

suatu

adenoma

maupun

adenofibroma yang berasal dari selaput lender endoserviks. Tangkainya dapat


panjang hingga keluar dari vulva. Epitel yang melapisi biasanya adalah epitel
endoserviks yang dapat juga mengalamimenjadi lebih semakin kompleks. Bagian
ujung

polip

dapat

mengalami

nekrosis,

sertamudah

berdarah.

Polip

ini

berkembang karena pengaruh radang maupun virus. Harus ditegakkan apakah


polip itu suatu adenoma, sarcoma botriodes, adenokarsinomaserviks atau mioma
yang dilahirkan. Polip endoserviks diangkat dan perlu diperiksa secara histologik.
c.

Tumor endometriuma

1)

Polip endometrium. Sering didapati terutama dengan pemeriksaan histeroskop.


Polip berasal dari:

a)

Adenoma, adenofibroma

b)

Mioma submukosum

c)

Plasenta

2)

Adenoma-adenofibroma. Biasanya terjadi dari epitel endometrium dengan


stroma yang sesuai dengan daur haid. Adenoma ini biasanya merupakan
penampilan hyperplasia endometrium, dengan konsistensi lunak dan berwarna
kemerah-merahan. Gangguan yang sering ditimbulkan adalah metroragi sampai
menometroragi, infertilias. Mempunyai kecenderungan kambuh kembali.

3)

Mioma submukosum. Sarang mioma dapat tumbuh bertangkai dan keluar dari
uterus menjadimioma yang dilahirkan. Tumor berkonsistensi kenyal berwarna
putih.

4)

Polip plasenta. Berasal dari plasenta yang tertinggal setelah partus maupun
abortus. Pemeriksaan histology memperlihatkan vili korialis dalam berbagai
tingkat degenerasi yang dilapisi endometrium. Polip plasenta menyebabkan
uterus

mengalami

subinvolusio

yang

menimbulkan

perdarahan.

Polip

endometriosis umumnya diangkat dengan cara kauterisasi dan bedah laser.


d.

Miometrium Neoplasma. Ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya. Efek fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat
lain dalam abdomen. Menurut letaknya, mioma dapat kita bagi menjadi:

1)

Mioma submukosum: berada id bawah endometrium dan menonjol ke


dalamrongga uterus.

2)

Mioma

intramural:

mioma

terdapat

di

dinding

uterus

di

antara

serabutmiometrium.
3)

Mioma subserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol


pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.

e.

Adenomiosis. Adenomiosis adalah adanya sarang enometriosis di antara


serabut miometrium.

f.

Hemangioma. Tumor jinak pembuluh darah ini jarang sekali ditemukan. Umunya
didapatkan secara kebetulan pada pemeriksaan histologik uterus yang diangkat
karena perdarahan. Bentuk histologinya dapat beraneka ragam.

5.

Ovarium
Diantara tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan non neoplastik.
Diagnosis : Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba sendiri. Jika tumor
ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan
konsistensinya kistik. Apabila sudah ditentukan bahwa tumor ovarium, maka
perlu diketahui apakah bersifat neoplastik atau non neoplastik. Tumor non
neoplastik akibat peradangan umumnya adalah anamniesis menunjukkan gejalagejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat
peradangan tidak dapat digerakkan karena pelekatan. Kista nonneoplastik
umumnya tidak menjadi besar, dan diantaranya pada suatu waktu biasanya
menghilang sendiri. Penanganannya Dapat dipakai sebagai prinsip bahwa tumor
ovalium neoplastik memerlukan operasi dan tumor non neoplastik tidak.

D.
1.

Tumor Ganas Alat Genital


Vulva

a.

Karsinoma Vulva

1)

Epidemiologi
80-85% terdapat pada wanita pasca menopause, terutama yang dalam dekade
ke-7 sebagai puncak insidensi, paling tidak mengenai 30%. Karsinoma vulva
jarang ditemukan pada golongan umur < 50 tahun. Paritas dan suku / ras tidak
mempunyai peran.

2)

Etiologi
Tidak banyak diketahui mengenai etiologi jenis tumor ganas ini, meskipun
disebut tentang lambatnya menarche (15-17 tahun) dan awalnya menopous (40
tahun) dalam riwayat penyakitnya. Faktor etnik tidak berpengaru, meskipun lesi
granulomatosa sering ditemukan pada suku negro.

3)

Faktor terjadinya kanker vulva

a)

Infeksi HPV atau kutil kelamin (kutil genitalis) HPV merupakan virus penyebab
kutil kelamin dan ditularkan melalui hubungan seksual.

b)

Pernah menderita kanker leher rahim atau kanker vagina.

c)

Infeksi sifilis.

d)

Diabetes.

e)

Obesitas.

f)

Tekanan darah tinggi.

g)

Usia Tiga perempat penderita kanker vulva berusia diatas 50 tahun dan dua
pertiganya berusia diatas 70 tahun ketika kanker pertama kali terdiagnosis. Usia
rata-rata penderita kanker invasif adalah 65-70 tahun.

h)

Hubungan seksual pada usia dini.

i)

Berganti-ganti pasangan seksual.

j)

Merokok.

k)

Infeksi HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini menyebabkan kerusakan pada
sistem kekebalan tubuh sehingga wanita lebih mudah mengalami infeksi HPV
menahun. Golongan sosial-ekonimi rendah. Hal ini berhubungan dengan
pelayanan kesehatan yang adekuat, termasuk pemeriksaan kandungan yang
rutin.

l)

Neoplasia intraepitel vulva (NIV).

m)

Liken sklerosus Penyakit ini menyebabkan kulit vulva menjadi tipis dan gatal.

n)

Peradangan vulva menahun.

o)

Melanoma atau tahi lalat atipik pada kulit selain vulva.

4)

Patologi
Lesi primer sering berupa ulkus denag tepi induratif (ulcero-granulating) atau
sebagai tumbuhan eksofitik (wart/kutil) dengan tempat predileksi terutama di
labia mayora, labia minora, klitoris dan komisura posterior. Lesi bilateral tidaklah
jarang, bahkan kedua labia mayora dapat simetris terkena (kissing).

5)

Tingkatan pra-maligna
Kurang lebih 50% dari semua karsinoma vulva didahului oleh suatu keadaan
yang sedikit banyak dapat ditetapkan sebagai pendahulunya. Yang paling sering
adalah distrofia vulva seperti pada vulvitis atrofik, vulvitis diabetik, leukoplakia,

lichen atau lichenoid seperti pada lichen sclerosus et atrophicus, kraurosis vulva
denagan hiperplasi. Yang sangat potensial menjadi pendahulu keganasan vulva
adalah kondiloma akuminata atau kondoloma lata, infeksi oleh HVP (Human
Papiloma Virus) tipe-16 dan mungkin juga tipe-18. pada Neoplasma Intraepitelial
vagina (NIV) tidak ada bukti bahwa NIV akan berlanjut menjadi kanker vulva
yang invasif bila dibiarkan tanpa pengobatan. NIV-I, II, III, biasanya terdapat pada
wanita anatara 60-70 tahun. Secara umum diterima, bahwa pada kanker serviks
terdapat periode laten 5-10 tahun sebelim lesi pra-maligna (NIS-I ,II , III , KIS)
menjadi kanker yang invasif. Mengingat lokasi tomur primer (karsinoma
epidermoid) hampir 60% pada labium majus, 20% pada labium minus atau
veitibulum,12% di klitoris dan 6% di komisura posterior, perembetan ke jaringan
sekitar akanmeluas ke urethra, kandung kemih, vagina, rektum dan malalui
pembuluh getah bening secara embolisasi. Rute primer penyebaran ke kelenjar
inguinal adalah malalui kelenjar femoral luar (superfisial), kemudian kelenjar
femoral dalam (profundal) untuk akhirnya menuju kelenjar getah bening panggul
melalui kelenjar iliak luar/ekstern, obturator, iliaka komunis dan kelenjar paraaorta.
6)

Pembagian tingkat keganasan karsinoma vulva.


Menurut klasifikasi FIGO 76
Tingk

Kriteria

at
0

Karsinoma in situ, karsinoma intraepitel seperti pada penyakit


Bowen, penyakit Paget yang non invasive
Tumor terbatas pada vulva dengan diameter terbesar 2 cm /kurang

kelenjar di lipat paha tak teraba, atau teraba tidak membesar dan
mudah digerakan (mobil), klinis tidak mencurigakan adanya anak
sebar di situ.
Tumor terbatas pada vulva dengan diameter > 2 c, kelejar di lipat

II

paha (inguinal) tidak teraba bilateral, tidak membesar dan mobil,


klinis tidak mencurigakan adanya anak sebar di situ.

III

Tumor dari setiap ukuran dengan: 1) Perluasan ke urethra, atau


vagina, perineum dan anus. 2) Pembesaran kelenjar lipat pada
uni/bilateral, mobil tapiklinis mencurigakan telah terinfiltrasi oleh

sel tumor.
Tumor dari setiap ukuran yang :
1) Telah menginfiltrasi kandung kemih, mukosa rektum, atauke

IV

dua-duanya termasuk bagian proksimal dari urethra.


2) Telah menyebar ke tulang atau metastasis jauh.

7)

Gambaran klinis dan diagnosis


Penderita ini datang dengan keluhan samar-samar mengenai iritasi vulva atau
pruritus (gatal-gatal) vulva. Diagnosis akan lebih mudah dibuat bila ditemukan
benjolan, ulkus atau lesi yang berdarah. Nyeri biasanya dikeluhkan bila lesinya
terdapat dekatklitoris atau urethra, karena pedih waktu kencing. Superinfeksi
dari lesi ganas juga menimbulkan rasa sakit dan lebih banyak iritasi akibat
keputihan

yang

terus-menerus.

Hanya

sekitar

5%

yang

datang

denga

pembesaran kelenjar lipat paha atau abses sebagai keluhan utama.


8)

Diagnosis dini
Perasaan gatal atau terbakar di vulva harus mendapatkan perhatian, untuk
mencariarea yang mencurigakan akan keganasan.Daerah tersebut dapat berupa
wart (kutil), benjolan kecil yang berwarnakemerahan, keputihan atau berfigmen,
agak meninggi, atau ulkus datar yang mudah berdarah dengan tepi induratif.
Kalau prosesnya sudah agak lanjut, mungkin akanditemukan luka yang dalam,
yang telah mengalami infeksi dan nekrotik, atau tampak seperti bunga kobis /
kool.Golongan resiko tinggi ialah wanita yang mempunyai faktor predisposisi : 1)
Diabetes Melitus. 2) Obesitas. 3) Hygiene seksual yang tidak baik. 4) Lichen
sclerosus atrophicus. 5) Leukoplakia & kraurosis vulva.

9)

Penanganan
Pada tingkat klink 0 (KIS/Intraepitelial karsinoma) dikerjakan vulvektomi dengan
mengangkat kedua labia mayora, labia minora, sebagian mons veneris dan
himen. Pada tingkat klinik I dan II dilakukan vulvektomi radikal dengan
limfadenektomi bilateral kelenjar inguinal luar dan dalam, dalam satu tahap
(enblok).
Komplikasi

vulvektomi

radikal

dengan

limfadenektomi

bilateralis

yang

perludiamati ialah infeksi luka dan dehisensi, limfoedema (33%), parestesia saraf

femoralis, perdarahan sekunder asal dari arteri dan vena femoralis, kista getah
bening yang sekunder terinfeksi dan menimbulkan nyeri yang sangat, penyakit
trombo-embolik, infeksi saluran kemih, disfungsi seksual terutama sangat
menurunnya libido (gairah seksual), anorgasme dan dispareunia.

b.

Melanoma vulva
Melanoma vulva adalah keganasan nomor dua pada vulva sesudah karsinoma.
Hampir 5% dari semua melanoma maligna muncul di vulva yang merupakan
hanya 1% dari kulit permukaan seluruh tubuh. Terdapat predileksi di labia minora
dan klitoris, sering meluas kevagina dan urethra berupa benjolan (nodul) yang
berwarna hitam kebiruan. Menyebar secara limfogen dengan membentuk nodul
satelit sekeliling tumor primer untuk kemudian bermestastasis ke kelenjar limfa
regional. Bila terjadi penyebaran secara hematogen, akan menyebar sehingga
terdapat di paru-paru (terasering), kemudian otak, hati dan jantung juga tidak
jarang.

c.

Adenokarsinoma. Pada vulva jarang dan umumnya berasal dari kelenjar


bartholini.

d.

Basalioma (basal sel karsinoma). Biasanya ditemukan di daerah yang


berambut, sesekali pada labia mayora sebagai makula kemerahan/kecoklatan
atau sebagai nodul kecil yang mengalami ulserasi di tengahnya (ulkusrodens).
Lesi ini hampir tak pernah menyebar ke kelenjar getah bening, sebab itu eksisi
lokal yang luas sudah memadai untuk tujuan kuratif.

e.

Penyakit Paget. Merupakan lesi intra epitelial vulva yang sering bersama-sama
dengan munculnya adenokarsinoma kelenjar apokrin.

f.

Karsinoma verukosa. Karsinoma ini adalah keganasan pada vulva berbentuk


tumor eksofitik seperti papil pada kondiloma akuminata, atau seperti bunga kol
(cauliflower like).

g.

Sarkoma pada vulva. Sarkoma vulva sangat jarang tapi metastasis berjarak
jauh umum terjadi. Tumor ini histologik dapat berupa leiomiosarkoma (paling
sering),

liposarkoma,

rhabmiosarkoma,

fibrosarkoma,

angiosarkoma,

limfosarkoma, dan epiteloidsarkoma. Penyebarannya sangat cepat, karena

secara hematogen. Prognosisc sangat buruk. Peran radio terapi dan atau
kemoterapi sebagai adjuvans perlu dipertimbangkan.
h.

Tumor ganas sekunder pada vulva. Berasal dari jaringan dekat vulva seperti
serviks uteri, vagina, uterus yang merembetlangsung atau secara limfogen atau
embolisasi melalui pembuluh darah balik. Paling sering ditemukan adalah
metastasis koriokarsinoma yang memberi gambaran khas yang berwarna biru
kehitaman. Penanganan dengan kemoterapi tunggal (MTX) atau kombinasi,
tergantung dari faktor resikonya.

2.

Vagina
Tumor ganas primer di vagina sangat jarang. Bilamana serviks uterus ikut
terlibat dalam proses, maka dianggap sebagai tumor ganas serviks uteri. Begitu
juga bilamana vulva ikut terlibat dalam proses, maka dianggap tumor ganas itu
adalah tumor ganas vulva.
Gejala, Kanker vulva mudah dilihat dan teraba sebagai benjolan,
penebalan ataupun luka terbuka pada atau di sekitar lubang vagina. Kadang
terbentuk bercak bersisik atau perubahan warna. Jaringan di sekitarnya
mengkerut disertai gatal-gatal. Pada akhirnya akan terjadi perdarahan dan keluar
cairan yang encer.
Gejala lainnya adalah:

a.

Nyeri ketika berkemih

b.

Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

c.

Hampir 20% penderita yang tidak menunjukkan gejala.

Karsinoma vagina
a.

Epidemiologi
Kanker vagina jarang terjadi, biasanya diderita oleh wanita berumur 50 tahun ke
atas (Insidensi).

b.

Patologi

Terbanyak

(hampir

99%)

adalah

squamous

cell

carsinoma,

sisanya

adenokarsinoma dan embrional rhabdomiosarkoma (sarkoma botrioides).


c.

Tingkat pra-maligna
Sebelum menjadi infasif, lesi itu melalui tingkatan pra-maligna yang disebut
sebagai NIV(N eoplasia Intraepitelial Vagina) I, II, III (Displasia ringan, sedang,
berat) dan KIS (karsinoma in situ), yang berlangsung beberapa tahun dan dapat
dideteksi awal melalui Pap smear atau bilamana perlu biopsi terarah dengan
bimbingan kolposkop terhadap ulesi yang mencurigakan.

d.

Penyebaran
Bila proses terdapat pada sepertiga bagian atas vagina, penyebarannya akan
terjadi seperti pada karsinoma serviks; bila berlokasi pada sepertiga bagian
distal vagina, penyebarannya akan menyerupai karsinoma vulva.

e.

Pembagian tingkat keganasan


Umumnya karsinoma epidermoid pada vagina muncul di 2/3 di bagian proksimal
vagina. Lokasi paling sering di dinding paling atas (proksimal) atau depan bawah
(distal) vagina, berbentuk eksopitik seperti bunga kol, endofitik ulseratif,
infiltratif atau papilomatosa. Pembagian tingkat keganasan menurut FIGO
Tingk

Kriteria

at
0

Karsinoma in situ, karsinoma intra epithelial

Proses masih terbatas pada dinding vagina

II

III

IV

f.

Proses sudah meluas sampai jaringan para vagina,


tetapi belum mencapai dinding panggul
Proses telah meluas sampai ke salah satu/kedua
dinding panggul;
Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah
menginfiltrasimukosa rektum/kandung kemih

Gambar klinik dan diagnose

Karsinoma in situ lebih sering didapat sebai proses yang multifokal. Ia dapat
ditemukan bersama-sama dengan tumor sejenis di bagian lain dari traktus
genitalis, atau setelah pembedahan yang tidak radikal pada karsinoma serviks
uterus, atau pasca radiasi karsinoma serviksuterus. Adenokarsinoma vagina
yang jarang, dapat berasal dari urethra, kelenjar Bartholin, atau sebagai
metastasis dari karsinoma endometrium/ovarium. Pada pemeriksaan in spekulo
dapat ditemukan ulkus dengan tepi yang induratif atau pertumbuhan tumor
eksofitik seperti bunga kol (cauliflower) yang mudah berdarah pada sentuhan.
Biopsi harus dibuat pada daerah yang dicurigai, sehingga bukti histologik dapat
menegakkan diagnosis.
g.

Diagnosis dini
Pada pemeriksaan rutin secara berkala, pengambilan bahan untuk pemeriksaan
sitologik dari dinding vagina perlu pula pengambilan bahan dari ekto-dan
endoserviks. Pada klinik yang sudah maju, pemeriksaan kolposkopik, biopsi
terarah dengan bimbingan kolposkop, kolpomikroskopi dilakukan untuk membuat
diagnosis dini.

h.

Penanganan
Untuk tingkat klinik 0, dapat dilakukan vaginektomi, elektrokoterisasi, bedah krio
(cryo-surgeri), penggunaan sitostatika topikal atau sinar laser. Untuk tingkat
klinik I dan II dilakukan opersi atau penyinaran. Operasi pada tumor di bagian
atas vagina sama dengan operasi pada karsinoma serviks uterus, hanya
vaginektomi dilakukan lebih luas (>1/2 puncak vagina harus diangkat), sedang
operasi pada bagian bawah vagina mendekati operasi pada karsinoma vulva.
Kemoterapi

dengan

Cytoxan/Endoxan)

peraturan

hanya

untuk

VAC

(Vincristine,

pengobatan

Aktinomisin-D

embrional

dan

rabdomiosarkoma

(sarkoma botrioides) pada anak-anak, yang ternyata efektif. Tumor ini berbentuk
polipoid seperti buah anggur yang berasal dari bagian atas vagina dan dapat
menonjol keluar sampai di introitus vagina. Penyebaran secara hematogen ke
paru-paru atau tulang.

3.

Adneksa (Tuba Fallopii (Saluran Telur))

a.

Patologi : Menurut Hsu, Taymor, dan Hertig membagi histologik tumor ini dalam
3 jenis menurut keganasannya:

1)

Jenis papiler : tumor belum mencapai otot tuba dan difeensiasi selnya masih
baik, batas daerah normal dengan tumor masih dapat ditunjukkan.

2)

Jenis papilo-alveolar (adenomatosa) : tumor ini telah memasuki otot tuba dan
memperlihatkan gambaran kelenjar.

3)

Jenis alveo-meduler : terlihat mitosis yang atipik dan terlihat invasi sel ganas ke
dalam saluran limfa tuba.

b.

Penyebaran : Pada umumnya terjadi secara langsung ke alat sekitarnya,


kemudian melalui pembuluh getah bening ke abdomen, leher, daerah inguinal,
vagina, tuba, ovarium dan uterus.

c.

Tingkat Klinis Keganasan :


Tingkat

Kriteria

Klinik
Pertumbuhan tumor terbatas pada salah satu tuba; tidak
IA

ada ascites. Tak ditemukan tumor di permukaan luar,


kapsulnya utuh. Tumor terdapat di permukaan luar, atau
kapsulnya pecah atau kedua-duanya.
Pertumbuhan tumor terbatas pada kedua tuba; tidak ada

IB

asites. Tak ada tumor di permukaan luar, kapsulnya utuh.


Tumor terdapat di permukaan luar, atau kapsulnya pecah,
atau kedua-duanya.

IC

II

IIA
IIB
IIC
III

Tumor dari tingkatan klinik 1A dan IB, tetapi ada asites atau
cucian rongga perut positif.
Pertumbuhan tumor melibatkan satu

atau dua tuba,

dengan perluasan ke panggul.


Perluasan proses dan/ atau metastatis ke uterus atau
ovarium.
Perluasan proses ke jaringan panggul lainnya.
Tumor dari tingkat klinik IIA atau IIB, tetapi dengan asites
dan/atau cucian rongga perut positif.
Tumor melibatkan satu atau dua tuba dengan penyebaran
kelenjar limfa intraperitoneal, atau kedua-duanya. Tumor
terbatas pada panggul kecil dengan bukti histologik

penyebaran ke usus halus atau omentum.


Pertumbuhan tumor melibatkan salah satu atau kedua tuba
dengan metastasis berjarak jauh. Bilamana didapatkan
IV

efusi pleural, harus ada sitologi positif untuk menyebutnya


sebagai

tingkat

klinik

IV.

Begitu

pula

ditemukannya

metastasiskeparenkim hati.

d.

Gambaran klinik dan diagnosis


Pada awal penyakit tidak menimbulkan gejala diagnosis sering terlambat dibuat
karena letaknya yang sangat tersembunyi dan pemeriksaan histologik atas
spesimen yang dikirim. Kalau sudah ada keluhan, biasanya sudah terlambat.
Deteksi dini tumor ganas tuba Falloppii sukar diupayakan. Perlu dapat perhatian
khusus bila wanita berusia (45-55 tahun), ditemukan tumor adneksa (tumor
radang: hidrosalping, piosalping atau abses tubo-ovarial dan sebagainya) disertai
rasa nyeri dan adanya getah vagina yang semula kekuning-kuningan kemudian
bercampur darah, perlu dicurigai kemungkinan akan adanya tunor ganas tuba
terutama pada nullipara atau primipara. Wanita beranak satu (sterilitas satu
anak) biasanya oleh karena mengalami infeksi gonokokus yang menimbulkan
peradangan tuba dan menjadi buntu. Perasaan nyeri ini dapat intermiten atau
terus menerus dan menjalar ke pangkal paha dan punggung bagian bawah (regio
sakro-koksigeal). Rasa sakit ini yang menyebabkan penderita datang ke dokter.
Pemeriksa sitologi usapan serviks tidak banyak membantu. Akan tetapi bilamana
hasilnya sel ganas positif, sedangkan di serviks maupun di kavum uteri dapat
dinyatakan tidak ada keganasan, maka perlu dipikirkan kemungkinan keganasan
di tuba atau ovarium, lebih lebih jika ada mas tumor pada adneksa. Histerosalpingografi (HSG) tidak dianjurkan karena dapat berakibat meluasnya proses
ganas/radang. Kuldoskopi dan laparoskopi juga tak banyak berarti karena sulit
membedakan

tumor

ganas

tuba

dari

tumor

radang,

kecuali

bilamana

pemeriksaan tersebut disertai tindakan biopsi. Transvagina/transrektal USG


dapat membantu untuk menegakkan diagnosis.
e.

Penanganan
Penanganan utama yang dianjurkan adalah TAH + BSO + OM + APP (Total
Abdominal Hysterectomy + Bilateral Salpingo-Oophorectomy + Omentectomy +
Appendectomy).

Dapat

dipertimbangkan

(Optional)

instilasi

Phosphor

32

radioaktif atau khemoterapi profilaksis. Sayatan dinding perut harus longitudinal


linea mediana, cukup panjang untuk memungkinkan mengadakan eksplorasi
secara Gentle (lembut) seluruh rongga perut dan panggul, khususnya di daerah
subdiafragmatika

dan

mengirimkan

sample

cucian

rongga

perut

untuk

pemeriksaan sitologi eksfoliatif. Radioterapi hanya dikerjakan pada tumor beda


dan jenis histologik keganasan tertentu seperti disgerminoma.

4.

Kanker pada Uterus (Kanker Rahim)


Kanker Rahim adalah tumor ganas pada endometrium (lapisan rahim).
Kanker

rahim

biasanya

terjadi

setelah

masa

menopause,

paling

sering

menyerang wanita berusia 50-60 tahun. Kanker bisa menyebar (metastase)


secara lokal maupun ke berbagai bagian tubuh (misalnya kanalis servikalis, tuba
falopii, ovarium, daerah di sekitar rahim, sistem getah bening atau ke bagian
tubuh lainnya melalui pembuluh darah).
a.

Penyebab
Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi tampaknya penyakit ini
melibatkan peningkatan kadar estrogen. Salah satu fungsi estrogen yang normal
adalah merangsang pembentukan lapisan epitel pada rahim. Sejumlah besar
estrogen

yang

disuntikkan

kepada

hewan

percobaan

di

laboratorium

menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker. Wanita yang menderita


kanker rahim tampaknya memiliki faktor resiko tertentu. (faktor resiko adalah
sesuatu yang menyebabkan bertambahnya kemungkinan seseorang untuk
menderita suatu penyakit). Wanita yang memiliki faktor resiko tidak selalu
menderita kanker rahim, sebaliknya banyak penderita kanker rahim yang tidak
memiliki faktor resiko. Kadang tidak dapat dijelaskan mengapa seorang wanita
menderita kanker rahim sedangkan wanita yang lainnya tidak. Penelitian telah
menemukan beberapa faktor resiko pada kanker rahim:
1)

Usia Kanker uterus terutama menyeranga wanita berusia 50 tahun keatas.

2)

Hiperplasia endometrium.

3)

Terapi Sulih Hormon (TSH). TSH digunakan untuk mengatasi gejala-gejala


menopause, mencegah osteoporosis dan mengurangi resiko penyakit jantung
atau stroke. Wanita yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron memiliki

resiko yang lebih tinggi. Pemakaian estrogen dosis tinggi dan jangka panjang
tampaknya mempertinggi resiko ini. Wanita yang mengkonsumsi estrogen dan
progesteron memiliki resiko yang lebih rendah karena progesteron melindungi
rahim.
4)

Obesitas. Tubuh membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak sehingga


wanita yang gemuk memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Tingginya kadar
estrogen merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim pada wanita
obes.

5)

Diabetes (kencing manis).

6)

Hipertensi (tekanan darah tinggi).

7)

Tamoksifen. Wanita yang mengkonsumsi tamoksifen untuk mencegah atau


mengobati kanker payudara memiliki resiko yang lebih tinggi. Resiko ini
tampaknya berhubungan dengan efek tamoksifen yang menyerupai estrogen
terhadap rahim. Keuntungan yang diperoleh dari tamoksifen lebih besar daripada
resiko terjadinya kanker lain, tetapi setiap wanita memberikan reaksi yang
berlainan.

8)

Ras Kanker rahim lebih sering ditemukan pada wanita kulit putih.

9)

Kanker kolorektal.

10) Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun.


11) Menopause setelah usia 52 tahun.
12) Tidak memiliki anak.
13) Kemandulan.
14) Penyakit ovarium polikista.
15) Polip endometrium.

b.

Gejala
Gejala kanker rahim tidak spesifik. Studi terbaru menunjukkan bahwa penderita
kanker rahim biasanya mengalami gejala berikut ini secara menetap:

1)

tekanan abdomen (merasa penuh, bengkak atau kembung).

2)

Perasaan ingin buang air kecil terus menerus.

Gejala lainnya meliputi:


1)

Gangguan pencernaan yang menetap (gas atau mual).

2)

Perubahan kebiasaan BAB tanpa alasan jelas, seperti sembelit.

3)

Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa kenyang.

4)

Lemas, letih dan lesu yang berkelanjutan.

5)

Sakit pada daerah sekitar pinggang/panggul.

6)

Perubahan dalam siklus menstruasi.

7)

Perdarahan rahim yang abnormal.

8)

Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami


menstruasi).

9)

Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause

10)

Perdarahan yang sangat lama berat dan sering (pada wanita yang berusia
diatas 40 tahun).

11) Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul.


12) Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause).
13) Nyeri atau kesulitan dalam berkemih.
14) Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

Dengan mengetahui gejalanya diharapkan bidan dapat meduga degredasi


ganas padakanker rahim dengan bertindak :
1)

Melakukan pemeriksaan pap smear.

2)

Melakukan pemeriksaan dalam.

a)

Rahim agak membesar, lunak.

b)

Setelah pemeriksaan dalam kemungkinan terjadi perdarahan.

c)

Pada pemeriksaan speculum; Perdarahan dari mulut rahim; Jaringan keluar dari
mulut rahim.

3)

Jaringan yang keluar dari mulit rahim diambil dan dikirim ke dokter ahli
patologianatomid.

4)

Bidan segera merujuk penderita untuk menegakkan diagnose pasti ke


puskesmas, dokter ahli kandungan atau ke RS.

c.

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:

1)

Pemeriksaan panggul

2)

Pap smear

3)

USG transvagin

4)

Biopsi endometrium.

Untuk membantu menentukan stadium atau penyebaran kanker, dilakukan


pemeriksaan berikut:
1)

Pemeriksaan darah lengkap

2)

Pemeriksaan air kemih

3)

Rontgen dada

4)

CT scan tulang dan hati

5)

Sigmoidoskopi

6)

Limfangiografi

7)

Kolonoskopi

8)

Sistoskopi.

Bidan mempunyai tugas menegakkan diagnosis dini kanker rahim dengan :


1)

Melakukan KIE dan Motivasi tentang gejala klinik stadium awal.

a)

Beser putih atau bercampur darah

b)

Perdarahan mendadak/sedikit setelah menopause

c)

Terjadi sesak di bagian bawah abdomen

2)

Melakukan pemeriksaan sederhana

a)

Pengambilan pap smear

b)

Pemeriksaan dalam untuk menilai rahim

3)

Merujuk penderita untuk menegakkan diagnosa pasti

a)

Staging (Menentukan stadium kanker)

b)

Stadium I : kanker hanya tumbuh di badan Rahim

c)

Stadium II : kanker telah menyebar ke leher rahim (serviks)

d)

Stadium III : kanker telah menyebar ke luar rahim, tetapi masih di dalam
rongga panggul dan belum menyerang kandung kemih maupun rektum. Kelenjar
getah bening panggul mungkin mengandung sel-sel kanker.

e)

Stadium IV : kanker telah menyebar ke dalam kandung kemih atau rektum atau
kanker telah menyebar ke luar rongga panggul.

d.

Pengobatan
Pemilihan pengobatan tergantung kepada ukuran tumor, stadium, pengaruh
hormon terhadap pertumbuhan tumor dan kecepatan pertumbuhan tumor serta
usia dan keadaan umum penderita.

e.
1)

Metode pengobatan
Pembedahan.

Kebanyakan

penderita

akan

menjalani

histerektomi

(pengangkatan rahim). Kedua tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingoooforektomi bilateral) karena sel-sel tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel

kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin tertinggal kemungkinan akan


terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh ovarium.
2)

Terapi penyinaran (radiasi). Digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh


sel-sel kanker. Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang selsel kanker di daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi
penyinaran dan pembedahan. Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan
(untuk memperkecil ukuran tumor) atau setelah pembedahan (untuk membunuh
sel-sel kanker yang tersisa)

3)

Kemoterapi. Pada terapi hormonal digunakan zat yang mampu mencegah


sampainya hormon ke selkanker dan mencegah pemakaian hormon oleh sel
kanker. Hormon bisa menempel pada reseptor hormon dan menyebabkan
perubahan di dalam jaringan rahim. Sebelum dilakukan terapi hormon, penderita
menjalani

tes

kemungkinan
hormonal.

reseptor
besar

Terapi

mempengaruhi

hormon.

penderita
hormonal

sel-sel

Jika

akan

jaringan

memberikan

merupakan

diseluruh

tubuh.

terapi
Pada

memiliki

reseptor,

maka

respon

terhadap

terapi

sistemik

terapi

karena

hormonal

bisa

biasanya

digunakan pil progesteron. Terapi hormonal dilakukan pada:


a)

Penderita kanker rahim yang tidak mungkin menjalani pembedahan ataupun


terapi penyinaran.

b)

Penderita yang kankernya telah menyebar ke paru-paru atau organ tubuh


lainnya.

c)

Penderita yang kanker rahimnya kembali kambuh.


Jika kanker telah menyebar atau tidak memberikan respon terhadap terapi
hormonal, maka diberikan obat kemoterapi lain, yaitu siklofosfamid, doksorubisin
dan sisplastin.

f.
1)

Efek samping pengobatan kanker


Setelah menjalani histerektomi, penderita biasanya mengalami nyeri dan
merasa sangat lelah. Kebanyakan penderita akan kembali menjalani aktivitasnya
yang normal dalam waktu 4-8 minggu setelah pembedahan. Beberapa penderita
mengalami mualdan muntah serta gangguan berkemih dan buang air besar.

2)

Wanita yang telah menjalani histerektomi tidak akan mengalami menstruasi


dan tidak dapat hamil lagi. Jika ovarium juga diangkat, maka penderita juga
mengalami menopause. Hot flashes dan gejala menopause lainnya akibat
histerektomi biasanya lebih berat dibandingkan dengan gejala yang timbul
karena menopause alami.

3)

Pada beberapa penderita, histerektomi bisa mempengaruhi hubungan seksual.


Penderita

merasakan

kehilangan

sehingga

mengalami

kesulitan

dalam

melakukanh ubungan seksual.


g.

Pencegahan

1)

Setiap wanita sebaiknya menjalani pemeriksaan panggul dan Pap smear secara
rutin, untuk menemukan tanda-tanda pertumbuhan yang abnormal.

2)

Wanita yang memiliki faktor resiko kanker rahim sebaiknya lebih sering
menjalani pemeriksaan panggul, Pap smear dan tes penyaringan (termasuk
biopsiendometrium).

5.

Tumor Ganas Ovarium


Pertumbuhan tumor prime diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang
menyebabkan berbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebal, makan
sedikit terasa cepat menjadi kenyang, sering kembung, nafsu makan menurun.
Kecenderungan untuk melakukan implantasi dirongga perut merupakan ciri khas
suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan ascites.

Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis


yang beranekaragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal,
entodermal, dan mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun biologis yang
beraneka ragam. Oleh sebab itu histiogenesis maupun klasifikasinya masih
sering menjadi perdebatan.
Kira-kira 60% terdapat pada usia peri-menopausal, 30% dalam masa
reproduksi dan 10% pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak

(benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak pasti ganas (borderline malignanc
atau carcinoma of low-malignant potential) dan yang jelas ganas (true
malignant).
a.

Tumor-Tumor Epitelial Ovarium


Ada

jenis

serosa

dan

musinosa.

Kedua-duanya

mempunyai

kecenderungan untuk tumbuh bilateral dan berimplantasi di rongga peritoneum.


Perubahan ke arah ganas terjadi pada yang berjenis serosa. Kistadenokarsinoma
papiliferum pseudo-musinosa merupakan satu variasi dari tumor dengan
kemungkinan penyebaran lokal yang tinggi.
b.

Tumor-Tumor Stroma Sex-Cord


Diduga

berasal

dari

mesenkhim

gonad,

yang

potensial

mampu

mendiferensiasi ke dalam struktur gonad laki-laki dan wanita hingga tumor dapat
mengakibatkan munculnya tanda-tanda maskulinisasi atau feminisasi pada
penderitanya.
Andro

Blastoma

atau

tumor

yang

berasal

dari

mesenkhim

akan

mendiferensiasi ke dalam struktur gonadal laki-laki : 1) Arrhenoblastoma,


mikroskopik terlihat gambaran tubuler dan berhubungan denagan gejala/ tanda
defeminisasi atau maskulinisasi, 2) Tumor Sertoli cell, adalah bentuk feminisasi
dari Androblastoma. Sel-sel sertoli merupakan sumber dari estrogen pada
gonadlelaki, 3) Tumor Sel Granulosa, 4) Tumor Sel Theca.
c.

Tumor-Tumor Sel Germinal (Germcell tumours)


Tumor ini berasal dari sel germinal dan derivatnya.

1)

Disgerminoma
Biasanya terdapat pada wanita muda dan sangat radioaktif. Tumor dengan
permukaan rata, konsistensi kenyal, kecuali di bagian-bagian yang mengalami
degenerasi, berwarna sawo matang sampai keabu-abuan. Pada pemeriksaan
mikroskopik terlihat gambaran sarang-sarang sel telur yang besar, bundar,
ovoid,

atau

poligonal,

terpisah

oleh

septa

jaringan

ikat.

88,6%

dapat

disembuhkan hanya dengan USO (Unilateral Salpingo Oerectomy), kalau perlu


pasca bedah dapat dipertimbangkan radioterapi pada Tumor bed karena tumor
ini sangat radiosensitif dan radiocurable.

2)

Teratoma
Diduga berkembang dari jaringan embrional yang pluripoten dan mampu
membentuk elemen-elemen dari ketiga lapisan embrional. Teratoma ovarium
bisa ditemukan dalam bentuk kistik maupun solid. Teratoma maligna yang ganas
berbentuk solid, terdiri atas campuran jaringan sel telur yang matang (matur)
dan yang tidak matang (immatur). Teratoma ganas biasanya ditemukan pada
anak-anak dan pada penderita dalam masa pubertas. Tumor ini tumbuh cepat
dan mempunyai prognosis yang buruk. Pada pemeriksaan klinik ditemukan
tumor di samping uterus, kadang kala disertai perdarahan dari uterus dan
ascites. Terapinya pembedahan dengan khemoterapi sebelum atau sesudahnya.

3)

Tumor sinus endodermal


Berasal dari jolk sac atau saccus vitellinus, umumnya ditemukan pada gadis atau
wanita muda (20 tahun) dan sangat ganas. Pada pemeriksaan mikroskopik
didapatkan retikulum dengan ruangan berbentuk kistik (sinus endodermal) di
tengahnya. Sinus tersebut terdiri atas pembuluh darah ditengahnya oleh sel-sel
kuboid.

4)

Khoriokarsinoma
Tumor primer berasal dari ovarium jarang ditemukan mempunyai ciri-ciri
seperti khoriokarsinoma sesudah kehamilan (NTGG = Neoplasia Trofoblast Ganas
Gestasional

).

Pada

pemeriksaan

mikroskopik

ditemukan

sinsio

dan

sitotrofoblas tanpa villikhoroalis.


5)

Gonado Blastoma
Tumor yang diperkenalkan oleh Scully pada tahun 1953 dijumpai dalam
ovarium atau testis yang disgenetik, terdiri dari sel-sel telur dan sel-sel yang
menyerupai

sel-sel

Sertoli-Leydig

atau

sel-sel

granulosa.

Kebanyakan

penderitanya wanita dan sering menunjukkan kario-tipe yang abnormal dengan


mengandung khromosom Y. Gonadoblastoma mempunyai potensi untuk
menjadi ganas.

d.

Tumor-Tumor yang berasal dari Stroma Ovariuma.

1)
a)

Sarkoma OvariumTumor ganas ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


Sarkoma teratoid: sering terdiri dari elemen-elemen tanpa diferensi, akan
tetapi unsur-unsur teratoid masih dapat dikenal. Tumor tumbuh cepat dengan
prognosis jelek.

b)

Stromal Sarkoma : berasal dari jaringan mesenkhim dan dapat ditemukan


dalam 2 jenis : 1) Stroma-cell sarcoma dan 2) Leiomiosarkoma. Prognosis
umumnya baik, apabila tumor belum meluas pada waktu operasi dilakukan.

c)

Sarkoma paramesonefrik : merupakan mixed mesodermal tumor, terdiri atas


sel-sel epitel yang tersusun tidak rata dan stroma yang berproliferasi cepat.
Tumor biasanya ditemukan pada wanita usia lanjut, tumbuh cepat dan dapat
menimbulkan rasa nyeri di perut bagian bawah. Penyebaran sel-sel tumor juga
cepat secara hematogen.

2)

Karsinoma Ovarium Metastatik Karsinoma ini biasanya bilateral dan solid.


Tumor primernya berasal dari korpusuterus, usus-usus, mamma atau kelejar
tiroid. Termasuk dalam golongan ini adalah Tumor Krukenberg yang mempunyai
gambaran mikroskopik khas, berupa sel-sel yang menyerupai cincin signet di
tengah-tengah stroma. Sebagian besar dari Tumor Krukenberg adalah metastatis
dari karsinoma ventrikuli (gaster).

a)

Penyebaran
Tumor ganas ovarium menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta,
mediastinal, dan supraklavikular, untuk seterusnya menyebar ke alat-alat yang
jauh, terutama paru-paru, hati dan otak.

b)

Penetapan tingkat klinis keganasan


UICC

Kriteria

FIGO

T1

Terbatas pada ovarium

Tia

Satu ovarium, tanpa ascites

Ia

Tib

Kedua ovarium, tanpa ascites

Ib

Tic

Satu/dua ovarium, ada ascites

Ic

T2

Dengan perluasan ke panggul

II

Uterus dan/atau tuba, tanpa ascites

IIa

T2a

T2b

Jaringan panggul lainnya, tanpa ascites

IIb

T2c

Jaringan panggul lainnya, dengan ascites

IIc

Perluasan
T3

ke

panggul,

usus

halus/omentum

atau

dalam

penyebaran

III

intraperitoneal/kelenjar retraperitoneal
M1
c)

Penyebaran ke alat-alat jauh

IV

Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas 3 gejala/ tanda yang biasanya muncul dalam
perjalanan penyakitnya yang sudah agak lanjut :

(a)

Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan infiltrasi ke


jaringan sekitar,

(b)

Gejala diseminasi/penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal dan


bermanifestasi adanya ascites,

(c)

Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminisasi, maskulinisasi atau


hiperestrogenisme, intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan tipe histologik
tumor dan usia penderita.

Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan mendapatkan tumor


ataumasa, di dalam panggul dengan bermacam-macam konsistensi mulai dari
yang kistik sampai yang solid (padat). Pemakaian USG (Ultra Sono Graphy) dan
CT scan (Computerised axial Tomography scanning) dapat memberi informasi
yang berharga mengenai ukuran tumor dan perluasannya sebelum pembedahan.
Laparotomi eksploratif disertai biopsi potong beku (Frozen section) masih tetap
merupakan prosedur diagnostik

paling berguna untuk mendapat gambaran

sebenarnya mengenai tumor dan perluasannya seta menentukan strategi


penanganan selanjutnya.
d)

Terapi Tumor Ganas Ovarium


Pada tingkatan awal, prosedur adalah TAH + BSO + OM + APP (optional).
Luas prosedur pembedahan ditentukan oleh insidensi dari seringnya penyebaran
ke sebelah yang lain (bilateral) dan kecenderungan untuk menginvasi badan
rahim

(korpus

uteri).

Tindakan

konservatif

(hanya

mengangkat

tumor

ovariumnya saja : Oophorektomi atau oophoro kistektomi) masih dapat


dibenarkan jika tingkat klinik penyakit T1a, wanita masih muda, belum
mempunyai anak, derajat keganasan tumor rendah seperti disgerminoma, tumor
sel granulosa, dan arr henoblastoma atau low potential malignancy = bordeline
malignancy.
e)

Radioterapi
Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik T1
dan T2 (FIGO: Tingkat I dan II), yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh
rongga perut. Pada tingkat klinik T3 dan T4 (FIGO: tingkay III dan IV) dilakukan
debulking dilanjutkan dengan khemoterapi. Radiasi untuk membunuh sel-sel
tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar
(radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.

f)

Khemoterapi
Sekarang telah mendapat tempat yang diakui dalam penanganan tumor
ganasovarium. Sejumlah obat sitostatika telah digunakan, termasuk agens
alkylating

(seperti

cyclophospamide,

chlorambucil),

antimetabolit

(seperti

Adriamisin) dan agens lain (seperti Cis-Platinum). Penanganan paliatif tumor


ganas ovarium sering menggunakan preparat hormon progestativa.
g)

Komplikasi
Obstruksi usus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasus
tingkatan lanjut yang dikelola dengan melakukan reseksi usus sekali atau
beberapa kali untuk membuat by pass bila kondisi penderita mengizinkan.

h)

Second-look laparotomi
Untuk memastikan keberhasilan penanganan dengan radioterapi atau
khemoterapi, lazim dilakukan laparotomi kedua, bahkan kadang sampai ketiga
(third-look laparotomi). Hal ini memungkinkan kita membuat penilaian akurat
proses penyakit, hingga dapat menetapkan strategi pengobatan selanjutnya.
Bisa dihentikan atau perlu dilanjutkan dengan alternatif pengobatan lain.

3)

Neoplasma Ovarium yang jarang Teratoma ovarium (termasuk Tumor sinus


Endodermal). Menarik perhatian karena pekanya terhadap khemoterapi dan
hubungannya dengan petanda tumor (tumor marker) AFP (Alfa Feto-protein).
Petanda tumor ini sangat berguna untuk diagnosis maupun pemantauan
(monitoring) dan penanganan/pengobatan. Tumor yang mensekresi endokrin
adalah penting karena mereka dapat menampak kandiri dengan kelainankelainan endokrin, dan pengobatannya mungkin akan sangat efektif dengan
mengendalikan

gejala-gejalanya.

Pengamatan

lanjut,

Untuk

tumor

ganas

ovarium skema/bagan pengamatan lanjut (follow up control) adalah sebagai


berikut :
a)

Sampai 1 tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan,

b)

Kemudian sampai 3 tahun setelah penanganan, setiap 4 bulan,

c)

Kemudian sampai 5 tahun setlah penanganan, setipa 6 bulan,

d)

Seterusnya setiap setahun sekali.


Konsep tatalaksana kanker ovariumPredisposisi :

a)

Kista pada anak/remaja

b)

Kista usia lanjut

c)

Kista di atas 45 tahun

d)

Ovarium masih teraba pada menopause, Keluhan utama :

(a)

Tanpa keluhan

(b)

Kista cepat besar

(c)

Stadium lanjut :

(1)

Kahesia

(2)

Tumor pada abdomen

(3)

Asites

(4)

Metastase-kaki edema
Pemeriksaan kanker ovarium :

a)

Inspeksi :

(a)

Terlihat tumor pada abdomen

(b)

Pembuluh darah prominen

(c)

Badan atas kurus,edema tungkai

b)

Pemeriksaan palpasi :

(a)

Teraba tumor

(b)

Nerbenjol-benjol

(c)

Gerak terbatas

(d)

Terdapat asites

(e)

Konsitensi: padat kenyal- Pemeriksaan dalam: Terasa teraba tumor abdomen.


Padat kenyal gerak terbatas. Ovarium masih teraba setelah menopause.

Klasifikasi Tumor Ovrium Epitelial menurut WHO yang dimodifikasi oleh


penulis:
1)

Tumor Epitelial yang umum :

b)

Serosa,

c)

Musinosa,

d)

Endometroid,

e)

Clearcell (mesonephroid):

(a)

Benigna,

(b)

Borderline malignancy,

(c)

Karsinoma,

f)

Brenner,

g)

Epitelialcampuran,

h)

Karsinoma tak terdiferensiasi,

i)

Tumor tidak terklasifikasi.

2)

Sex-cord stromal tumours :

a)

Tumor Granulosa-theca cell :

(a)

Benigna,

(b)

Maligna,

b)

Androblastoma (sertoli-leydig),

c)

Gynandroblastoma,

d)

Tumor Tidak terklasifikasi

3)

Tumor-tumor lipid cell.

4)

Tumor-tumor Germ-cell :

a)

Disgerminoma,

b)

Tumor Sinus Endodermal,

c)

KarsinomaEmbrional,

d)

Poli-Embrioma,

e)

Khoriokarsinoma,

f)

Teratoma :

(a)

Immatur,

(b)

Matur (solid atau kistik),

(c)

monodermal (stroma ovarii dan/ atau karsinoid, atau lainnya).

DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari Buku-Buku


Dixon M., dkk, (2005), Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian Rakyat, Jakarta.
Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Manuaba, (1998), Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.
Mansjoer, dkk, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono., (2007), Ilmu Kandungan, edisi 2, Yayasan Bina Pustaka,
Jakarta.
Ramli, Ahmad, (2003), Kamus Kedokteran, Djambatan, Jakarta.
Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta.

Tapan, (2005), Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Wiknjosastro, hanifa., (2006), Ilmu Kandungan, Yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo, Jakarta.

Sumber dari Internet


http://agusapotoxin.blogspot.com/2012/07/kanker-payudara-ca-mamae.html (Di akses
pada tanggal 22 Desember 2012 Jam 23.20).
http://astaqauliyah.com/2010/05/referat-kedokteran-epidemiologi-etiologi-danpatofisiologi- penyakit-kista-ovarium/ (Di akses pada tanggal 22 Desember 2012
Jam 23.20).
http://bidanmai.blogspot.com/2011/08/tumor-jinak-dan-ganas-pada-vulva.html

(Di

akses pada tanggal 22 Desember 2012 Jam 23.20).


http://bukusakudokter.wordpress.com/2012/11/04/ca-mamae-kanker-payudara/

(Di

akses pada tanggal 22 Desember 2012 Jam 23.20).


http://d3kebidanan.blogspot.com/2009/11/tumor-adalah-1_21.html

(Di

akses

pada

tanggal 22 Desember 2012 Jam 23.20).


http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2011/06/kanker-payudaraca-mammae.html

(Di

akses pada tanggal 22 Desember 2012 Jam 23.20).


http://ppni-klaten.com/index.php?option=com_content&view=article&id=67:camamae-&catid=38:ppni-ak-category&Itemid=66 (Di akses pada tanggal 22
Desember 2012 Jam 23.20).
http://rahmat-dharmawan.com/kanker-indung-telur-atau-ovarium/

(Di

akses

pada

tanggal 22 Desember 2012 Jam 23.20).


http://ridhoinhealthy.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-pada-penderitaca.html (Di akses pada tanggal 22 Desember 2012 Jam 23.20).
http://sichesse.blogspot.com/2012/09/makalah-tumor-jinak-dan-ganas-pada-vulva.html
(Di akses pada tanggal 22 Desember 2012 Jam 23.20).

http://tumor ganas.com/1101/kanker-ovarium/ (Di akses pada tanggal 22 Desember


2012 Jam 23.20).
http://www.lenterabiru.com/2008/12/kanker-payudara.htm (Di akses pada tanggal 22
Desember 2012 Jam 23.20).
www.medicastore.com (Di akses pada tanggal 22 Desember 2012 Jam 23.20).

Benjolan pada payudara


Perubahan bentuk payudara
Perubahan warna payudara
Puting tertarik ke dalam
Keluar darah atau cairan dari puting padahal tidak sedang menyusui
Nyeri pada payudara
Riwayat tumor pada keluarga.

Anda mungkin juga menyukai