Anda di halaman 1dari 22

Rinitis Alergi

Pembimbing :
Dr. Moch. Ibnu Malik, Sp.THT-KL

Disusun Oleh :
Ully Milata Fitri P Putri 19710117
Ratih Kusuma Diarti 19710106
Maria Patricia Marisstella 19710151

Departemen Ilmu Penyakit THT-KL


Pendidikan Profesi FK UWKS-RSUD Sidoarjo 2021
Pendahuluan

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang


disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi
yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan
alergen yang sama serta dilepaskannya suatu
mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan
dengan alergen spesifik tersebut.6
Rinitis Alergi
Rhinitis alergi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) adalah
kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah
mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh Ig E.6
Tinjauan Pustaka
Anatomi Hidung
Tinjauan Pustaka
Septum Nasi
Tinjauan Pustaka
Vaskularisasi Hidung
Tinjauan Pustaka
Inervasi Hidung
Fisiologi Cavum Nasi

Berdasarkan teori struktural, teori revolusioner dan


teori fungsional, maka fungsi fisiologis hidung dan sinus
paranasal adalah :
1. fungsi respirasi
2. fungsi penghidu
3. fungsi fonetik
4. fungsi statistik dan mekanik
5. refleks nasal.16
Epidemiologi Rinitis Alergi

prevalensi rinitis alergi di Indonesia diperkirakan


berkisar antara 10 - 20% dan secara konstan
meningkat. Usia rata-rata onset rinitis alergi adalah 8 -
11 tahun dan 80% rinitis alergi berkembang dengan
usia 20 tahun. Biasanya rinitis alergi timbul pada usia
muda (remaja dan dewasa muda).13
Etiologi Rinitis Alergi

Penyebab rinitis alergi tersering adalah alergen


inhalan pada dewasa dan ingestan pada anak-anak.

Rinitis alergi melibatkan interaksi antara


lingkungan dengan predisposisi genetik dalam
perkembangan penyakitnya. Faktor genetik dan
herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi.1
Patofisiologi Rinitis Alergi
Ear 0
th 1

Mars 03
Klasifikasi Rinitis Alergi

Berdasarkan Waktu Serangan Berdasarkan Beratnya Gejala

Sedang-
Intermiten Persisten Ringan Berat
gejala timbul <4 hari gejala timbul >4 hari Tidak ada satu atau lebih
perminggu perminggu mempengaruhi gangguan aktifitas
aktifitas sehari-hari sehingga kualitas
berlangsung berlangsung >4 dan aktifitas tidur. hidup menurun.
selama <4 minggu. minggu.
Anamnesa

riwayat pasien harus mencakup evaluasi gejala seperti rinorea, hidung gatal, bersin,
konjungtivitis alergi, dan hidung tersumbat. Waktu timbulnya gejala dalam
menentukan alergen mana yang dicurigai sebagai penyebab timbulnya gejala.Riwayat
penyakit lain seperti asma juga harus dinilai.
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menilai kondisi eksternal dan internal dari hidung. Pada
pemeriksaan fisik dicari gejala gatal pada hidung, telinga, palatum atau tenggorok, sekret serus atau
mukoserus, kongesti nasal, nyeri kepala sinus, disfungsi tuba estachius, bernafas lewat mulut atau
tenggorok, konka pucat atau keunguan (livide), post nasal drip kronis, batuk kronis non produktif,
sering mendehem, dan kelelahan pagi hari.
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis dibuat berdasarkan hasil dari tes alergi seperti skin prick test, tes laboratorium, tes alergen nasal, dan
atas pengetahuan mengenai lingkungan pribadi dan lingkungan kerja pasien. Skin prick test menjadi pilihan
pemeriksaan karena cepat, murah, dan tidak invasif untuk mengkonfirmasi atau menyingkirkan adanya alergi dan
mengonfirmasikan alergen yang ada dalam riwayat penyakit. Bila hal tersebut di atas tidak memungkinkan,
anamnesis riwayat penyakit lebih lanjut harus dilakukan dengan mengarah kepada zat yang diidentifikasi positif
dalam tes kulit. 7

1 3 5 7
2 4 6 8
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan tambahan seperti RAST


(radioallergosorbent test) misal pada
pasien-pasien dengan ruam atau pasien
yang mengonsumsi antihistamin rutin, the
human basophil degranulation test , the
histamine liberation test dan tes
provokasi intranasal dengan
rinomanometri anterior juga dapat
dilakukan.7
Diagnosis

Riwayat atopi dalam keluarga merupakan faktor


predisposisi rinitis alergi yang terpenting, pada
pemeriksaan ditemukan tanda klasik yaitu
mukosa edema dan pucat atau kebiruan dengan
ingus encer, tanda ini hanya ditemukan pada
pasien yang sedang dalam serangan. 7

Pemeriksaan sekret hidung dilakukan untuk


menetapkan proses infeksi dengan
ditemukannya neutrofilia. Eosinofil darah
perifer dapat ditemukan meningkat pada
penderita rinitis alergi.7
Diagnosis Banding

Rhinitis alergika perlu dibedakan dari rhinitis vasomotor ataupun idiopatik, rhinitis atropi,
rhinitis infeksiosa, rhinitis sekunder dari obat-obatan baik lokal (Neo-Synephrine) atau sistemik
(beta bloker, aspirin, reserpin, morfin), rhinitis sekunder dari faktor mekanis, tumor hidung,
polip hidung, rhinore serebrospinal, iritan kimia, faktor psikologis, dan mastositosis hidung. 9
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Pengobatan medikamentosa
dari rinitis alergi konik :
• menghindari alergen
(allergen avoidance),
• Kortikosteroid intranasal
• penggunaan alat pelindung
• Antihistamin oral
diri (APD)
• Dekongestan
• menutup jendela untuk
• Antikolinergik
mencegah masuknya serbuk
• Imunoterapi
sari
• Terapi Bedah
• menjaga kelembaban untuk
mencegah tungau dan
pertumbuhan jamur,
• menggunakan filter udara
TERIMA KASIH
Daftar Pustaka
1. Adams GL, Lawrence R, Boies, Hillger PH. 1996. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta. EGC. Hal 190-195.
2. Asti Widuri. 2009. Terapi Antibodi IgE pada Rinitis Alergi. Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tengggorokan (THT) Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Mutiara Medika Vol. 9 No. 1:63-68, Januari 2009.
3. Ballenger. Hidung dan Sinus Paranasal. In: Penyakit Telinga, Hidung,Tenggorokan, Kepala, dan Leher; jilid I. Tangerang: Bina Rupa
Aksara; 2009. p. 4–243.
4. Ganung Harsono, dkk. 2007. Faktor yang Diduga Menjadi Resiko pada Anak dengan Rinitis Alergi di RSU Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta. Divisi Alergi-Imunologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / RSU Cipto
Mangunkusumo Jakarta. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXIII, No.3, Desember 2007.
5. Howard L, M Pais. Sinus Surgery : Endoscopic and Microscopic Approaches. New York : Thieme, 2005. p 16-19.
6. Irawati N, Kasakeyan, E., Rusmono, N. 2007. Rinitis Alergi. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. Edisi Keenam. Jakarta: FK UI,
2007. Hal.128-132.
7. J. Hudyono. 2000. Diagnosis dan Penatalaksanaan Rinitis Alergi Akibat Kerja. Departemen Ilmu Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Fakultas Kedokteran Ukrida. Meditek Vol. 8, No.23, September - Desember 2000.
8. Jenerowicz, D. et al. 2012. Environmental Factors and Allergic Diseases. Ann Agric EnvironMed.2012;19(3):475-481.Availablefrom:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23020042
9. Maya Novian Dini Sitompul. 2016. Hubungan Rinitis Alergi dengan Kualitas Hidup Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Medan.

10. Menggunakan Kuesioner International Study Of Asthma And Allergy In Childhood (Isaac) Tahun 2013. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Dokter. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Pp. 12-13.
11. Min YG. 2010. The pathophysiology, diagnosis and treatment of allergic rhinitis. Allergy Asthma Immunol Res. 2010;2:65-76.
12. Munasir Z, Rakun MW. 2008. Rinitis alergik. Dalam: Akib AAP, Munasir Z, Kurniati N, penyunting. Buku ajar alergi imunologi anak. Edisi
kedua. Jakarta: Balai Penerbit IDAI; h 245-51.
13. Nadraja, I. 2010. Prevalensi Gejala Rinitis Alergi Di Kalangan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara Angkatan
2007- 2009.http://repository.usu.ac.id/ handle/123456789/21493.
14. Netter FH. Atlas of Human Anatomy 25th Edition. Jakarta: EGC; 2014.p.35- 39.
15. Redi Bintang Pratama. 2021. Manajemen Terapi Rhinitis. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. Jurnal Medika Hutama Vol 02 No 03,
April 2021
16. Soetjipto D, Wardani R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam. Jakarta : FK UI; 2007. p.
118- 122.
17. Sudarman K. Pengelolaan penyakit rinitis alergi. Simposium pengelolaan penyakit alergi secara rasional, Yogyakarta 2001: 49-65.
18. Will Corbridge, Rogan H. Essential ENT Practice: A Clinical Text. 1998. 19-20 p. 127-135.

Anda mungkin juga menyukai