Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN DAUN SIRSAK (Annona

muricata L.) TERHADAP JUMLAH SPERMA TIKUS PUTIH


JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus strain wistar)
YANG DIINDUKSI ALOKSAN

PROPOSAL SKRIPSI

ANGGA NEGARA
1413010033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017

i
PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN DAUN SIRSAK (Annona
muricata L.) TERHADAP JUMLAH SPERMA TIKUS PUTIH
JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus strain wistar)
YANG DIINDUKSI ALOKSAN

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

ANGGA NEGARA
1413010033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Usulan Penelitian yang diajukan oleh :

Nama : Angga Negara


NIM : 1413010033
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
Judul : Pengaruh Pemberian Seduhan Daun Sirsak
(Annona muricata L.) terhadap Kualitas Sperma
Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus
norvegicus) yang diinduksi Aloksan

Telah diterima dan disetujui


Purwokerto, 26 Oktober 2017

Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr. Dharma Koosgiarto, Sp.PK., MMR dr. Mambodyanto SP, SH., MMR.
NIK. 2160570 NIK. 2160484

Mengetahui
Kepala Program Studi

dr. Prima Maharani Putri, M.H.


NIK. 2160485

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................3
D. Keaslian Penelitian........................................................................................4
E. Manfaat Penelitian........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
A. Spermatogenesis............................................................................................6
B. Diabetes.........................................................................................................8
C. Aloksan.......................................................................................................10
D. Daun Sirsak.................................................................................................12
E. Kerangka Teori...........................................................................................15
F. Kerangka Konsep........................................................................................16
G. Hipotesis.....................................................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................17
A. Rancangan Penelitian..................................................................................17
B. Subyek dan Besar Sample...........................................................................17
C. Alat..............................................................................................................19
D. Bahan..........................................................................................................20
E. Variabel.......................................................................................................20
F. Definisi Operasional...................................................................................20
G. Jalan Penelitian...........................................................................................22
H. Analisis Data...............................................................................................24
I. Jadwal Penelitian.........................................................................................25

iv
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26

DAFTAR SINGKATAN

v
BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan

DAG : Diacylglycerol

DM : Diabetes Mellitus

DNA : Deoxyribonucleic

FSH : Follicle Stimulating Hormone

GOD : Glucose Oxidase

H2O2 : Hydrogen peroxide

IDF : International Diabetes Federation

KEMENKES : Kementerian Kesehatan

LH : Luteinizing Hormone

NO : Nitric Oxide

O2- : Superoxide

OH- : Hydroxide

PCK : Protein C Kinase

PERKENI : Perkumpulan endokrinologi Indonesia

ROO- : Peroxyl

ROS : Reactive oxygen spesies

DAFTAR TABEL

vi
Tabel I.1. Keaslian penelitian ...…………………………………………….4

Tabel III.2. Jadwal penelitian………………………………………………..27

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu gangguan metabolik

berupa peningkatan kadar glukosa dalam darah. Hal ini diakibatkan oleh

salah salah satu fungsi organ tubuh yang tidak dapat memproduksi insulin

secara efektif (KEMENKES RI., 2013). Indonesia pada tahun 2013

menempati urutan ke-7 dengan jumlah 8,5 juta penderita diabetes, dan

diperkirakan pada tahun 2035 Indonesia akan menempati peringkat ke-6

dengan jumlah 14,1 juta penderita diabetes (IDF, 2013).

Prevalensi DM di Provinsi Jawa Tengah yang terdiagnosis dokter

sebesar 1,9% dari jumlah penderita diabetes di Indonesia. Prevalensi DM

di Provinsi Jawa Tengah yang tertinggi terdapat di Kota Surakarta 2,8%

dan Kota Tegal 2,8% (Kemenkes RI, 2014).

Diabetes berpengaruh terhadap sistem reproduksi pria. Kekurangan

insulin dalam darah berpengaruh terhadap penurunan sekresi Luteinizing

Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang berperan

penting pada proses pembentukan sperma (Silalahi H.E, 2016). Kadar

insulin yang rendah dalam darah mengakibatkan hiperglikemi, sehingga

meningkatkan reactive oxygen spesies (ROS). Pembentukan ROS

merupakan proses fisiologi dalam tubuh, namun apabila terjadi

pembentukan berlebih maka dapat menimbulkan stres oksidatif. Stres

8
oksidatif berperan sebagai mediator kerusakan pada membran plasma,

hingga mengurangi fungsi dari spermatozoa. Peningkatan ROS yang

berlebih dapat merusak membran mitokondria hingga dapat menginduksi

apoptosis sel sperma (Febrinda et al., 2014).

Penatalaksanaan farmakologi dengan obat antidiabetes oral maupun

injeksi insulin dilakukan apabila kadar glukosa darah belum mencapai

target (Perkeni, 2011). Dalam upaya penatalaksanaan diabetes, para

penderita diabetes pun memanfaatkan pengobatan dengan cara tradisional.

Pengetahuan mengenai pengobatan dengan cara tradisional yang diperoleh

dari pengalaman empiris atau turun temurun masyarakat Indonesia lebih

condong ke arah pengobatan herbal (Rahayoe et al., 2008).

Masyarakat Indonesia telah mengenal penggunaan daun sirsak

(Annona muricata Linn) sebagai tanaman herbal. Hasil dari analisis

fitokimia menunjukkan ekstrak daun sirsak mengandung alkaloid,

flavonoid, terpenoid, kumarin, lakton, antrakuinon, tanin, kardiak

glikosida, fenol, fitosterol, dan saponin (Gavamukulya et al., 2014).

Senyawa fitokimia tersebut ditemukan pada ekstraksi etanol maupun air.

Diantara senyawa bioaktif tersebut, senyawa fenolik, tanin, alkaloid, dan

flavonoid merupakan senyawa paling penting (Gajalakshmi et al., 2012).

Pada hewan coba tikus yang diberikan infusa daun sirsak dengan

dosis 50,4 mg/KgBB terjadi penurunan kadar gula darah yang lebih efektif

dibandingkan dengan metformin (Asmonie C, 2013). Selain itu

9
antioksidan yang terkandung dalam daun sirsak juga dapat menurunkan

asam urat pada tikus (Artini et al., 2012). Kandungan flavonoid dan

antioksidan pada daun sirsak juga dapat menghambat stres oksidatif yang

mempengaruhi patomekanisme komplikasi DM pada berbagai sistem

tubuh (Wena Diartha et al., 2016).

Saat ini di Indonesia sebagian besar cara pengolahan daun sirsak

yang dilakukan masyarakat masih sederhana yaitu dengan perebusan daun

sirsak segar. Pengolahan daun sirsak menjadi seduhan dapat menjadi

alternatif bagi masyarakat. Meskipun saat ini seduhan daun sirsak sudah

mulai dikembangkan, namun kajian ilmiah mengenai pengolahan seduhan

daun sirsak masih sangat terbatas (Andri & Hersoelisyorini, 2013).

Oleh karena itu penelitian ini dibuat dengan harapan dari hasil

penelitian dapat menjadi dasar penggunaan seduhan daun sirsak sebagai

salah satu alternatif pengobatan komplikasi DM pada sistem reproduksi

maskulina.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pemberian seduhan daun sirsak terhadap

kualitas sperma tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi Aloksan?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian seduhan daun sirsak terhadap

jumlah sperma tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi Aloksan.

10
2. Tujuan Khusus

Mengetahui perubahan jumlah sel spermatozoa pada tikus yang

diinduksi Aloksan.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat seduhan

daun sirsak (Annona muricata L.) dalam memperbaiki kualitas

spermatozoa pada hiperglikemia.

2. Untuk Institusi

Memberikan wawasan mengenai penggunaan tanaman sebagai obat

herbal tidak tertinggal jauh dari penggunaan obat konvensional.

3. Untuk Peneliti

Menambah wawasan mengenai penggunaan seduhan daun sirsak

(Annona muricata L.) terhadap kualitas spermatozoa penderita

hiperglikemia.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel I.1. Keaslian penelitian

No. Judul dan Nama Tujuan Metode Hasil Perbedaan

1 Pengaruh Mengetahui efek Post – Test Pemberian Hewan coba


Pemberian Minyak pemberian Only Control minyak yang
Jinten Hitam minyak Nigella Group Design Nigella sativa digunakan,
(Nigella sativa) sativa terhadap dengan dosis penatalaksana
terhadap Morfologi morfologi 0,3 ml/hari an yang
Spermatozoa spermatozoa dapat diberikan,
Mencit DM yang mencit DM menurunkan instrument
diinduksi Aloksan morfologi pengukuran
abnormal
Rizal Hafiz (2008) spermatozoa
mencit DM
yang diinduksi
Aloksan

2 Kualitas Mengetahui Post – Test Diabetes Penatalaksana


Spermatozoa pada apakah diabetes Only Control mellitus an yang
Tikus Wistar mellitus Group Design menurunkan diberikan,
Jantan DM mempengaruhi kualitas instrument
jumlah, spermatozoa pengukuran
Olivia Vina morfologi, dan
Faranita (2009) motilitas
spermatozoa
pada tikus wistar
jantan DM

3 Aktivitas Anti Mengkaji Post – Test Ekstrak air Instrumen


Diabetes Ekstrak aktivitas Only Control dan etanol pengukuran
Air dan Etanol antidiabetes dari Group Design 70% dari daun
Daun Sirsak Secara daun sirsak sirsak yang
In vitro Melalui dengan cara mengandung
Inhibisi Enzim α- mengukur daya alkaloid,
Glukosidase inhibisi dan flavonoid,
menentukan saponin, tanin,
Eka Purwatresna mekanisme dan steroid
(2012) inhibisi ekstrak mampu
daun sirsak menunjukan
terhadap inhibisi
aktivitas enzim terhadap
α-glukosidase aktivitas
enzim α-

12
glukosidase

4 Viabilitas dan Mengetahui Post – Test Terdapat Variabel,


Integritas Membran apakah ada Only Control perbedaan instrument
Spermatozoa pada perbedaan Group Design kualitas pengukuran
Tikus Wistar viabilitas dan spermatozoa
Jantan DM integritas pada kondisi
membrane yang DM dan
Yulianti et al., diberikan injeksi kondisi
(2014) aloksan untuk normal
mengkondisikan
DM dengan
yang tidak
diinjeksi

B. Landasan Teori

1. Spermatogenesis

Spermatogenesis merupakan proses lanjutan dari pembelahan sel

germinal untuk menghasilkan spermatozoa (Schoeller et al., 2014).

Spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus akibat rangsangan

hormone gonadotropin dari hipofisis anterior. Proses pembentukan sperma

ini melalui beberapa tahap, yaitu proliferasi mitotik, meiosis, dan

spermiogenesis (Sherwood L., 2014). Spermatogenesis berawal ketika

spermatogonia primitive berkumpul di tepi membrane basal epitel

germinativum yang disebut dengan spermatogonia tipe A. Spermatogonia

tersebut membelah menjadi sel yang sedikit lebih berdiferensiasi, yaitu

spermatogonia tipe B. Pada tahap ini spermatogonia bermigrasi ke arah

sentral di antara sel-sel sertoli (Guyton & Hall, 2012). Dalam waktu kira-

kira 24 hari setiap spermatogonium yang melewati lapisan pertahanan

masuk ke dalam lapisan sel Sertoli dimodifikasi secara berangsur-angsur

13
dan membesar untuk membentuk spermatozit primer yang besar dengan 46

kromosom. Pada akhir hari ke-24, setiap spermatosit primer terbagi dua

menjadi spermatosit sekunder. Proses ini disebut sebagai meiosis pertama

(Norris et al., 2009).

Dalam 2 sampai 3 hari meiosis kedua terjadi menghasilkan

spermatid yang memiliki 23 kromosom tunggal. Setelah fase

meiosisselesai, tidak lagi terjadi pembelahan sel. Setiap spermatid

mengalami modifikasi menjadi sebuah spermatozoa yang disebut sebagai

fase spermiogenesis (Sherwood L., 2014).

Selama beberapa minggu berikutnya setelah meiosis, setiap

spermatid secara perlahan-lahan berubah menjadi spermatozoa dengan

menghilangkan beberapa sitoplasmanya, mengatur kembali bahan

kromatin dari inti spermatid untuk membentuk satu kepala yang padat, dan

mengumpulkan sisa sitoplasma dan membran sel pada salah satu ujung

dari sel untuk membentuk ekor. Seluruh masa spermatogenesis ini

membutuhkan waktu kira-kira 64 hari (Faranata, 2009).

Pada awal mula spermatid dibentuk, spermatid memiliki sifat-sifat

yang sama dari sel-sel epiteloid. Namun setelah spermatid memanjang

mulailah menjadi spermatozoa yang terdiri dari kepala, akrosom, bagian

tengah, dan ekor. Bagian kepala terutama pada nucleus yang mengandung

informasi genetik, terdiri atas sel berinti padat dengan sedikit sitoplasma

dan lapisan membrane sel pada sekitar permukaannya (Guyton dan Hall,

14
2012). Pada dua pertiga anterior bagian luar kepala terdapat akrosom yang

mengandung enzim hialuronidase untuk mencerna filament proteoglikan

dari jaringan dan dapat pula mencerna protein sehingga dapat digunakan

sebagai bor enzimatik agar dapat menembus ovum (Du et al., 2017).

Mobilitas spermatozoa merupakan hasil dari ekor panjang berbentuk

seperti pecut yang keluar dari salah satu sentriol (Pringgenis, D, 2015).

Ekor spermatozoa memiliki tiga komponen, yaitu aksonema yang serupa

dengan silia, membran sel tipis yang menutupi aksonema, dan mitokondria

yang mengelilingi aksonema di bagian proksimal ekor (Hafiz, 2008).

Gerakan ekor mendekat dan menjauh memberikan motilitas pada

spermatozoa. Gerakan ini disebabkan oleh gerakan meluncur longitudinal

secara ritmis di antara tubulus posterior dan anterior yang membentuk

aksonema (Khaki et al., 2014). Energi untuk proses ini disuplai dalam

bentuk adenosine trifosfat yang disintesis oleh mitokondria pada badan

ekor (Hafiz, 2008). Spermatozoa normal bergerak dalam garis lurus

dengan kecepatan 1 sampai 4 mm/menit. Lebih jauh lagi, spermatozoa

yang normal cenderung untuk bergerak lurus, daripada dalam gerakan

berputar-putar (Khaki A, 2015).

Pada pasien pria yang infertil memiliki sperma dengan kadar ROS

yang tinggi (Utomo et al., 2012). Ketika kadar ROS meningkat dapat

berakibat pada kerusakan enzim sebagai anti radikal bebas dan dapat

menimbulkan stres oksidatif (Asni et al., 2009). Stres oksidatif merusak

integritas DNA pada nucleus spermatozoa sehingga akan menginduksi

15
terjadinya apoptosis sel. Stres oksidatif juga berperan sebagai mediator

kerusakan pada membrane plasma, dan menginduksi kerusakan DNA yang

mempercepat apoptosis sel epitel germinal, sehingga menimbulkan

perubahan bentuk spermatozoa (Sabirosi et al., 2014).

2. Diabetes

Klasifikasi DM dibagi menjadi 2 tipe yang berbeda pada

patogenesisnya, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1 ditandai

dengan kerusakan sel beta pankreas akibat reaksi autoimun. Sedangkan,

DM tipe 2 disebabkan karena adanya kondisi abnormal pada sekresi

maupun aksi dari insulin (Setyawati, 2015).

Gejala khas dari diabetes adalah polyuria, polydipsia, dan

polyphagia. Gejala lainnya sebagai manifestasi dari diabetes adalah lemah,

kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi seksual pada pria (Ernawati et

al., 2015). Ketika makanan masuk ke dalam tubuh, glukosa akan

diabsorpsi oleh darah. Kemudian oleh kerja insulin glukosa dibawa ke hati

lalu disimpan dalam bentuk glikogen (Guyton dan Hall, 2012). Namun

pada keadaan diabetes terjadi gangguan fungsi insulin sehingga glukosa

banyak menumpuk di dalam darah. Salah satu tanda diabetes adalah

adanya hiperglikemi dan defisiensi insulin. Keadaan ini dapat

mempengaruhi fungsi maupun struktur protein dalam sel karena

hiperglikemi dapat meningkatkan ROS (Utomo et al., 2012).

16
Melalui peningkatan sintesa glucose 6-fosfat dilanjutkan dengan

peningkatan produksi fructose 1,6-bifosfat yang akan mendorong

peningkatan sintesa glucosamine, dihidroksiaseton, dan gliseraldehide.

Peningkatan dihidroksiaseton kemudian akan diikuti dengan peningkatan

gliserol 3fosfat, diasilgliserol (DAG), dan aktifasi protein PCK yang

seterusnya meningkatkan ROS. Hal ini merupakan penjelasan singkat yang

dapat menerangkan pengaruh hiperglikemi pada jaringan dan sel

(Purwatresna, 2012).

ROS yang berperan dalam reproduksi adalah superoksida (O2-),

hydrogen peroksida (H2O2), peroksil (ROO-), hidroksil (OH-), dan nitrit

oksida (NO). Pembentukan ROS yang berlebih dapat menyebabkan

kerusakan pada enzim-enzim yang berfungsi sebagai antioksidan radikal

bebas (Shalaby dan Samar, 2010). Ketika terjadi penurunan sistem

penurunan dan pembuangan radikal bebas tersebut maka selanjutnya

terjadi peningkatan radikal bebas hingga terjadi stres oksidatif. Stress

oksidatif yang terjadi oleh karena DM berkaitan erat dengan infertilitas

dan berpengaruh besar terhadap disfungsi sperma.

Penatalaksanaan DM telah dilakukan dengan pemberian insulin

maupun dengan obat konvensional, akan tetapi sangat memerlukan biaya

yang tidak sedikit dan menimbulkan efek samping seperti peningkatan

resiko infraksi miokardial dan peningkatan resiko efek samping pada

kardiovaskular (BPOM, 2010). Hal tersebut mendorong masyarakat

beralih ke pengobatan tradisinal yang didasarkan pada factor-faktor

17
empiris, kebiasaan, dan pengalaman. Pada umumnya mekanisme

pengobatan ini tidak dapat dijelaskan secara rinci seperti pengobatan

sintetik. Salah satu yang mulai dikembangkan adalah buah dan daun sirsak

untuk pengobatan DM (Joe W, 2012).

3. Aloksan

Aloksan adalah salah satu bahan kimia yang dapat digunakan untuk

menginduksi diabetes pada hewan coba (Yuriska A., 2009). Aloksan

adalah derivate pirimidin sederhana, diperkenalkan sebagai hidrasi aloksan

pada larutan encer (Szkudelski T., 2008). Pemberian aloksan pada hewan

uji merupakan salah satu cara cepat untuk menghasilkan kondisi diabetes

pada hewan uji (Filipponi et al., 2008). Aloksan memiliki sifat toksik

selektif terhadap sel beta pankreas melalui transporter glukosa yaitu

GLUT2 (Watkins D et al., 2008).

Pengaruh diabetogenik dari aloksan bersifat antagonis terhadap

glutathion yang bereaksi dengan gugus SH. Aloksan bekerja dengan cara

merusak substansi esensial di dalam sel beta pankreas sehingga

menyebabkan berkurangnya granula pembawa insulin di dalam sel beta

pankreas (Watkins D et al., 2008). Pengaruh ini spesifik untuk sel beta

pankreas sehingga aloksan dengan konsentrasi tinggi tidak berpengaruh

terhadap jaringan lain. Aloksan dapat juga mendesak efek diabetogenik

oleh kerusakan membran sel beta pankreas dengan meningkatkan

permeabilitas (Watkins D et al., 2008). Hasil dari penelitian Dean dan

18
Matthew (1972) adalah menunjukan adanya depolarisasi membran sel beta

pankreas dengan pemberian aloksan (Szkudelski T., 2008).

Kerja sifat toksik aloksan dimediasi oleh radikal bebas. Kerja toksik

aloksan pada sel beta pankreas diinisiasi oleh radikal bebas yang dibentuk

oleh reaksi redoks (Lenzen S., 2008). Aloksan menghasilkan produk

reduksinya yaitu asam dialurik, bersama membentuk siklus redoks dengan

formasi radikal superoksida. Radikal ini pun mengalami dismutase hingga

menjadi hydrogen peroksida. Aksi radikal bebas dengan rangsangan tinggi

dapat meningkatkan konsentrasi kalsium sitosol yang menyebabkan

destruksi cepat pada sel beta pankreas (Filipponi et al., 2008).

Pada penelitian terhadap mekanisme kerja aloksan secara invitro

menunjukkan bahwa aloksan menginduksi pengeluaran ion kalsium dari

mitokondria yang mengakibatkan proses oksidasi terhambat yang

merupakan awal tanda dari kematian sel (Chougale AD et al., 2007).

4. Daun Sirsak

Klasifikasi tanaman sirsak menurut Radi pada tahun 1997 :


Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyldonae
Bangsa : Polycarpiceae
Suku : Annonaceae
Marga : Annona
Spesies : Annona muricata Linn.

19
Tanaman sirsak terdiri dari bagian pohon, biji, buah, bunga, daun.

a. Pohon

Pohon tanaman sirsak berbentuk Troll dengan ketinggian

mencapai 8 – 10 meter, dan diameter batang mencapai 10 – 30 cm.

b. Biji

Biji dari tanaman sirsak dalam keadaan normal berwarna

coklat agak kehitaman, sedangkan dalam keadaan tidak normal

berwarna putih kecoklatan dan tidak berisi. Biji sirsak memiliki

tekstur keras, berujung tumpul, permukaan halus mengkilat dengan

panjang sekitar 16,88 mm dan lebar 9,6 mm.

c. Buah

Buah sirsak memiliki duri sisik yang halus. Dalam keadaan

matang daging buahnya berwarna putih, lembek, dan berserat

dengan sekitar 20 – 70 butir biji berwarna coklat kehitaman.

d. Bunga

Bunga dari tanaman sirsak ini dalam satu bunga terdapat

banyak putik. Bagian bunga tersusun secara hemicylis, artinya

sebagian terdapat dalam lingkaran dan yang lainnya terpencar.

Mahkota bunga berjumlah 6 sepalum yang terdiri dari 2 lingkaran,

berbentuk hampir segi tiga, tebal, dan kaku, berwarna kuning

keputihan.

20
e. Daun

Daun sirsak berbentuk bulat telur terbalik, berwarna hijau muda

hingga hijau tua, dengan ujung meruncing, pinggiran rata, dan permukaan

daun mengkilap (Akmal, 2014).

Daun sirsak mengandung alkaloid, flavonoid, terpenoid, kumarin,

lakton, antrakuinon, tanin, kardiak glikosida, fenol, fitosterol, dan saponin

(Gajalakshmi et al., 2012). Secara garis besar daun sirsak memiliki potensi

sebagai antioksidan, anti-inflamasi, anti-alergi, antibiotik, antivirus, dan

antikanker (Gavamukulya et al., 2014).

Potensi lain dari daun sirsak adalah sebagai antidiabetes yang

ditunjukan oleh karena daun sirsak mengandung komponen bioaktif seperti

flavonoid, alkaloid, dan tanin yang memiliki aktifitas antidiabetes melalui

enzim alpha-glukosidase (Ganesya, 2010). Dari hasil penelitian

Chaiyathullah Asmonie pada tahun 2013 menunjukan bahwa pemberian

ekstrak daun sirsak terhadap tikus yang diinduksi aloksan, terjadi

penurunan kadar gula darah secara signifikan. Potensi sebagai antioksidan

pada daun sirsak dapat menghambat stres oksidatif yang mempengaruhi

patomekanisme DM pada berbagai sistem dalam tubuh (Wena Diartha et

al., 2016).

21
C. Kerangka Teori

Infertilitas
Sel β-pancreas spermatozoa Stres oksidatif
rusak

Kerusakan
Insulin ↓ enzin-enzim
antioksidan

Sintesa glucose 6-
fosfat ↑ ROS ↑

Aktifasi protein
Fructose 1,6- PCK
bifosfat ↑

Gliserol 3fosfat, dan


Sintesa glucosamine, diasilgliserol (DAG) ↑
dihidroksiaseton, dan gliseraldehide

22
(Kerangka teori ini disusun dari (Asni et al., 2009; Shalaby & Samar, 2010;
Guyton & Hall, 2012; Utomo et al., 2012))

D. Kerangka Konsep

Tikus putih jantan galur


wistar

Induksi Aloksan

Induksi seduhan daun sirsak

Kualitas Sperma Tikus

23
Keterangan :
: Variabel bebas
: Variabel tergantung
E. Hipotesis

Seduhan daun sirsak dapat mempengaruhi jumlah spermatozoa pada

tikus yang diinduksi aloksan.

24
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan pendekatan Post –

Test Only Control Group Design. Penelitian ini dilaksanakan di

Labarotorium Farmakologi dan Laboratorium Patologi Klinik Fakultas

Kedokteran Universitas Jendral Soedirman.

B. Subyek dan Besar Sample

1. Subyek

Subyek yang digunakan pada penelitian ini yaitu tikus putih jantan

galur wistar (Rattus norvegicus Strain Wistar) yang diinduksi aloksan.

Sample yang digunakan pada penelitian ini adalah spermatozoa dari

tikus putih jantan galur wistar yang telah diinduksi aloksan.

2. Besar Sample

Besar sample yang digunakan dengan rumus Federer (2008), dengan

perhitungan sebagai berikut :

(n-1)(t-1)≥15

Keterangan :

n = besar sample

25
t = jumlah perlakuan

(n-1) (t-1) ≥15

(n-1) (5-1) ≥ 15

(n-1) 4 ≥ 15

4n – 4 ≥ 15

4n ≥ 19

n ≥ 4,75

Setiap kelompok perlakuan terdapat minimal 5 ekor tikus putih

jantan galur wistar. Peneliti memilih menggunakan 6 ekor tikus wistar

jantan dengan 1 untuk cadangan pada tiap kelompok sehingga jumlah

seluruh subjek penelitian sebanyak 30 ekor yang dipisahkan menjadi 5

kelompok. Masing-masing kelompok mendapatkan perlakuan sebagai

berikut :

Kelompok KI : Kelompok kontrol negatif, tidak diinduksi aloksan

namun diberi pakan dan minum aquadest

Kelompok KII : Kelompok kontrol positif, yang diinduksi aloksan

juga diberi pakan dan minum

Kelompok P1 : Kelompok yang diinduksi aloksan, juga diberi

pakan dan minum, yang kemudian diberi seduhan

daun sirsak 25,2 mg/KgBB

Kelompok P2 : Kelompok yang diinduksi aloksan, juga diberi

pakan dan minum, yang kemudian diberi seduhan

daun sirsak 50,4 mg/KgBB

26
Kelompok P3 : Kelompok yang diinduksi aloksan, juga

diberi pakan dan minum, yang kemudian diberi

seduhan daun sirsak 100,8 mg/KgBB

Subjek pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur wistar yang

memenuhi kriteria seperti berikut :

1. Kriteria Inklusi

a. Tikus putih galur wistar jantan

b. Umur sekitar 3 bulan

c. Berat badan 200 – 300 gram

2. Kriteria Eksklusi

a. Tikus tampak diam atau tidak bergerak

b. Tikus mati dalam penelitian

C. Alat

1. Kandang hewan coba

2. Timbangan

3. Mikroskop cahaya

4. Bilik hitung Neubauer

5. Obyek dan cover glass

6. Pipet eritrosit

7. Cawan petri

8. Pipet tetes

9. Tempat pakan terbuat dari batok kelapa

10. Tempat minum terbuat dari botol kaca

27
11. Panci infusa

12. Kompor gas

13. Spuit

14. Sonde lambung untuk tikus

15. Handscoon

16. Masker
17. Minor set
D. Bahan

1. Tikus putih jantan galur wistar

2. Aloksan

3. Pakan tikus standar

4. Seduhan infusa daun sirsak

5. Air bening

6. Ether

7. Sekam

E. Variabel

1. Variabel bebas
a. Seduhan infusa daun sirsak
b. Aloksan
2. Variabel tergantung
a. Jumlah sel spermatozoa
Jumlah sel spermatozoa dihitung dari rerata 5 lapang

pandang di bawah mikroskop dengan lensa obyektif

perbesaran 10x40 (Wena Diartha et al., 2016).

28
F. Definisi Operasional

1. Seduhan daun sirsak merupakan sediaan infusa dari simplisia yang

direbus pada suhu 90°C selama 15 menit.

2. Jumlah sel spermatozoa merupakan banyaknya sel spermatozoa yang

dihitung dari rerata 5 lapang pandang dengan lensa objektif

perbesaran 10x40.

G. Jalan Penelitian

1. Pada hari pertama hingga hari ke-7 dilakukan aklimatisasi hewan

coba. Aklimatisasi dilakukan agar hewan coba dapat beradaptasi di

tempat pemeliharaan dalam menyeragamkan cara hidup dan

makannya sebelum dilakukan percobaan.

2. Pada hari ke-8 dilakukan pemberian aloksan dosis 150 mg/KgBB

secara intraperitoneal pada kelompok KII, P1, P2, dan P3.

3. Pada hari ke-11 dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu pada

semua kelompok dengan cara mengambil darah darah dari

pembuluh darah pada ekor tikus yang kemudian di periksa

menggunakan glucometer.

4. Apabila nilai gula darah nya belum meningkat, pada kelompok

KII, P1, P2, dan P3, maka diberikan aloksan dengan dosis 150

mg/KgBB pada hari itu, kemudian pada hari ke-14 dilakukan

pemeriksaan gula darah sewaktu.

5. Apabila nilai gula darah nya sudah meningkat, maka kelompok KII

cukup diberikan pakan standard dan minum saja, sedangkan pada

29
kelompok P1, P2, dan P3, diberikan seduhan infusa daun sirsak

secara peroral menggunakan sonde lambung untuk tikus pada hari

ke-17 hingga hari ke-20.

6. Pada hari ke-20 dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu pada

semua kelompok.

7. Apabila

30

Anda mungkin juga menyukai