Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

Selulitis
Disusun oleh : KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU
PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH
Hana Bilqis Nafiah SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN
1102016075 BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
Pembimbing : UNIVERSITAS YARSI PERIODE 7
dr. Evy Aryanti, Sp.KK MARET – 26 MARET 2022
01.

BAB I
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
1. Nama : Ny. K
2. No. RM : 211243
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Usia : 22 tahun
5. Agama : Islam
6. Alamat : Tambun, Bekasi
7. Suku : Betawi

8. Pekerjaan : Bekerja di PT

9. Tanggal Pemeriksaan : 7 Maret 2022

10.Status Pernikahan : Belum menikah


I.ANAMNESI
S Nn.K, 22 tahun

Keluhan
Anamnesis Keluhan Utama
a. Keluhan Utama Tambahan
Autoanamnesis dengan Perih dan panas pada
Ketika tersentuh
pasien dilakukan pada kaki sebelah kanan
pasien merasa
tanggal 7 Maret 2022 setelah 1 hari dirawat di
kemerahan di kaki nya
pukul 09.00 WIB. rumah sakit
nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang

5 Maret 2022 pasien masuk IGD RSUD Kab. Bekasi dengan


keluhan utama sesak nafas dan keluhan tambahan kepala pusing,
mual, muntah, dan sesak nafas. Pasien melakukan pemeriksaan
comb test dan hasilnya positif (+). Pasien mendapatkan transfusi
darah pada tanggal 6 Maret 2022. Setelah transfusi muncul
kemerahan pada kaki kanan pasien. Pasien mengatakan
kemerahan pertama kali muncul langsung di daerah paha dan
betisnya secara tiba-tiba, kemerahan dirasakan pasien di sertai
dengan nyeri panas dan perih. Gatal, dan kemerahan di bagian
lain, disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat penyakit serupa : positif


- Riwayat alergi : disangkal
- Riwayat penyakit autoimun : AIAH
- Riwayat penyakit diabetes melitus : disangkal
- Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal
- Riwayat operasi : disangkal
a. Riwayat Pengobatan a. Riwayat Kebiasaan
Pasien merupakan seorang pekerja di
1. Pasien tidak memimun obat sebuah PT yang biasa kerja lembur
atau menggunakan apapun hingga pukul 12 malam. Menurut pasien
untuk mengobati selulitis yang sehari-harinya pekerjaan pasien di PT
sebelumnya. pada bagian yang cukup berat, hingga 1
bulan lalu pasien terkena covid,
sehingga harus karantina mandiri.
ketika sembuh pasien di pindahkan ke
bagian yang lebih mudah namun pasien
tetap merekan sesak meski telah
dinyatakan negatif covid 19
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda- Tanda Vital
• Tekanan : 100/80 mmHg
darah
• Nadi : 100 x/ menit
• Respirasi : 20 x/menit
• Suhu : 365.5ºC
• SpO2 : 100% on nasal canul
Status Generalis
Kepala : Normocephali, rambut hitam-putih
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : normotia
Hidung : Septum deviasi (-/-), sekret (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-),
Thoraks
• Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan simetris, retraksi (-), lihat
status
  dermatologis  
• Paru : Suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
• Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Datar, lihat status dermatologis
• Palpasi : tidak dilakukan
• Perkusi : tidak dilakukan
• Auskultasi : Bising usus normal
 
Ekstremitas
•   Atas Akral hangat (+/+), CRT <2 detik, edema -
•   Bawah Akral hangat (+/+), CRT <2 detik, edema -, ditemukan
kemerahan di bagian tungkai bawah dextra
Status Dermatologikus
Status dermatologikus gambar :
a/r femoralis hingga cruris dextra, patch eritematosa, soliter, ukuran plakat, difus, konfluens.

Gambar 1. Gambaran lesi


pada pasien Nn.K
DIAGNOSIS BANDING
Erisipelas
Erupsi obat
Dermatitis kontak

 PEMERIKSAA PENUNJANG
Tidak dilakukan

RESUME
Ny. K datang ke IGD RSUD kab Bekasi dengan keluhan sesak dan sulit
bernafas. Keluhan disertai kepala pusing, mual dan muntah. Setelah di lakukan
pemeriksaan darah lengkap ditemukan hemoglobin pasien rendah dan masuk
indikasi transfusi. Sebelum transfusi pasien melakukan pemeriksaan comb test yang
mana hasilnya positif (+). Sehari setelah dilakukan transfusi mulai muncul patch
eritematosa di regio femoralis hingga cruris
 
DIAGNOSIS KERJA

Selulitis
Gejala dan tanda   Selulitis
Gejala prodormal : Demam, malaise, nyeri sendi dan menggigil
Daerah predileksi : Ekstremitas bawah
Makula : Eritema cerah
eritematous
Tepi : Batas tidak tegas
Penonjolan : Tidak menonjol
Vesikel atau bula : Biasanya disertai dengan vesikel atau bula
Edema : Tidak ada Edema
Hangat : Tidak terlalu hangat
Fluktuasi : Tidak ada Fluktuasi
TATALAKSANA
Topikal :
Mupirosin 2% Dioleskan 2-3 kali sehari,
selama 7-10 hari.

EDUKASI
Membatasi penularan: edukasi terhadap
pasien dan keluarganya agar menjaga
higiene perorangan yang baik.

PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanachtionam : bonam
02

BAB II
PEMBAHASAN ANALISIS KASUS
Analisa Identitas :
Dari identitas diketahui pasien perempuan berusia 22 tahun
beraga islam ,belum menikah, dan bekerja di suatu PT. Dari
identitas tidak ada yang mengarah ke arah diagnosis
Analisa Anamnesis :
Penyebab utama selulitis ialah Staphylococcus aureus dan Streptococcus b hemolyticus.
Penyakit kulit yang yang di sebabka oleh Staphylococcus, Streptococcus atau keduanya di
sebut pioderma. Faktor predisposisi pioderma adalah hygiene yang kurang, menurunnya
daya tahan tubuh, dan telah ada penyakit kulit lain. Pasien mengatakan bahwa sudah
beberapa lama ini pasien bekerja dengan pekerjaan berat dan sering lembur hingga pukul
12 malam, sehingga pasien sering merasa lelah dan mudah terserang beberbagai penyakit.
1 bulan lalu pasien baru sembuh setelah terkena covid 19. Pasien juga mengeluhkan
lingkungan PT tempat pasien bekerja yang tidak terlalu bersih. Hal ini sesuai dengan
predisposisi pioderma yaitu hygiene dan menurunnya daya tahan tubuh.
Analisa Anamnesis :
Dari anamnesis pasien mengatakan sebelumnya pernah mengalami hal serupa, pada
bulan desember 2021 ketika pasien di rawat di rumah karena DHF. Saat pertama kali
timbul keluhan pasien mengatakan infus di rumah oleh dokter, namun 1 hari setelah
infus terpasang pasien mulai merasakan gejala prodormal yaitu demam mengigil dan
sakit kepala, setelah itu pasien menyadari timbulnya kemerahan di ekstremitas bawah
dextra yang secara cepat meluas dan terasa perih serta panas namun hilang dengan
sendirinya setelah kurang lebih 1 minggu. Pada tanggal 5 maret 2022 pasien kembali
masuk rs dikarenakan sesak hingga sulit bernafas, kepala pusing, mual dan muntah.
Analisa Anamnesis :
Ketika pasien di larikan ke IGD RSUD Kab. Bekasi pasien di berikan oksigen
dan di pasang infus. Sehari setelah pemasangan infus pada pasien di bangsal
gardenia pasien mulai kembali merasakan gejala prodromal seperti demam
mengigil dan sakit kepala. Setelah itu keluhan kemerahan pada ekstremitas
bawah dextra timbul kembali seperti riwayat 4 bulan sebelumnya. Hal ini sesuai
dengan Infeksi selulitis rekuren sering terjadi pada lokasi yang sama dengan
sebelumnya, yang mana pada pasien ini yaitu ekstremitas bawah dextra, dan
predileksi utama pada selulitis adalah pada ektremitas (88%).
Analisa Anamnesis :
Studi retrospektif yang dilakukan di salah satu rumah sakit di Singapura didaatkan
prosentase episode berulang pada selulitis sebesar 8% hingga 20%. Berdasar
beberapa penelitian prospektif dan retrospektif menunjukkan lebih besar
kemungkinan kasus selulitis mengalami episode berulang dibandingkan erisipelas
terutama pada pasien yang tidak diterapi faktor predisposisinya. Lokasi pada tungkai
bawah memiliki kecenderungan terbesar kekambuhannya. Hal ini sesuai dengan
keadaan pasien dimana lokasi lesinya ada di ektremitas bawah dan pasien
mengatakan bahwa sebelumnya pasien tidak mengobati keluhannya tersebut, hanya
dibiarkan hingga menghilang dengan sendirinya.
Analisa Anamnesis :
Pasien memiliki riwayat autoimun dimana ini menjadi salah satu faktor terjadinya
selulitis. Pada pasien di temukan lesi pada tungkai bawah yang mana dalam
epidemiologi selulitis predilesi 88 % pada dewasa adalah tungkai bawah.
Diagnosis selulitis ditegakkan dari hasil anamnesis bahwa sebelum munculnya lesi
pasien mengeluhkan malaise, demam dan menggigil kemudian muncul lesi eritema
lokal yang nyeri dan perih kemudian semakin memerah dengan batas tidak jelas
(difus) dan tidak meninggi. Sebelumnya 4 bulan lalu pasien pernah dirawat di rumah
sakit karena keluhan DBD, dan setelah pemasangan infus pasien mengeluhkan
keluhan yang sana dengan keluhan saat ini yaitu menggigil malaise dan demam,
serta muncul juga kemerahan di tungkai bawah, namun sembuh setelah 1 minggu.
Analisis Pemeriksaan Fisik:
Manifestasi klinis selulitis berupa eritema lokal berbatas tidak jelas (difus), edema,
tepi tidak meninggi, serta teraba panas dan nyeri. Hal itu sesuai dengan gejala klinis
selulitis yang ditemukan pada pasien ini.
Analisis Pemeriksaan Penunjang :
Pada penelitian Concheiro dikatakan bahwa pada sebagian besar pasien erisipelas
dan selulitis didapatkan peningkatan LED. Hal ini sesuai dengan keadaan pasien
yang juga mengalami peningkatan LED (23mm/jam).
Pada kasus ini tidak di lakukan pemeriksaan kultur bakteri sehingga kita tidak
dapat mengetahui pastinya bakteri apa yang menyebabkan selulitis pada pasien
ini. Namun dilihat dari lesinya pada regio femoralis hingga cruris dextra, patch
eritematosa, soliter, ukuran plakat, difus, konfluens, lebih mencirikan bahwa
bakteri yang menyerang pasien ini adalah Streptococcus , dikarenakan
karekteristik lesi lebih menyerupai karakteristio bakteri ini yang mana tidak
membuat ruangan sebagaimana Sthapylcoccocus aureus.
Analisis Diagnosis Banding
Diagnosis banding tersingkirkan karena
 Erisipelas : seharusnya batas nya tegas dan bisa juga adanya peninggian
 Erupsi Obat : biasanya terjadi setelah konsumsi obat. Tidak nyeri, kecuali
terdapat erosi. Biasanya muncul pada genitalia, wajah, badan, dan ekstremitas
bawah.
 Dermatitis kontak : biasanya ada gatal dan setelah pemakaian benda tertentu
 
Analisis Prognosis
Melihat keadaan pasien yang mana lesi semakin hari semakin berkurang
dan kebanyakan studi yang mengataka bahwa prognosis selulitis baik.
 
Analisis Tatalaksana
pasien diberikan salep mupirocin karena termasuk salep antibiotik
golongan karbapenem.
03

BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Telah diperiksa pasien perempuan 22 tahun dengan status
dermatologikus ditemukan area femoralis hingga cruris ditemukan pacth
eritematosa, ukuran plakat, difus,konfluens. Dari hasil anamnesis pasien
mengeluhkan adanya gejala prodormal yaitu malaise menggigil dan
demam. Pada lesi di rasakan nyeri dan panas gatal disangkal. Tatalaksana
meliputi salep mupirocin 2% topical. Prognosis selagi mematuhi
pengobatan dengan baik adalah ad bonam.

Anda mungkin juga menyukai