Anda di halaman 1dari 16

Referat

Rhinitis Alergi

Oleh:
OLSA AL SHAPIRA 102120013

Pembimbing
dr. Saiful Bahri Bangun, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU PENYAKIT THT-KL


PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
PONTIANAK
2021
Pendahuluan
 Rinitis alergi merupakan suatu masalah kesehatan yang sering ditemukan yang
disebabkan oleh reaksi inflamasi yang diperantarai oleh sistem imun akibat
paparan satu atau lebih alergen.

kasus rinitis alergi dapat menyebabkan gangguan pada aktifitas hidup seharihari
yang pada akhirnya menyebabkan beban pada masalah ekonomi dan kesehatan.

Perkiraan prevalensinya sangat bervariasi tetapi studi epidemiologi


menunjukkan bahwa 20% - 30% terjadi pada orang dewasa dan 40% terjadi
pada anak-anak
Anatomi Hidung  Hidung merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang yang dipisahkan oleh sekat
hidung berbentuk seperi pyramid

 Bagian luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang


rawan yang dilapisi jaringan ikat

 Kerangka tulang terdiri dari:


• Os Nasal
• Prosesus Frontalis dan Os Maksila
• Prosesus Nasalis dan Os Frontal

 Kerangka tulang rawan terdiri dari:


• Sepasang kartilago nasalis lateral superior dan inferior
• Tepi anterior kartilago septum
Rhinitis Alergi

Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada
pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen
spesifik tersebut.

Kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat
setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh Ig E (WHO ARIA,
2001)
Epidemiologi Prevalensi rhinitis alergi bervariasi antara 0,8-14,9% pada usia
6-7 tahun dan 1,4- 39,7% pada usia 13-14 tahun di seluruh
dunia

Asia, 27% di Korea Selatan dan 32% di Uni Emirat Arab.


Negara Barat angka prevalensinya mencapai 10%- 30% pada
orang Amerika dan 20%- 25% pada orang Kanada.

Belum ada data nasional mengenai prevalensi rhinitis alergi di


Indonesia. Suatu penelitian di Bandung menemukan prevalensi
kasus rhinitis alergi di RS. Hasan Sadikin sebanyak 38.2% dan
sekitar 64.6% pasien rhinitis alergi tersebut berada pada rentang
usia 10-29 tahun dan sekitar 45.1% berprofesi sebagai pelajar
Etiologi dan Faktor Resiko
Faktor genetic, factor lingkungan dan Riwayat atopic meningkatkan seseorang untuk
mengalami rhinitis alergi

Alergen inhalan Alergen injektan


01 Masuk melalui pernafasan 03 Masuk melalui suntikan atau
Debu, Tungau, bulu binatang gigitan
dan jamur Penisilin, sengatan serangga
Alergen ingestan Alergen Kontak
02 Masuk melalui pencernaan 04 Masuk melalui kontak dengan
kulit atau mukosa
Susu, telur, coklat, udang
Kosmetik, perhiasan
Patofisiologi
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti
dengan tahap provokasi/reaksi alergi.

Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu:


1. Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) yang berlangsung
sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya.

2. Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam
dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktifitas)setelah pemaparan dan dapat berlangsung sampai 24-
48 jam.
Gambar. Patofisologi Rhinitis Alergi
Benjamini E, Coico R, Sunshine G. Immunology: A Short Course. 4th ed. John Wiley & sons. 2000.
Klasifikasi Rhinitis Alergi

Klasifikasi WHO ARIA, 2001

Yang gi Min. The Pathophysiology, Diagnosis and Treatment of Allergic Rhinitis. ARIA. Allergy Asthma Immunol Res. Vol 2. 2010.
Penegakan Diagnosis
Gejala Klinis

Serangan bersin Hidung tersumbat dan


berulang gatal

Keluar ingus banyak dan


encer (Rhinorea) Mata gatal dan berair
Pemeriksaan Fisik
Rinoskopi anterior :
Tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat
atau livid disertai adanya sekret encer yang
banyak.

Gejala spesifik lain


• Allergic Shiner
• Allergic Salute
• Allergic Crease
Pemeriksaan Penunjang

 Hitung Eosinofil
 Pemeriksaan IgE Spesifik
ditemukannya eosinofil sebanyak >30%
dengan RAST atau ELISA
memiliki spesifisitas sangat tinggi untuk
mendiagnosis rhinitis alergi

 Pemeriksaan IgE total • Skin Prick Test


Penatalaksanaan
Hindari paparan allergen dan
control lingkungan
Medikamentosa
 Antihistamin:
Generasi-1 (Sedatif) Imunoterapi
ex: Dipenhidramin
Generasi-2 (Non sedative)
ex: Cetirizine
 Kortikosteroid Intranasal
 Anti leukotrien Operatif
Konkotomi Parsial
Konkoplasti
Guideline Diagnosis dan Pengobatan Rhinitis Alergi
Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia. Panduan praktik klinis (PPK): Panduan praktik klinis tindakan (PPKT) dan clinical pathway (CP). Vol2. Jakarta:
Pengurus Pusat PERHATIKL; 2016
Komplikasi

Polip hidung

Otitis Media Efusi

Sinusitis Paranasal

Hipertrofi Adenoid
Terimakaasih

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai