Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014, Puskesmas merupakan
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesahatan perorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, puskesmas menyelenggarakan fungsi
yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan. UKM esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi, dan
pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk


mewujudkan masyarakat yang :
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat.
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas puskesmas menyelenggarakan fungsi:
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Melaksankan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat
dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama
dengan sektor lain terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas
g. Memantau pelakasanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan pelayan kesehatan
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
2. Penyelengggaran UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif
dan preventif.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja
sama inter dan antar profesi,
f. Melaksanakan rekam medis
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
pelayanan kesehatan.
h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan vasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama di wilayah kerjanya
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
rujukan.

2.2 Manajemen
Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara
efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam hal ini manejemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri
utama penerapannya yaitu efisien dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih
alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan
keputusan manejerial.
2.2.1 Perencanaan
a. Pengertian
Perencanaan adalah suatu proses memulai dengan sasaran-sasaran, batasan strategi,
kebijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai organisasi untuk menerapkan
keputusan, dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik terhadap pengenalan siklus
perencanaan baru (Steiner). Perencanaan merupakan fungsi terpenting dalam manajemen
karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Perencanaan
manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan
yang dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan
merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
b. Langkah-langkah Perencanaan
Dalam perencanaan, terdapat beberapa langkah-langkah perencanaan yaitu sebagai
berikut :
1) Analisa situasi
2) Mangidentifikasi masalah prioritas
3) Menentukan tujuan program
4) Mengkaji hambatan dan kelemahan program
5) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

2.2.2 Pengorganisasian
a. Pengertian
Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga mempunyai
peranan penting, melalui fungsi pengorganisasian seluruh sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi (manusia dan yang bukan manusia) akan diatur penggunaannya secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang dan
pendelegasian wewenang oleh pimpinan staf dalam mencapai tujuan organisasi
b. Manfaat Pengorganisasian
Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian seorang manajer akan mengetahui:
1. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
2. Hubungan organisatoris antar manusia yang akan terjadi anggota atau staf organisasi
3. Pendelegasian wewenang. Manajer atau pimpinan akan melimpahkan wewenang
kepada staf sesuai dengan tugas pokok yang diberikan kepadanya
4. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi
c. Langkah-langkah Pengorganisasian
Ada lima langkah penting dalam pengorganisasian yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf
2. Membagi pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai tujuan
3. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis
4. Menetapkan kewajiban yang dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas
pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya
5. Mendelegasikan wewenang

2.2.3 Penggerakan dan Pelaksanaan


a. Pengertian
Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan program
(ditetapkan pada fungsi pengorganisasian) untuk mencapai tujuan program (yang dirumuskan
dalam fungsi perencanaan). Fungsi manajemen ini lebih menekankan bagaimana manajer
mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya (manusia dan yang bukan manusia)
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.

b. Tujuan dan Fungsi Pelaksanaan


Tujuan pelaksanaan yaitu
a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien
b. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan staf
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan prestasi
kerja staf
e. Memuat organisasi berkembang secara dinamis.

2.2.4 Pengawasan dan Pengendalian


a. Prinsip Pengawasan
Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi yang terakhir dari proses
manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi perencanaan. Melalui
fungsi pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan program yang dituangkan dalam
bentuk target, prosedur kerja dan sebagainya harus selalu dibandingkan dengan hasil yang
dicapai atau yang mampu dikerjakan oleh staf. Jika ada kesenjangan dan penyimpangan yang
terjadi harus segera diatasi. Penyimpangan harus dapat dideteksi secara dini dicegah,
dikendalikan atau dikurangi oleh pimpinan. Fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan
agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefesienkan, dan tugas-tugas staf untuk mencapai
tujuan program dapat lebih diefektifkan.
b. Standar Pengawasan
Standar pengawasan mencakup :
1. Standar norma. Standar ini dibuat berdasarkan pengalaman staf melaksanakan
kegiatan program yang sejenis atau yang dilaksanakan dalam situasi yang sama di
masa lalu.
2. Standar kriteria. Standar ini diterapkan untuk kegiatan pelayanan oleh petugas yang
sudah mendapat pelatihan. Standar ini terkait dengan tingkat profesionalisme staf.
c. Manfaat Pengawasan
Fungsi pengawasan dan pengendalian dilaksanakan dengan tepat, organisasi yang akan
memperoleh manfaatnya yaitu :
1. Dapat mempengaruhi sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan oleh staf,
apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber dayanya sudah
digunakan sesuai dengan yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini, fungsi pengawasan
dan pengendalian bermanfaat untuk meningkatkan efesiensi kegiatan program
2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf melaksanakan tugas-
tugasnya
3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan dan
telah dimanfaatkan secara efisien
4. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan atau
diberikan pelatihan lanjutan.
d. Evaluasi
Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang juga sering dilakukan untuk
mengetahui kemajuan pelaksanaan program. Perbedaaannya terletak pada sasarannya, sumber
data, siapa yang akan melaksanakannya dan waktu pelaksanaannya. Antara evaluasi dengan
fungsi pengawasan juga mempunyai kesamaan tujuan yaitu untuk memperbaiki efesiensi dan
efektifitas pelaksanaan program dengan memperbaiki fungsi perencanaan.

2.3. Penyakit Tuberkulosis

2.3.1 Pengertian

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TBC (Mycobacterium Tuberkulosis).

2.3.2 Etiologi
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat
mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap
dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa
hari.

2.3.3 Cara Penularan

Sumber penularan adalah penderita TBC BTA Positif. Pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang
dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman
TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut dapat
menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita
ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat
positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut, bila hasil pemeriksaan
dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut.

2.3.4 Resiko Penularan

Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberkulosis Infection = ARTI) di


Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3%. Pada daerah dengan ARTI
sebesar 1% berarti setiap tahun di antara 1000 penduduk terdapat 10 (sepuluh) orang akan
terinfeksi. Sebagian besar orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TBC, hanya
sekitar 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TBC.

Dari keterangan di atas dapat diperkirakan pada daerah dengan ARTI 1% maka di
antara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 (seratus) penderita tuberkulosis setiap tahun, di
mana 50 penderita adalah BTA Positif.

2.3.5 Riwayat terjadinya Tuberkulosis paru

Penyakit ini diawali oleh infeksi primer pada seseorang terpapar pertama kali dengan
kuman TB Paru. Infeksi dimulai saat kuman TB Paru berhasil berkembang biak dengan cara
pembelahan diri di paru sehingga mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe di
sekitar hilus paru, hal ini berlangsung sekitar 4-6 minggu. Setelah infeksi primer terjadi,
perkembangan penyakit tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respons
daya tahan tubuh. Ada kuman persisten atau dormant (tidur) dan akan aktif ketika daya tahan
tubuh tidak mampu melawan kuman tersebut, sehingga terjadilah penderita TB Paru, waktu
yang diperlukan untuk proses ini diperkirakan sekitar 6 bulan.

2.3.6. Gejala dan Tanda

a. Gejala utama

Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih.

b. Gejala tambahan, yang sering dijumpai :

Dahak bercampur darah


Batuk darah
Sesak nafas dan rasa nyeri dada
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari
sebulan

2.3.7 Diagnosis Penyakit Tuberkulosis Paru

Diagnosis tuberkulosis pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya


BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif
apabila dua dari tiga spesimen SPS BTA hasilnya Positif. Bila hanya satu spesimen yang
positif perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan
dahak SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TBC maka penderita didiagnosis sebagai
penderita TBC BTA positif, kalau hasil rontgen tidak mendukung TBC, maka pemeriksaan
dahak SPS diulangi.

2.3.8 Penemuan penderita Tuberkulosis Paru

Penemuan penderita dilakukan secara pasif artinya penjaringan tersangka penderita


dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan
secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan
maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Cara ini
biasa dikenal dengan sebutan passive promotive case dinding (penemuan penderita secara
pasif dengan promosi yang aktif). Selain itu, semua kontak penderita TBC Paru BTA positif
dengan gejala sama harus diperiksa dahaknya.

2.4 Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru

Program pemberantasan penyakit menular mempunyai peranan dalam menurunkan


angka kesakitan dan kematian adapun tujuan penanggulangan Tuberkulosis paru adalah :

2.4.1 Jangka Panjang

Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian penyakit TB dengan cara


memutuskan mata rantai penularan, sehingga penyakit TB tidak lagi merupakan masalah
kesehatan masyarakat Indonesia.

2.4.2 Jangka Pendek

Tercapainya angka kesembuhan minimal 85% dari semua penderita baru BTA positif
yang ditemukan dengan menggunakan strategi DOTS dan tercapainya cakupan penemuan
penderita sesuai dengan target CDR yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 70%
secara bertahap.

2.5 Faktor-faktor Resiko

Faktor resiko adalah suatu determinan yang diperlukan sehingga dapat mengurangi
kemungkinan timbulnya masalah kesehatan atau penyakit. Karakteristik tertentu dari
golongan penduduk yang mempunyai resiko untuk terjangkitnya penyakit TB lebih besar bila
dibandingkan dengan golongan lain, faktor resiko tersebut adalah :

2.5.1 Umur

Sampai pada usia pubertas antara anak laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan
kejadian TB Paru. Namun setelah melewati usia pubertas hingga dewasa terdapat perbedaan
yang beragam di berbagai negara. Penyakit TB sebagian besar ( 75%) menyerang kelompok
usia produktif, kelompok ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah. Hal tersebut juga di
temukan pada penelitian kasus kontak TB yang dilakukan oleh Chandra Wibowo dkk di
RSUP Manado di mana dari 15 orang penderita, 14 orang (93,33%) berusia produktif (19-55
tahun) dan hanya 1 orang (6,67%) berusia 56 tahun. Rentang usia TB pada kasus kontak
adalah 28-46 tahun pada laki-laki dan 20-56 tahun pada perempuan.

2.5.2 Jenis Kelamin

Di Eropa dan Amerika Utara insiden tertinggi TB Paru biasanya mengenai usia
dewasa muda. Angka pada pria selalu cukup tinggi pada semua usia tetapi angka pada wanita
cenderung menurun tajam sesudah melampaui usia subur. Wanita sering mendapat TB Paru
sesudah bersalin. Sementara di Afrika dan India tampaknya menunjukkan pola yang sedikit
berbeda. Prevalensi TB Paru tampaknya meningkat seiring dengan peningkatan usia pada
jenis kelamin. Pada wanita prevalensi menyeluruh lebih rendah dan peningkatan seiring
dengan usia adalah kurang tajam di bandingkan dengan pria. Pada wanita prevalensi
maksimum pada usia 40-50 tahun dan kemudian berkurang. Pada pria prevalensi terus
meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai 60 tahun.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chandra Wibowo di RSUP Manado menemukan
bahwa pada laki-laki mendapatkan TB Paru Pada kasus kontak 0, 36 kali pada perempuan.
Menurut Ismen MD 2000 dalam Chandra Wibowo dkk 2004 bahwa penelitian di negara maju
didapatkan laki-laki memiliki resiko tertular akibat kontak lebih besar dari pada perempuan.
Sebaliknya di negara berkembang diperkirakan sama, bahkan perempuan sedikit lebih banyak
karena berbagai alasan sosial budaya. Peran perempuan di sini cukup penting, karena selain
merawat penderita TB Paru di rumah, suka melakukan aktivitas rumah tangga untuk anak,
suami dan anggota keluarga lain sehingga penularan dapat dengan mudah dan cepat menular
ke anggota keluarga lain.
BAB III
HASIL PRAKTIK KLINIK

3.1 Gambaran Umum Institusi


3.1.1 Kondisi Geografi
Peta Wilayah :
Puskesmas Nan Balimo Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok mulai beroperasional
pada bulan april 2008. Puskesmas Nan Balimo mempunyai 2 (dua) Kelurahan yaitu
Kelurahan Nan Balimo dengan luas wilayah 759 Ha dan Kelurahan Laing dengan luas
wilayah 815 Ha. Puskesmas Nan Balimo merupakan puskesmas non perawatan atau
puskesmas rawat jalan.
Puskesmas Nan Balimo terletak di Kecamatan Tanjung Harapan dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan Kabupaten Solok
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel PPA dan Kampung Jawa
Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan tanjung paku
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung jawa
Jarak antara Puskesmas Nan Balimo dengan Ibukota Propinsi Sumatera Barat 67 km,
dengan Luas wilayah kerja 1474 Ha yang terbagi atas 2 (dua) kelurahan, yaitu :
Kelurahan Nan Balimo
Kelurahan Laing

3.1.2 Kondisi Demografi


Berdasarkan data statistik tahun 2014 jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Nan Balimo sebanyak 8682 jiwa, dimana menurut kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Nan Balimo, jumlah penduduk sebanyak 7080 jiwa
2. Kelurahan Laing, jumlah penduduk sebanyak 1111 jiwa
Mata pencarian penduduk di Kelurahan Nan Balimo dan Kelurahan Laing pada
umumnya bekerja di sektor perdagangan dan sektor pertanian.

3.1.3 Visi Dan Misi


A. Visi
Terwujudnya masyarakat Nan Balimo dan laing mandiri untuk hidup sehat
B. Misi
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber-PHBS
Meningkatkan kemitraan dengan stake holder bidang kesehatan
Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan
Meningkatkan sumber daya manusia kesehatan
Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistim informasi
Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja
Memelihara dan meningkatkan UKP dan UKM serta kesehatan lingkungan
3.1.4 Sarana Dan Prasarana Kesehatan
1. Gedung Puskesmas
1 buah gedung puskesmas induk yang terletak di Kelurahan Nan Balimo Kota
Solok
2. Puskesmas Pembantu
Pustu Gelanggang Betung
Pustu Tembok
Pustu Laing Taluk
Pustu Laing Pasir
3. Pos Kesehatan Kelurahan
Poskeskel Nan Balimo
Poskeskel Laing
4. Sarana Transportasi
Kendaraan Dinas Roda 4 : 1 Unit
Kendaraan Dinas Roda 2 : 13 Unit
Tabel 3.1. Data Sarana Dan Prasarana Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Nan BalimoTahun 2015
No Jenis Sarana Jumlah
1. Puskesmas Induk 1 Unit
2. Puskesmas Pembantu 4 Unit
3. Poskeskel 2 Unit
4. Posyandu Balita 10 Unit
5. Posyandu Lansia 4 Unit
6. Kendaraan Dinas Roda 4 1 Unit
7. Kendaraan Dinas Roda 2 13 Unit
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2015
3.1.5 Ketenagaan Puskesmas
Ketenagaan puskesmas di Puskesmas Nan Balimo terlampir pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Ketenagaan Puskesmas
No Jenis Tenaga Jumlah Ket
1 Dokter Umum 2
2 Dokter Gigi 2
3 Kesehatan Masyarakat 3 1 Kepala Puskesmas
4 Tenaga Perawat 10 1 Sukarela
5 Tenaga Bidan 13 1 sukarela
6 Tenaga Sanitarian 1
7 Tenaga Gizi 3
8 Perawat Gigi 1
9 Tenaga Apotik/gudang obat 3
10 Tenaga Analis 1
11 Tenaga Refraksi Optisi 0
12 Tenaga RM 1
13 Tenaga Elektromedik 0
14 Tenaga Umum 0
15 Tenaga Supir 1
16 Penjaga Malam 1
17 Tenaga Kebersihan 1
Total 41
Sumber :Profil Puskesmas Nan Balimo 2015

3.2 Gambaran Umum Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Nan


Balimo
3.2.1 Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial
1) Promosi kesehatan
Kegiatan yang dilakukan :
Penyuluhan ke Sekolah
Penyuluhan di Posyandu
Penyuluhan Keliling
Pembinaan kelurahan model Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Kawasan Tanpa
Rokok (PHBSKTR)
Pelaksanaan kegiatan Kelurahan Siaga

2) Kesehatan Lingkungan
a. Kegiatan yang dilakukan :
Inspeksi sanitasi dasar
Rumah sehat
Pemeriksaan tempat tempat umum dan tempat pengolahan makanan dan
minuman (ttu-tpm)
Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
Pengelolaan sampah rumah tangga
Pembinaan dan Pengawasan kwalitas air
Penyuluhan higiene sanitasi ke sekolah
Penyuluhan kawasan sehat
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.3 Hasil kegiatan program kesehatan lingkungan
No Kegiatan Target % Pencapaian %
1 Akses air bersih * 92 90,8
2 Jamban keluarga * 90 70,5
3 Pembuangan limbah 75 85,13
4 Pengelolaan sampah 95 84,9
5 Rumah sehat 80 87,12
6 TTU 75 89,4
7 TPM 65 82,5
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

3) Kesehatan Ibu dan Anak serta KB


a. Kegiatan yang dilakukan :
a) Program Kesehatan Ibu
Kelas Ibu Hamil
PelayananAnte Natal Care (ANC)
Kunjungan ibu hamil risiko tinggi
Kunjungan nifas
Pemantauan stiker program perencanaan dan pencegahan komplikasi
(P4K/ANC) berkualitas
otopsi verbal,dll
b) Program Kesehatan Anak
Deteksi dini tumbuh kembang (DDTK)
Kelas Ibu Balita
c) Program Keluarga Berencana
pelayanan dan konseling
penanganan komplikasi ringan

b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.4 Hasil kegiatan Program Kesehatan Ibu
No. Kegiatan SPM seksi KIA Target Pencapaian (%)

1 Cakupan kunjungan ibu hamil K1 100% 107,5%


2 Cakupan kunjungan ibu hamil K4 95% 96%
3 Cakupan ibu hamil dengan 80% 20,3%
komplikasi yang ditangani

4 Cakupan pertolongan persalinan 90% 93.4%


nakes

5 Kunjungan nifas 85% 82,7%


6 Peserta KB aktif 71% 71,6%

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

Tabel 3.5 Hasil Kegiatan Program Kesehatan Anak


Pencapaian
No Program Kegiatan sasaran Target(%)
(%)

1 (Anak) Jumlah KN1 170 90 88,23

Jumlah KN
2 Lengkap sasaran 170 90 82,7
170
3 DDTK 2x/tahun 659 90 82,9
Jumlah neonatus
4 komplikasi yg 0 80 26,6
ditangani
5 (Bayi) Pelayanan Bayi
6 DDTK 4x/th 170 90 90,5
7 Yankes anak balita 170 85 84,6
Jlh kematian
8 0 - 4
neonatus
9 Jlh kematian bayi 0 - 1
10 Jlh Kematian Balita 0 - 0
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

Tabel 3.6 Hasil Kegiatan Program Keluarga Berencana

Peserta KB Baru Peserta KB Aktif DROP OUT


Jml
No Kelurahan Kumulatif Kumulatif Kumulatif
PUS
Jml % Jml % Jml %
Nan
1 1250 108 8,64 908 72,6 83 6,64
Balimo

2 Laing 174 41 23,6 133 76,4 23 13,2

Total 1424 149 16,12 1041 74,5 106 16,5


Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

4) Perbaikan Gizi Masyarakat


a. Kegiatan yang dilakukan :
Penimbangan Masal & Pembr Vit A (bln Feb&Agst)
Pengukuran Status Gizi muridtk/PAUD
Pengukuran Status Gizi Siswa SD, SLTP & SLTA
Pemberian PMT Pemulihan
Kelas gizi
Survey GAKY tingkat rumah tangga.
Kegiatan rutin seperti :
Pemberian vit A
Pemberian tablet Fe
GERNASDARZI

b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.7 Hasil kegiatan Perbaikan Gizi Masyarakat
N
Kegiatan Target (%) Pencapaian(%)
o
D/S Balita 69 65,7
N/D Balita 87 89.4
BGM/D Balita 3 0,9
Pendistribusian Vit A 85 98
Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe 95 96
Bayi usia 0-6 bulan mendapat asi
80 90.9
ekslusif
Balita gizi buruk mendapat perawatan - -
Cakupan rumah tangga yg konsumsi
90 100
beryodium
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

5) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


a. Kegiatan yang dilakukan :
1) Prog. P2P
Sosialisasi P2P dan Surveilans
Pemeriksaan kontak TB
Penyegaran Kader TB
Penyuluhan HIV AIDS,IMS & TB untuk pemuda dan Lapas
Survey Epidemiologi
PTM
Posbindu
2) Kusta
Penemuan dan penanganan kasus

3) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC


Pelacakan Kasus Kontak
PMO TB
TB mangkir
Penyaringan suspect
4) Pencegahan dan Pemberantasan DBD
Sosialisasi DBD
Pemantauan Jentik
PE
5) Penemuan dan Penanggulangan Pneumonia
penemuan dan penanganan kasus
6) Penemuan dan Penanganan Kasus Rabies
Pelacakan Kasus
7) Program Imunisasi
Pelayanan Imunisasi
BIAS
TT WUS
Sweeping
Pelacakan KIPI

b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.8 Hasil kegiatan Program P2P
N
Kegiatan Target % Pencapaian %
o
1 Penemuan kasus BTA (+) * 70 38
2 Angka Bebas Jentik(ABJ) 92 77,43
Penemuan kasus Pneumoni
3 - 18 org
*
4 Pengobatan Diare 100 100
5 Penanganan kasus DBD 100 100
6 Penemuan kasus Kusta - -

7 Rabies : Kasus Gigitan - 19 org

8 Pemberian VAR/SAR - 9

9 IVA : diperiksa 237 org 63org


10 hasil (+) - 2 org
Pemakaian Zink pada diare
11 100 100
pada anak balita
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

Tabel 3.9 Hasil Kegiatan Program Imunisasi


N
Kegiatan Target % Pencapaian %
o
1 Imunisasi lengkap 90 91.2
2 HB 0 85 92.4
3 BCG 95 95.3
4 Polio 1 95 96.5
5 DPT HB 1 95 101.2
6 DPT HB 3 90 95.9
7 Polio 4 90 98.2
8 Campak 90 91.2
9 BIAS Campak 95 96.3
10 BIAS DT/TT 95 93.9
11 TT WUS SMU 85 91.1
TT WUS
12 85 82.9
POSYANDU
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

3.2.2 Program Pengembangan (Inovasi)


a. Kegiatan
1. UKS
Skrining murid kelas 1 SD/SLTP/SLTA
Pembinaan Sekolah Sehat
Pelatihan Dokter Kecil/KaderKesehatan
2. Perkesmas
Asuhan keperawatan pada keluarga
Kunjungan rumah KK Resti
3. Kesehatan Jiwa
Penemuan dini dan penanganan kasus jiwa
Rujukan kasus jiwa
4. Kesehatan Mata
Penemuan dan penangan kasus
Rujukan
5. Kesehatan Lansia
Pelayanan di dalam dan luar gedung
Pembinaan kelompok lansia
Senam lansia
Penyuluhan kesehatan lansia
Deteksi Dini Kesehatan Lansia
6. PKPR (Pelayanan Kes Peduli Remaja)
pelatihan kader PKPR
Penyuluhan & konsultasi ke sekolah
konsultasi bagi remaja
7. Kesehatan Gigi & Mulut
Dalam Gedung :
Pelayanan kedaruratan Gigi
Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut dasar
Pelayanan medik gigi dasar
Luar Gedung
UKGS
UKGM
3.3 Hasil Kegiatan Puskesmas
Kegiatan kepaniteraan klinik senior kedokteran Baiturrahmah dilakukan selama 5
minggu di beberapa puskesmas, salah satunya puskesmas nan balimo kota solok.
Kegiatan dari puskesmas ini di mulai dengan adanya pengarahan dari dinas kesehatan
berupa materi terkait program- program yang menjelaskan tentang kegiatan puskesmas.
Kepaniteraan klinik senior melakukan kegiatan di dalam gedung berupa pembelajaran
mengenai program program, program ini dilakukan di masing- masing pemegang
program, mahasiswa yang berjumlah 6 orang dibagi dalam 3 kelompok, yakni kelompok
KIA, Imunisasi dan gizi , serta poli umum dan P3K. setiap kelompok berisikan 2 orang
dan akan diganti setiap minggu nya sehingga mendapat kesempatan yang sama untuk
mempelajari setiap program dari masing masing poli.
Kemudian juga dilakukan kegiatan diluar gedung diantaranya adalah :
1. Penelitian Epidemiologi (PE)
a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 17 September 2015
Tempat : Gelanggang Betung Kecamatan Tanjung Harapan

b. Tujuan Kegiatan
- Untuk melihat adanya jentik-jentik di rumah suspek DBD dan minimal 10 rumah
di lingkungannya
- Memberikan bubuk abate di bak penampungan air yang beresiko menimbulkan
jentik nyamuk Aides agepti
- Melakukan fogging karena di temukannya positif jentik nyamuk pada 4 rumah
- Mengajarkan pada masyarakat tentang 3M plus

c. Manfaat
- Mencegah penyebaran penyakit DBD
- Meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ)
-
2. Kunjungan ke Lapas Klas IIB
a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 16 September 2015
Tempat: Jl. Kapten Bahar Hamid km 41 Solok

b. Tujuan
- Memberikan pengobatan pada penghuni Lapas
- Memberikan penyuluhan pada penghuni Lapas tentang IMS dan Tinea

c. Manfaat
- Meningkatkan derajat kesehatan penghuni Lapas
- Meningkatkan pengetahuan tentang penyuluhan penyakit

3. Posyandu
a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 09 & 10 September 2015
Tempat: Posyandu Anggrek 1 & 2 Gelanggang Betung
Posyandu Setia Kawan Laing
Posyandu Bugenvil
Posyandu Merah Sari
Posyandu Teratai

b. Tujuan
- Memberikan Vitamin A, imunisasi, penimbangan BB, TB
- Memberikan penyuluhan tentang IVA

c. Manfaat
- Memantau tumbuh kembang anak
- Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyuluhan
- Meningkatkan imunitas anak dengan pemberian imunisasi
- Mencukupi asupan Vit. A anak

4. Skrining siswa baru masuk


a. Waktu dan tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah:
Tanggal : 04 September 2015
Tempat : SMA N 4 Nan Balimo

b. Tujuan
- Melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
- Melakukan pemeriksaan mata dan telinga
- Melakukan imunisasi campak
c. Manfaat
- Mengetahui tingkat kesehatan siswa baru

3.4. Fokus Kajian Program


3.4.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan melalui analisis data sekunder, observasi dan wawancara
dengan penanggung jawab program di Puskesmas Nan Balimo. Terdapat 5 upaya kesehatan
masyarakat esensial yang dijalankan, yaitu promosi kesehatan, kesehatan lingkungan,
kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, serta
pencegahan dan pengendalian penyakit. Identifikasi masalah dilakukan pada masing-masing
program wajib di Puskesmas Nan Balimo. Pada program esensial tersebut masih terdapat
kesenjangan antara target dan pencapaian.
Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih tiga masalah
yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas Urgens, Seriousness, Growth (USG).
Penilaian tiga masalah prioritas tersebut ditentukan berdasarkan data laporan tahunan
puskesmas, wawancara dengan pemegang program dan pimpinan puskesmas, serta observasi
langsung lapangan. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan
pencapaian, tetapi juga dilihat dari Urgensi, Seriousness,dan Growth.
Uraian tiga permasalahan kesehatan yang dipilih tersebut yaitu:
1. Rendahnya pencapaian penemuan kasus BTA positif.
Jumlah pencapaian penemuan kasus BTA positif di Puskesmas Nan Balimo hanya
ditemukan sebanyak 38% yang seharusnya mencapai target 70%.
2. Rendahnya pencapaian Angka Bebas Jentik (ABJ)
Jumlah pencapaian angka bebas jentik di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo ditemukan
sebanyak 77,43% yang seharusnya mencapai target 90%.

3.4.2. Penetapan Prioritas Masalah


Beberapa masalah yang ditemukan di Puskesmas Nan Balimo harus ditentukan prioritas
masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas.
Upaya yang dilakukan untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah
menggunakan teknik skoring sebagai berikut :
1 Urgensi (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
2 Seriousness (tingkat keseriusan masalah)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
3 Growth (tingkat perkembangan masalah)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting

3.3.3 Penilaian prioritas masalah program di Puskesmas Nan Balimo


Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih dua masalah
yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas USG. Penilaian dua masalah
prioritas tersebut ditentukan berdasarkan data laporan tahunan puskesmas dan wawancara
dengan pemegang program. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara
target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari Urgensi, Seriousness, dan Growth. Adapun
masalah yang menjadi prioritas utama berdasarkan skala USG adalah rendahnya pencapaian
penemuan kasus BTA positif.
Masalah U S G P Prioritas
Rendahnya penemuan 5 4 5 100 P1
kasus BTA positif

Rendahnya pencapaian 4 3 3 36 P2
angka bebas jentik (ABJ)

Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa


( Fishbone) Rendahnya Capaian Target Penemuan Kasus BTA Positif
Man Metode

Kurangnya pengetahuan Cakupan pencapaian masih kurang


dan pemahaman suspek

Penjaringan suspek yang masih Kurangnya sosialisasi/penyuluhan


rendah Rendahnya
pencapaian
Kurangnya kesadaran suspek Kurangnya kerjasama dengan pustu,
target
akan kesehatan poskelkel/dokter praktek swasta
penemuan
BTA Positif

Dana APBD tidak memadai Pemanfaatan media informasi


untuk kader kurang maksimal Lokasi
jauh
Kurangnya dukungan dari
keluarga & masyarakat

Money Sarana Lingkungan

3.3.4 Analisis Sebab Akibat Masalah

No Variabel masalah
Faktor Penyebab masalah Alternatif Pemecahan masalah
penyebab
1 Manusia Masih rendahnya pengetahuan masyarakat Memberikan penyuluhan kepada
tentang penyakit TB Paru masyarakat mengenai penyakit TB
Kinerja kader yang belum optimal Paru maupun komplikasi yang
khususnya di puskesmas dan posyandu dapat terjadi
Kurangnya motivasi masyarakat untuk Menjelaskan kepada masyarakat
melakukan pemeriksaan kesehatan mengenai pentingnya pemahaman
Kurangnya kerja sama petugas puskesmas
tentang kesehatan
dengan pustu/poskeskel/dokter swasta Memotivasi masyarakat melakukan
pemeriksaan kesehatan
Meningkatkan kerjasama petugas
puskesmas dengan petugas pustu/
poskeskel/ praktek swasta

2 Metode Kurangnya sosialisasi / penyuluhan pada Mengadakan penyuluhan TB Paru


masyarakat mengenai penyakit TB Paru baik di Posyandu Balita, Posyandu
Kurangnya pelaporan dari praktek dokter Lansia, dan masing-masing RW
swasta dan bidan swasta yang menangani Melaksanakan alur diagnosa TB
penderita TB Paru Paru, baik di Poli umum, KIA
Pemeriksaan suspek TB oleh tenaga maupun Pustu
kesehatan kurang maksimal sehingga Melakukan kunjungan rumah pada
penderita TB Paru tidak terdeteksi dini suspek TB
Melakukan pembinaan Kader TB
Melakukan pemeriksaan kontak
pada pasien BTA Positif dan tes
Mantoex Positif
Melakukan penjaringan suspek ke
pustu-pustu bersama Dokter
3 Money Dana APBD tidak memadai untuk kader/ Memaksimalkan penggunaan
petugas (sebelumnya jampersal) sumber dana puskesmas yang ada
Kurangnya biaya untuk pembelian sarana dengan cara menambahkan alokasi
pencatatan laporan dana BPJS kesehatan
4 Sarana Kurangnya pemanfaatan fasilitas Memanfaatkan fasilitas dan sarana
pemeriksaan untuk kasus TB Paru pemeriksaan pasien TB Paru di
Kurangnya sarana pencatatan laporan untuk puskesmas secara maksimal
petugas seperti laptop, dll
5 Lingkungan Kurangnya dukungan keluarga dan Meningkatkan peranan dan
masyarakat sehingga pasien suspek TB tidak dukungan keluarga dan masyarakat
terdeteksi secara dini kepada penderita TB Paru dengan
Lokasi puskesmas jauh dari pemukiman memberikan pembinaan
penduduk Memperbaiki akses menuju
puskesmas

3.3.5 Plan Of Action


1. Man
Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB Paru dan kurangnya
motivasi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.
Kegiatan : Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit TB
Paru maupun komplikasi yang dapat terjadi
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan masyarakat
Sasaran : suspek TB dan pasien yang berisiko
Lokasi : Puskesmas
Volume Kegiatan : Setiap bulan
Pelaksana : Dokter, dan petugas di Poli umum

2. Metode
Sosialisasi / penyuluhan pada masyarakat mengenai penyakit TB Paru masih kurang
Kegiatan : Mengadakan penyuluhan TB Paru baik di Posyandu Balita,
Posyandu Lansia, dan masing-masing RW
Tujuan : Meningkatkan kesehatan masyarakat
Sasaran : suspek TB dan pasien yang berisiko
Lokasi : Puskesmas
Volume Kegiatan : Setiap hari kerja
Pelaksana : Dokter, dan petugas di Poli umum

Kurangnya pelaporan dari praktek dokter swasta dan bidan swasta yang menangani
penderita TB Paru
Kegiatan I
Kegiatan : Melaksanakan alur diagnosa TB Paru, baik di Poli umum, KIA
maupun Pustu
Tujuan : Meningkatkan kesehatan masyarakat
Sasaran : suspek TB dan pasien yang berisiko
Lokasi : Puskesmas
Volume kegiatan : 1x sebulan bila ada kasus
Pelaksana : Koordinator program TB Paru
Kegiatan II
Kegiatan : Melakukan pembinaan Kader TB dan melakukan kunjungan rumah
pada suspek TB

Tujuan : Meningkatkan kesehatan masyarakat


Sasaran : suspek TB dan pasien yang berisiko
Lokasi : Puskesmas dan Rumah pasien suspek TB
Volume kegiatan : 1x sebulan bila ada kasus
Pelaksana : Koordinator program TB Paru

Pemeriksaan suspek TB oleh tenaga kesehatan kurang maksimal sehingga penderita TB


Paru tidak terdeteksi dini
Kegiatan : Melakukan pemeriksaan kontak pada pasien BTA Positif dan tes
Mantoex Positif serta Melakukan penjaringan suspek ke pustu-pustu
bersama Dokter

Tujuan : Mengetahui capaian dan kendala yang berkaitan dengan program


Sasaran : Suspek TB dan pasien yang berisiko
Lokasi : Puskesmas, Pustu, Poskeskel
Volume kegiatan : 1x sebulan
Pelaksana : Dokter, poli umum, pustu, poskeskel
PLAN OF ACTION
NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN LOKASI VOLUME PELAK
. KEGIA SANAAN
TAN
1. Memberikan Meningkatkan Suspek TB Puskesmas Setiap Dokter, dan
penyuluhan pengetahuan dan pasien bulan petugas di
kepada Masyarakat yang poli umum
masyarakat berisiko
mengenai
penyakit TB
Paru maupun
komplikasi yang
dapat terjadi
2. Melakukan Meningkatkan Suspek TB Puskesmas Setiap hari Dokter, dan
penyuluhan TB kesehatan dan pasien kerja petugas di
Paru, baik di masyarakat yang poli umum
Posyandu berisiko
Balita,
Posyandu
Lansia dan
masing-masing
RW
3. Melaksanakan Meningkatkan Suspek TB Puskesmas 1x sebulan Koordinator program TB
alur diagnosis kesehatan dan pasien bila ada
TB Paru, baik di masyarakat yang kasus
Poli umum, KIA berisiko
maupun Pustu
4. Melakukan Meningkatkan Suspek TB Puskesmas 1 x sebulan Koordinator program TB
pembinaan kesehatan dan pasien dan rumah
kader TB dan masyarakat yang pasien
melakukan berisiko suspek TB
kunjungan
rumah pada
suspek TB
5. Melakukan Mengetahui Suspek TB Puskesmas 1x sebulan Dokter, poli umum, pustu, pos
pemeriksaan capaian dan dan pasien ,Pustu,
kontak pada kendala yang yang Poskeskel
pasien BTA berkaitan berisiko
Positif dan tes dengan
Mantoex Positif program
serta melakukan
penjaringan ke
pustu-pustu
bersama Dokter
6. Membuat Mengetahui Seluruh Puskesmas 1X setahun Koordinator program TB
laporan tahunan capaian kegiatan
program dalam yang
satu tahun berkaitan
dengan
program TB
Paru
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, didapatkan persentase pencapaian penemuan BTA Positif di


Puskesmas Nan Balimo, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok periode Januari
Desember 2014 lebih rendah dari target Dinas Kesehatan Kota Solok 2014 yaitu hanya
sebesar 30%
Penyebab rendahnya pencapaian penemuan BTA Positif di Puskesmas Nan Balimo
periode Januari Desember 2014 dari hasil wawancara kepada pemegang program TB Paru
di Puskesmas Nan Balimo adalah pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang penyakit
TB Paru masih kurang, kurangnya motivasi dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya
untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya, dan lokasi puskesmas yang cukup jauh dari
pemukiman penduduk serta kurangnya pelaporan dari praktek dokter swasta yang menangani
kasus TB Paru. Alternatif pemecahan masalah yang diusulkan adalah memberikan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai tanda bahaya maupun komplikasi yang dapat
terjadi pada TB Paru, membuat format pelaporan yang jelas kepada dokter praktek swasta
yang menangani kasus TB Paru, dan Meningkatkan peranan serta dukungan keluarga dan
masyarakat kepada penderita TB dengan memberikan pembinaan

3.2 Saran

Dalam rangka peningkatan penemuan BTA Positif maka disarankan agar mengadakan
dan melakukan monitoring kegiatan program TB setiap bulan, memaksimalkan kinerja
petugas dan membangun koordinasi dengan baik lintas sektor, memaksimalkan peran dokter
swasta maupun petugas kesehatan lainnya pada pelaksananaan program TB Paru, dan
memperluas relasi antara dokter praktek swasta/ fasilitas kesehatan di luar puskesmas agar
deteksi dini penyakit TB Paru yang berada di wilayah kerjanya tetap terpantau dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan


Penanggulangannya. Jakarta.
2. Departemen Kesehatan RI. 2011. Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis di
Indonesia 2010-2014. Jakarta.

3. Dinas Kesehatan Kota Solok. 2014. Profil Kesehatan Kota Solok. Solok : Dinas
Kesehatan Kota Solok.
4. Laporan Tahunan Program TB Paru Tahun 2014. Solok : Puskesmas Nan Balimo
5. Sudoyo, Aru W. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Interna Publishing.

Anda mungkin juga menyukai