Anda di halaman 1dari 14

Polip Colon Adenomatosa pada Orang Tua

Margaretha Gonizales Sasaka

102016135

Email : Margaretha.2016fk135@civitas.ukrida.ac.id

Mahasiswi Fakultas Kedokteran UKRIDA 2020

Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat

Abstrak

Polip kolon jenis adenoma tubular merupakan tumor prekanker yang dapat menjadi peringatan.
Adenoma tubular kolon dapat berubah menjadi adenokarsinoma kolon atau kanker ganas pada
kolon. Meskipun garis keturunan atau faktor genetik masih menjadi penyebab utama tetapi
karena era globalisasi yang semakin menyebar ke beberapa negara, kasus polip adenoma tipe
tubular semakin meningkat. Pola diet atau pola makan induvidu dengan tinggi protein dan rendah
serat. Masalah utama adalah pola kehidupan pada induvidu, faktor lingkungan juga sangat
berperan. Pencegahan yang dapat dilakukan cenderung berfungsi untuk mencegah adanya
kekmabuhan dari polip tersebut.

Kata Kunci: Polip kolon, Kanker Kolon, Pola Hidup

Abstract

The colon polyps of the tubular adenoma type are precancerous tumors that may be indicative.
Colonic tubular adenomas may turn into colonic adenocarcinoma or malignant cancer in the
colon. In addition, the era of globalization is still a major cause as the era of globalization is
increasingly widespread, cases of tubular adenoma type tubular is increasing. Dietary pattern
or induvidu diet with high protein and low fiber. The main problem is the pattern of life on
induvidu, environmental factors and very instrumental. Prevention can be done to prevent
kekmabuhan from the polyp.
Keywords: Colon Polyp, Colon Cancer, Pattern of Life
Pendahuluan

Polip kolon adalah pertumbuhan lambat mukosa kolon ke arah lumen yang berisiko akan
berkembang menjadi ganas. Kejadian polip kolon cukup sering dan insidensinya meningkat
seiring dengan pertambahan usia. 25% - 30% pada penduduk usia 50 tahun diperkirakan
memiliki polip kolon jenis adenima dan lebih dari 50% penduduk di atas usia 60 tahun
diperkiran memiliki satu polip kolon. 70% dari semua polip yang diangkat per kolonoskopi
merupakan jenis adenoma.

Polip memiliki kepentingan klinis karena hampir 95% kanker kolon berasal dari adenoma.
Kanker kolon sendiri telah menjadi penyebab kematian kedua terbanyak di Amerika Serikat.
Namun, sebagian besar polip ini asimtomatik dan biasanya terdeteksi tidak sengaja ketika pasien
dilakukan kolonoskopi. Oleh karena itu, deteksi dini dan pengangkatan polip yang berpotensi
menjadi ganas menjadi bagian penting dari skrining kanker kolorektal. 1,2

Anamnesis

Anamnesis merupakan pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (auto anamnesis) atau keluarga pasien (allo
anamnesis) atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien. Anamnesis yang dilakukan
dengan baik dan lengkap oleh seorang dokter bertujuan sebagai data yang diperlukan seorang
dokter dalam menduga serta memperkirakan suatu penyakit yang dialami oleh pasien yang
datang, sehingga dapat diambil langkah selanjutnya dalam pemeriksaan klinis atau pemeriksaan
penunjang. Berdasarkan skenario yang didapat dalam anamnesis, seorang laki-laki berusia 53
tahun datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan BAB berdarah, tidak ada riwayat
hemorrhoid, tidak ada penurunan berat badan. Keluhan tambahan kebiasaan BAB yaitu kadang
sulit BAB sembelit, kadang diare, feses berwarna gelap, feses mengecil seperti pensil.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dan temuan laboratorium biasanya tidak ada yang spesifik. Upayakan
pemeriksaan colok dubur (rectal touche) pada setiap keluhan perdarahan saluran cerna bawah.
Tidak jarang kita menemukan kasus-kasus kanker kolorektal dari pemeriksaan colok dubur. Pada
kasus polip rektal, kita dapat meraba polip melalui pemeriksaan rectal touche. Hampir separuh
kasus adenoma terutama yang berukuran besar, ditandai dengan adanya perdarahan darah samar
feses (fecal occult blood). Anemia defisiensi besi lebih banyak ditemukan pada polip maligna
karena secara kuantitatif banyak terjadi kehilangan darah secara kronik. 1

Pemeriksaan Penunjang

Karena hampir 2/3 kasus adenoma tidak memberikan gejala, sehingga dibutuhkan pemeriksaan
penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis.

Tes darah samar (fecal occult blood test)

Merupakan pemeriksaan non invasif untuk melihat adanya sejumlah darah pada feses. Ada dua
tipe FOBT yaitu tes guaiac (guaiac-based test) dan tes imunokimiawi (immunochemical test).
Tes guaiac FOBT mudah, aman, dan harganya murah tetapi sensitifitas dan spesifisitasnya
rendah berkisar antara 15% dan 30%. Hasilnya positif bila ditemukan kira-kira 2 ml darah per
hari pada feses. Sensitivitas FOBT sejatinya dapat ditingkatkan melalui beberapa cara seperti
mengambil sampel pada tiga waktu yang berbeda, mengambil sampel tinja yang masih segar,
membatasi asupan asam askorbat beberapa hari sebelum pemeriksaan. Tes FOBT ini memiliki
sensitivitas yang lebih tinggi untuk kanker kolon (sekitar 85%) namun tidak untuk adenoma
(hanya 50%). Untuk adenoma yang kecil dan terletak pada kolon proksimal bahkan dapat lebih
rendah lagi. Hal ini dapat dimaklumi mengingat perdarahan lebih sering dijumpai pada kanker
kolon daripada adenoma. Meski memiliki banyak keterbatasan, tes FOBT ini tetap memegang
peranan penting dalam skrining kanker kolon. 1

Sigmoidoskopi fleksibel (flexible sigmoidoscopy - FS)

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan tabung seperti silinder untuk memeriksa kolon
distal yaitu rektum dan sigmoid. Pemeriksaan ini dianjurkan dilakukan setiap 3-5 tahun sebagai
lanjutan dari pemeriksaan FOBT rutin untuk menyaring kanker kolon. Namun, pemeriksaan ini
memiliki keterbatasan untuk mendeteksi polip kolon ataupun kanker kolon karena hampir
separuh kolon proksimal tidak dapat dijangkau. Sedangkan sepertiga hingga setengah kasus
kanker berlokasi di proksimal dari kolon sigmoid. Selain itu, 3-5% pasien kanker kolon juga
memiliki kanker pada kolon yang lain. 1

Kolonoskopi dan Kromoendoskopi

Kolonoskopi merupakan pemeriksaan terpilih untuk mendeteksi polip kolon dan kanker kolon
sekaligus sebagai modalitas terapi. Meski secara makroskopis beberapa polip kolon dapat
dikenali misal jenis adenoma berdasarkan morfologisnya, namun pemeriksaan histlogis
sebaiknya dilakukan untuk mengetahui jenis dari polip kolon tersebut.

Gambar 1. Morfologi Polip Adenoma pada Kolonoskopi1

Ada pemeriksaan terbaru yang dapat digunakan untuk mengevaluasi polip kolorektal yakni
kromo-endoskopi. Teknik ini menggunakan pewarnaan, yang dapat meningkatkan visualisasi
terutama untuk mendiagnosis displasia dan neoplasi yang datar. Adanya zat warna, dapat
membedakan permukaan mukosa yang halur dengan detil sehingga dapat mengurangi polip
bentuk flat yang luput (missed), juga dapat membantu membedakan polip dengan gambaran
mukosa disekitarnya. Teknik pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi langsung dan secara tepat
jenis histologi polip tanpa harus menunggu hasil biopsi meski membutuhkan waktu prosedur
yang lama, biaya yang lebih mahal, serta potensial toksisitas saat prosedur dilakukan.

Narrow-band imaging (NBI) dilaporkan sebagai modalistas diagnostik terbaru yang dapat
membedakan polip neoplastik dan non neoplastik. Sistem gambarnya dapat langsung
mengidentifikasi secara detail dan berkorelasi baik sesuai dengan histologis polip. Sensitivitas
dan spesifisitas kromoendoskopi dalam membedakan polip neoplastik dengan non neoplastik
adalah 82-98% dan 52-95%.1,2
CT- kolonografi (Computerized tomographic colonography - Visual Kolonoskopi)

Merupakan pemeriksaan kolonoskopi yang melibatkan alat CT-scan menggunakan komputer,


sinar X dirotasikan untuk melihat setiap bagian dari kolon dan rektum. Beberapa penelitian
menyebutkan pemeriksaan ini dapat dilakukan tanpa harus persiapan pembersihan usus. Namun,
peranannya dalam mendiagnosis polip kolon masih belum jelas. Pemeriksaan ini masih belum
bisa menggantikan kolonoskopi konvensional sebagai alat skrining karena sensitivitasnya untuk
adenoma <5 mm hanya berkisara 30-50%, ukuran 6-9 mm berkisar 80% dan untuk ukuran
>10mm mencapai 90%. Namun dewasa ini, kolonoskopi virtual ini, bahkan memberikan hasil
kurang memuaskan karena kemampuan mendeteksi polip >10mm hanya berkisar 70% dan polip
ukuran 5-9mm hanya berkisar 40-60%. 1

Biopsi

Biopsi adalah tindakan diagnostik 7yang dilakukan dengan mengambil sampel jaringan atau sel
untuk dianalisis di laboratorium, baik untuk mendiagnosis suatu penyakit atau untuk mengetahui
jenis pengobatan atau terapi yang terbaik bagi pasien. Tindakan ini juga dikenal sebagai
pengambilan sampel jaringan. Sampel yang diperoleh akan diuji di laboratorium, di mana ahli
patologi anatomi akan menganalisis sampel.

Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan lab, kadar hemoglobin serta nilai hematokritnya rendah. Dan mungkin pula
terjadi ganguan keseimbangan elektrolit serum pada pasien-pasien adenoma vilosa. 2

Polip Usus

Polip merupakan massa kecil seperti tumor yang menonjol dari permukaan membran mukosa.
Polip dapat tumbuh dalam kolon atau rektum, tempat pertumbuhan tersebut menonjol ke dalam
traktus GI. Polip paling sering ditemukan di kolon tetapi mungkin terjadi di esofagus, lambung
atau usus halus. Polip tanpa tangkai dengan dasar yang lebar disebut sesil (sessile polyps). Pada
polip sesil yang membesar, terjadi proliferasi sel-sel sekitar polip dan efek traksi pada tonjolan
ke lumen, mungkin bersamasama membentuk tangkai. Polip dengan tangkai disebut polip
bertangkai (pedunculated polyps). Meski secara makroskopis polip mudah dikenali, namun polip
tetap harus diketahui jenisnya melalui pemeriksaan histologis. Polip usus dapat diklasifikasikann
menurut tipe jaringannya. Tipe polip yang sering ditemukan meliputi 1) Polip adenomatosa,
seperti adenoma tubuler, adenoma tubulovilosa, dan adenoma vilosa. 2) Polip nonadenomatosa,
seperti polip hiperplasia, polip iniflamas, dan polip juvenilis. 2

Sebagian besar polip bersifat benigna. Namun, polip vilosa dan familial memperlihatkan
kecenderungan yang nyata untuk menjadi maligna. Umumnya, polip intestinal dapat
diklasifikasikan menjadi non neoplastik atau neoplastik. Polip neoplastik yang paling sering
adalah adenoma, yang berpotensi berkembang menjadi kanker. Polip kolon non neoplastik dapat
diklasifikasikan lebih lanjut menjadi inflamasi, hamartoma atau hiperplastik.1,2

Anatomi Colon

Colon terbentang di superior caecum dan terdiri dari colon ascendens, colon transversum, colon
descendens, dan colon sigmoideum. Pada daerah pertemuan colon ascendens dan colon
transversum ada flexura coli dextra, yang terletak tepat di inferior lobus dexter hepatis. Serupa,
namun membelok lebih tajam (flexura coli sinistra) terletak di pertemuan antara colon
transversum dan colon descendens. 3

Gambar 2. Anatomi Colon3

Tepat di lateral dari colon ascendens dan colon descendens terdapat sulci paracolici dextra dan
sinistra. Sulci ini terbentuk di antara tepi lateral colon ascendens dan colon descendens dan
dinding posterolateral abdomen dan melalui saluran ini bahan-bahan dapat lewat dari satu regio
cavitas peritonealis ke regio yang lain. Segmen akhir dari colon (colon sigmoideum) dimulai di
atas apertura pelvis superior sampai ke level vertebra SIII, di sini struktur ini bersinambungan
dengan rectum. Colon sigmoideum berbentuk seperti huruf S, dapat bergerak kecuali pada
bagian awalnya, yang bersambung dengan colon descendens, dan pada ujung akhirnya, yang
bersambung ke rectum. Di antara kedua bagian tersebut, colon sigmoideum digantungkan oleh
mesocolon sigmoideum. 3

Histologi Colon

Dinding colon berupa epitel selapis silindris mengandung sel absorptif kolumnar (1) dan sel
goblet (2, 6) terisi-mukus, yang jumlahnya makin banyak ke arah ujung distal kolon. Kelenjar
intestinal (4) di kolon dalam dan lurus, dan terentang dari lamina propria (3) ke muskularis
mukosa (8). Lamina propria (3) dan submukosa (9) berisi agregasi sel limfoid dan nodulus
limfoid (5, 7). 4

Gambar 3. Histologi Colon4

Epidemiologi

Prevalensi bervariasi di berbagai negara namun cenderung lebih tinggi pada negara-
negara maju. Kejadian polip kolon meningkat seiring bertambahnya usia terutama usia di atas 60
tahun dan pria lebih banyak dibanding wanita. Di Indonesia, data dari pusat endoskopi rumah
sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2007 melaporkan sebanyak 662 pasien yang menjalani
pemeriksaan kolonoskopi, 23,2% didapati polip dan kanker kolorektal. Polip kolon adenoma
dengan ukuran > 9 mm lebih sering ditemukan pada orang Afrika-Amerika dan lebih seringnya
pada sisi kanan dan mengalami kanker kolorektal pada usia < 50 tahun dibanding kaukasia.6
Polip kolon yang tidak ditatalaksana dengan baik akan berkembang menjadi karsinoma
dalam beberapa tahun. Hampir 95% kanker kolon berkembang dari adenoma yang tumbuh
perlahan bertahun-tahun (7-10 tahun). Berikut ini adalah tabel distribusi polip kolorektal.8

Segmen usus Persentase polip kolorektal


Sekum 4%
Kolon asenden 10%
Fleksura hepatica 3%
Kolon transversum 9%
Fleksura lienalis 2%
Kolon desenden 8%
Kolon sigmoid 30%
Rektum 34%

Etiologi

Secara umum adenoma dipengaruhi oleh adanya faktor genetik dan faktor lingkungan. Beberapa
faktor yang meningkatkan risiko pembentukan adenoma adalah: 1) Usia, dimana kejadian polip
lebih sering terjadi pada usia >50 tahun. 2) Adanya penyakit radang usus kronik seperti penyakit
Chron dan kolitis ulseratif. 3) Riwayat keluarga inti yang juga memiliki polip atau kanker kolon.
Faktor genetik yang telah diketahui berperan adalah riwayat familial adenosis polyposis (FAP)
dan hereditary non-polyposis colon cancer (HNPCC). 4) Merokok dan konsumsi alkohol. 5) Diet
tinggi lemak berlebihan. 6) Obesitas. 7) Kurang aktivitas fisik. 1,2,5,6

Gejala klinis

Sebagian besar pasien polip kolon tidak bergejala. Pada pasien yang memiliki gejala, pada
umumnya adalah pendarahan melalui anus. Gejala lain yang timbul adalah konstipasi (sulit
buang air besar) atau diare. Pendarahan kronik pada penderit polip kolon dapat mengakibatkan
anemia defisiensi besi. Adanya obstruksi usus, sakit perut dan penurunan berat badan terjadi
ketika penyakit ini sudah berkelanjutan.3

Diagnosis Banding

Hemorrhoid
Hemorrhoid adalah dilatasi pleksus vena yang mengitari area rektal dan anal. Dilatasi ini sangat
sering dan terjadi pada individu yang rentan karena peningkatan yang menetap dalam pleksus
vena hemoroidal.6

Polip Colon jenis Inflamatori atau Hiperplastik

Polip hiperplastik (hyperplastic polyp). Inflamatory polyps, terdapat pada peradangan kronik
seperti penyakit Chron, colitis ulseratif, disentri basilaris, amebiasis, dan skistosomiasis.
Walaupun keliatannya bertangkai tetapi sukar dibedakan antara tangkai dan kepala.1

Karsinoma Kolon

Karsinoma kolon biasanya suatu adenokarsinoma, merupakan suatu keganasan saluran


pencernaan yang paling umum, dengan lesi yang lebih besar pada daerah rektosigmoid. Faktor-
faktor predisposisi meliputi sindrom poliposis herediter, penyakit usus inflamasi kronis, riwayat
karsinoma kolon dalam keluarga, dan kemungkinan penyakit akibat kebiasaan makanan.5

Diagnosis Kerja

Polip Kolon jenis Adenoma Tubular

Adenoma tubular yang khas ialah kecil, sferis dan bertangkai dengan permukaan yang licin.1

Polip
Polip adalah sebuah protrusi yang tampak secara makroskopik dari permukaan mukosa dan bisa
diklasifikasikan.7

Patofisiologi
Polip usus merupakan massa jaringan yang terjadi karena pertumbuhan sel tanpa batas didalam
epitelium sebelah atas, yang muncul diatas membran mukosa dan menonjol ke dalam traktus
kelenjar atau lumen. Polip pada usus besar dibagi atas polip non-epitelial dan polip epitelial.
Polip non-epitelial berasal dari jaringan limfoid, otot halus, lemak, dan saraf. Misalnya polip
limfoid, yang sessile dan submukosa, terdapat pada bagian distal rektum dan tidak ganas. Polip
limfoid ini terjadi karena peradangan lokal. Polip epitelial lebih sering terjadi. Dapat dibagi atas
4 golongan :
1. Adenoma atau golongan neoplastik. Jenis ini sangat berpotensi menjadi ganas. Terdapat 3
jenis adenoma yakni :
a) Adenoma tubular, b) Adenoma villosa, c) Adenoma tubulo-vilosa. Adenoma tubular
yang khas ialah kecil, sferis dan bertangkai dengan permukaan yang licin. Adenoma vilosa
biasanya besar dan sessil dengan permukaan yang tidak licin. Sedangkan adenoma tubulo-
vilosa adalah campuran kedua jenis adenoma. Hampir semua karsinoma kolon timbul dari
adenoma. Proses ini dinamakan adenoma-carsinoma sequence. Menurut penelitian tentang
adenoma, perubahan ke arah ganas lebih mungkin bila adenoma berukuran lebih besar,
berupa adenoma vilosa, atau dysplasia epitel berat. Poliposis kolon merupakan suatu polip
adenomatosa tetapi penyakit ini di Indonesia jarang ditemukan dan diturunkan menurut
hukum Mendel. Bila salah satu orang tua menderita poliposis kira-kira 50% dari
keturunannya akan terkena penyakit ini, Sebelum polip mulai nampak, daerah-daerah dengan
proliferasi atipik sudah dapat ditemukan pada biopsi mukosa rektum. Proliferasi atipik ini
kemudian tumbuh menjadi polip adenomatosa. Biasanya terdapat ratusan hingga ribuan polip
pada poliposis familial. Perdarahan, banyak lendir, dan tenesmus menunjukkan adanya
transformasi keganasan. Juvenil polyposis syndrome yaitu keadaan terdapatnya polip pada
lambung, dan jarang pada ileum dan kolon. Makroskopis kelihatan sebagai polip kecil
sampai 2cm, bundar dengan permukaan licin dan merah terang. Polip pada sindrom Peutz-
Jegher sebagian besar terdapat pada usus kecil akan tetapi, 15%, polip terdapat pula pada
kolon. Polip tersebut sessile atau bertangkai, permukaan kasar dan lobulated, tidak menjadi
ganas.1
2. Hamartoma. Hamartoma merupakan suatu malformasi, terdiri atas suatu campuran jaringan
yang secara normal terdapat di bagian badan tersebut. Pada usus besar ada 2 macam
hamartoma yang dikenal, tetapi jarang terjadi, yakni : a) polip juvenile (Juvenile polyp), b)
polip pada Syndrome Peutz-Jeghers. Polip juvenile biasanya terjadi pada anak-anak,
meskipun tak selalu demikian. Sebagian besar timbul di rektum bagian distal sampai 5 cm
dari rektum, biasanya hanya satu atau sedikit jumlahnya. Polip karena peradangan
(inflammatory polyps). Inflamatory polyps, terdapat pada peradangan kronik seperti penyakit
Chron, colitis ulseratif, disentri basilaris, amebiasis, dan skistosomiasis. Walaupun
keliatannya bertangkai tetapi sukar dibedakan antara tangkai dan kepala.1
3. Polip hiperplastik (hyperplastic polyp). Inflammatory polyps, terdapat pada peradangan
kronik seperti penyakit Chron, colitis ulseratif, disentri basilaris, amebiasis, dan
skistosomiasis. Walaupun keliatannya bertangkai tetapi sukar dibedakan antara tangkai dan
kepala.1
4. Polip hiperplasi atau metaplastik. Biasanya multiple dan sessile, timbul pada usia lebih
dari 40 tahun. Dapat ditemukan disemua bagian usus besar, tetapi lebih sering di rectum.
Biasanya lebih kecil dari 0,5cm dan warnanya sama dengan mukosa sekitar atau lebih pucat.1
Penatalaksanaan

1. Farmakologi
OAINS khusunya aspirin dapat menurunkan insiden polip kolon berulang,
terutama pada polip kolon tingkat lanjut pada pasien yang berisiko kanker kolon dan
perdarahan gastrointestinal risiko rendah dan strok hemoragik.6
2. Non-farmakologi
Penanganan dilakukan sesuai tipe dan ukuran polip. Untuk adenoma polipoid
umum yang berukuran < 1 cm memerlukan tindakan polipektomi yang sering dikerjakan
dengan fulgurasi (penghancuran polip dengan arus listrik frekuensi-tinggi) pada saat
dilakukan endoskopi. Untuk yang berukuran > 4 cm dengan tipe yang sama dan semua
adenoma vilosa invasif, dilakukan reseksi abdominoperineal atau reseksi anterior bawah.
Hiperplasia polipoid terbatas ditangani dengan biopsi. Polip herediter memerlukan
reseksi abdominoperineal total dengan ileostomi permanen, kolektomi subtotal dengan
ileoproktostomi, atau anastomosis ileoanal. Polip juvenilis cenderung mengalami
autoamputasi akibat pelepasan spontan jaringan polipnya dan terapi pilihannya adalah
pengangkatan dengan jerat kawat (snare) bila autoamputasi tidak terjadi.8

Edukasi

Pasien perlu dipantau sesuai dengan polip yang terdapat pada pasien. Pada pasien dengan
1 atau 2 adenoma tubular kecil < 1 cm dengan displasia derajat rendah, dilakukan pemantauan
dengan kolonoskopi < 5 tahun berikutnya sedangkan pasien dengan lesi adenoma lanjut atau
adenoma derajat 3 sebaiknya kolonoskopi diulang dalam 3 tahun sepanjang polip yang sudah ada
telah dilakukan pengangkatan secara komplit.8

Berikut ini adalah rekomendasi pemeriksaan untuk pasien dengan riwayat keluarga
kanker kolorektal dan polip adenomatosa.6

Kategori pasien Skrining Surveilans


Derajat 1, diagnosis kanker Kolonoskopi pada usia 40 Jika normal, diulang setiap 3-5
kolorektal, usia < 60 tahun tahun atau secara efektif 10 tahun
tahun lebih muda
Derajat 1, diagnosis kanker Kolonoskopi pada usia 40 Jika normal, diulang setiap 10
kolorektal, usia > 60 tahun tahun tahun
Derajat 1, polip adenomatous, Kolonoskopi pada usia 40 Jika normal, diulang setiap 5
usia < 60 tahun tahun atau 10 tahun lebih tahun
muda
Derajat 1, polip adenomatous, Kolonoskopi untuk Jika normal, disesuaikan
usia > 60 tahun skrining, tergantung usia dengan faktor risiko
Derajat 2 atau 3, kanker atau Kolonoskopi sesuai faktor Jika normal, disesuaikan
polip risiko dengan faktor risiko

Komplikasi

Polip kolon yang tidak terobati dengan baik akan dapat menimbulkan rekurensi bahkan
keganasan dalam beberapa tahun. Resiko semakin meningkat dengan semakin bertambahnya usia, ukuran
dan jenis dari polip. Selain kanker polip bisa menyebabkan beberapa komplikasi seperti perdarahan,
diare, obstruksi usus. Apabila perdarahan tidak terkompensasi maka bisa timbul anemia defisiensi besi.

Prognosis

Prognosis bergantung pada jenis polip yang ditemukan :

1. Polip adenoma : dapat berpontensi menjadi ganas, probabilitas dari suatu polip adenomatosa
untuk menjadi ganas tergantung dari penampakan makroskopik lesi, gambaran histologik dan
ukurannya.7
2. Hamartoma usus : polip hamartoma non familial tidak berhubungan dengan peningkatan
risiko karsinoma.

3. Polip hiperplastik : tidak menyebabkan peningkatan risiko kanker.

4. Polip retensi juvenilis : tidak dihubungkan dengan peningkatan risiko karsinoma.

5. Poliposis kolon familial : karsinoma kolon terjadi pada 100% kasus. Kolektomi total untuk
mencegah kanker merupakan indikasi absolut.

6. Sindrom Peutz-Jeghers : terdapat sedikit peningkatan risiko karsinoma kolon.

7. Sindrom poliposis juvenilis : terdapat sedikit peningkatan karsinoma kolon.4

Kesimpulan

Istilah polip kolon dalam klinik dipakai untuk menggambarkan tiap kelainan yang jelas, yang
menonjol di atas permukaan mukosa yang mengelilinginya. Bentuk, besar, dan permukaan polip
dapat berbeda-beda. Ada yang bertangkai (pedunculated polyp) dan ada yang tidak bertangkai
dan memiliki dasar yang lebar (sessile polyp).

Laki-laki berusia 53 tahun ini mengalami polip kolon jenis adenoma tubular, yang termasuk
golongan polip adenoma atau neoplastik ukuran polip adenoma tubular lebih kecil daripada
adenoma villosa, serta permukaannya lebih licin daripada adenoma tubular, ukuran lebih kecil ini
yang mengurangi resiko keganasan dan dapat kemungkinan disembuhkan dengan cepat, tetapi
walaupun ukuran polip berbeda diantara jenis polip adenoma ini, tidak menutup kemungkinan
yang mana yang dapat menyebabkan resiko terkena kanker terlebih dahulu, karena jenis polip ini
sendiri merupakan golongan yang dapat berpotensi menjadi ganas, dibandingkan jenis golongan
polip yang lain.

Daftar Pustaka

1. Aru W. S., Bambang S., Idrus A., Marcellius S. K., Siti S. Buku ajar ilmu penyakit dalam
PAPDI jilid 1. Jakarta : Interna Publishing; 2014. hlm 557-9.

2. R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC; 2004. hlm 654-7.
3. Sylvia A. P., Lorraine M. W. Patofisiologi volume 1. Los Angeles; 1994. hlm 563-6.

4. Stanlay L. Robbins, Vinay Kumar. Buku ajar patologi. Jakarta : EGC; 2007. hlm 565-6

5. Patel PR. Lectus notes radiologi. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006.

6. Tambayong J. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC; 2000.

7. Asdie AH, Isselbacher, Braunwald. Harrison: prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam.


Jakarta: EGC; 2014.

Anda mungkin juga menyukai