Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN

KASUS :
HIPERTENSI PADA
PASIEN CHRONIC
KIDNEY DISEASE
Jihan Hanifa
Nur Amalia
Zoey Abigail

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM RSPAD GATOT SOEBROTO

PERIODE 14 MARET – 28 MEI 2022


1. Status pasien
Identitas pasien

Nama : Tn. R

TTL : Jakarta, 13-03-1972

Usia : 50 tahun

Status Perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Jenis Kelamin : Laki-aki

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

No Rekam Medis : 010961XX

Tanggal Masuk RS : 23 Maret 2022
Anamnesis
Keluhan utama : kedua kaki bengkak sejak 2 minggu SMRS
RPS :

Bengkak terjadi pada kedua kaki. Bengkak tidak disertai dengan keluhan nyeri
pada kedua kaki. Bengkak juga dirasakan oleh pasien semakin membesar
dalam 1 minggu terakhir. Keluhan bengkak terjadi secara tiba tiba tidak
didahului oleh adanya suatu trauma atau infeksi pada kedua kaki. Bengkak
berkurang saat pasien istirahat dengan mengangkat kedua kaki.

Pasien juga mengeluh adanya sesak napas yang memberat sejak 1 minggu
SMRS. Sesak dirasakan ketika pasien tidur terlentang jika pasien duduk
dengan ½ duduk maka keluhan sesak akan sedikit membaik dan lebih terasa
nyaman.
Anamnesis

Kedua buah zakarnya membesar sejak 1 minggu terakhir.

Pasien juga mengeluhkan badannya sangat lemas dan tidak ada Kekuatan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.

BAK normal tidak ada keluhan, +- 500 ml/hari

Satu tahun yang lalu pasien terdiagnosis diabetes melitus type 2.

Pasien juga merasa akhir akhir ini tekanan darahnya sering tidak terkontrol
padahal pasien sudah meminum obat amlodipine 10 mg.

Riwayat penyakit dahulu : tidak ada


Riwayat penyakit keluarga: tidak ada
Riwayat sosial ekonomi : senang konsumsi makanan junkfood gorengan,
Jarang olahraga
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik
• Keadaan umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran: compos mentis
• Tanda vital
1. TD : 217/121 mmhg
2. Nadi : 90x/menit
3. Suhu : 36.5 derajat Cellcius
4. RR : 25 x/menit
• Status antropometri
1. TB : 172 cm
2. BB : 70 kg
3. BMI : 23,6 (Overweight)
PEMERIKSAAN FISIK

• Status generalis
1.Kepala= distribusi rambut merata, warna hitam campur uban
2.Mata = konjungtiva anemis, sklera ikterik (-), pupil isokor
3.Hidung= tidak ada sekret
4.Mulut= mukosa pucat
5.Telinga= dalam batas normal
6.KGB = tidak ada pembesaran KGB
7.Thorax=
a. Paru:
• Inspeksi: gerakan napas simetris, bentuk dada normal
• Palpasi: vocal fremitas seluruh lapang paru
• Perkusi : sonor
• Aukultasi: vesikular, tidak ada ronki, tidak ada wheezing
PEMERIKSAAN FISIK
b. Jantung:
• Inspeksi: lctus cordis tidak terlihat
• Palpasi: ictus cordis ICS V Linea Midciaviutaris sinistra
• Perkusi:
a. Kanan atas : ICS II Linea parastemal kanan
b. Kanan bawah : ICS IV Linea parastemal kanan
c. Kiri atas : ICS III Linea parastemal kiri
d. Kiri bawah : ICS V Linea aksilaris anterior kiri
9. Abdomen
• Inspeksi: cembung simetris
• Aukultasi: BU (+)
• Palpasi : tidak teraba massa abdomen tidak ada hepatosplenomegali
• Perkusi : timpani, shifting dullnes (-)
PEMERIKSAAN FISIK

8. Ekstremitas
• Akral hangat, CRT >2 detik terdapat edema pada kedua tungkai.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
URINALISIS
FOTO THORAK

Kesan :
• Kardiomegali dengan elongasi aorta

CTR : (3.53+4.76) / 14.70 x 100


CTR : 56.39%
• Infiltrat di parakardial bilateral, DD/
A
pneumonia
B
• CDL dengan tip di proyeksi vena cava
superior
• Tidak tampak tanda pneumotoraks,
pneumomediastinum, maupun emfisemal C
subkutis
DAFTAR MASALAH
1. Sindrom Overload pada CKD stage V pro HD
2. Hipertensi urgensi
3. Diabetes melitus tipe 2
4. Anemia penyakit kronis
5. Hiponatremia
6. Hipoalbuminemia
7. Hipokalsemia
8. Hipomagnesemia
9. Hiperkoagulasi
1. Sindrom overload pada ckd stage V
Atas Dasar
Pasien mengeluh kedua kaki bengkak sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
disertai dengan adanya rasa kaki yang kebas dan terasa kencang, adanya sesak napas
yang memberat sejak 1 minggu SMRS. Sesak dirasakan ketika pasien tidur terlentang
jika pasien duduk dengan ½ duduk maka keluhan sesak akan sedikit membaik dan lebih
terasa nyaman. Pasien juga mengeluhkan adanya pembesaran pada kedua buah
zakarnya sejak 1 minggu terakhir.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya edema pada kedua ekstremitas. Pada
pemeriksaan penunjang ureum 94 mg/dL, kreatinin 6,03 mg/dL, eGFR 9,95.
Rencana Diagnosa: -
1. Sindrom overload pada ckd stage V
Rencana Terapi
 Medikamentosa: Furosemid 40 mg bolus
 Non medikamentosa : dilakukan HD
 Nutrisi: total kalori 1700 kkal, protein 50,4 gram, lemak 52,7 gram, Karbohidrat 306,37 gram.
Makanan untuk diabetes melitus, buah pepaya, jalur oral 3x makanan utama dan 2x makanan
selingan
 Edukasi dan Rehabilitasi: Mengedukasi pasien jika overload cairan pada pasien ini disebabkan
karena kondisi fungsi ginjal yang sudah mengalami kegagalan dalam mengeluarkan cairan tubuh
melalui urin. Sehingga pengeluaran urin pasien harus dilakukan dengan hemodialisa.
Rencana monitoring: observasi tanda vital tiap 8 jam, kaji input dan output cairan
Prognosis
Qua ad vitam : dubia ad bonam
Qua ad Functionam : dubia ad malam
Qua ad Sanactionam : dubia ad malam
2. Hipertensi urgensi dd hipertensi emergensi
Atas Dasar
Tekanan darah pasien saat pengukuran di IGD 217/121
Rencana Diagnosa: CT scan kepala, EKG, Ekokardiografi, pemeriksaan fungsi ginjal
Rencana Terapi
• Medikamentosa: ISDN 5 mg sublingual extra, amlodipin 10 mg, candesartan 8 mg,clonidin
0,15 mg
• Non medikamentosa : dilakukan HD
• Nutrisi: total kalori 1700 kkal, protein 50,4 gram, lemak 52,7 gram, Karbohidrat 306,37
gram. Makanan untuk diabetes melitus, buah pepaya, jalur oral 3x makanan utama dan 2x
makanan selingan
• Edukasi dan Rehabilitasi: Hipertensi urgensi terjadi dimana tekanan darah meningkat
>180/110 mmHg. Pada pasien dengan gagal ginjal terjadi gangguan dalam pengaturan
tekanan darah sehingga biasanya terjadi lonjakan tekanan darah yang tinggi.
2. Hipertensi urgensi dd hipertensi emergensi

Rencana monitoring: observasi tanda vital tiap 8 jam


Prognosis
Qua ad vitam : ad bonam
Qua ad Functionam : dubia ad bonam
Qua ad Sanactionam : dubia ad bonam
3. Diabetes Melitus tipe 2
Atas Dasar : Riwayat diabetes melitus sejak 1 tahun yang lalu, pada pemeriksaan penunjang GDS 144
mg/dL, HbAIC 6,2, urinalisis ditemukan kadang gula darah +/positif.
Rencana Diagnosa: CT scan kepala, EKG, Ekokardiografi
Rencana Terapi
• Medikamentosa: Glikuidon 30 mg 1x sehari pagi
• Non medikamentosa : -
• Nutrisi: total kalori 1700 kkal, protein 50,4 gram, lemak 52,7 gram, Karbohidrat 306,37 gram.
Makanan untuk diabetes melitus, buah pepaya, jalur oral 3x makanan utama dan 2x makanan
selingan
• Edukasi dan Rehabilitasi: Diabetes melitus tipe dua adalah kondisi dimana terjadi resistensi pada
insulin sehingga glukosa tidak dapat masuk dan digunakan oleh sel menyebabkan pasien mengalami
peningkatan kadar glukosa darah. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan metabolisme tubuh dan
kerusakan organ seperti jantung, pembuluh darah, otak, ginjal, mata, dan sistem saraf. Sehingga
untuk mengontrolnya pasien diharuskan untuk mengatur pola makan, olahraga teratur, rutin kontrol
ke fasilitas kesehatan, dan minum obat secara teratur
3. Diabetes Melitus tipe 2
Rencana monitoring: observasi glukosa darah
Prognosis
Qua ad vitam : ad bonam
Qua ad Functionam : dubia ad malam
Qua ad Sanactionam : dubia ad malam
4. Anemia penyakit kronis
Atas Dasar
Pasien tampak lemas dan tidak ada kekuatan saat beraktivitas sehari- hari pada pemeriksaan fisik tampak
konjungtiva anemia dan bibir tampak pucat. Pada pemeriksaan labolatorium Hb 8,6, Ht 25, eritrosit 3,0
juta/uL, MCV 83, MCH 29, dan MCHC 35. dengan kadar ferritin 767,49, besi 41, TIBC 132.
Rencana Diagnosa: Apusan darah tepi
Rencana Terapi
• Medikamentosa: Transfusi PRC 500 cc
• Non medikamentosa : -
• Nutrisi: total kalori 1700 kkal, protein 50,4 gram, lemak 52,7 gram, Karbohidrat 306,37 gram. Makanan
untuk diabetes melitus, buah pepaya, jalur oral 3x makanan utama dan 2x makanan selingan
• Edukasi dan Rehabilitasi: Diabetes melitus merupakan penyakit kronis. Pada penyakit kronis terjadi
hambatan dalam penyerapan besi dalam saluran cerna dan penggunaan cadangan zat besi. Selain itu pada
pasien gagal ginjal terjadi penurunan kadar eritropietin sehingga rangsangan terhadap pembentukan sel darah
merah akan berkurang skibatnya pasien sering mengalami anemia
4. Anemia penyakit kronis

Rencana monitoring: observasi tanda vital, tanda tanda reaksi transfusi dan nilai Hb, Ht
dan eritrosit post transfusi darah
Prognosis
Qua ad vitam : ad bonam
Qua ad Functionam : dubia ad malam
Qua ad Sanactionam : dubia ad malam
 
5. Hiponatremia
Atas Dasar
Kadar natrium pasien 132 mg/dL
Rencana Diagnosa: -
Rencana Terapi
Medikamentosa: -
• Non medikamentosa : HD
• Nutrisi: total kalori 1700 kkal, protein 50,4 gram, lemak 52,7 gram, Karbohidrat 306,37 gram. Makanan
untuk diabetes melitus, buah pepaya, jalur oral 3x makanan utama dan 2x makanan selingan
• Edukasi dan Rehabilitasi: hiponatremia pada pasien bisa disebabkan karena delusi karena overload cairan
dalam tubuh menyebabkan persentase natrium per L menjadi menurun
Rencana monitoring: Cek kadar natrium post HD
Prognosis
Qua ad vitam : Ad bonam
Qua ad Functionam : Ad bonam
Qua ad Sanactionam : Ad bonam
6. Hipoalbumin
Atas Dasar
Kadar albumin pasien 2,0 mg/dL
Rencana Diagnosa: cek fungsi hepar
Rencana Terapi
• Medikamentosa: transfusi albumin 20 % 100 cc
• Non medikamentosa : -
• Nutrisi: total kalori 1900 kkal, protein 50,4 gram, lemak 52,7 gram, Karbohidrat 306,37 gram. Makanan
untuk diabetes melitus, buah pepaya, jalur oral 3x makanan utama dan 2x makanan selingan
• Edukasi dan Rehabilitasi: menurunnya fungsi ginjal menyebabkan cairan tidak dapat keluar melalui urin
sehingga cairan dalam pembuluh darah yang menumpuk menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
hidrostatik sehingga menyebabkan terjadinya kebocoran protein yaitu albumin ke jaringan intertitial.
Rencana monitoring: Cek albumin post transfusi
Prognosis
Qua ad vitam : Ad bonam
Qua ad Functionam : dubia Ad malam
Qua ad Sanactionam: dubia Ad malam
7. Hipomagnesemia
Atas Dasar
Kadar kalsium pasien 7,7 mg/dL
Rencana Diagnosa: -
Rencana Terapi
• Medikamentosa: Ca glukonas 4 gram dalam D5 100 cc
• Non medikamentosa : -
• Nutrisi: total kalori 1700 kkal, protein 50,4 gram, lemak 52,7 gram, Karbohidrat 306,37 gram. Makanan
untuk diabetes melitus, buah pepaya, jalur oral 3x makanan utama dan 2x makanan selingan
• Edukasi dan Rehabilitasi: -
Rencana monitoring: Cek kadar kalsium post koreksi
Prognosis
Qua ad vitam : Ad bonam
Qua ad Functionam : Ad bonam
Qua ad Sanactionam : Ad bonam
8. Hipomagnesemia
Atas Dasar
Kadar magnesium 1,60 mg
Rencana Diagnosa: -
Rencana Terapi
• Medikamentosa: MgSO4 2 gram dalam D5 100 cc
• Non medikamentosa : -
• Nutrisi: total kalori 1700 kkal, protein 50,4 gram, lemak 52,7 gram, Karbohidrat 306,37 gram. Makanan
untuk diabetes melitus, buah pepaya, jalur oral 3x makanan utama dan 2x makanan selingan
• Edukasi dan Rehabilitasi: -
Rencana monitoring: Cek kadar magnesium post koreksi
Prognosis
Qua ad vitam : Ad bonam
Qua ad Functionam : Ad bonam
Qua ad Sanactionam : Ad bonam
9. Hiperkoagulasi
Atas Dasar
Kadar D-dimer 2980 ng/dL
Rencana Diagnosa: -
Rencana Terapi
• Medikamentosa: -
• Non medikamentosa : -
• Nutrisi: total kalori 1700 kkal, protein 50,4 gram, lemak 52,7 gram, Karbohidrat 306,37 gram. Makanan
untuk diabetes melitus, buah pepaya, jalur oral 3x makanan utama dan 2x makanan selingan
• Edukasi dan Rehabilitasi: -
Rencana monitoring: Cek kadar kalsium post koreksi
Prognosis
Qua ad vitam : Ad bonam
Qua ad Functionam : Ad bonam
Qua ad Sanactionam : Ad bonam
2. Tinjauan
Pustaka
Hipertensi
Definisi

Hipertensi di diagnosis ketika tekanan darah sistolik(SBP) seseorang di


klinik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastoliknya(DBP) ≥ 90
mmHg setelah pemeriksaan berulang
Epidemiologi
• dunia  1,13 milyar
• meningkat mencapai 60% pada
populasi usia lebih dari 60
tahun
• Penyebab mortalitas dan
morbiditas diindonesia
• (Riskesdas) 2018 menghasilkan
prevalensi hipertensi pada usia
≥ 18 tahun di Indonesia
mencapai 34,1%,
Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan AHA/ACC
Klasifikasi berdasarkan ESH
Faktor risiko
Diagnosis – pengukuran Tekanan darah
• Persiapan : pasien harus tenang, tidak boleh
gelisah, cemas. Istirahat 5 menit sebelum
pemeriksaan. Tidak boleh merokok ataupun
konsumsi caffeine sblm tensi. 30 menit setelah
olahraga boleh tensi. Tidak boleh menahan BAK atau
BAB. Pakaian jangan ketat, lepas jaket atau sweater.
• Posisi : duduk dan posisi lengan sejajar dengan
jantung. Dilakukan berdiri jika curiga hipotensi
orthostatic pada usia tua. Kaki tidak menggantung
atau disilangkan, harus lurus.
• Hipotensi orthostatic : terdapat penurunan tensi
TDS >= 20 atau TDP >= 10 mmHg
• Pada pasien aritmia : contoh pada pasien AF, diukur
3x dan diambil rata-rata. Begitu juga dengan
pengukuran nadi selama 1 menit, diambil rata-rata.
Diagnosis
Tatalaksana
Tatalaksana hipertensi tanpa komplikasi
Tatalaksana hipertensi + CAD
Hipertensi pada CKD
Hipertensi pada gagal jantung
Target Tekanan darah !
Terapi non farmakologi
● Olahraga aerobic
● Perubahan pola makan
● Pembatasan garam
● Stop merokok
● BMI normal / ideal = 18.5-22.9
● Lingkar pinggang -> perempuan <80, laki-laki <90
Hipertensi pada CKD
Pendahuluan
● Hipertensi sering terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis
(CKD).
● Prevalensinya berkisar antara 60% hingga 90% tergantung pada stadium
CKD dan penyebabnya.
Patofisiologi
Hipertensi pada CKD
Resume - anamnesis
• Pasien mengeluh bahwa kedua kaki bengkak sejak 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Bengkak terjadi pada kedua kaki. Bengkak tidak disertai
dengan keluhan nyeri pada kedua kaki. Bengkak juga dirasakan oleh pasien
semakin membesar dalam 1 minggu terakhir.
• Pasien mengeluhkan bengkak terjadi secara tiba tiba tidak didahului oleh
adanya suatu trauma atau infeksi pada kedua kaki. Saat istirahat dengan
mengangkat kedua kaki bengkak disebutkan sedikit berkurang.
Resume - anamnesis
• Selain itu keluhan juga disertai dengan adanya rasa kaki yang kebas dan terasa kencang.
• Pasien juga mengeluh adanya sesak napas yang memberat sejak 1 minggu SMRS. Sesak
dirasakan ketika pasien tidur terlentang jika pasien duduk dengan ½ duduk maka keluhan
sesak akan sedikit membaik dan lebih terasa nyaman. Pasien juga mengeluhkan adanya
pembesaran pada kedua buah zakarnya sejak 1 minggu terakhir.
• Pasien juga mengeluhkan badannya sangat lemas dan tidak ada kekuatan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. BAK normal tidak ada keluhan sehari +- 500 ml . Satu tahun yang
lalu pasien terdiagnosis diabetes melitus type 2.
• Pasien juga merasa akhir akhir ini tekanan darahnya sering tidak terkontrol padahal pasien
sudah meminum obat amlodipine 10 mg.
RESUME – PEMERIKSAAN FISIK
• tampak sakit sedang,
• tanda vital TD 217/21, FN 90, RR 25 x/menit dan suhu 36,5.
• Pada status generalis konjungtiva anemis, bibir tampak pucat dan pada
ekstremitas bawah ditemukan adanya edema non pitting pada kedua kaki,
akrab hangat.
RESUME – PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• Pada pemeriksaan labolatorium terdapat nilai Hb 8.6, hematokrit 25 dan
leukosit 3.0 juta/dL, nilai leukosit 10470 dan trombosit 353.000.
• Nilai labolatorium menunjukan penurunan nilai Kalsium (Ca) 7,7 mg/dL,
Natrium (Na) 134 mg/dL, albumin 2,0 mg/Dl, besi 41 ug/dL, dan TIBC 132
ug/dL
• dan peningkatan nilai Glukosa Darah (Sewaktu) 144 mg/dL, ureum 94
mg/dL, kreatinin 6,03 mg/dL, eGFR 9,95, HbAIC 6,2, ferritim 767,46
ng/mL,
• Pada pemeriksaan foto x-ray thoraks ditemukan gambar kardiomegali dan
suspek pneumonia.
Analisis kasus
Anamnesis:
- Bengkak kedua kaki dan skrotum
- Sesak napas membaik bila duduk
- Lemas dan mudah lelah
- Riwayat DM sejak 1 tahun smrs
- Hipertensi tidak kekontrol dengan amlodipine 10 mg

Pemeriksaan fisik :
- TD : 217/121 mmHg
- Mata : konjungtiva anemis
- Mulut: pucat
- Batas jantung: kesan kardiomegali
- Ekstremitas: edema kedua kaki non pitting

Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan penunjang Radiologi :


- Hb : 8,6/25/3,0 - GDS : 144 mg/dL - Kardiomegali
- Leukosit 10470/353.000 - Ureum : 94 mg/dL - Susp pneumonia
- Kalsium : 7,7 mg/dL - Kreatinin : 6,03 mg/dL
- Natrium: 134 mg/dL - eGFR : 9,95
- Albumin : 2,0 mg/dL - Ferritin: 767,46 ng/mL
- Besi 41 ug/dL
- TIBC 132 ug/dL
diagnosis :
1. Sindrom overload pada CKD stage 5
2. Diabetes melitus tipe 2
3. Hipertensi urgensi dd hipertensi emergensi
4. Hipoalbumin
5. Hiponatremia
6. Hipomagnesemia
7. Anemia penyakit kronik
8. Hipoalbuminemia
9. Hipokalsemia

Tatalaksana :
Tatalaksana :
- Ca glukonas 4 gram dalam 100 cc - CaCO3 : 3x1
- MgSO4 20 % 2 gram dalam D5 100 cc - Bicnat : 3x1
- Rencana HD - Vit B12 : 3x1
- Glikuidon 30 mg - Asam folat : 3x1
- Diet 1700 kkal
- Amlodipine 10 mg
- Candesartan 8 mg
- Clonidin 3x0,15 mg
- Intra HD PRC 500 cc
Kesimpulan
Penyakit ginjal kronik dikaitkan dengan peningkatan aktivitas RAAS
(renin angiotensin aldosteron system). Adanya penurunan aliran darah di kapiler
peritubular di bagian hilir glomerulus yang mengalami sklerosis. Akibat
penurunan aliran darah ini, glomerulus di daerah ini menghipersekresi renin,
sehingga meningkatkan kadar angiotensin II yang bersirkulasi. Angiotensin II
memiliki efek vasokonstriktor langsung, yang meningkatkan resistensi vaskular
sistemik dan tekanan darah. Selain itu penurunan eGFR menyebabkan buangan
dari natrium menurun sehingga retensi natrium akan menarik cairan dan
terjadi kelebihan cairan yang dapat meningkatkan tekanan darah pada pasien
dengan penyakit ginjal kronik.
Daftar pustaka
1. Oparil, S., Acelajado, M. C., Bakris, G. L., Berlowitz, D. R., Cífková, R., Dominiczak, A. F., Grassi, G., Jordan, J., Poulter, N. R., Rodgers, A., & Whelton, P.
K. (2018). Hypertension. Nature reviews. Disease primers, 4, 18014. https://doi.org/10.1038/nrdp.2018.14
2. Suling, FRW. Buku Referensi Hipertensi. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. 2018.
3. Adrian SJ, Tommy. 2019. Hipertensi Esensial: Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru pada Dewasa. CDK-274/ vol. 46 no. 3 th. 2019.
4. Iqbal AM, Jamal SF. 2019. Essential Hypertension. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539859/
5. Riskesdas. 2018. Hasil Utama Riskesdas. Kementerian Kesehatan RI: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
6. Unger, T, Borghi, C, Charchar, F, Khan, NA, Poulter, NR, Prabhakaran, D, Ramirez, A, et al. 2020. International Society of Hypertension Global Hypertension
Practice Guidelines. 2020;75:1334-1357. DOI: 10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.15026.
7. Williams, B, Mancia, G, Spiering, W, Rosei, EA, Azizi, M, Burnier, M, Clement, DL, Coca, A, Simone, GD, Dominiczak, A. 2018 ESC/ESH Guidelines for the
management of arterial hypertension European, Heart Journal, Volume 39, Issue 33, 01 September 2018, Pages 3021–3104
8. Whelton PK, Charey RM, Aronow WS, Casey DE, Collins KJ, Himmelfarb CD, et al. 2017
ACC/AHA/AAPA/ABC/ACPM/AGS/APhA/ASH/ASPC/NMA/PCNA, Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation, and Management of High Blood
Pressure in Adults. JACC 2017. Available at http://www.onlinejacc.org.
9. Turana Y, Widyantoro B (ed). Buku Ajar Hipertensi. Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia 2017
10. Hall ME & Hall JE Pathogenesis of Hypertension. Hypertension: A Companion to Braunwald’s Heart Disease 33–51 (2018). doi:10.1016/b978-0-323-42973-
3.00005-6
11. Kirthi, A.A.K., Yasmin, A.A.D.A., Artha, I.M.J.R. and Bhargah, A. 2019. Hipertensi sebagai prediktor kejadian kardiovaskular mayor pada pasien infark
miokard
12. Muntner, P, Whelton, PK. Using Predicted Cardiovascular Disease Risk in Conjunction With Blood Pressure to Guide Antihypertensive Medication Treatment.
J. Am. Coll. Cardiol 69, 2017; 2446–2456.
13. Mensah GA. Commentary: Hypertension Phenotypes: The Many Faces of a Silent Killer. Ethn Dis. 2019 Oct 17;29(4):545-548. doi: 10.18865/ed.29.4.545.
PMID: 31641321; PMCID: PMC6802171.
14. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2019
15. Sudoyo AW, Setiati S, Alwi I, Stiyohadi B, Syam AF. 2017. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.
16. Ku, E, Lee, BJ, Wei, J, Weir, MR. Hypertension in CKD: Core Curriculum 2019. Am J Kidney Dis. 74(1): 120-131. Published online March 19, 2019. doi:
10.1053/ j.ajkd.2018.12.044
17. Lukela, JR, Harrison, RV, Jimbo, M, Mahallati, A, Saran, R, Sy,AZ. UMHS Chronic Kidney Disease Guideline, July 2019. University of Michigan. 2019.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai