Anda di halaman 1dari 10

Polip Kolon Tipe Adenoma Tubular pada Orang Dewasa

Tanri Julian 102019028


Kevin Austro Kasi 102019131
Clarissa Adine 102017155
Michelle Devina Tantra 102019038
Shelly Lesmana 102019084
Brigitta Vania 102019111
Rani Nurmala Ramza 102019156
Kelompok C7 (Blok 16)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat – 11510

Abstrak
Polip merupakan massa kecil seperti tumor yang menonjol dari permukaan membran mukosa.
Polip dapat tumbuh dalam kolon atau rektum, tempat tumbuhan tersebut menonjol ke dalam
traktus gastrointestinal. Polip usus diklarifikasikan menjadi polip non-neoplastik dan polip
neoplastik. Untuk menentukan ada tidaknya polip, dilakukan kolonoskopi sebagai pemeriksaan
pilihan. Dengan penatalaksanaan yang baik dan pendeteksian polip dini, kualitas hidup pasien
lebih baik. Pasien dengan ditemukannya polip perlu dipantau lebih lanjut sesuai dengan tipe dan
ukuran polip yang ditemui.
Kata kunci : polip, kolonoskopi, gastrointestinal

Abstract
Polyps are small masses like tumors that protrude from the surface of the mucous membranes.
Polyps can grow in the colon or rectum, where they stand out into the gastrointestinal tract.
Bowel polyps are clarified to be non-neoplastic polyps and neoplastic polyps. To determine the
presence or absence of polyps, the colonoscopy is performed as an optional examination. With
good management and early polyp detection, patient quality of life is better. Patients with the
discovery of polyps need to be monitored further according to the type and size of the polyp
encountered.
Keywords: polyp, colonoscopy, gastrointestinal

Pendahuluan
Polip kolon adalah pertumbuhan lambat mukosa kolon ke arah lumen yang berisiko akan
berkembang menjadi ganas. Sekitar 25% - 30% penduduk usia 50 tahun diperkirakan memiliki
polip kolon jenis adenima dan lebih dari 50% penduduk di atas usia 60 tahun diperkiran
memiliki satu polip kolon. Dan sekitar 70% dari semua polip yang diangkat per kolonoskopi
merupakan jenis adenoma. 
Polip memiliki kepentingan klinis karena hampir 95% kanker kolon berasal dari adenoma.
Kanker kolon sendiri telah menjadi penyebab kematian kedua terbanyak di Amerika Serikat.
Namun, sebagian besar polip ini asimtomatik dan biasanya terdeteksi tidak sengaja ketika pasien
dilakukan kolonoskopi. Oleh karena itu, deteksi dini dan pengangkatan polip yang berpotensi
menjadi ganas menjadi bagian penting dari skrining kanker kolorektal.1,2

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dan temuan laboratorium biasanya tidak ada yang spesifik. Upayakan
pemeriksaan colok dubur (rectal touche) pada setiap keluhan perdarahan saluran cerna bawah.
Tidak jarang kita menemukan kasus-kasus kanker kolorektal dari pemeriksaan colok dubur. Pada
kasus polip rektal, kita dapat meraba polip melalui pemeriksaan rectal touche. Hampir separuh
kasus adenoma terutama yang berukuran besar, ditandai dengan adanya perdarahan darah samar
feses (fecal occult blood). Anemia defisiensi besi lebih banyak ditemukan pada polip maligna
karena secara kuantitatif banyak terjadi kehilangan darah secara kronik.1

Pemeriksaan Penunjang
Karena hampir 2/3 kasus adenoma tidak menunjukkan gejala, sehingga dibutuhkan
pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis. 
Tes darah samar (fecal occult blood test)
Merupakan pemeriksaan non invasif untuk melihat adanya sejumlah darah pada feses. Ada
dua tipe FOBT yaitu tes guaiac (guaiac-based test) dan tes imunokimiawi (immunochemical
test). Tes guaiac FOBT mudah, aman, dan harganya murah tetapi sensitifitas dan spesifisitasnya
rendah berkisar antara 15% dan 30%. Hasilnya positif bila ditemukan kira-kira 2 ml darah per
hari pada feses. Sensitivitas FOBT sejatinya dapat ditingkatkan melalui beberapa cara seperti
mengambil sampel pada tiga waktu yang berbeda, mengambil sampel tinja yang masih segar,
membatasi asupan asam askorbat beberapa hari sebelum pemeriksaan. Tes FOBT ini memiliki
sensitivitas yang lebih tinggi untuk kanker kolon (sekitar 85%) namun tidak untuk adenoma
(hanya 50%). Untuk adenoma yang kecil dan terletak pada kolon proksimal bahkan dapat lebih
rendah lagi. Hal ini dapat dimaklumi mengingat perdarahan lebih sering dijumpai pada kanker
kolon daripada adenoma. Meski memiliki banyak keterbatasan, tes FOBT ini tetap memegang
peranan penting dalam skrining kanker kolon.1
Sigmoidoskopi fleksibel (flexible sigmoidoscopy - FS)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan tabung seperti silinder untuk memeriksa
kolon distal yaitu rektum dan sigmoid. Pemeriksaan ini dianjurkan dilakukan setiap 3-5 tahun
sebagai lanjutan dari pemeriksaan FOBT rutin untuk menyaring kanker kolon. Namun,
pemeriksaan ini memiliki keterbatasan untuk mendeteksi polip kolon ataupun kanker kolon
karena hampir separuh kolon proksimal tidak dapat dijangkau. Sedangkan sepertiga hingga
setengah kasus kanker berlokasi di proksimal dari kolon sigmoid. Selain itu, 3-5% pasien kanker
kolon juga memiliki kanker pada kolon yang lain.1
Kolonoskopi dan Kromoendoskopi 
Kolonoskopi merupakan pemeriksaan terpilih untuk mendeteksi polip kolon dan kanker
kolon sekaligus sebagai modalitas terapi. Meski secara makroskopis beberapa polip kolon dapat
dikenali misal jenis adenoma berdasarkan morfologisnya, namun pemeriksaan histlogis
sebaiknya dilakukan untuk mengetahui jenis dari polip kolon tersebut. 

Gambar 1. Morfologi Polip Adenoma pada Kolonoskopi1


Ada pemeriksaan terbaru yang dapat digunakan untuk mengevaluasi polip kolorektal yakni
kromo-endoskopi. Teknik ini menggunakan pewarnaan, yang dapat meningkatkan visualisasi
terutama untuk mendiagnosis displasia dan neoplasi yang datar. Adanya zat warna, dapat
membedakan permukaan mukosa yang halur dengan detil sehingga dapat mengurangi polip
bentuk flat yang luput (missed), juga dapat membantu membedakan polip dengan gambaran
mukosa disekitarnya. Teknik pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi langsung dan secara tepat
jenis histologi polip tanpa harus menunggu hasil biopsi meski membutuhkan waktu prosedur
yang lama, biaya yang lebih mahal, serta potensial toksisitas saat prosedur dilakukan. 
Narrow-band imaging (NBI) dilaporkan sebagai modalistas diagnostik terbaru yang dapat
membedakan polip neoplastik dan non neoplastik. Sistem gambarnya dapat langsung
mengidentifikasi secara detail dan berkorelasi baik sesuai dengan histologis polip. Sensitivitas
dan spesifisitas kromoendoskopi dalam membedakan polip neoplastik dengan non neoplastik
adalah 82-98% dan 52-95%.1,2
CT- kolonografi (Computerized tomographic colonography - Visual Kolonoskopi)
Merupakan pemeriksaan kolonoskopi yang melibatkan alat CT-scan menggunakan
komputer, sinar X dirotasikan untuk melihat setiap bagian dari kolon dan rektum. Beberapa
penelitian menyebutkan pemeriksaan ini dapat dilakukan tanpa harus persiapan pembersihan
usus. Namun, peranannya dalam mendiagnosis polip kolon masih belum jelas. Pemeriksaan ini
masih belum bisa menggantikan kolonoskopi konvensional sebagai alat skrining karena
sensitivitasnya untuk adenoma <5 mm hanya berkisara 30-50%, ukuran 6-9 mm berkisar 80%
dan untuk ukuran >10mm mencapai 90%. Namun dewasa ini, kolonoskopi virtual ini, bahkan
memberikan hasil kurang memuaskan karena kemampuan mendeteksi polip >10mm hanya
berkisar 70% dan polip ukuran 5-9mm hanya berkisar 40-60%.1

Biopsi

Biopsi adalah tindakan diagnostik yang dilakukan dengan mengambil sampel jaringan atau
sel untuk dianalisis di laboratorium, baik untuk mendiagnosis suatu penyakit atau untuk
mengetahui jenis pengobatan atau terapi yang terbaik bagi pasien. Tindakan ini juga dikenal
sebagai pengambilan sampel jaringan. Sampel yang diperoleh akan diuji di laboratorium, di
mana ahli patologi anatomi akan menganalisis sampel.2

Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan lab, kadar hemoglobin serta nilai hematokritnya rendah. Dan mungkin
pula terjadi ganguan keseimbangan elektrolit serum pada pasien-pasien adenoma vilosa.2
Polip Usus
Polip merupakan massa kecil seperti tumor yang menonjol dari permukaan membran
mukosa. Polip dapat tumbuh dalam kolon atau rektum, tempat pertumbuhan tersebut menonjol
ke dalam traktus GI. Polip paling sering ditemukan di kolon tetapi mungkin terjadi di esofagus,
lambung atau usus halus. Polip tanpa tangkai dengan dasar yang lebar disebut sesil (sessile
polyps). Pada polip sesil yang membesar, terjadi proliferasi sel-sel sekitar polip dan efek traksi
pada tonjolan ke lumen, mungkin bersamasama membentuk tangkai. Polip dengan tangkai
disebut polip bertangkai (pedunculated polyps). Meski secara makroskopis polip mudah dikenali,
namun polip tetap harus diketahui jenisnya melalui pemeriksaan histologis. Polip usus dapat
diklasifikasikann menurut tipe jaringannya. Tipe polip yang sering ditemukan meliputi 1) Polip
adenomatosa, seperti adenoma tubuler, adenoma tubulovilosa, dan adenoma vilosa. 2) Polip
nonadenomatosa, seperti polip hiperplasia, polip iniflamas, dan polip juvenilis.2
Sebagian besar polip bersifat benigna. Namun, polip vilosa dan familial memperlihatkan
kecenderungan yang nyata untuk menjadi maligna. Umumnya, polip intestinal dapat
diklasifikasikan menjadi non neoplastik atau neoplastik. Polip neoplastik yang paling sering
adalah adenoma, yang berpotensi berkembang menjadi kanker. Polip kolon non neoplastik dapat
diklasifikasikan lebih lanjut menjadi inflamasi, hamartoma atau hiperplastik.1,2

Anatomi Colon
Colon terbentang di superior caecum dan terdiri dari colon ascendens, colon transversum,
colon descendens, dan colon sigmoideum. Pada daerah pertemuan colon ascendens dan colon
transversum ada flexura coli dextra, yang terletak tepat di inferior lobus dexter hepatis. Serupa,
namun membelok lebih tajam (flexura coli sinistra) terletak di pertemuan antara colon
transversum dan colon descendens.3

Gambar 2. Anatomi Colon3


Tepat di lateral dari colon ascendens dan colon descendens terdapat sulci paracolici dextra dan
sinistra. Sulci ini terbentuk di antara tepi lateral colon ascendens dan colon descendens dan
dinding posterolateral abdomen dan melalui saluran ini bahan-bahan dapat lewat dari satu regio
cavitas peritonealis ke regio yang lain. Segmen akhir dari colon (colon sigmoideum) dimulai di
atas apertura pelvis superior sampai ke level vertebra SIII, di sini struktur ini bersinambungan
dengan rectum. Colon sigmoideum berbentuk seperti huruf S, dapat bergerak kecuali pada
bagian awalnya, yang bersambung dengan colon descendens, dan pada ujung akhirnya, yang
bersambung ke rectum. Di antara kedua bagian tersebut, colon sigmoideum digantungkan oleh
mesocolon sigmoideum.3
Histologi Colon
Dinding colon berupa epitel selapis silindris mengandung sel absorptif kolumnar (1) dan sel
goblet (2, 6) terisi-mukus, yang jumlahnya makin banyak ke arah ujung distal kolon. Kelenjar
intestinal (4) di kolon dalam dan lurus, dan terentang dari lamina propria (3) ke muskularis
mukosa (8). Lamina propria (3) dan submukosa (9) berisi agregasi sel limfoid dan nodulus
limfoid (5, 7).4

Gambar 3. Histologi Colon4


Working Diagnosis
Polip kolon 
Polip kolon terbagi atas 2, yaitu polip neoplastik dan polip non-neoplastik. Polip non-
neoplastik terjadi karena inflamasi, maturasi, atau bentuk mukosa yang abnormal. Biasanya,
polip non-neoplastik tidak memiliki potensi menjadi ganas. Polip ini terbagi atas 3 jenis yang
akan dijelaskan.
Polip hiperplastik. Umumnya pada usia > 60 tahun. Tonjolan hemisferik berbentuk
tonjolan kecil berdiameter < 5 mm. Polip tersusun atas kelenjar matur dan bergerombol. Polip ini
terjadi karena pengelupasan sel epitelial yang terlambat.
Polip juvenilis. Malformasi hamartomatosa yang bersifat setempat dan biasanya sporadik
ini terjadi pada mukosa usus halus dan kolon. Polip ini memiliki ciri khas yaitu pada ukurannya
yang besar, berkisar 1-3 cm, berbentuk bulat, dan memiliki tangkai dengan kelenjar melebar
secara kistik serta lamina propria yang melimpah.
Polip Peutz-Jeghers. Polip hamartosa dan sporadik ini ditemukan pada mukosa usus
halus dan kolon. Polip ini berukuran besar, memiliki tangkai, dan terbagi menjadi sejumlah
lobulus dengan otot polos yang bercabang-cabang halus dan mengelilingi kelenjar normal yang
berlimpah. Sindrom yang disebabkan oleh polip ini disertai pigmentasi melanotik pada
permukaan mukosa serta kulit. Ada polip lainnya, yaitu polip inflamatorik pada penyakit usus
inflamatorik atau IBD (inflammatory bowel disease) dan polip hamartomatosa terisolasi yang
kecil (polip retensi) yang ditemukan pada kolon orang dewasa.
Polip neoplastik atau adenoma, tumbuh dari epitelium yang mengalami displasia. Tumor
ini bersifat multiple. Semua adenoma tumbuh sebagai akibat dari displasia proliferatif epitel. Ada
4 gambaran histologik yang dikenali, yaitu adenoma tubuler (kelenjar tubuler, permukaan licin,
berukuran kecil dan dapat bertangkai), adenoma vilosa (tonjolan vilosa yang berbentuk seperti
daun palma pada permukaan epitel, berukuran besar, dan berbentuk sesil), adenoma tubulovilosa
(gabungan antara adenoma tubuler dan adenoma vilosa), serta adenoma serata (gambaran polip
hiperplastik dan adenoma).
Pada adenoma tubuler, awalnya sebagai tonjolan mukosa yang licin dan hanya mengenai
beberapa kripta di dekatnyanya. Adenoma ini berubah menjadi neoplasma yang besar seiring
pertumbuhannya dengan ukuran hingga 4 cm dan menonjol ke dalam lumen usus.1,2,8,13,14

Diferential Diagnosis

Diagnosis banding dari polip kolon jenis adenoma tubular adalah hemorroid, polip kolon
inflammatory dan adenokarsinoma kolon.

Hemoroid 
Hemorroid merupakan pembengkakan submukosa pada lubang anus yang mengandung pleksus
vena, arteri kecil, dan jaringan areola yang melebar. Plexus hemoroid merupakan pembuluh
darah normal yang terletak pada mukosa rektum bagian distal dan anoderm. Gangguan pada
hemoroid terjadi ketika plexus vaskular ini membesar. Sehingga pengertian dari hemoroid adalah
dilatasi varikosus vena dari plexus hemorrhoidal inferior dan superior. Hemoroid adalah
kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah anorektal.
Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni
melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal. 5
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemorroid akibat trauma oleh feses yang keras.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa
garis pada feses sampai perdarahan terlihat menetes atau kadang megalir deras. Perdarahan
hemorroid yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia.5
Polip Kolon Lainnya
Berbeda dengan polip kolon adenoma tipe tubular, polip kolon inflamatory bukan kasus
neoplasma melainkan regenerasi sel epitelium yang meradang. Kasus ini sering dikaitkan dengan
penyakit kolitis ulseratif dan penyakit chron, tetapi terkadang juga ditemukan dalam kasus kolitis
amebic dan disentri bakteri. Secara gambaran mikroskopis terjadi perubahan dari mukosa dan
ditemukannya mukosa yang meradang, umumnya terlihat bercampur dengan jaringan granulosa.
Sebagai mekanisme penyembuhan dari tubuh terjadi proses regenerasi epitel berukuran besar dan
memiliki sel epitel basofilik. Lesi tersebut bukan tanda dari prekanker tetapi merupakan penyakit
inflamasi akut yang berkaitan dengan kasus beresiko tinggi kanker. Gejala yang timbul dapat
berupa gejala obstruksi usus dan intususepsi usus, yaitu sakit perut hebat, demam, mual hingga
muntah, tinja bercampur darah dan lendir, dan pasien mengeluh susah buang air besar ataupun
diare.6,7
Adenokarsinoma
Adenokarsinoma kolon atau kanker kolon dimulai dari polip jinak sebagai tumor jinak tetapi
dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur
sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan bermanisfetasi ke jairngan lain,
jaringan yang palig sering adalah hati. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, yaitu
penyumbatan lumen usus berupa obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta pendarahan.
Penetrasi kanker dapat berupa perforasi dan abses serta adanya manifestasi ke berbagai jaringan.
Prognosis untuk adenokarsinoma pada lapisan mukosa dan submukosa akan baik karena dapat
dilakukan reseksi tumor. Prognosis akan jelek bila lesi sudah menyerang jaringan limfe.6
Etiologi 
Polip kolon adalah pertumbuhan lambat mukosa kolon kea rah lumen yang beresiko akan
berkembang menjadi ganas, polip kolon meningkat seiring bertambahnya usia .Polip pada kolon-
rektum lebih sering di temukan dari pada di lambung-duodenum , Betuk, besar, dan bentuk
permukaan polip dapat berbeda-beda. Polip berkembang terutama karena mutasi genetik. Sel-sel
dalam tubuh, termasuk usus besar, melewati beberapa fase, di mana sel matang dan kemudian
mati pada waktunya. Namun, jika sel yang belum matang tidak mati namun tetap tidak matang
dan berkembang biak, polip dapat berkembang.
Namun, penyebab pasti dari mutasi genetik seringnya bersifat sporadis atau tanpa sebab yang
diketahui atau dapat diidentifikasi. Dalam kasus tertentu, berkembangnya polip usus adalah
faktor genetik, familial, atau keturunan. Kondisi yang dikenal sebagai FAP (adenomatosa
poliposis familial). Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya polip usus dan
kanker usus besar yaitu: a) Usia: Kebanyakan penderita polip usus berusia 50 tahun atau lebih
tua; b) Faktor keturunan: Risiko terkena polip usus lebih besar jika salah satu anggota keluarga
mengidap polip atau kanker usus besar; c) Menderita radang pencernaan seperti kolitis ulseratif
atau penyakit Crohn; d) Menderita diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol; e) Obesitas dan kurang
berolahraga; f) Merokok dan mengonsumsi minuman keras.10
Epidemiologi 
Prevalensi polip kolon adenomatosa cenderung lebih tinggi pada Negara-negara maju,
kejadian polip kolon meningkat seiring bertambahnya usia terutama mereka yang berusia di atas
60 tahun dan lebih banyak di temukan pada laki-laki di bandingkan perempuan. Di Indonesia
data dari pusat endoskopi rumah sakit cipto mangukusumo Jakarta tahun 2007, asien yang
menjalani pemeriksaan kolonoskopi dengan indikasi apapun 23,2% di antaranya di dapati polip
dan kanker kolorektal. Hamper 95% kanker kolon berkembang dari adenoma yang tumbuh
perlahan bertahun-tahun dengan rerata 7 hingga 10 tahun. Prevalensi adenoma kolon tahap lanjut
yang sering di kaitkan dengan peningkatan resiko kanker colon ternyata lebih rendah. Dalam
sebuah studi, didapatkan prevalensi sekita 3,8% pada pasien dengan usia di bawah 65 tahun dan
8,2% pada usia di atas 65 tahun.1
Patofisiologi
Polip usus adalah massa jaringan yang terjadi kaena pertumbuhan sel tanpa batas didalam
epitelium sebelah atas, yang muncul di atas membran mukosa dan menonjol ke dalam traktus GI.
Polip dapat digambarkan menurut tampilannya, yaitu pedunkulata atau melekat pada dinding
usus melalui sebuah tangkai, sesilis atau yang melekat pada dinding usus dengan dasar yang
lebar dan tidak memiliki tangkai.
Hampir 95% kanker kolorektal berasal dari adneoma meski hanya sebagian kecil adenoma yang
akan menjadi kanker kolon, kurang dari lima persen. Banyak penelitian menyebutkan bahwa
potensi transformasi adenoma ke arah keganasan berkaitan dengan besar polip, derajat displasia,
dan usia.1,2
Gejala klinis
Sebagian besar pasien polip kolon tidak bergejala. Pada pasien yang memiliki gejala, pada
umumnya adalah pendarahan melalui anus. Gejala lain yang timbul adalah konstipasi (sulit
buang air besar) atau diare. Pendarahan kronik pada penderit polip kolon dapat mengakibatkan
anemia defisiensi besi. Adanya obstruksi usus, sakit perut dan penurunan berat badan terjadi
ketika penyakit ini sudah berkelanjutan.11
Penatalaksanaan 
Penatalaksanaan yang diberikan pada penderita polip kolon tipe adenoma tubular adalah
tindakan operasi. Sebelum melakukan tindakan bedah, dilakukan konsultasi kepada pasien.
Konsultasi cenderung dilakukan untuk pasien dengan multipolip seperti penderita FAP (familial
adenomatous polyposis) untuk menentukan jenis tindakan bedah yang akan dilakukan. Pada
polip yang soliter dapat dilakukan tindakan polipektomi. Namun pemeriksaan kolonoskopi
lengkap harus dilakukan karean dengan temuan polip adenomatosa tunggal memiliki resiko
terjadinya pertumbuhan polip lain. Tingkat kekambuhan yang ditemukan ketika kontrol
kolonoskopi pada 1 tahun setelah polypektomi beresiko kecil. Kekambuhan yang terjadi
merupakan polip yang sebelumnya tidak terambil. Kolonoskopi dapat dilakukan pada 3-12 bulan
setelah operasi terkadang dianjurkan jika ada keragua apakah polip sudah sepenuhnya direseksi
atau belum.12
Pengangkatan kolon hanya dilakukan kepada pasien FAP dengan polip yang tumbuh diseluruh
bagian kolon.   
Pencegahan 
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah pemberian obat dan diet karbohidrat tinggi.
Pencegahan yang dilakukan berfungsi untuk mengurangi kejadian relaps atau kambuh dari polip
kolon. Beberapa penelitian memberi obat jenis OAINS (obat anti inflamasi non steroid) untuk
mengurangi jumlah dan ukuran dari polip, tetapi pada obat sulindak tidak mengurangi
pertumbuhan polip sehingga pemberian obat OAINS dianggap bukan pengobatan yang efisien.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa aspirin bermanfaat untuk mengurangi relaps polip
terutama pada polip kolon stadium lanjut pada pasien dengan resiko tinggi kanker kolon,
penyakit arteri koroner, dan memiliki resiko rendah terhadap perdarahan yang terjadi pada
gastrointestinal. Diet dapat dilakukan oleh pasien dan mengosumsi kalsium dan asam folat untuk
mengurangi relaps polip kolon.11,12
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dari kasus polip kolon tipe adenoma tubular adalah terjadianya anemia
akibat polip yang mengalami perdarahan lambat. Jika polip tumbuh semakin besar maka akan
terjadi obstruksi usus dan tertutupnya jalan usus. Invaginasi atau intususepsi dan perdarahan
rektum juga dapat dialami oleh penderita.2
Prognosis
Prognosis dapat ditentukan oleh jumlah lesi, displasia dan usia pasien. Jika ditemukan lesi
berjumlah tiga atau sepuluh adenoma atau satu adenoma tubular ukuran >1 cm atau adenoma
apapun dengan gambaran vilosa dan displasia tinggi. Harus dilakukan pengankatan adenoma
secara keseluruhan akan memiliki prognosis yang baik. Jika pada kolonoskopi berikutnya
(setelah politektomi dilakukan) bisa hasil normal atau hanya menunjukan satu atau dua adenoma
tubular ukuran kecil dengan displasi rendah maka pemeriksan selanjutnya dilakukan dengan
interval 5 tahun. Pemantauan tetap dilakukan karena tidak menutup kemungkinan polip akan
tumbuh kembali.1
Kesimpulan
Dengan menjaga pola makan dan tubuh tetap ideal dapat terhindar dari polip kolon. Ketika pemeriksaan
dan didapati adanya polip, perlu ditangani sesegera mungkin sesuai dengan tipe, jumlah, jenis, dan usia
pasien. Pemantauan juga penting dilakukan agar dapat dideteksi sesegera mungkin bila polip muncul
kembali.
Daftar Pustaka
1. Setiati S , Alwi I , Sudoyo AV, Simadibrata M, setiyohadi B, Syam AF . Ilmu Penyakit
Dalam. Ed ke 6. Jilit II. Jakarta ; Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam; 2014
.h.1840-51, 1901-10.
2. Kowalak, Welsh, Mayer. Buku ajar patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2014: h. 390.
3. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray basic anatomy. Philadelphia: Elsevier
Churchill Livingstone; 2012: h. 162.
4. Eroschenko VP. diFore’s Atlas of histology with functional correlation eleventh edition.
United State Of America: Lippincott Williams & Wilkins; 2008: h. 303-4.
5. Alonso-Coello P, Castillejo MM. Office evaluation and treatment of hemorrhoids. Nort
Am: J Fam Pract; 2003. Page 366-47.
6. Rubin E. Reisner HM. Essential of RUBIN’s Phatology. 6th edition. Philadelphia;
Wolters Kluwer Health: 2014.
7. Dunn ALJ. Gonzalez RS. Inflammatory Polyp of Colon. 7 december 2017.
http://www.pathologyoutlines.com/topic/colontumorinflammatory.html
8. Bangkele EY, Nursyamsi , Greis S (2015). EFEK ANTI BAKTERI DARI EKSTRAK
LENGKUAS PUTIH (Alpinia galangal [L] Swartz) TERHADAP Shigella dysenteriae.
Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1, h.52-53
9. Soeparman. Ilmu Penyakit Dalam. Jilit II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;1998. h.149-51
10. R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC; 2004. hlm 654-7
11. Davey P. At a Glance. Jakarta: Erlangga: 2005.
12. Enders GH. Colonic Polyps. Jan 2017. https://emedicine.medscape.com/article/172674-
treatment
13. Abdullah M, Firmansyah MA. Pendekatan terkini polip kolon: Ilmu penyakit dalam. Ed
6. Jakarta: Internal Publishing; 2017.
14. Mitchell, Kumar, Abbas, Fausto. Buku saku dasar patologis penyakit. Ed 7. Jakarta:
EGC; 2008.

Anda mungkin juga menyukai