Anda di halaman 1dari 36

EPISTAKSIS DAN

PENATALAKSANAAN,
TEKNIK IRIGASI SINUS MAKSILARIS

Oleh : Naurah Rifdah 19710043

KSM ILMU PENYAKIT THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN WIJAYA KUSUMA SURABAYA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIDOARJO
TAHUN 2021
Definisi
Epistaksis perdarahan dari
dalam kavum nasi. Bisa keluar
melalui nares anterior, nares
posterior atau keduanya. Bukan
suatu penyakit tetapi merupakan
gejala yang timbul akibat suatu
penyakit atau penyebab.
Epidemiologi

• Diperkirakan 60% dari populasi didunia pernah mengalami epistaksis

• Pria > Wanita

• Sering pada anak-anak dan dewasa muda (Epistaksis Anterior)

• Usia tua ≥ 50 th dengan HT dan arteriosklerosis (Epistaksis Posterior)


Vaskularisasi
• Vaskularisasi hidung : cabang a. Karotis interna dan eksterna
• Rongga hidung/kavum nasi : anterior, posterior, dan superior.
Epistaksis berasal dari antero-inferior septum nasi dkenal dengan
Little’s area disuplai oleh pleksus Kiesselbach
• pleksus Kiesselbach -> a. Sfenopalatina, a.etmoid anterior, a.labialis
superior, serta a.palatina mayor
• Kavum nasi bagian posterior : a. Sfenopalatina, a.palatina desenden
dan kontribusi kecil a.etmoid posterior
Etiologi

Lokal Sistemik
• Trauma
• Infeksi
• Kelainan Darah
• Neoplasma
• Penyakit kardiovaskuler
• Pengaruh lingkungan
• Deviasi septum nasi • Sirosis hepatis

• Diabetes melitus

• Alkoholisme

• Gangguan hormonal
Klasifikasi Epistaksis
Klasifikasi Epistaksis
Klasifikasi Anterior Posterior
Lokasi Sering terjadi (90-95%) pleksus Jarang terjadi (5-10%)
kiesselbach/Little Area bagian Postero superior cavum nasi
anterior dinding lateral cavum nasi nasofaring
Usia Banyak pada anak-anak dan >40 tahun
dewasa muda
Penyebab Trauma (penyebab terbanyak) Hipertensi dan atreoslerosis
Perdarahan Ringan dan dapat terkontrol Berat, (tampon posterior
dengan penekanan dan tampon membutuhkan perawatan RS)
anterior
Prinsip utama dalam menanggulangi
epistaksis, yaitu :

memperbaiki
menghentika
keadaan
n perdarahan
umum

mencegah
mencegah
berulangnya
komplikasi
epistaksis
PENEGAKAN DIAGNOSIS
• Perdarahan keluar dari depan atau belakang
hidung
• beratnya perdarahan, frekuensi, lamanya
perdarahan,
• penyebab perdarahan
Anamnesi • riwayat perdarahan hidung sebelumnya,
• keluhan mengenai kelainan pada kepala dan
s leher yang berkaitan dengan gejala-gejala
yang terjadi pada hidung,
• riwayat penyakit lain seperti hipertensi,
kelainan perdarahan, dan
• riwayat pengobatan.
• Pengukuran tekanan darah
• Rinoskopi anterior
Vestibulum, mukosa hidung dan septum
Pemeriksaan Fisik nasi, dinding lateral hidung dan konkha
inferior harus diperiksa dengan cermat
• Rinoskopi posterior
Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi
posterior penting pada pasien dengan
epistaksis berulang dan sekret hidung
Penatalaksanaan Awal
• Observasi keadaan umum dan tanda vital
STABILISASI PASIEN • Ku: lemah (perbaiki tanda vital, bila jalan nafas tersumbat bersihkan)
• Ku: baik dan stabil (identifikasi sumber/lokasi perdarahan)

• Pasien diposisikan duduk bersandar, biarkan darah mengalir


keluar dari hidung sehingga bisa dimonitor
POSISI PASIEN • Bila keadaan lemah, posisikan setengah duduk/berbaring
dengan kepala ditinggikan (jangan sampai darah mengalir ke
saluran nafas bawah)
• Pasien anak: duduk dipangku

• Lampu kepala, spekulum hidung, kapas, kain kasa, pinset bayonet


PERSIAPKAN ALAT • Tampon boorzalf, pita dan sprotjes, tampon bellocque
• Obat (sol. Tetrakain efedrine 1%
• Alat penghisap (sunction)

• Penderita disuruh sisi/dihisap dengan sunction, sehingga asal


HILANGKAN BEKUAN perdarahan dapat dilihat. Bekuan darah dapat menghalangi
DARAH vasokontriksi pembuluh darah sehingga perdarahan masih terus
mengalir.
• Memencet hidung dengan ibu jari
MEMENCET dan jari telunjuk/jepit ala nasi selama
HIDUNG 5-15 menit, biasanya berhasil bila
perdarahan berasal dari plexus
kiesselbach.
Evaluasi Hidung • Membersihkan bekuan darah pada
kavum nasi dan bila perlu berikan
anastesi lokal yang mengandung
vasokonstriktor menggunakan
kapas atau disemprotkan pada
mukosa kavum nasi, terutama
septum anterior (Little’s area)

• Preparat anastesi lokal yang sering


digunakan -> lidokain (0,5%,1%,2%)
dengan adrenalin
Kontrol perdarahan
• Perdarahan berhenti dan pasien stabil ->
dipulangkan dan disarankan mengoleskan
vaselinpada septum anterior 3 kali sehari
selama 10 hari

Kontrol • Sumber perdarahan tidak dapat


perdarahan diidentifikasi ?
- identifikasi dengan lampu kepala
- nasoendoskopi (bila tersedia)
-pasang tampon hidung ringan/tidak
padat secara hati-hati mencegah terjadinya
laserasi mukosa sehigga perdarahan dapat
dikontrol
Penatalaksanaan konservatif
(Epistaksis Anterior)
Kauterisasi secara kimiawi dengan panduan endoskopi

• Kauter kimia menggunakan AgNO3 -> tek.ringan pada lokasi


perdarahan 5-10”
Kauterisasi elektrik (elektrokauter) dengan panduan
endoskopi
• Dilakukan apabila perdarahan
banyak dan lokasinya dipoterior
• Terapi setelah perdarahan
berhenti -> irigasi hidung dengan
garam fisiologis
• Topikal vasokontriktor diberikan
apabila terjadi rekurensi
epistaksis ringan
Hemostatik lokal yang bisa diresorbsi
• Gelfoam atau Surgicel -> ditempatkan pada daerah yang mengalami
perdarahan.
• Bisa dipakai pada kasus koagulopati untuk menghindari trauma pada
saat dilakukan pemasangan atau pelepasan tampon
Tampon Anterior
• Nasal kateter, nasal tampon merocel/netcel sponge atau rol tampon.
• Evaluasi 48-72 jam tidak terjadi perdarahan, tampon hidung dilepas
dan dievaluasi dengan nasoendoskopi
Penatalaksanaan konservatif
(Epistaksis Posterior)
Tampon Posterior
• Tampon Bellocq, balon brighton atau kateter foley
• Tampon bellocq dibuat dari kasa padat dibentuk kubus atau bulat dengan
diameter 3 cm
• terikat 3 utas benang, 2 buah di satu sisi dan sebuah di sisi berlawanan
• Cara pemasangan tampon bellocq pada perdarahan satu sisi, digunakan
bantuan kateter karet yang dimasukkan dari lubang hidung sampai tampak di
orofaring, lalu ditarik keluar dari mulut.
• Pada ujung kateter ini dikaitkan 2 benang tampon bellocq tadi, kemudian
kateter ditarik kembali melalui hidung sampai benang keluar dan dapat ditarik.
• Tampon perlu didorong dengan bantuan jari telunjuk untuk dapat melewati
palatum mole masuk ke nasofaring.
• Bila masih ada perdarahan, maka dapat ditambah tampon anterior ke dalam
kavum nasi. Kedua benang yang keluar dari hidung diikat pada sebuah gulungan
kain kasa di depan nares anterior, supaya tampon yang terletak di nasofaring
tetap ditempatnya. Benang lain yang keluar dari mulut dipotong setinggi uvula.
Kegunaannya ialah untuk menarik tampon keluar melalui mulut setelah 2-3 hari.
• Balon brighton terdapat pada
anterior dan posterior hidung .
Tampon mudah penggunaannya
• Selama penggunaan tampon
posterior dilakukan monitoring
oksigenasi, balans cairan serta
kontrol nyeri dan pemberian
antibiotik
pembedahan
Ligasi arteri sfenopalatina dengan
panduan endoskop
• Ligasi a. sfenopalatina dilakukan dengan cara
terlebih dahulu meluksir konka media ke
medial.
• dilakukan insisi pada dinding lateral kavum nasi,
posterior dari sinus maksilaris atau kira-kira 5
mm dari perlekatan konka media ke dinding
lateral . Mukosa kavum nasi dielevasi dan
diidentifikasi krista etmoid (tanda batas paling
anterior kemungkinan lokasi a. sfenopalatina).
• Dilakukan kauterisasi pada a. Sfenopalatina,
kemudian mukosa hidung dikembalikan ke
posisi semula
Ligasi arteri etmoidalis dengan panduan endoskop

• Langkah pertama pada ligasi a.etmoid


anterior -> dilakukan unsinektomi dan
pengangkatan bula etmoid.
• identifikasi lamina papirasea dan atap
etmoid.
• lakukan identifikasi kanal a. etmoid anterior,
di belakang dinding anterior bagian atas
• Dibuat lubang kecil menggunakan kuret
pada lamina papirasea di bawah kanal a.
etmoid anterior. Kemudian fragmen tulang
dibersihkan dan a. etmoid anterior
dielevasi. Pasang klip pada a. etmoid
anterior di depan periosteum orbita.
Ligasi arteri karotis eksterna Ligasi arteri maksilaris interna.

• dilakukan dengan anestesi umum • keberhasilan cukup tinggi dibandingkan


• Dibuat insisi kulit horisontal di antara tulang dengan ligasi a. karotis eksterna
hioid dan tepi atas kartilago tiroid. Kulit dan • dilakukan dengan insisi Caldwell–Luc dan
subplatisma dielevasi, dibuat lubang pada fosa kanina. Setelah
m.sternokleidomastoideus diretraksi ke
posterior.
dijumpai antrum maksila, secara hati-hati
dinding sinus posterior dibuka dengan
• Selubung karotid dibuka, lalu identifikasi a. menggunakan pahat kecil, kuret atau bor,
karotis eksterna melewati a. karotis interna dimulai dari bagian inferior dan medial
beberapa sentimeter.
untuk menghindari trauma orbita.
• Dilakukan deseksi a. karotis eksterna sampai
tampak beberapa cabang arteri • Metode endoskopi dapat digunakan pada
ligasi arteri maksilaris interna tetapi
• Setelah a. karotis eksterna teridentifikasi, lalu
dilakukan ligasi, biasanya tepat di bagian tindakan ini memerlukan tingkat
distal a. tiroid superior untuk melindungi ketrampilan khusus di bidang endoskopi
suplai darah ke tiroid.
Pemeriksaan penunjang

Laboratorium Radiologi
• Indikasi : pada pasien dengan • CT scan atau MRI digunakan
perdarahan masif dan epistaksis untuk evaluasi anatomi serta
berulang melihat adanya rinosinusitis,
• DL : termasuk jumlah trombosit, benda asing dan ekstensi tumor
prothrombine time, activated jinak dan ganas
partial thromboplastin time dan
panel kimiawi (termasuk test
fungsi liver).
KOMPLIKASI

1. Epistaksis: syok hipovolemik, iskemik otak, insufisiensi koroner,


infark miocard, dan kematian.
2. Akibat pemasangan tampon anterior: sinusitis
3. Akibat pemasangan tampon posterior: otitis media,
haemotympanum, laserasi palatum mole dan sudut bibir.

PROGNOSIS

 90% kasus epistaksis anterior dapat berhenti sendiri (prognosis


baik).
 Pada pasien Hipertensi dengan atau tanpa arteriosklerosis,
biasanya perdarahan hebat dan sering kambuh (prognosis
buruk)
TEKNIK IRIGASI SINUS
MAKSILARIS
pungsi melalui nasal menggunakan NaCl
fisiologis untuk mengeluarkan cairan yang
Definisi ada dalam sinus

untuk membersihkan seluruh produk infeksi


dalam maksila, memperbaiki drainase
Tujuan dengan pengembalian fungsi mucocilia pada
sinus, dan kultur jika diperlukan

mengetahui penyebab timbulnya sinusitis,


Manfaat mengembalikan drainase, aerase pada sinus.
Indikasi Kontra Indikasi
• Infeksi pada sinus maksilaris • Resiko epistaksis yang profus
• Rusaknya pembuluh darah pada • Curiga terdapat tumor maligna
radang kronik sehingga antibiotik • Diagnosis belum ditegakkan
sistemik kurang maksimal dengan pasti
Alat dan bahan

1. Steril  Spuit injeksi


 Trokar 50-100cc
 Pinset bayonet  Bengkok
 Spekulum  Skort plastik
hidung 3. Obat
 Bak alat dan  Lydocain
bak cairan PZ efedrin 2%
 Sprotjes, kasa  Xylocain spray
lipat

2. Tak steril
Langkah Penting Petunjuk
Memberikan anastesi  Dengan kapas dibasahi tetrakain – efedrin 1% , di letakkan  Mengurangi rasa sakit
di meatus inferior dan meatus medius  Tempat punksi
 Tunggu 15-20 menit

Melakukan punksi  Dengan trocart, pada meatus inferior, arah 30˚ keatas,
pelan-pelan.
 Bagian yang tajam dicabut
 Sarung trocart dihubungkan dengan semprit 50-100cc.

Memompa “irigasi”  Dengan air steril hangat dan povidone iodin  Air tak masuk ke faring
 Kepala di tundukkan  Yang keluar dapat dilihat
 Buka mulut  Jika bernapas dari hidung air/sekret menyembur
 Napas dari mulut keluar
 Waktu memompa tahan napas  Untuk mengeluarkan sisa air
 Pompa beberapa kali sampai air yang keluar jernih (warna
cairan yang keluar sesuai dengan warna cairan yang di  Bahaya emboli
masukkan)
 Terakhir dipompa udara 2x supaya air keluar semua.
 Tak boleh dengan tekanan keras

Masukkan tampon kering steril  Masukkan kedalam kavum nasi homolateral  Untuk menghisap sisa-sisa pus, air, darah
•Keluar mukopus
•Foetor
•Setelah rasa sakit akibat
Hasil kerja
trocart hilang, rasa kepala
lebih enak, tidak berat

• Perdarahan
Komplikasi • Infeksi dapat berulang
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai