RHINITIS ALERGI
Abdur Rahman
22101088
Nama Mahasiswa :
Kasus Laporan Pendahuluan :
Ruang Praktik :
Lahan praktik :
(……………………………….) (……...………………………….)
NIK/NIDN NIK/NIDN
1.1. Definisi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi pada mukosa hidung yang sering
ditemukan di seluruh dunia. Secara klinis rinitis alergi dapat didefinisikan sebagai
reaksi hipersensitifitas pada hidung yang diinduksi respon inflamasi yang
dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE) setelah terpapar oleh alergen. Gejala-
gejala klasik pada rinitis alergi adalah hidung gatal, bersin-bersin, rinore, dan
hidung tersumbat. Gejala lain yang juga sering terjadi adalah mata merah berair,
dan batuk, rinitis Alergi umumnya lebih sering menyerang kelompok usia anak-
anak dan dewasa khususnya dewasa muda (Passali et al., 2018).
1.2. Etiologi
a. Inhalan: masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu
rumah, virus,serbuk sari, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.
b. Ingestan: masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu,
telur, coklat, ikan dan udang
c. Injektan: masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau
sengatan lebah
d. Kontaktan: masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya
bahan kosmetik atau perhiasan
1.3. Klasifikasi
1. Berdasarkan sifat berlangsungnya:
a. Rhinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, pollinosis). Hanya ada di
Negara yang memiliki 4 musim. Alergen penyebabnya spesifik, yaitu
tepung sari dan spora jamur.
b. Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial). Gejala keduanya hampir
sama, hanya tempat berlangsungnya saja yang berbeda.
2. Berdasakan waktu berlangsungnya:
a. Rhinitis intermitten: (gejala <4 hari dan lamanya <4 minggu 2)
b. Rhinitis persisten: gejala >4 hari dan berlangsungnya >4 minggu
3. Berdasarkan berat gejala berlangsungnya:
a. Ringan, jika tidak terdapat salah satu dari gangguan sebagai berikut (tidur
normal, tidak menggangu aktifitas)
b. Berat – sedang (tidur terganggu, aktifitas terganggu).
1.4. Menifestasi Klinis
a. Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
(umumnya bersin lebih dari 6 kali).
b. Hidung tersumbat
c. Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi
biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau
kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi
sinus.
d. Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
e. Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.
f. Gejala klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulang-
ulang terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah
debu. Sebenarnya bersin adalah mekanisme normal dari hidung untuk
membersihkan diri dari benda asing, tetapi jika bersin sudah lebih dari
lima kali dalam satu kali serangan maka dapat diduga ini adalah gejala
rhinitis alergi. Gejala lainnya adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan
banyak. Hidung tersumbat, mata gatal dan kadang-kadang disertai dengan
keluarnya air mata
1.5. Patofisiologis
1.6. Patway
1.7. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes kulit “prick test”, prosedurnya yaitu akan menaruh sejumlah kecil cairan
alergen tertentu ke kulit untuk melihat apakah cairan tersebut menimbulkan
reaksi pada pasien.
b. Uji laboratorium yang penting adalah pemeriksaan in vivo dengan uji kulit
goresan, dan pemeriksaan eosinofil pada hapusan mukosa hidung Eosinofil.
sekret hidung positif bila ≥25% dan eosinofil darah positif ≥400/mm3.
Bila diperlukan dapat diperiksa:
1) IgE total serum (RIST & PRIST) positif bila >200 IU
2) IgE spesifik (RAST)
3) X-foto Water, bila dicurigai adanya komplikasi sinusitis
c. Pemeriksaan nasoendoskopi
d. Pemeriksaan sitologi hidung
1.8. Diagnosa banding
a. Rhinitis lain: Rhinitis vasomotor, rhinitis nonalergi, rhinitis gustatory, rhinitis
medikamentosa, rhinitis anatomi.
b. Penyakit hidung lain: Diskinesia silier, polip hidung, sinusitis akut
1.9. Komplikasi
1. Asma alergik
2. Obstruksi nasal kronik
3. Otitis kronik dengan gangguan pendengaran
4. Anosmia (gangguan kemampuan membau)
1.10.Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah untuk meringankan gejala. Farmakoterapi atau
imunoterapi (Husni et al,. 2018):
a. Terapi penghindaran (menghindari alergen)
Setiap upaya harus dilakukan untuk menghilangkan alergen yang
bekerja sebagai faktor pemicu. Tindakan sederhana dan kontrol lingkungan
sering efektif untuk mengurangi gejala.
b. Medikamentosa
1. Antihistamin
Merupakan kelompok utama obat yang diprogramkan untuk
mengatasi gejala rinitis alergik. Efek samping yang utama dari kelompok
obat ini adalah sedasi. Efek samping tambahan mencakup
keadaan gelisah, tremor, vertigo, mulut yang kering, palpitasi, anoreksia,
mual dan vomitus. Contoh kelompok kimia preparat antihistamin H1
berefek sedasi: difenildramin, hidroksizin, CTM, tripelenamina,
prometazin. Contoh kelompok kimia preparat antihistamin H1 tidak
berefek sedasi: Hismanal, Claritin, seldane.
2. Preparat adrenergic
Merupakan vasokontriksi pembuluh darah mukosa dan dapat
diberikan secara topical (nasal serta oftalmika) disamping peroral.
Pemberian topical (tetesan dan semprotan) menyebabkan efek samping
yang lebih sedikit dibandingkan peroral.
3. Natrium kromolin intranasal
Merupakan semprotan yang bekerja dengan cara menstabilkan
membrane sel mast dan menghambat pelepasan histamine serta mediator
lainnya dalam respons alergi.
4. Kortikosteroid
c. Imunoterapi
Merupakan indikasi hanya jika hipersensivitas Ig E terlihat pada
allergen inhalan yang spesifik yang tidak dapat dihindari oleh pasien (debu
rumah, serbuk sari). Tujuan imunoterapi mencakup: penurunan kadar
IgE dalam darah, peningkatan tingkat penghambatan antibody Ig G
dan pengurangan sensitivitas sel mediator
1.11. Pengkajian keperawatan
Pengkajian primer
8. Keluhan utama
LI11
Letaknya: Pada sisi lateral dari lipatan siku
LI20
Letaknya: Nasolabialis lateral
ST 36
Letaknya: 3 cun dibawa tupi, lateral krista tibia
SP6
Letaknya: 3 cun dari malleolus medialis
YIN TANG
Letaknya: pangkal hidung
1.14. Perencanaan
1= menurun
2= cukup menurun
3= sedang
4= cukup meningkat
5= meningkat
Daftar Pustkan
Adelien and puspa, Z., 2018 Pemeriksaan Eosinofil Kerokan Mukosa Hidung Pada
penderita Rhinithis Alergi . JK UNILA, Vol. 2, no.2 pp. 151- 156
Brozek JK. Allergic Rhinithis and Its Impact On Asthma (ARIA) guidelines -2017
revision.
Husni, T., Yusni, Fadhila, 2018 Perbandingan kadar Immunoglobin E serum Pada
Pasein Rhinithis Alergi Dengan Faktor Resiko Genetik. Journal Of Medical
Science , Vol 1, No.1
Jun Yang, MMa, Jun Xiong, PhDb. The effectiveness and safety of acupuncture for
allergic rhinitis (2020) 99:29 10-05
http://dx.doi.org/10.1097/MD.0000000000021225
Zihan Yin, Guoyan Geng, Guixing Xu. Acupuncture methods for allergic rhinitis:
a systematic review and bayesian meta-analysis of randomized controlled trials
(2020) 15:109
https://doi.org/10.1186/s13020-020-00389-9