Anda di halaman 1dari 3

1.

Anatomi epistaksis
Suplai darah cavum nasi berasal dari system karotis yaitu arteri karotis eksterna membrikan
suplai darah terbanyak pada cavum nasi melalui. 1

 Arteri spenopalatina
Cabang terminal arteri maksilaris yang berjalan melalui foramen sphenopalatina yang
memperdarahi septum tiga perempat posterior dan dinding lateral hidung. 1

 Arteri palatina descendens


Memberikan cabang arteri palatine mayor yang berjalan melalui kanalis incisivus
palatum durum dan menyuplai bagian inferoanterior septum nasi. Karotis interna
akanmepercabangkan arteri ethmoidalis anterior dan posterior melalui arteri ofthalamika
yang memperdarahi septum dan dinding lateral.1-2

Gambar 1. Pleksus Kiesselbach

2. Anamnesis

Pasien sering menyatakan bahwa perdarahan berasal dari bagian depan dan belakang hidung.
Perhatian ditujukan pada bagian hidung tempat awal terjadinya perdarahan atau pada bagianhidung yang
terbanyak mengeluarkan darah. Pada anamnesis harus ditanyakan secara spesifik mengenai beratnya
perdarahan, frekuensi,lamanya perdarahan dan riwayat perdarahan hidung sebelumnya. Perlu
ditanyakan jugamengenai kelainan pada kepala dan leher yang berkaitan dengan gejala-gejala yang
terjadi padahidung. Bila perlu, ditanyakan juga mengenai kondisi kesehatan pasien secara umum
yangberkaitan dengan perdarahan misalnya riwayat darah tinggi, aterosklerosis, koagulopati,
riwayatperdarahan yang memanjang setelah dilakukan operasi kecil, riwayat penggunaan obat-obatan
seperti NSAID,aspirin, warparin,heparin, dan kebiasaan merokon dan minum-minuman keras.

3. Pemeriksaan fisik
Alat-alat yang diperlukan untuk pemeriksaan adalah lampu kepala, spekulum hidung dan alat
penghisap (bila ada) dan pinset bayonet, kapas, kain kasa. 1
Untuk pemeriksaan yang adekuat pasien harus ditempatkan dalam posisi danketinggian yang
memudahkan pemeriksa bekerja.2 Harus cukup sesuai untuk mengobservasi atau mengeksplorasi sisi
dalam hidung. Dengan speculum hidung dibuka dan dengan alat penghisap dibersihkan semua kotoran
dalam hidung baik cairan, secret maupun darah yang sudah membeku. Sesudah dibersihkan
semua lapangan dalam hidung diobservasi untuk mencari tempatdan factor-faktor penyebab perdarahan.
Setelah hidung dibersihkan, dimasukkan kapas yangdibasahi dengan larutan anestesi local yaitu larutan
pantokain 2% atau larutan lidokain 2% yangditetesi larutan adrenalin 1:1000 ke dalam hidung untuk
menghilangkan rasa sakit dan membuatvasokonstriksi pembuluh darah sehingga perdarahan dapat
berhenti untuk sementara. Sesudah10-15 menit kapas dalam hidung dikeluarkan dan dilakuakan
evaluasi.1-5
Pemeriksaan yang diperlukan berupa
a. Rinoskopi anterior
Pemeriksaan harus dilakukan dengan cara teratur dari anterior ke posterior.
Vestibulum,mukosa hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung dan konka
inferior harusdiperiksa dengan cermat.1
b. Rinoskopi posterior
Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior pada pasien dengan
epistaksis berulang dan secret hidung.2

4. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI penting mengenali
neoplasma atau infeksi. Endoskopi hidung untuk melihat atau menyingkirkan kemungkinan penyakit
lainnya.
Skrining terhadap koagulopati Tes-tes yang tepat termasuk waktu protrombin serum, waktu tromboplastin
parsial, jumlah platelet dan waktu perdarahan.

5. Epidemiologi

Epistaksis di Amerika memberi kontribusi sekitar 1 dari 200 kunjungan diUGD,dan secara statistik
epistaksis memiliki distribusi bimodaldengan puncak pertama berasal dari golongan usia anak dan puncak
berikutnya adalah pada golongan usia 70-79 tahun.1
Penelitian di Amerika membuktikan bahwa penggunaan antioksidan padaperokok yang berusia 50-64
tahun terbukti bermakna meningkatkan insidens epistaksissebesar 7,6 %, demikian juga dengan
penggunaan preparat asetil salisilat yang seringpada penderita kelainan pembuluh darah terbukti dapat
meningkatkan.3 Pada populasi anak dan dewasa muda cenderung lebih berisiko untuk menderita epistaksis
berulang pada daerah anterior hidung yang melibatkan Pleksus Kiesselbach,sedangkan pada golongan
usia tua dan lansia, risiko untuk terjadinya epistaksis posterior lebih sering muncul. Epistaksis juga lebih
sering terjadi berkaitan dengan risiko aktifitas olah raga, misalnya saja pemain sepak bola jelas lebih
berisiko daripadaseorang pehobi pecatur, sedangkan buruh bongkar muat barang jelas lebih berisiko
dibanding dan pekerja di perpustakaan, pekerja diruang terlampau panas atau lebih berisiko untuk
terjadinya epistaksis dibandingkan bekerja diruangan yang dilengkapi dengan pengatur suhu. 1-3

Anda mungkin juga menyukai