Anda di halaman 1dari 34

Epistaksis

Oleh
Dea Oktoviani

Pembimbing
dr. Elfahmi, Sp. THT-KL
Latar Belakang

Epistaksis atau perdarahan dari hidung


banyak dijumpai sehari-hari baik pada
anak maupun usia lanjut. Epistaksis
seringkali merupakan gejala atau
manifestasi penyakit lain. Kebanyakan
ringan dan sering dapat berhenti sendiri
tanpa memerlukan bantuan medis, tetapi
epistaksis yang berat, walaupun jarang,
merupakan masalah kedaruratan yang
dapat berakibat fatal bila tidak segera
Vaskularisasi Hidung
Hidung diperdarahi oleh arteri karotis
interna dan arteri karotis eksterna.
Bagian atas rongga hidung diperdarahi
oleh arteri etmoidalis anterior dan
posterior.
Bagian bawah rongga hidung
diperdarahi oleh cabang arteri maksilaris
interna, diantaranya yaitu ujung arteri
palatina mayor dan arteri
sphenopalatina.
Bagian depan hidung diperdarahi oleh
cabang dari arteri fasialis.
Pleksus Kiesselbach merupakan
anastomosis dari arteri etmoidalis anterior,
arteri palatina mayor, arteri
sphenopalatina, dan arteri labialis superior
yang terletak di anterior rongga hidung.
Pleksus Kiesselbach letaknya superficial
dan tidak terlindungi sehingga mudah
cedera karena trauma. Lebih dari 90%
kasus epistaksis terjadi akibat perdarahan
di pleksus Kiesselbach atau sering disebut
Littles area di septum nasal.
Perdarahan posterior berasal dari
pleksus Woodruff yang terletak di
rongga hidung bagian belakang atas
atau konka media yang merupakan
anastomosis dari arteri
sphenopalatina dan arteri etmoidalis
posterior (Gifford & Orlandi, 2008).
Definisi Epistaksis

Perdarahan akut yang berasal dari lubang


hidung atau nasofaring.
Bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari
penyakit lain yang kebanyakan ringan dan
dapat berhenti sendiri.
Walaupun jarang, epistaksis yang berat
merupakan masalah kegawatdaruratan yang
dapat berakibat fatal bila tidak segera
ditangani (Mangunkusumo & Wardhani,
2007).
Etiologi
Trauma
Kelainan pembuluh darah
Infeksi lokal
Tumor
Penyakit kardiovaskular
Kelainan darah
Kelainan kongenital
Infeksi sistemik
Perubahan udara
Gangguan hormonal
Patofisiologi
Pada orang yang berusia menengah dan lanjut,
pemeriksaan arteri kecil dan sedang terlihat
perubahan progresif dari otot pembuluh darah tunika
media menjadi jaringan kolagen. Perubahan tersebut
bervariasi dari fibrosis interstitial sampai perubahan
yang komplit menjadi jaringan parut. Perubahan
tersebut memperlihatkan gagalnya kontraksi
pembuluh darah karena hilangnya otot tunika media
sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak
dan lama.
Pada orang yang lebih muda, pemeriksaan di lokasi
perdarahan setelah terjadinya epistaksis
memperlihatkan area yang tipis dan lemah.
Kelemahan dinding pembuluh darah ini disebabkan
oleh iskemia lokal atau trauma (Munir et al., 2006).
Klasifikasi
Epistaksis Anterior : paling sering
dijumpai, terutama pada anak-anak
dan biasanya dapat berhenti sendiri.
Perdarahan ini bersumber dari
pleksus Kiesselbach (Littles area).
Dapat juga berasal dari arteri
etmoidalis anterior. Daerah ini rentan
terhadap kelembapan udara yang di
inspirasi dan trauma.
Epistaksis Posterior : dapat berasal
dari arteri sfenopalatina dan arteri
etmoidalis posterior. Pendarahan
biasanya hebat dan jarang berhenti
dengan sendirinya sehingga
memerlukan perawatan di rumah
sakit. Sering ditemukan pada pasien
lebih tua dengan hipertensi,
arteriosklerosis atau penyakit
kardiovaskuler lainnya.
Diagnosis
Anamnesis
Riwayat perdarahan sebelumnya
Lokasi perdarahan
Apakah ada darah mengalir kedalam tenggorokan
atau keluar dari hidung bila pasien duduk atau tegak?
Lama perdarahan dan frekuensinya
Riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga
Hipertensi
Diabetes mellitus
Penyakit hati
Penggunaan antikoagulan
Trauma hidung yang belum lama
Pemeriksaan yang perlu dilakukan

Rinoskopi Anterior
Pemeriksaan harus dilakukan dengan
teratur dari anterior ke posterior.
Vestibulum, mukosa hidung dan septum
nasi, dinding lateral hidung dan konka
inferior harus diperiksa dengan cermat.
Rinoskopi Posterior
Pemeriksan nasofaring dengan rinoskopi
posterior penting pada pasien dengan
epistaksis berulang dan sekret hidung
kronik untuk menyingkirkan neoplasma.
Penatalaksanaan
Perdarahan Anterior :
Pada epistaksis anterior yang tidak berhenti
sendiri, dapat dicoba dihentikan dengan
menekan hidung dari luar selama 10-15
menit, cara ini seringkali berhasil. Bila
sumber perdarahan dapat terlihat, dapat
dikauterisasi dengan larutan Nitrat Argenti
(AgNO3) 25-30%. Bila perdarahan masih
berlangsung, maka perlu dilakukan
pemasangan tampon anterior yang dibuat
dari kapas atau kasa yang diberi pelumas
vaselin atau salep antibiotik.
Tampon dimasukkan sebanyak 2-4
buah, disusun dengan teratur dan
harus dapat menekan asal
perdarahan. Tampon dipertahankan
selama 2x24 jam, harus dikeluarkan
untuk mencegah infeksi. Bila
perdarahan belum berhenti, dapat
dipasang tampon baru. Pasien juga
harus diberikan antibiotik spektrum
luas untuk mencegah infeksi akibat
pemasangan tampon(Iskandar, 2006).
Pada anak yang sering mengalami
epistaksis ringan, perdarahan dapat
dihentikan dengan cara duduk dengan
kepala ditegakkan, kemudian cuping
hidung ditekan ke arah septum selama
beberapa menit (Metode Trotter).
Medika Mentosa
Pada pasien yang dipasang tampon anterior, berikan
antibiotik profilaksis.
Vasokonstriktor topikal : Oxymetazoline 0,05%.
-Menstimulasi reseptor alfa-adrenergik sehingga terjadi
vasokonstriksi.
-Dosis : 2 3 spray pada lubang hidung setiap 12 jam
Anestesi lokal : lidokain 4%
-Digunakan bersamaan dengan oxymetazolin
-Menginhibisi depolarisasi, memblok transmisi impuls
saraf
Salep antibiotik : mopirocin 2% (Bactroban nasal)
-Menghambat pertumbuhan bakteri
-Dosis : 0,5 g pada setiap lubang hidung selama 5 hari
Perdarahan Posterior : Dapat
dilakukan pemasangan tampon
Bellocq. Tampon ini terbuat dari kasa
padat dibentuk kubus atau bulat
dengan diameter 3 cm. Pada tampon
ini terikat 3 buah benang, 2 di satu sisi
dan 1 di sisi yang lain. Sebagai
pengganti tampon Bellocq, dapat
digunakan kateter Folley dengan
balon.
Masukkan kateter karet melalui nares
anterior sampai tampak di orofaring
dan kemudian ditarik keluar melalui
mulut. Ujung kateter kemudian diikat
pada dua buah benang yang terdapat
pada satu sisi tampon Bellocq dan
kemudian kateter ditarik keluar
hidung. Benang yang telah keluar
melalui hidung kemudian ditarik,
sedang jari telunjuk tangan yang lain
membantu mendorong tampon ini ke
arah nasofaring.
Jika masih terjadi perdarahan dapat
dibantu dengan pemasangan tampon
anterior, kemudian diikat pada kain kasa
yang diletakkan ditempat lubang hidung
sehingga tampon posterior terfiksasi.
Sehelai benang lagi pada sisi lain tampon
Bellocq dikeluarkan melalui mulut (tidak
boleh ditarik terlalu kencang) dan
diletakkan pada pipi. Benang ini berguna
untuk menarik tampon keluar melalui
mulut setelah 2-3 hari. Setiap pasien
dengan tampon Bellocq harus dirawat.
Ligasi Arteri Karotis Eksterna
Tindakan ini dapat dilakukan dibawah
anastesi lokal. Dibuat insisi horizontal
sekitar dua jari dibawah batas mandibula
yang menyilang pinggir anterior muskulus
sternokleidomastoideus. Setelah flap
subplatisma dielevasi, muskulus
sternokleidomastoideus di retraksi ke
posterior dan diseksi diteruskan ke arah
bawah menuju selubung karotis. Lakukan
identifikasi bifurkatio karotis kemudian
arteri karotis eksterna dipisahkan.
Dianjurkan untuk melakukan ligasi dibawah
arteri faringeal asendens, terutama apabila
Ligasi Arteri Maxillaris Eksterna

Dilakukan dengan anastesi lokal atau


umum, lalu dilakukan insisi Caldwell Luc
dan buat lubang pada fosa kanina.
Setelah dijumpai antrum maksila, secara
hati-hati buang dinding sinus posterior
dengan menggunakan pahat kecil, kuret
atau bor, dimulai dari bagian inferior dan
medial untuk menghindari trauma orbita.
Setelah terbentuk jendela (window) pada
tulang, lakukan insisi pada periostium
posterior
Jaringan lemak dan jaringan ikat pada
fosa pterigopalatina di diseksi dengan
menggunakan hemostat, alligator clips,
bayonet forcep dengan
bipolarelectrocauter dan nervehook.
Setelah arteri maksila interna
diidentifikasi, arteri ini diretraksi dengan
menggunakan nervehook dan
identifikasi cabang-cabangnya. Dibuat
nasoantral window dan masukkan
tampon yang telah diberi antibiotik
selama 24 jam.
Ligasi Arteri Ethmoidalis
Ligasi dilakukan pada tempat arteri
keluar melalui foramen etmoidalis
anterior dan posterior yang berada
pada sutura frontoetmoid. Foramen
etmoidalis anterior berada kira-kira
1,5 cm posterior dari krista lakrimalis
posterior. Foramen etmoidalis
posterior berada hanya 4 - 7 mm.
Retraktor orbita digunakan untuk
meretraksi periostium orbita dan sakus
lakrimalis. Diseksi dilakukan disebelah
posterior disepanjang garis sutura pada
lamina subperiosteal.Dua klem arteri
diletakkan pada arteri etmoidalis anterior,
dan rongga hidung dievaluasi kembali. Jika
perdarahan berhenti, arteri etmoidalis
posterior jangan diganggu untuk
menghindari trauma nervus optikus. Tetapi
bila perdarahan persisten, arteri etmoidalis
posterior diidentifikasi dan diklem.
Komplikasi
Perdarahan yang hebat dapat menyebabkan
aspirasi darah kedalam saluran napas bawah,
juga dapat menyebabkan syok dan anemia.
Pemasangan tampon anterior : rino-sinusitis,
bloody tears (akibat darah mengalir secara
retrograd melalui duktus nasolakrimalis), dan
septikemia atau toxic shock syndrome.
Pemasangan tampon posterior : otitis media,
hemotimpanum (akibat darah mengalir melalui
tuba Eustachius), dan laserasi palatum mole
atau sudut bibir jika benang yang keluar dari
mulut terlalu ketat dilekatkan di pipi.
Prognosis

Sembilan puluh persen


kasus epistaksis dapat
berhenti sendiri. Pada
pasien hipertensi
dengan/tanpa
arteriosklerosis, biasanya
perdarahan hebat, sering
kambuh dan prognosisnya
buruk.
Kesimpulan
Epistaksis (perdarahan dari hidung) adalah suatu
gejala dan bukan suatu penyakit, yang disebabkan
oleh adanya suatu kondisi kelainan atau keadaan
tertentu. Epistaksis bisa bersifat ringan sampai
berat yang dapat berakibat fatal. Epistaksis
disebabkan oleh banyak hal, namun dibagi dalam
dua kelompok besar yaitu sebab lokal dan sebab
sistemik. Epistaksis dibedakan menjadi dua
berdasarkan lokasinya yaitu epistaksis anterior dan
epistaksis posterior. Prinsip penatalaksanaan
epistaksis adalah perbaiki keadaan umum, cari
sumber perdarahan, hentikan perdarahan, dan cari
faktor penyebab untuk mencegah berulangnya
perdarahan.
^Wassalam^

-Thankyou-

Anda mungkin juga menyukai