HERNIA
Oleh:
Nailah Fathiyatul Hidayah
2022/2023
A. Definisi
Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang
memungkinkan isi abdomen seperti peritonium, lemak, usus,
ataupun kandung kemih memasuki defek tersebut, sehingga
dapat menimbulkan benjolan di area- area tertentu bergantung
pada jenis lokasinya. Adapun jenis lokasi dari hernia ialah
skrotum, inguinal, dinding abdomen atau diafragma
(Tambayong, 2009).
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada
hernia abdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian
lemah dari lapisan dinding perut (Sjamsuhidayat, 2010)
Hernia adalah proposi abnormal organ jaringan atau
bagian organ melalui struktur yang secara normal berisi bagian
ini. Hernia paling sering terjadi pada rongga abdomen sebagai
akibat dari kelemahan muskular abdomen konginetal atau
didapat (Diyono, 2016)
Jadi, hernia ialah defek pada dinding abdomen yang
berisi peritonium, lemak, usus, atau bisa jadi kandung kemih,
hernia dapat terjadi karena lemahnya dinding abdomen secara
konginetal ataupun didapat selama hidup, hernia dapat
diklasifikasikan menurut lokasinya, yakni pada skrotum,
inguinal, dinding abdomen atau diafragma.
B. Etiologi
Penyebab timbulnya hernia tidak terlepas dari
meningkatnya tekanan abdominal sehingga pada daerah yang
memiliki dinding organ yang lemah akan berkemungkinan
untuk terjadinya hernia sebab tidak mampu untuk menahan
tekanan abdominal yang ada atau dapat terjadi karena
ketidaksempurnaan penutupan dari kanal atau celah yang
terdapat pada sekitar rongga abdomen, dibawah ini ialah
etiologi dari terjadinya hernia (Diyono, 2016) :
2. Obesitas
3. Kehamilan
C. Klasifikasi
Hernia dibagi menurut letak, jenis dan sifatnya, antara lain :
1. Berdasarkan letak
a. Hernia Hiatal
Hernia hiatal merupakan hernia yang
terjadi saat kerongkongan turun dan melewati
diafragma melalui celah yang bernama hiatus
sehingga menonjol pada bagian dada. Hernia
hiatal ini juga sering disebut sebagai hernia
hiatus karena ia berada dicelah hiatus (Brunner
dan Suddarth’s, 2013).
b. Hernia Epigastrik
2. Berdasarkan terjadinya
a. Hernia konginetal
Hernia konginetal atau hernia bawaan
ialah yang didapatkan sejak didalam kandungan,
hal ini dapat terjadi karena pada saat minggu ke-
32 kehamilan terjadi desensus testis melalui
kanal inguinalis yang mana penurunan testis
akan menarik peritonium ke daerah skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritonium yang
disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Normalnya pada bayi yang lahir prosesus ini
akan mengalami obliterasi atau penutupan
sehingga isi dari rongga perut tidak akan turun
kebawah melalui kanal tersebut, namun pada
bayi tertentu kanal ini tidak menutup secara
sempurna. Apabila terjadi peningkatan tekanan
intra abdominal kanal tersebut akan membuka
sehingga isi abdosen dapat masuk ke dalam
skrotum dan terjadilah hernia inguinalis.
b. Hernia akuisita
3. Berdasarkan sifatnya
a. Reversible
Hernia yang bersifat reversible ialah
hernia yang dapat kembali lagi, maksudnya ialah
hernia yang apabila ditekan maka benjolan dapat
masuk kedalam tubuh kembali, namun sewaktu-
waktu hernia ini dapat keluar kembali apabila
terjadi peningkatan tekanan intraabdomen.
c. Irreversible
Hernia yang bersifat irreversible ialah
hernia yang sudah tidak dapat kembali lagi,
maksudnya hernia ini sudah terjepit oleh otot
pada dinding abdomen sehingga tidak dapat
ditekan untuk dimasukkan kedalam tubuh.
Hernia yang bersifat irreversible ini harus
membutuhkan tindakan bedah untuk dihilangkan
sebab apabila tidak dibedah maka akan terjadi
nekrosis.
D. Patofisiologi
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada pasien
dengan penyakit hernia ialah :
1. Tampak adanya benjolan pada area abdomen yang
bersifat keras ataupun dapat hilang pada saat berbaring
2. Nyeri di area benjolan
3. Obstruksi parsial dapat menyebabkan anoreksia, nyeri,
mual, muntah dan bising usus menurun
4. Obstruksi total dapat menimbulkan demam tinggi,
syok, bising usus tidak terdengar dan juga feses
mengandung darah
5. Disuria
6. Konstipasi
Sementara untuk hernia hiatal manifestasi klinik yang
muncul ialah heartburn, mulas, disfagia dan juga sering
merasa penuh walaupun sedikit makan (Brunner dan
Suddarth’s, 2013)
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
memastikan hernia ialah, antara lain : (Brunner dan Suddarth’s,
2013 dan Diyono, 2016)
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi atau USG dilakukan untuk
mendapatkan gambaran dalam organ perut dan
panggul.
b. MRI
Sports Hernia
Sports hernia atau athletic pubalgia, terjadi karena robekan serabut
jaringan ikat pada regio inguinal akibat penggunaan berulang terus
menerus (overuse). Kondisi ini sering terjadi pada atlet dengan aktivitas
fisik intensitas tinggi. Pasien umumnya keluhan berupa nyeri pada bagian
inguinalis, tetapi tidak ditemukan benjolan. Kondisi ini sangat menyerupai
hernia inguinalis, tetapi pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan benjolan
meski melakukan manuver valsava. Pada umumnya, sports
hernia memerlukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut untuk dapat
dibedakan dengan hernia inguinalis. Pemeriksaan penunjang yang paling
disarankan adalah dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI), yang
dapat menunjukkan kerusakan jaringan ikat pada sports hernia.
Hernia Femoralis
Hidrokel
Limfoma
Limfoma merupakan keganasan sistem limfatik. Hal ini dapat
menyerupai hernia inguinalis dengan presentasi klinis umumnya berupa
massa padat. Pada palpasi limfoma, didapatkan massa yang padat dan bisa
disertai nyeri. Limfoma dapat dibedakan dengan hernia inguinalis dengan
mencari keterlibatan gejala sistemik. Pada limfoma, dapat ditemukan
organomegali dan gejala sistemik yang berhubungan dengan keganasan,
yang tidak dijumpai pada hernia inguinalis.
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Pasien dengan penyakit hernia membutuhkan obat-obatan seperti :
Obat anti inflamasi seperti ibu profen atau prednisolon.
Obat-obatan relaksasi otot seperti diazepam atau
cyclobenzaprine
Obat analgesik untuk mengurangi nyeri apabila sudah
terjadi komplikasi.
2. Penatalaksanaan Non-Farmakologi
Pasien dengan penyakit hernia dapat berikan terapi berupa :
Tirah baring dengan permukaan tempat tidur yang datar
Kompres hangat pada daerah nyeri
Terapi relaksasi otot progresif
3. Operasi
Operasi hernia dapat dilakukan dengan cara
semi tertutup atau laparoskopi dengan cara membuat
sayatan kecil di dinding perut kemudian memasukkan
laparoskop yang dilengkapi oleh kamera dan cahaya
yang ada dibagian ujungnya. Selain dengan cara tertutup
juga dapat dilakukan dengan cara terbuka, dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut (Feliciano dkk, 2018) :
Hernia inkarserata
Hernia strangulata
Brunner dan Suddarth’s. 2013. Textbook of medical surgical nursing 13th edition.
United States of America : LWW.
Grace, Piere A dan Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta :
Erlangga.