SKENARIO 1
Saat arisan, ibu Putri bercerita ke ibu lainnya tentang anak ke-2nya. “bu,
anak saya yang ke-22 (Ani) sepertinya lain dengan kakaknya, dia sangat cuek”.
Ani sekarang berumur 2 tahun tapi baru bias mengucapkan kata “mama” dan
“maem” sejak kecil ani jarang rewel, tidak pernah menangis jika di tinggal pergi
tapi sepertinya juga tidak merasa senang jika ibunya dating. Ani sudah bias
berjalan walauoun sering jinjit.
1
BAB II
PEMBAHASAN
SEVEN JUMPS
I. KLARIFIKASI ISTILAH
a. Menangis
kondisi kemurungan hari yang lahir atau tumpah dari kedudukian di
wajah disertai dengan deraian air mata di pipi (tafsir Al-Qur’an)
b. Jinjit
Cara berjalan yang abnormal denganberjalanmenggunakanjari-jari kaki
tanpa ada kontak antara tumit dengan tempa tberjalan. (Toe Walking
Journal; 2014.Ryan Krochak, MD Resident Physician, Department of
Orthopedic Surgery, Maimonides Medical Center)
berdiri/ berjalan dengan ujung jari kaki saja yang berjejak ( KBBI, 2010)
2
II. IDENTIFIKASI MASALAH
3
III. ANALISIS MASALAH
4
sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota
keluarga yang lain akan mempengaruhi anak
dalam mencapai perkembangan yang
optimal. Seorang anak yang keberadaanya
tidak dikehendaki oleh orang tua atau selalu
merasa tertekan akan mengalami hambatan
pertumbuhan dan perkembangan.
c. Sosial ekonomi: kemiskinan selalu berkaitan
dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek serta kurang
pengeahuan. (Tanuwijaya, 2003)
a. Pertumbuhan
Penyimpangan pola pertumbuhan dapat bersifat nonspesifik
dan dapat dijadikan indikator penting adanya kelainan kronik
dan serius. Pertumbuhan harus diukur dan dibandingkan
degnan menggunakan kurva pertumbuhan.
Rules of Thumb untuk Pertumbuhan
Berat Badan
- Penurunan BB pada beberapa hari pertama
kehidupan. 5-10% berat lahir.
- Kemabali ke berat badan lahir pada usia 7-10 hari.
2x BB lahir pada usia 4-5 bulan
3x BB lahir pada usia 1 tahun
4x BB lahir pada usia 2 tahun
- Berat rerata
Lahir 3,5 kg
1 tahun 10 kg
5 tahun 20 kg
10 tahun 30 kg
- Penambahan BB tiap hari
20-3- gr 3-4 bulan pertama
5
15-20 gr sisa tahun pertama
- Rerata penambahan BB tiap tahun adalah 2,3 kg.
Tinggi Badan
- Rerata panjang lahir 50 cm, 1 tahun 75 cm
- 3 tahun 3 kali
- 4 tahun 100 m (2x panjang lahir)
Lingkar Kepala
- Rerata saat lahir 35 cm
- Lingkar Kepala meningkat 1 cm tiap bulan biasanya
terjadi hanya pada 1 tahun pertama, 2 cm tiap bulan
selama 3 bulan pertama.
Untuk pemantauan pertumbuhan anak Indonesia menggunakan
WHO grafik chart 2005 untuk anak sampai usia 5 tahun.
Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan parameter untuk
menilai adipositas tubuh dan direkomendasikan untuk
digunakan sebagai alat skrining obesitas pada anak dan remaja.
b. Perkembangan
Perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi
secara bertahap dari singkat yang paling rendah ke tingkat yang
tinggi dan kompleks melalui proses maturisasi dan
pembelajaran.
a) Periode Neonatus
Refleks primitif neonatal sangat khas. Setiap asimetri
peningkatan atau penurunan tonus yang dipicu gerakan
pasif menunjukkan adanya abnormalitas SSP &
memerlukan evaluasi lebih lanjut. Reflek yang pentig
dimulai pada periode neonatus adalah:
a. 1 Refleks Moro
Yang dibangkitkan dengan menimbulkan sensasi
jatuh. Respon bayi adalah abduksi dan tangan
terbuka ke atas diikuti oleh gerakan adduksi dan
refleksi.
6
a.2 Refleks rooting
Dibangkitkan dengan menyentuh sudut mulut bayi.
Respon yang diharapkan adalah turunnya bibir pada
sisi yang sama dengan pergerakan lidah ke arah
stimulus.
a. 3 Refleks hisap
Terjadi jika benda diletkkan ke dalam mulut bayi.
Responnya adalah dengan menghisap kuat.
a. 4 Refleks genggam
Timbul jika satu objek diletakkan pada telapak
tanga bayi. Atau telapak kaki. Bayi merespon
dengan fleksi jemari.
b) Bayi akhir
Pada perkembangan motorik kasar, bayi awalnya
mampu mengontrol postur tubuhnya, kemudian otot
proksimal dan paling terakhir adalah otot distal. Bayi
juga dapat mengalami deformitas akibat posisi
intrauterin. PF yang cermat dapat menilai apakah
deformitasnya menetap atau dapat digunakan secara
pasif ke posisi yang benar.
c) Usia Sekolah / awal remaja
Anak usia sekolah yang lebih besar mulai berpartisipasi
dalam olahraga kompetitif seharusnya dilakukan
anamnesis dan PF lengkap. Termasuk evaluasi sistem
kardiovaskuler.
d) Remaja
Memerlukan penilaian kesehatan secara komprehensif
untuk memastikan bahwa remaja dapat melewati masa
pubertasnya yang lancar. Maturitas seksual merupakan
masalah penting lainnya selama remaja. Semua remaja
harus dinilai derajat maturitas seksualnya. Pemantauan
kemajuan derajat maturitas seksual merupakan
7
komponen penting evaluasi proses pubertas yang tengah
berlangsung.
8
Anak sampai usia 2 dilakukan dengan berbaring, sedangkan di
atas 2 tahun dilakukan dengan berdiri. Hasil pengukuran dicatat
pada KMS
3) Pengukuran lingkar kepala anak
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan otak anak.
Pertumbuhan dan perkembangan tengkorak mengikuti otak.
b. Perkembangan
Dengan menggunakan DDST II (Denver Development Screening
Test). Digunakan untuk umur 0-6 tahun. Digunakan dengan
membandingkan kemampuannya dengan anak seumurannya. Berisi
125 item terdiri dari 4 sektor, yaitu personal sosial, motorik halus-
adaptif, bahasa, motorik kasar. (Narendra, 2002)
5. Mengapa ani berjalan jinjit , cuek , tidak rewel , tidak menangis jika
ditinggal , susah berbicara ?
9
melakukanhubungan interaksi sosial dengan baik. Ani juga tidak pernah
rewel karena dicurigai bahwa ada tanda-tanda penyakit Autisme. Biasanya
pada anak autisme, terdapat keabnormalan di daerah lobus temporal (Area
Wernicke) yang menyebabkan penderitanya tidak mengerti apa yang
diucapkan orang lain, sehingga ia tidak bisa menoleh jika dipanggil
akibatnya terkesan cuek dan tidak pernah rewel.
a. Gangguan artikulasi
Adalah kesulitan memproduksi suara dalam suku kata atau
mengucapkan kata dengan tidak tepat sehingga orang lian tidak
dapat mengerti apa yang diucapkannya.
b. Gangguan Kefasihan
Meliputi masalah-masalah seperti gagap, suatu kondisi dimana
aliran bicara terganggu oleh penghentian yang abnormal.
Repetisi (pengulangan, ga ga ga gagap), atau pengulangan
suara dan suku kata (gggggggaaagap).
c. Kelainan resonansi
Kelainan suara atau resonansi meliputi masalah dengan nada,
volume, atau kualitas suara anak yang mengganggu pendengar
untuk mendengarkan apa yang diucapkan.
Gangguan bahasa dapat bersifat reseptif maupun ekspresif.
Kelainan ekspresif meliputi kesulitan menempatkan kata-kata,
perbedaharaan kata, atau ketidakmampuan untuk menggunakan
bahasa yang sesuai.
10
Untuk terapi wicara bahasa diperlukan spesialisasi wicara
bahasa yang bekerja dengan anak, baik dalam bentuk privat
satu anak satu terapis. Intervensi bahasa dilakukan berinteraksi
dengan anak dengan cara bermain dan berbicara pada anak.
Terapis dapat menggunakan gambar, buku, obyek atau kejadian
yang berlangsung untuk menstimulasi perkembangan bahasa.
Terapis juga dapat memberi contoh pengucapan dan latihan
pengulangan kata untuk membangun kemampuan bicara dan
bahasa. Untuk memperbaiki artikulasi terpis perlu mengoreksi
suara dan suku kta yang diucapkan oleh anak, seringkali
dilakukan sambil bermain. (Nelson, 2011)
11
h. Aphasia
Afasia broca : ketidakmampuan merencanakan rentetan motoris dalam
berbicara. Misalnya bicara terpatah-patah, sulit mengeluarkan kata-
kata.
Afasia wernicke : kacau menerima pesan. Tidak sulit bicara namun
memakai bahasa yang tidak koheren (D. Caplan)
12
IV. Kerangka Konsep
Ani 2 tahun
Gangguan Sistem
Hemisphere Sinistra
Kelainan sensorik, motorik
Limbik - Area Wernicke hemisphere
& tonus
sinistra lobus temporalis
- Area Broca hemisphere sinistra
lobus frontalis
- Korteks Motorik
Menangis & rewel Kemampuan bicara kurang & cuek Jalan jinjit
( gangguan sosial & emosional) (gangguan bahasa) (gangguan motorik kasar)
Diagnosis Banding
Pemeriksaan M-CHAT
dan DSM IV
Autisme
13
V. LEARNING OBJECTIVES
14
VII. BERBAGI INFORMASI
1. Bagaimana kurva pada KMS ?
KMS atau Kartu Menuju Sehat untuk balita adalah kartu
yang memuat kurva pertumbuhan anak yang normal berdasarkan
indeks antropometri berat badan, berdasarkan umur dan jenis
kelamin. (Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 155/ Menkes/Per
I/2010)
Tentang KMS bagi balita pasal I, pertumbuhan adalah
sesuatu yang dapat diukur bersifat irreversibel atau tidak dapat
kembali ke bentuk semula. Maka dalam pertumbuhan seorang
balita dapat dipantau melalui berat badan seorang balita yang
diperiksa secara periodik dengan KMS sebagai panduan untuk
menentukan apakah seorang balita mengalami kelebihan atau
kekurangan gizi.
Fungsi KMS adalah:
a. Alat pemantau pertumbuhan anak
Apabila grafik berat badan anak mengikuti grafik
pertumbuhan anak mengikuti grafik pertumbuhan pada
anak kemungkinannya kecil, dan apabila sebaliknya
apabila tidak sesuai dengan kurva normal maka sebagia
indikator seorang anak mengalami gangguan
pertumbuhan atau tidak.
b. Catatan pelayanan kesehatan anak
Sebagai kontrol dalam riwayat pelayanan kesehatan
(berat badan/BB), pemberian kapsul vitamin A, ASI 0-6
bulan, dan imunisasi.
c. Alat edukasi
Dalam KMS terdapat pesan dasar perawatan anak
dalam pemberian makanan anak, bahkan tata laksana
diare.
d. Bagi orangtua balita dapat mengetahui status
pertumbuhan anaknya
15
Sehingga apabila terdapat gangguan pada
pertumbuhan anak dapat lebih dini dan intensif.
e. Bagi kader
Adalah untuk mencatat berat badan, pemberian
kapsul vitamin A, hasil penimbangan apabila berat
badan anak tidak ada peningkatan atau mengalami
penurunan maka perlu dipantau dan dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
f. Bagi petugas kesehatan
KMS sebagai riwayat pada penentuan jenis pelayanan
kesehatan anak.
Dalam pengisian KMS perlu diperhatikan hal sebagai
berikut:
a. Kartu KMS yang berwarna biru diperuntukkan bagi
balita laki-laki, sedangkan KMS yaag berwarna merah
muda diperuntukkan untuk balita perempuan.
b. Mengisi identitas anak dan orangtua pada halaman muka
KMS secara lengkap dan jelas.
c. Mengisi bulan lahir dan bulan penimbangan anak.
d. Meletakkan titik berat badananak yang disesuaikan
dengan umur pada saat melakukan penimbangan dan
membuat garis pertumbuhan anak.
e. Mencatat kejadian ayng dialami anak seperti anak
mengalami penurunan nafsu makan, demam, dan lain-lain.
f. Menentukan status pertumbuhan anak dengan
a) Naik (N)
Grafik mengikuti garis pertumbuhan atau
kenaikan berat badan yang sama dengan KBM atau
kenaikan berat badan minimalatau lebih. Di atas
grafis kurang dari KBM dengan kenaikan lebih dari
900 gram. Apabila sama dengan garis KBM dengan
kenaikan lebih dari 500 gram.
16
b) Tidak naik (T)
Grafik berat badan mendatar atau menurun
memotong garis pertumbuhan di bawahnya.T
memotong garis pertumbuhan di bawah KBM
dengan berat badan kurang dari 800 gram.T
mendatar dengan garis pertumbuhan di bawahnya
dengan berat badan kurang dari 400 gram.
g. Catatan pemberian imunisasi sesuai dengan jadwal
vaksin yang diperuntukkan sesuai umur balita tersebut.
h. Catatan ASI ekslusif.
Maka apabila ada gangguan pertumbuhan pada bayi
yang tidak sesuai dengan KMS maka dapat segera
dilakukan pemeriksaan lanjut ke posyandu, puskesmas,
rumah sakit.
Kurva pada KMS
a. Berat badan naik (N):
1. Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke
Posyandu
2. Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik
pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara
sederhana
3. Anjurkan kepada ibu untuk mempertahankan kondisi
anak dan berikan nasihat tentang pemberian makan anak
sesuai golongan umurnya.
4. Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya.
b. Berat badan tidak naik 1 kali
1. Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke
Posyandu
2. Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik
pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara
sederhana
17
3. Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan
(batuk, diare, panas, rewel, dll) dan kebiasaan makan anak
4. Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat
badan tidak naik tanpa menyalahkan ibu.
5. Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian
makan anak sesuai golongan umurnya
6. Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya
c. Berat badan tidak naik 2 kali atau berada di Bawah Garis Merah
(BGM)
1. Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke
Posyandu dan anjurkan untuk datang kembali bulan
berikutnya.
2. Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik
pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara
sederhana
3. Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan
(batuk, diare, panas, rewel, dll) dan kebiasaan makan anak
4. Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat
badan tidak naik tanpa menyalahkan ibu.
5. Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian
makan anak sesuai golongan umurnya
6. Rujuk anak ke Puskesmas/Pustu/Poskesdes.
(PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 155/MENKES/PER/I/2010)
18
derajat hipoplastiknya. Otot tungkai juga hipoplastik karena
interaksi tulang tarsal yang abnormal sehingga
menyebabkan hipoplasia tungkai menyeuruh, terutama
melibatkan kaki sehingga menjadi lebih pendek. Biasanya
ditemukan artrofi pada otot betis.
Terapinya ada 2, yaitu
- Operatif : transfer tendon tibialis anterior pada masa awal
kanak-kanak.
- Non-operatif : metode ponseti dengan pembalutan gips
secara serial.
b. Metatarsus Adduktus
Kelainan kaki tersering pada bayi. Ada
kecembungan telapak kaki bagian lateral dan disebabkan
oleh posisi pada kandungan. Kelainan ini leih sering pada
anak pertama karena uterus primigavida yang lebih kecil.
Terapi : akan membaik secara spontan pada 90 %
waktu tanpa terapi. Pada kasus presisten pembalutan
dengan gps serial/bracing serial & pembedahan.
c. Kaki Kalkaneovalgus
Kelainan bentuk kaki yang umum terjadi pada bayi
baru lahir dan sekunder akibat posisi di dalam kandungan.
Kelainan ini ditandai kaki hiperdorsofleksi dan abduksi
depan seta tumit valgus, kelainan ini sebagian besar
unilateral.
Terapi : tidak perlu diterapi, hanya meyakinkan
orangtuanya bahwa si anak akan menjadi normal.
d. Pes Planus Hipermobil (Flatfoot Fleksibel)
Anak dengan flatfoot biasanya asimptomatik dan
tidak megalami keterbatasan aktivitas. Flatfoot pada bagian
balita merupakan akibat dari ligamentous laxity dan
kumpulan lemak pada lengkung longitudinalis medial.
19
(Developmental Flatfoot). Biasanya membaik pada usia 6
bulan.
Terapi : flatfoot tidak dapat didiagnosis sebelum
usia 6 tahun. Sebelumnya dianggap developmental pes
planus. (Nelson, 2011)
2) Kelainan tonus
a) Spastisitas
Disebabkan lesi pada cortex atau tractus
piramidalis. Terjadi peningkatan tonus pada satu arah.
Spastisitas seringkali berhubungan dengan peningkatan
reflex dan klonus.
b) Rigiditas
Disebabkan oleh lesi pada ganglia basal atau tractus
extra pyramidal. Peningkatan tonus terjadi pada semua arah
dan kadang-kadang terasa seperti roda gigi.
c) Ataksia
Bermanifestasi sebagai tremor saat melakukan
tujuan tertentu, terjadi kesulitan berjalan di satugaris,
terdapat pandangan kabur (nystagmus) dan gangguan
bicara. (Meadow, Sir Roy and Simon J. Newell. 2005)
20
Hubungan antar sel saraf terus berlangsung setelah lahir
hubungan sel saraf otak melalui dendrit dan neurit terus bertambah.
Semakin banyak jumlah hubungan tersebut semakin cerdas
otaknya dan sangat ditentukan oleh stimulasi dan makanan.
Selubung mielin terdiri atas lipoprotein dan berfungsi sebagai
isolator dan menguatkan aliran listrik melalui sel syaraf.
Mempengaruhi kecepatan transfer impuls atau arus listrik di otak
sehingga mempengaruhi kecepatan berpikir.
21
5. Dimana tempat Broca ?
Area broca terletak di gyrus frontalis superior pada lobus
frontalis korteks cerebrum. Letak area broca ini berdampingan
dengan area yang disebut area wernicke. Keduanya ditemukan
pada umumnya terletak di hemisphere cerebrum sinistra.
6. Bagaimana penatalaksanaan diagnosis banding ?
Tujuan terapi pada anak dengan gangguan autisme menurut
Kaplan dan Sadock (2010), adalah mengurangi masalah perilaku
serta meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya,
terutama dalam keterampilan bahasa. Tujuan ini dapat tercapai
dengan baik melalui suatu program terapi yang komprehensif dan
bersifat individual, dimana pendidikan khusus dan terapi wicara
merupakan komponen yang paling utama. Adapun program terapi
meliputi: 1) pendekatan edukatif berupa pendidikan khusus dan
latihan terstruktur; 2) Terapi perilaku dengan menggunakan
prosedur modifikasi perilaku yang spesifik; 3) Psikoterapi secara
individual, baik dengan atau tanpa obat; 4) Terapi dengan
obatobatan, khususnya bagi anak autisme dengan gejala-gejala
seperti: tempertantrum, agresif, melukai diri sendiri, hiperaktifitas,
dan stereotip.
Menurut Danuatmaja (2003), penatalaksanaan terapi anak
autisme ada 5 jenis, diantaranya:
1. Terapi medikamentosa
Terapi dengan obat-obatan yang bertujuan
memperbaiki komunikasi, respon terhadap lingkungan, dan
menghilangkan perilaku aneh serta diulang-ulang.
2. Terapi biomedis
Terapi ini bertujuan memperbaiki metabolisme
tubuh melalui diet dan pemberian suplemen. Terapi ini
didasarkan banyaknya gangguan fungsi tubuh, seperti
gangguan pencernaan, alergi, daya tahan tubuh rentan, dan
keracunan logam berat.
22
3. Terapi wicara
Terapi ini umumnya menjadi keharusan bagi anak
autisme karena mereka mengalami gangguan bicara dan
kesulitan berbahasa.
4. Terapi perilaku
Terapi ini bertujuan agar anak autisme dapat
mengurangi perilaku tidak wajar dan menggantinya dengan
perilaku yang diterima oleh masyarakat.
5. Terapi okupasi
Terapi ini diberikan pada anak yang memiliki
gangguan perkembangan motorik kurang baik. Bertujuan
untuk menguatkan, memperbaiki koordinasi, dan
keterampilan motorik halus.
Suatu tim kerja terpadu yang terdiri dari tenaga pendidik,
tenaga medis (psikiater, dokter anak), psikolog, ahli terapi wicara,
pekerja sosial, dan perawat sangat diperlukan agar dapat
mendeteksi dini serta memberi penanganan yang sesuai dan tepat
waktu. Semakin dini terdeteksi danmendapat penanganan yang
tepat, akan dapat tercapai hasil yang optimal.
Penatalaksanaan retardasi mental. Tatalaksana Medis Obat-
obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi mental
adalah terutama untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik.
Metilfenidat (ritalin) dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan
fungsi kognitif. Imipramin, dekstroamfetamin, klorpromazin,
flufenazin, fluoksetin kadang-kadang dipergunakan oleh psikiatri
anak. Untuk menaikkan kemampuanbelajar pada umumnya
diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin, asam
glutamat, gamma aminobutyric acid (GABA). Penempatan di
panti-panti khusus perlu dipertimbangkan atas dasar: kedudukan
sosial keluarga, sikap dan perasaan orangtua terhadap anak, derajat
retardasi mental, pandangan orangtua mengenai prognosis anak,
fasilitas perawatan dalam masyarakat, dan fasilitas untuk
23
membimbing orangtua dan sosialisasi anak. Kerugian penempatan
di panti bagi anak retardasi mental adalah kurangnya stimulasi
mental karena kurangnya kontak dengan orang lain dan kurangnya
variasi lingkungan yang memberikan kebutuhan dasar bagi anak.
Penatalaksanaan cerebral palsy. Perlu ditekankan pada
orang tua penderita CP, bahwa tujuan dari pengobatan bukan
membuat anak menjadi seperti anak normal lainnya. Tetapi
mengembangkan sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut
seoptimal mungkin, sehingga diharapkan anak dapat melakukan
aktifitas sehari–hari tanpa bantuan atau hanya membutuhkan
sedikit bantuan saja. Sehingga dalam menangani anak dengan CP,
harus memahami berbagai aspek dan diperlukan kerjasama
multidisiplin seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah
orthopedi, bedah syaraf, psikologi, rehabilitasi medis, ahli wicara,
pekerja sosial, guru sekolah luar biasa. Disamping itu juga harus
disertakan peranan orangtua dan masyarakat. Secara garis besar,
penatalaksanaan penderita CP adalah sebagai berikut :
1. Aspek Medis
a. Aspek Medis Umum
− Gizi Gizi yang baik perlu bagi setiap
anak, khususnya bagi penderita CP. Karena
sering terdapat kelainan pada gigi, kesulitan
menelan, sukar untuk menyatakan keinginan
untuk makan. Pencatatan rutin
perkembangan berat badan anak perlu
dilaksanakan.
− Hal–hal yang sewajarnya perlu
dilaksanakan seperti imunisasi, perawatan
kesehatan dan lain–lain. Konstipasi sering
terjadi pada penderita CP. Dekubitus terjadi
pada anak–anak yang sering tidak
berpindah–pindah posisi.
24
b. Terapi dengan obat–obatan Dapat diberikan obat
obatan sesuai dengan kebutuhan anak, seperti obat–
obatan untuk relaksasi otot, anti kejang, untuk
athetosis, ataksia, psikotropik dan lain–lain.
c. Terapi melalui pembedahan ortopedi Banyak hal
yang dapat dibantu dengan bedah ortopedi,
misalnya tendon yang memendek akibat
kekakuan/spastisitas otot, rasa sakit yang terlalu
mengganggu dan lain–lain yang dengan fisioterapi
tidak berhasil. Tujuan dari tindakan bedah ini adalah
untuk stabilitas, melemahkan otot yang terlalu kuat
atau untuk transfer dari fungsi.
d. Fisioterapi
− Teknik tradisional Latihan luas gerak
sendi, stretching, latihan penguatan dan
peningkatan daya tahan otot, latihan duduk,
latihan berdiri, latihan pindah, latihan jalan.
Contohnya adalah teknik dari Deaver.
− Motor function training dengan
menggunakan sistem khusus yang umumnya
dikelompokkan sebagai neuromuskular
facilitation exercise. Dimana digunakan
pengetahuan neurofisiologi dan
neuropatologi dari refleks di dalam latihan,
untuk mencapai suatu postur dan gerak yang
dikehendaki. Secara umum konsep latihan
ini berdasarkan prinsip bahwa dengan
beberapa bentuk stimulasi akan
menimbulkan reaksi otot yang dikehendaki,
yang kemudian bila ini dilakukan berulang–
ulang akan berintegrasi ke dalam pola gerak
motorik yang bersangkutan. Contohnya
25
adalah teknik dari : Phelps, Fay-Doman,
Bobath, Brunnstrom, Kabat-Knott-Vos.
e. Terapi Okupasi Terutama untuk latihan
melakukan aktifitas sehari–hari, evaluasi
penggunaan alat–alat bantu, latihan keterampilan
tangan dan aktifitas bimanual. Latihan bimanual ini
dimaksudkan agar menghasilkan pola dominan pada
salah satu sisi hemisfer otak.
f. Ortotik Dengan menggunakan brace dan bidai
(splint), tongkat ketiak, tripod, walker, kursi roda
dan lain–lain. Masih ada pro dan kontra untuk
program bracing ini. Secara umum program bracing
ini bertujuan :
− Untuk stabilitas, terutama bracing untuk
tungkai dan tubuh
− Mencegah kontraktur
− Mencegah kembalinya deformitas setelah
operasi
− Agar tangan lebih berfungsi
g. Terapi Wicara Angka kejadian gangguan bicara
pada penderita ini diperkirakan berkisar antara 30 %
- 70 %. Gangguan bicara disini dapat berupa
disfonia, disritmia, disartria, disfasia dan bentuk
campuran. Terapi wicara dilakukan oleh terapis
wicara.
2. Aspek Non Medis
a. Pendidikan
Mengingat selain kecacatan motorik, juga
sering disertai kecacatan mental, maka pada
umumnya pendidikannya memerlukan pendidikan
khusus (Sekolah Luar Biasa).
b. Pekerjaan
26
Tujuan yang ideal dari suatu rehabilitasi
adalah agar penderita dapat bekerja produktif,
sehingga dapat berpenghasilan untuk membiayai
hidupnya. Mengingat kecacatannya, seringkali
tujuan tersbut silut tercapai. Tetapi meskipun dari
segi ekonomis tidak menguntungkan, pemberian
kesempatan kerja tetap diperlukan, agar
menimbulkan harga diri bagi penderita CP.
c. Problem sosial
Bila terdapat masalah sosial, diperlukan
pekerja sosial untuk membantu menyelesaikannya.
d. Lain–lain
Hal–hal lain seperti rekreasi, olahraga,
kesenian dan aktifitas–aktifitas kemasyarakatan
perlu juga dilaksanakan oleh penderita ini.
27
kualitas dan kuantitasnya. Termasuk faktor genetic antara lain
faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku
bangsa atau bangsa. Potensi genetic yang bermutu hendaknya
dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga
memperoleh hasil akhir yang optimal.
2) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan
tercapai atau tidaknya potensi bawaan.
- Faktor lingkungan pranatal
a) Gizi ibu pada waktu hamil
b) Mekanis (adanya trauma, kurangnya ketuban,
posisi janin)
c) Zat kimia (zat-zat teratogen, kebiasaan ibu saat
hamil)
d) Endokrin
e) Radiasi (pada usia kehamilan <18 bulan dapat
berisiko kelainan)
f) Infeksi
g) Stress ibu selama hamil
h) Imunitas ibu
i) Anoxia embrio, penurunan oksigenasi janin
(dapat menyebabkan berat bayi lahir rendah)
- Faktor lingkungan post-natal
a) Lingkungan biologis
Jenis kelamin, usia, gizi, perawatan
kesehatan, fungsi metabolism, hormone, kepekaan
terhadap penyakit, penyakit kronis.
b) Lingkungan fisik
Cuaca, sanitasi, radiasi
c) Lingkungan psikososial
Stimulasi, motivasi, stress pada anak
(Soetjiningsih, 1995)
28
9. Bagaimana etiologi diagnosis banding ?
a. Retardasi mental
Fungsi intelektual yang subnormal untuk tahap
perkembangan anak, timbul bersamaan dengan defisit dalam
perilaku adaptif (merawat diri sendiri, urusan rumah tangga sehari-
hari, komunikasi dan interaksi sosial). Retardasi mental
dikarenakan cidera SSP yang mencakup penyakit genetika,
pengaruh teratogenik, cidera perinatal, penyakit didapat saat anak,
dan juga faktor lingkungan dan sosial.
b. Cerebral Palsy
Kelainan nonprogresif tetapi sering kali berubah yaitu
sindrom gangguan motorik sekunder akibat anomali atau lesi di
otak yang biasanya timbul sebelum atau sesudah lahir. Sebagian
besar anak PS kecuali bentuk paling ringan didiagnosis pada usia
18 bulan ketika gagal mencapai tahapan motoriknya atau saat
mereka memperlihatkan gangguan seperti fungsi motorik kasar
yang asimetrik, hipertonia atau hipotonia. Biasnya disebabkan
karena prematuritas dan bayi berat badan rendah (menyebabkan
asfiksi perinatal), malformasi kongenital, dan kernikterus.
Meningitis & cidera kepala (kecelakaan dan bukan kecelakaan)
merupakan penyebab tersering PS didapat.
c. ADHD (Attention Devisit Hiperactiviti Disorders)
Kelainan neurobehavioral yang ditandai gejala
inatensi,hiperaktivitas dan impulsivitas. Panduan klinis
menekankanpenggunaan kriteria Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Health Disorders, untuk mendiagnosis ADHD. Anak
menunjukkan ejala dalam setidaknya 2 lingkungan dan adanya
gangguan fungsional selain gejala kelainan tesebut untuk dapat
didiagnosis sebagai ADHD. ADHD dapat dijumpai pada anak
dengan gangguan perkembangan, termasuk sindrom fetal alkohol
29
dan sindrom Down, serta pada anak yang pernah mengalami cedera
otak dengan derajat bervariasi, termasuk cedera otak perinatal.
d. Autisme
Gangguan erkembangan preventif, dikenal juga sebagai
autism spectrum disorders (ASD) terdiri dari 5 gangguan
perkembangan; autisme, gangguan Aperger’s, gangguan
disintegratif masa anak, gangguan Rett dan gangguan
perkembangan preventif lain. Autisme ditandai dengan gangguan
interaksi sosial timal balik, komunikasi, serta minat dan aktivitas
yang terbatas dan terjadi seumur hidup. Etiologi gangguan autistik
tidak diketahui, terdapat peningkatan resiko mengalami gangguan
autistik pada saudara kandung dibanding populasi umum.
Perevelansi 10:10000 anak. Anak lelaki empat kali lebih sering
terkena dibanding anak perempuan. (Nelson, 2011)
30
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Ani usia 2 tahun menderita autisme, autisme yaitu gangguan
iteralsi sosial, komunikasi dan bahasa. Dengan adanya autisme,
pertumbuhan dan perkembangan Ani menjadi terhambat, seharusnya
diusia 2 tahun Ani sudah bisa mulai merangkai kata, tetapi hanya bisa
mengucapkan kata “mama” dan “maem”, selain itu diusianya yang kedua
tahun yang seharusnya bisa mulai berjalan, tetapi Ani hanya bisa berjinjit.
Pertumbuhan adalah aspek fisik yang diukur sedangkan perkembangan
lebih kepada aspek sosial dan emosional.
Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
mempegaruhi kelainan seperti genetik, kromosom, ras, suku, bangsa dan
budaya. Sedangkan faktor ksternal adalah faktor yang didapat seperti
faktor perinatal, natas dan postnatal. Kelainan yang diderita Ani tidak
dapat disembuhkan, namun untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhan
dan perkembangan yang dialaminya, bisa diterapi dengan terpai
farmakologi menggunakan obat seperti risperidone dan terapi non-
farmakologi seperti terapi wicara, okupasi dan fisioterapi.
b. Saran
Semua anggota sudah berpartisipasi dalam mengeluarkan
pendapatnya, namun masih ada beberapa orang yang kurang banyak
mengeluarkan pendapatnya. Sebaliknya, ada salah satu dari anggota yang
banyak mengeluarkan pendapatnya, disini peran ketua penting untuk
membagi rata diskusi kepada seluruh anggota, agar tidak terjadi dominansi
pada salah satu anggota. Selain itu logbook lebih diperbanyak lagi dalam
mencari sumber.
31
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid 1. Edisi ke-7.
Terjemahan Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.
Meadow, Sir Roy and Simon J. Newell. 2005. Lecture Notes: Pediatrika. Jakarta:
Erlangga Medical Series.
32