Anda di halaman 1dari 19

ONKOLOGI THT

ULLY MILATA FP PUTRI/19710117/D4


Onkologi THT

01 CA Nasofaring 04 Inverted Papiloma

Angiofibro Nasofaring
02 CA Laring 05 Juvenille

03 CA Sinonasal 06 Epistaksis
CA Nasofaring (KNF)
CA Nasofaring (KNF)
Pemeriksaan Fisik dan
Gejala KNF adalah tumor ganas yang berasal dari epitel penunjang
nasofaring dan dapat menyebar kedalam atau • Pembesaran KGB leher
• Obstruksi hidung • cairan di kavum timpani

keluar nasofaring
Benjolan di leher • keterlibatan nervus
• Epistaksis kranialis.
• • Nasoendoskopi untuk
Otitis media, otalgi,
mengamati kondisi
tinitus, hearing loss nasofaring.
• biopsi

• Gejala dini : gx yg Terapi


timbul di waktu tumor • Radioterapi : KNF
masih tumbuh di mempunyai sifat
dalam bata2 radiosensitive,
nasofaring (gx merupakan terapi
setempat) utama.  
• Kemoterapi
• Gejala lanjut : berupa neoadjuvant
metastase ataupun • Nasofaringektomi
infiltrat dari tumor
CA Laring
Keganasan yang muncul pada regio
laring (supra glotik, glotik, subglotik)

Pemeriksaan Fisik dan Terapi


penunjang
• Laringektomi parsial
Etiologi Diagnosis • Palpasi : untuk (LP)
memeriksa pembesaran • Laringektomi total
• Human papilloma • Tumor supraglotis : gg. pada membrane (LT): dikombinasi
virus tipe 16 dan 18 Makan, suara parau, sesak. krikotiroid atau tirohioid dengan: Diseksi leher
• Merokok, alkohol, • Tumor glottis: suara parau, (membesar dan keras) fungsional (DLF),
faktor makanan sesak, gg makan
• radikal Radioterapi,
• Paparan zat • Tumor subglotis : sesak, • indirek laringoskopi, • kemoterapi, dan
karsinogen suara parau fleksibel endoskopi, ct • terapi target
scan
CA Sinonasal
Keganasan tersering oleh sel skuamosa dengan
lokasi terbanyak di sinus maksillaris

Etiologi Riwayat sinusitis kronis, polip


hidung, penggunaan sediaan obat
hidung, merokok, riwayat
pekerjaan.

Gejala
• Gejala Nasal : obstruksi hidung unilateral dan rinorea. Sekretnya bercampur darah atau terjadi
epistaksis.
• Gejala orbital : diplopia, proptosis atau penonjolan bola mata, oftalmoplegia, gangguan visus dan
epifora.
• Gejala oral : nyeri gigi
• Gejala facial : penonjolan di pipi, nyeri, anastesia atau parestesia muka
• Gejala intracranial : sakit kepala hebat, oftalmoplegia dan gangguan visus, likuorea
CA Sinonasal
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan penekanan pada regio sinonasal,
Pemeriksaan orbita dan syaraf-syaraf kranial, dan endoskopi nasal.
Fisik Pendorongan bola mata
• Terdorong ke atas : tumor berasal dari sinus maksila
• Terdorong ke bawah dan lateral : tumor berasal dari sinus frontal atau
etmoid

Pada rinoskopi anterior dan posterior perhatikan dinding lateral kavum


nasi terdorong ke medial berarti tumor berada di sinus maksila

• Pembedahan dilakukan untuk pengangkatan tumor sinonasal, jenis


operasi tergantung pada lokasi dan perluasan tumor
Terapi
• Kemoterapi : penggunaan efek cytoreductive untuk mengurangi rasa
nyeri dan penyumbatan, atau untuk mengecilkan lesi eksternal massif.
Inverted Papiloma

Tumor jinak sinonasal yang tumbuh


dari dinding lateral kavum nasi,
bersifat agresif lokal (kecenderungan
untuk kambuh dan dapat berubah
menjadi ganas), terdiri dari epitel
kolumnar
atau epitel silindris bersilia
Inverted Papiloma
Gejala Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan fisik Terapi

• Biopsi : menegakan
• Obstruksi nasal unilateral Gambaran massa Pengangkatan tumor
dx definitif
• Hidung tersumbat polipoid berwarna secara komplit dan
• CT scan & MRI :
• Sekret hidung bercampur abu2 sampai merah tulang dibawahnya
menentukan
darah, muda, mullberry like, dengan tetap
perluasan tumor dan
• Pada kasus lanjut : epifora, padat, rapuh mempreservasi
memprediksi asal
nyeri kepala, nyeri wajah, mukoperiosteum yg
tumbuhnya tumor
proptosis, diplopia normal
Angiofibro Nasofaring Juvenille

tumor jinak langka yg


berasal dari dinding
nasofaring pada remaja
laki-laki, mempunyai
risiko invasi yang tinggi
karena sifatnya yang
agresif dan merusak tulang
- tulang tengkorak.
Angiofibro Nasofaring Juvenille
• Hidung buntu
Adanya gangguan • Epistaksis berulang
• Rasa penuh diwajah
keseimbangan hormon Etiologi 1 • Hidung/wajah membengkak (frog face)
androgen dan esterogen

2 Gejala

Pemeriksaan fisik 3
• r. a : massa merah, sekret mukopurulen 4 Terapi
• r. p : massa di nasofaring
• Mesfaring : pallatum mole bergeser ke inferior Radiasi dan hormone:
• Maksila membengkak Hormon esterogen
• Dietil stilbestrol (5mnggu 2-3 hari)
• proptosis
• Folliculin (esterogen sintesis)
Operatif
Angiofibro Nasofaring Juvenille
Pemeriksaan penunjang

• Tidak boleh dilakukan Biopsi: resiko pendarahan masif


• CT scan, MRI, angiografi

CT scan (pilihan awal)


Karakteristik :
1. Lengkungan anterior dinding maksila posterior
(Holman Miller sign)
2. Erosi dasar sinus sfenoid tumor yang berdekatan dari
nasofaring ke sinus sfenoid, erosi basis pterygoid, dan
perluasan kanal vidian.
3. Distribusi tumor khas dengan lobul yang bertambah
banyak dan tumor berbatas tegas dan menyebar
EPISTAKSIS

Epistaksis merupakan perdarahan


spontan yang berasal dari dalam
hidung. Epistaksis bukan suatu
penyakit, melainkan gejala dari
suatu kelainan yang hampir 90%
dapat berhenti sendiri.
EPISTAKSIS
Etiologi vaskularisasi

• Secara lokal : disebabkan oleh • Epistaksis anterior berasal dari Pleksus


Kiesselbach (Little’s area) merupakan
trauma, fraktur, reaksi sumber perdarahan paling sering dijumpai
imunologik, kelainan anatomis anak-anak. Perdarahan dapat berhenti
hidung, pengunaan nasal spray, sendiri (spontan) dan dapat dikendalikan
benda asing, tumor intranasal dengan tindakan sederhana

• secara umum : kelainan • Epistaksis posterior : berasal dari arteri


sphenopalatina dan arteri ethmoid
vaskuler, keganasan posterior. Perdarahan cenderung lebih
hematologik, blood dyscrasia, berat dan jarang berhenti sendiri, sehingga
alergi, malnutrisi, alcohol, dapat menyebabkan anemia, hipovolemi
hipertensi, obatobatan dan dan syok.
infeksi.
EPISTAKSIS
Pemeriksaan fisik &
penunjang Terapi
• RA & RP Penanganan pertama adalah
kompresi hidung dan
Vestibulum, mukosa hidung dan menutup lubang hidung
septum nasi, dinding lateral
hidung dan konkha inferior dengan kasa atau kapas yang
harus diperiksa dengan cermat. telah di rendam pada topical
dekongestan selama 5-20
menit
• Tekanan darah : HT
menyebabkan epistaksis
berulang dan hebat Vasokonstriktor
• CT scan sinus : mengenali
adanya neoplasma dan
infeksi Kauterisasi
• Endoskopi : menyingkirkan
penyakit lain Observasi 4-6
jam
EPISTAKSIS
DAFTAR PUSTAKA

Jatin P. Shah. Head and neck surgery and oncology. 4th edition. Elsevier- Philadelphia. 2012
Mandpe AH. 2004. Paranasal sinus neoplasms. In : AK Lalwani, ed. Current Diagnosis & Treatment in
Otolaryngology – Head and Neck Surgery. International Edition. Boston: McGraw-Hill. Pp: 299-305
Adam GL, Boies LR, Higler PA. (eds) Buku Ajar Penyakit THT, Edisi Keenam, Philadelphia : WB Saunders,
1989. Editor Effendi H. Cetakan III. Jakarta, Penerbit EGC, 1997.
Iskandar N, Supardi EA. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi Keempat,
Jakarta FKUI, 2000; 91, 127-31.
Melia L dan Gerald McGarry. 2008. Epistaksis in adults: a clinical review. British Journal of Hospital
Medicine Vol 69 No 7.
Kucik CJ dan Timothy Clenney. 2005. Management of Epistaksis. American Family Physician Vol 71 No 2.
Panda NK, Gupta G, Sharma S, Gupta A. Nasopharyngeal angiofibroma-changing trends in the
management. Indian J Otolaryngol Head Neck Surg. 2012; 64(3):233-9.
TERIMA
KASIH
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including
icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai