Anda di halaman 1dari 27

R E F E R AT

HERNIA

OLEH :
DENIATI FITRI
10101003

Pembimbing :
dr. Ramzi Asrial Sp.B(k)V
dr. Eko Hamidianto Sp.B
dr. Am Dasmar Sp.B

STASE ILMU BEDAH RSUD BANGKINANG


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2016
0

BAB I
PENDAHULUAN
Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Pada umumnya hernia abdomen dewasa, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan hernia
dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya, umpamanya diafragma, inguinal,
umbilical, femoral.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar
masuk. Keluar jika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika tidur atau didorong masuk
perut. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut
hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri ataupun tanda
sumbatan usus.
Hernia disebut hernia inkarserata atau strangulata bila isinya terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
Akibatnya, sering terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata
lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata.
Hernia eksternal merupakan penonjolan abnormal organ intra-abdominal melewati
defek fascia pada dinding abdominal. Hernia yang sering terjadi adalah inguinal, femoral,
umbilical, dan paraumbilikal. Hernia inguinalis merupakan penonjolan organ dari kavum
peritoneal ke dalam canalis inguinalis.
Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding
abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau
berkelanjutan.
Hernia internal terjadi diantara dua rongga yang saling berdekatan seperti abdomen
dan toraks atau ke dalam bagian dari suatu rongga. Hernia yang paling sering adalah yang
eksternal dari dinding abdomen di inguinal, femoral, dan umbilicus.

BAB II
HERNIA
II.1. Anatomi
Isi hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. Pada abdomen isi
terbanyak adalah usus halus dan omentum majus3. Kemungkinan lainnya termasuk :
1. usus besar
2. Vesica Urinaria
3. Ovarium
Menurut sumber lain, hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia atau orifisium
hernia dan kantung hernia5. Orifisium adalah defek dari lapisan aponeurosis paling dalam dari
abdomen, dan sakus adalah kantung keluar dari peritoneum. Kolum dari kantung hernia
berhubungan dengan orifisium. Hernia disebut eksterna jika kantung menonjol secara
lengkap melalui dinding abdomen, dan interna jika sakus terletak di dalam kavitas viseral5.

Gambar Anatomi hernia


II.2 Definisi2
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.

II.3 Epidemiologi Hernia


Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Pada pria, 97 %
dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis dan 1% sebagai hernia
umbilicalis. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 % terjadi pada daerah inguinalis, 34 %
pada canalis femoralis dan 16 % pada umbilicus1.
Dari hasil penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar 10% yang menimbulkan
masalah kesehatan dan pada umumnya pada pria. Hernia pada bayi dan anak dapat terjadi
pada beberapa bagian tubuhnya, antara lain di pelipatan paha, umbilikus atau pusar, sekat
rongga dada, dan perut (disebut diafragma) serta bagian-bagian lainnya. Yang umum terlihat
langsung adalah hernia pada umbilikus atau pusar, serta pada pelipatan paha karena dapat
langsung ke kantung buah pelir.6
II.4 Etiologi Hernia3
Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia yaitu peningkatan tekanan
intraabdomen dan melemahnya dinding abdomen.
Tekanan yang meningkat pada abdomen terjadi karena :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengangkat beban berat


Batuk PPOK
Tahanan saat miksi BPH atau karsinoma
Tahanan saat defekasi konstipasi atau obstruksi usus besar
Distensi abdomen yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan intraabdomen
Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau ganas, kehamilan,
lemak tubuh.

Kelemahan dinding abdomen terjadi karena :


1.
2.
3.
4.

Umur yang semakin bertambah


Malnutrisibaik makronutrien (protein, kalori) atau mikronutrien (misalnya: Vit. C)
Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik
Abnormal metabolisme kolagen.

Seringkali, berbagai faktor terlibat, seperti adanya kantung kongenital yang telah
terbentuk sebelumnya mungkin tidak menyebabkan hernia sampai kelemahan dinding
abdomen akuisita atau kenaikan tekanan intraabdomen mengizinkan isi abdomen memasuki
kantong tersebut.

II.5 Klasifikasi
A. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas
1. Hernia bawaan atau congenital2,3.
3

Pada hernia congenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi sebagai
akibat dari perintah atau gangguan proses perkembangan intrauterine paten prosesus
vaginalis adalah salah satu contohnya3.
2. Hernia dapatan atau akuisita
Terdapat dua tipe hernia akuisita :
a. Hernia primer : terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah, seperti pada :
a.1. Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti pembuluh darah femoralis
yang melalui kanalis femoralis.
a.2. Otot dan aponeurosis yang gagal untuk saling menutup secara normal, seperti
pada regio lumbal
a.3. Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk menutup defek, seperti
pada umbilikus
b. Hernia Sekunder : terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada dinding,
seperti pada laparatomi dan trauma tembus.
B. Hernia diberi nama menurut letaknya,
Umpamanya diafragma, inguinal, umbilical, femoral, dll.
C. Hernia menurut riwayat alamiah dan komplikasi yang terjadi :
Riwayat alamiah perkembangan hernia yaitu pembesaran progresif, regresi yang tidak
spontan. Pengecualian untuk hernia umbilikalis kongenital pada neonatus, dimana orifisium
dapat menutup beberapa tahun setelah lahir. Seiring berjalannya waktu, hernia membesar dan
kecenderungan untuk terjadi komplikasi yang mengancam jiwa semakin bertambah. Hernia
dapat reponibel, ireponibel, obstruksi, strangulasi, atau terjadi inflamasi3.

II.6 Diagnosis Hernia


A. Gejala
Gejala lokal termasuk :

o benjolan yang bervariasi ukurannya, dapat hilang saat berbaring, dan timbul saat
adanya tahanan3.
o nyeri tumpul lokal namun terkadang tajam, rasa tidak enak yang selalu memburuk di
senja hari dan membaik pada malam hari, saat pasien berbaring atau bersandar hernia
berkurang5.
Secara khas, kantung hernia dengan isinya membesar dan mengirimkan impuls yang
dapat teraba jika pasien mengedan atau batuk5.
Gejala dari adanya komplikasi adalah3 :
o obstruksi usus : colic, muntah, distensi, konstipasi
o strangulasi : tambahan dari gejala obstruksi, rasa nyeri yang menetap pada
hernia,demam, takikardi.
B. Tanda
Pertama kali pasien diperiksa dalam keadaan berbaring, kemudian berdiri untuk
semua hernia abdominal eksterna, tidak mungkin meraba suatu hernia lipat paha yang
bereduksi pada saat pasien berbaring5. Area pembengkakan di palpasi untuk menentukan
posisi yang tepat dan karakteristiknya. Benjolan dapat dikembalikan atau dapat semakin
membesar saat batuk merupakan suatu yang khas. Semakin nyata saat pasien berdiri3.
Kontrol terhadap hernia untuk mencegah ia keluar adalah dengan menekannya dengan
jari di titik dimana reduksi dapat dilakukan. Pasien diminta untuk batuk : jika hernia tidak
muncul, berarti ia sudah dikendalikan dan menunjukkan letak leher dari sakus sudah tepat3.
Tanda yang berkaitan dengan adanya komplikasi :
Ireponibel : benjolan yang iredusibel, tanpa rasa nyeri3.
Obstruksi : hernia tegang, lunak, dan iredusibel. Mungkin ada distensi abdomen, dan gejala
lain dari obstruksi usus3.
Strangulasi : tanda-tanda dari hernia obstruksi, tetapi ketegangan semakin nyata. Kulit
diatasnya dapat hangat, inflamasi, dan berindurasi 3. Strangulasi menimbulkan nyeri hebat
dalam hernia yang diikuti dengan cepat oleh nyeri tekan, obstruksi, dan tanda atau gejala
sepsis. Reduksi dari hernia strangulasi adalah kontraindikasi jika ada sepsis atau isi dari sakus
yang diperkirakan mengalami gangrenosa5.
II.7 Pemeriksaan Penunjang
Hernia didiagnosis berdasarkan gejala klinis. Pemeriksan penunjang jarang dilakukan
dan jarang mempunyai nilai.
5

a. Pencitraan3
Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum
peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk
mengidentifikasi hernia kontralateral pada groin. Mungkin terkadang berguna untuk
memastikan adanya hernia pada pasien dengan nyeri kronis pada groin.
USG : Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis,
misalnya pada Spigelian hernia.
CT dan MRI : Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya :
hernia obturator)
b. Laparaskopi
Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat laparaskopi untuk nyeri
perut yang tidak dapat didiagnosa.
c. Operasi Eksplorasi
Pada beberapa bayi, dengan riwayat meyakinkan dari ibunya, namun tidak ditemukan
secara klinis. Operasi eksplorasi dapat dilakukan.
II.8 Diagnosis Diferensial
Benjolan lain yang harus dibedakan dari hernia pada dinding abdomen :
Jaringan

Benjolan

Kulit

Kista sebasea atau epidermoid

Lemak

Lipoma

Fasia

Fibroma

Otot

Tumor yang mengalami hernia melalui pembungkusnya

Arteri

Aneurisma

Vena

Varikosa

Limfe

Pembesaran KGB

Gonad

Ektopik testis / ovarium

II.9 Komplikasi Hernia


Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi hernia
6

terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal atau merupakan hernia
akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia
tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala
obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia
Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia
femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi
retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantung hernia dan satu segmen
lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf W2.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia
dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin
hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia
menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.
Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan
abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut2.
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran
obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila telah
terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan
gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih berat di
tempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal2.
Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali
disertai nyeri tekan dan, tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau
abses lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena itu, perlu
mendapat pertolongan segera2.
II.10 Terapi Hernia
Indikasi Pembedahan; pada umumnya, semua hernia harus diperbaiki, kecuali jika ada
keadaan lokal atau sistemik dari pasien yang tidak memungkinkan hasil yang aman.
Pengecualian yang mungkin dari hal umum ini adalah hernia dengan leher lebar dan kantung
dangkal yang diantisipasi membesar secara perlahan. Bebatan atau sabuk bedah bermanfaat
dalam penatalaksanaan hernia kecil jika operasi merupakan kontraindikasi, tetapi bebatan
merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan hernia femoralis5.
Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami dapat
dilakukan pada hernia umbilikalis sebelum anak berumur dua tahun. Terapi konservatif
7

berupa penggunaan alat penyangga dapat digunakan sebagai pengelolaan sementara,


misalnya pemakaian korset pada hernia ventralis. Sementara itu, pada hernia inguinalis
pemakaian korset tidak dianjurkan karena selain tidak menyembuhkan, alat ini dapat
melemahkan dinding perut2.
Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional. Usia lanjut
tidak merupakan kontraindikasi operasi elektif. Kalau pasien dengan hernia inkarserata tidak
menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba melakukan reposisi postural. Jika usaha reposisi
berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi elektif setelah 2-3 hari setelah udem jaringan
hilang dan keadaan umum pasien sudah lebih baik2.
Pada hernia inkarserata, apalagi pada hernia strangulata, kemungkinan pulihnya isi
hernia harus dinilai saat operasi. Bila isi hernia sudah nekrotik, dilakukan reseksi. Kalau
sewaktu operasi daya pulih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima
menit dievaluasi kembali warna, peristaltis, dan pulsasi pada a. arkuata pada usus. Jika
ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat, yang memang terjadi pada hernia direk,
sebaiknya digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut setempat2.
Herniorafi elektif pada umumnya memperlihatkan morbiditas dan mortalitas yang
rendah, sedangkan herniorafi akut pada hernia inkarserata atau strangulata menunjukkan
morbiditas dan mortalitas yang tidak dapat diabaikan2.
Komplikasi operasi hernia dapat berupa cedera V. femoralis, N. ilioinguinalis, N.
iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk pada hernia geser.Komplikasi dini
beberapa hari setelah herniorafi dapat pula terjadi berupa hematoma, infeksi luka, bendungan
V. Femoralis, terutama pada operasi hernia femoralis, fistel urin atau feses, dan hernia
residif2. Komplikasi lanjut berupa atrofi testes karena lesi A.spermatika atau bendungan
pleksus pampiniformis, dan komplikasi yang paling penting adalah hernia residif 2. Insidens
dari residif bergantung pada umur pasien, letak hernia, teknik hernioplastik yang dipilih dan
cara melakukannya. Hernia inguinalis indirek pada bayi sangat jarang residif. Angka residif
hernia inguinalis indirek pada segala umur lebih rendah dibandingkan dengan hernia
inguinalis direk atau hernia femoralis. Hernia ventralis menunjukkan angka residif yang
relatif lebih tinggi. Reparasi pertama memberikan tingkat keberhasilan yang paling tinggi,
sedangkan operasi pada kambuhan memberikan angka residif sangat tinggi.2
PEMBAHASAN
A. Hernia Inguinalis
Kanalis inguinalis dibatasi2 :
8

o Kraniolateral : oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari
fasia transversalis dan aponeurosis m.transversus abdominis.
o Medial bawah : di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis
eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m.oblikus eksternus.
o Atapnya
: aponeurosis m.obliqus eksternus
o Dasarnya
: ligamentum inguinale
Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentum rotundum pada perempuan.

Gambar Kanalis Inguinalis3


Lipat paha adalah daerah pada dinding abdomen yang lemah secara alami dan
merupakan tempat yang paling sering untuk herniasi. Pria 25 kali lebih sering terkena hernia
inguinalis5.
Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu2 :
1. kanalis inguinalis yang berjalan miring
2. adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis
internus ketika berkontraksi.
3. Adanya fascia transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang
umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada mekanisme di atas dapat menyebabkan hernia.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah2 :
1. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
2. Peninggian tekanan di dalam rongga perut
3. Kelemahan otot dinding perut karena usia.

1. Adanya prosesus vaginalis yang tetap terbuka


Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus
vaginalis belum tertutup. Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen.
Tidak sampai 10 % dengan anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada
lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral, tetapi
insidens hernia tidak melebih 20 %. Umumnya disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang
paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain,
seperti anulus inguinalis yang cukup besar2.
Insidens hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2 %. Kemungkinan terjadi
hernia pada sisi kanan 60 %, sisi kiri 20-25 % dan bilateral 15 %. Kejadian hernia bilateral
pada anak perempuan dibandingkan lelaki kira-kira sama (10%) walaupun frekuensi prosesus
vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan2.
Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi, mempunyai
kemungkinan 16% mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa. Insidens hernia
inguinalis pada orang dewasa kira-kira 2 %. Kemungkinan terjadi hernia bilateral dari
insidens tersebut mendekati 10 %2.
2. Peninggian tekanan intraabdomen
Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertropi
prostat, konstipasi, dan asites, sering disertai hernia inguinalis2.
Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya
penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan
penunjang2. Hernia dapat terjadi setelah peningkatan tekanan intra-abdominal yang tiba-tiba
dan kuat seperti waktu mengangkat barang yang sangat berat, mendorong, batuk, atau
mengejan dengan kuat pada waktu miksi atau defekasi1.
3. Kelemahan otot dinding perut karena usia.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus
turur kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis
berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis
berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya
usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat
kerusakan n. ilioinguinalis dan n.iliofemoralis setelah apendektomi2.
Diagnosis Hernia Inguinalis
a. Anamnesa
10

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia
reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
bediri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang
dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di darah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri
viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam
kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi
karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren2.
b. Pemeriksaan Fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat
pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong
kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar
ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin
teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking,
pada anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus
eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal
hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta
mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau
bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis. Isi hernia, pada bayi
perempuan, yang teraba seperti sebuah massa padat biasanya terdiri atas ovarium2.
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atas dasar tidak
adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus
eksternus2.
Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba
dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya2.
A. 1. Hernia Inguinalis Indirek
Disebut juga henia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan, jika cukup panjang, menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini
disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam m.kremaster, terletak anteromedial
terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma2.

11

Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu anulus dan kanalis
inguinalis; berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga
Hasselbach dan disebut sebagai hernia direk2.

Kantung dari inguinalis indirek berjalan

melalui anulus inguinalis profunda, lateral pembuluh epigastrika inferior, dan akhinya ke arah
skrotum5.
Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong sedangkan
hernia medial berbentuk tonjolan bulat2.
Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak
menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke
skrotum. Hernia geser dapat terjadi di sebelah kanan atau kiri. Hernia yang di kanan biasanya
berisi sekum dan sebagian kolon ascendens, sedangkan yng di kiri berisi sebagian kolon
desendens2.
Hernia inguinalis indirec yang merupakan hernia paling sering terjadi dan dipercaya
bersifat congenital, menonjol melalui annulus inguinalis profundus, canalis inguinalis dan
keluar melalui annulus inguinalis superficialis ke scrotum atau labium majus. Sesuai dengan
bentuk dan letaknya maka disebut juga hernia inguinalis obliqua/lateralis. Hernia inguinalis
indirecta lebih sering daripada yang directa dan dua puluh kali lebih banyak pada pria
daripada wanita, sepertiganya bilateral serta lebih sering pada sisi kanan. Sesuai dengan
mekanisme terjadinya, diselubungi oleh ketiga lapisan ductus deferens.
Ada dua macam hernia inguinalis indirec, yaitu yang congenitalis dan acquisita
(didapat). Perbedaannya secara anatomis terletak pada apakah prosesus vaginalis telah atau
belum menutup. Pada yang congenitalis processus vaginalis belum menutup sehingga isi
abdomen (usus) dapat mengisi sampai pada cavum scroti. Pada yang acquisita (didapat)
kantong hernia tidak berhubungan dengan cavum scroti karena processus vaginalis telah
menutup. Hernia inguinalis congenitalis yang sudah terjadi sejak lahir sering tidak diketahui
sampai usia anak, atau bahkan usia dewasa. Kantong hernianya berupa peritoneum, sisa
processus vaginalis yang telah menutup (ligamentum vaginale), lapisan-lapisan fascia
spermatica interna, m.cremaster, dan fascia spermatica externa serta bagi yang congenitalis
processus vaginalis tetap terbuka1.
Pada wanita dimana processus vaginalis menetap (canalis Nucki), hernia dapat
menuju sampai labium majus. Jika tempat keluar hernia inguinalis indirecta terletak di
sebelah lateralis dari arteria epigastrica, hernia ingunalis directa menonjol keluar melalui
trigonum inguinale di sebelah medial dari arteria tersebut. Hernia inguinalis directa
12

menembus keluar melalui annulus inginalis superficialis yang melebar menonjol ke dinding
abdomen, ada juga yang berpendapat bahwa hernia ini tidak melalui annulus inguinalis
superficialis, tetapi menonjol melalui conjoint tendon dan mencapai annulus1.
Kantung hernia indirek sebenarnya adalah suatu prosesus vaginalis yang berdilatasi
secara persisten. Hernia ini berjalan melalui anulus inguinalis profunda dan mengikuti
selubungnya ke skrotum. Pada anulus profunda, kantung mengisi sisi lateral dari korda.
Lemak properitoneal sering kali berkaitan dengan kantung indirek dan dikenal sebagai
lipoma dari korda, meskipun lemak tersebut bukan tumor5.
Organ-organ retroperitoneal seperti misalnya kolon sigmoid, sekum, dan ureter dapat
tergelincir ke dalam kantung indirek. Dalam kantung itu, organ-organ tersebut menjadi
bagian dari dinding kantung dan rentan terhadap cedera selama perbaikan. Hernia sliding ini
sering kali besar dan sebagian iredusibel5.
Gambaran Klinis Hernia inguinalis indirek
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul
pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat
baring. Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya
diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak
menangis, dan kadang-kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulata2.
Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum, atau
labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga
adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada
benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat
direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anakanak, kadang cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar2.
Pada hernia insipien tonjolan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari di dalam
kanalis inguinalis dan tidak menonjol keluar. Pada bayi dan anak-anak kadang tidak terlihat
adanya benjolan pada waktu menangis, batuk, atau mengedan. Dalam hal ini perlu dilakukan
palpasi tali sperma dengan membendingkan yang kiri dan yang kanan; kadang didapatkan
tanda sarung tangan sutra2.
Hernia Skrotalis
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia
skrotalis. Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak

13

dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya
hubungan ke kranial melalui anulus eksternus2.
Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba
dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya2.
Hernia Labialis
Hernia labialis ialah hernia inguinalis lateralis yang mencapai labium mayus. Secara
klinis tampak benjolan pada labium mayus yang jelas pada waktu berdiri dan mengedan, dan
hilang pada waktu berbaring. Diagnosis banding hernia labialis adalah hernia femoralis dan
kista di kanalis Nuck yang menonjol di kaudal ligamentum inguinale dan di lateral
tuberkulum pubikum. Kista kanalis Nuck teraba sebagai kista dengan batas jelas di sebelah
kraniolateral berlainan dengan hernia indirek dan tidak dapat direposisi2.
A.2 Hernia Inguinalis Direk
Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui segitiga
Hasselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh
epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga
hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis
m.transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial
untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan
tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar2.
Nervus ilioinguinalis dan n.iliofemoralis mempersarafi otot di regio inguinalis, sekitar
kanalis inguinalis, dan tali sperma, serta sensibilitas kulit regio inguinalis, skrotum, dan
sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimomedial2.
Hernia directa tidak begitu sering seperti hernia indirecta; kurang lebih 15 % dari
seluruh hernia inguinalis dan biasanya bilateral. Biasanya terjadi pada laki-laki berusia lebih
dari 40 tahun, jarang terjadi pada wanita dan terjadi sebagai akibat kelemahan otot-otot
abdomen bagian depan, yang disertai peninggian tekanan intraabdominal. Kantong hernia
terdiri dari peritoneum dan fascia transversalis1.
Kantung dari inguinalis direk menonjol secara langsung melalui dasar kanalis
inguinalis, terhadap pembuluh epigastrika inferior, dan jarang turun ke dalam skrotum5.
Hernia inguinalis direk ini hampir selalu disebabkan peninggian tekanan
intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigoum Hasselbach. Oleh karena itu,
hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada lelaki tua. Hernia ini jarang, bahkan
hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia geser
yang mengandung sebagian dinding kandung kemih. Kadang ditemukan defek kecil di m.
14

oblikus internus abdominis, pada segala usia, dengan cincin yang kaku dan tajam yang sering
menyebabkan strangulasi. Hernia ini banyak diderita oleh penduduk Afrika2.
Kantung hernia inguinalis direk berasal dari dasar kanalis inguinalis, yaitu segitiga
Hesselbach; menonjol secara langsung; dan kantung hernia ini tidak mengandung
aponeurosis otot obliqus eksternus. Hanya pada keadaan yang jarang, hernia ini sedemikian
besarnya sehingga mendesak keluar melalui anulus superfisialis dan turun ke dalam skrotum.
Kandung kemih sering menjadi komponen sliding dari kantung hernia direk5.
Tata Laksana Hernia Inguinalis
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang utnuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi
tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi
dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang
tetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur
dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia
jarang terjadi dibandingkan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih
elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian
sedatif dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan untuk
operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu 6 jam harus
dilakukan operasi segera2.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi
dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun, cara yang
sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara
ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot
dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anakanak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang
mengandung pembuluh darah testis2.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia inguinalis.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri
atas herniotomi dan hernioplastik2.
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia
dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong2.

15

Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan


memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode
hernioplastik, seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus,
menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m.transversus
internus abdominis dan m.obliqus obliqus internus abdominis yang dikenal dengan nama
conjoint tendon ke ligamentum inguinale Poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan
fasia transversa, m.transversus abdominis, m. obliqus internus abdominis ke ligamentum
Cooper pada metode McVay2.
Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama dipublikasi tahun 1887.
Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha dengan cara
mengaproksimasi muskulus obliqus internus, muskulus transversus abdominis, dan fasia
transversalis dengan traktus iliopubik dan ligamentum inguinale. Teknik dapat diterapkan,
baik pada hernia direk maupun indirek2.
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik herniotomi
Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Untuk mengatasi
masalah ini, pada tahun delapan puluhan dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan.
Pada teknik itu digunakan prostesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang
membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke inguinal2.
Pada hernia kongenital pada bayi dan anak-anak yang faktor penyebabnya adalah
prosesus vaginalis yang tidak menutup hanya dilakukan herniotomi karena anulus inguinalis
internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat2.
Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu tahap.
Mengingat kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak, kadang dianjurkan eksplorasi
kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis sisnistra. Hernia bilateral pada
orang dewasa, dinajurkan melakukan operasi dalam satu tahap, kecuali jika ada
kontraindikasi2.

B. Hernia Femoralis
Kanalis femoralis

16

Kanalis femoralis terletak medial dari v. femoralis di dalam lakuna vasorum, dorsal
dari ligamentum inguinalis, tempat v. safena magna bermuara di dalam v. femoralis. Foramen
ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh
ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineale
(ligamentum Cooper), sebelah lateral oleh (sarung) v.femoralis, dan di sebelah medial oleh
ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal
dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis.
Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-kira
4 kali lelaki2.
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu
melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen seperti mengangkat barang atau
batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Sering penderita ke dokter atau rumah sakit
dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak di lipat paha di
bawah ligamentum inguinale di medial v. Femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak
jarang yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha tidak
ditemukan, karena kecilnya, atau karena penderita gemuk2.
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk
ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan v.Femoralis sepanjang
kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha2.
Hernia femoralis hampir selalu terlihat sebagai massa yang iredusibel, meskipun
kantungnya mungkin kosong, karena lemak dan kelenjar limfe dari kanalis melingkari
kantung. Kelenjar limfe tunggal yang membesar dapat meniru hernia femoralis dengan
sangat tepat5.
Kantung hernia femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu defek pada sisi
medial sarung femoralis (femoral sheath). Kanalis femoralis berisi satu atau dua kelenjar
limfe, yang terbesar disebut dengan Cloquet. Nodus-nodus ini didesak keluar dari kanalis
femoralis oleh suatu penonjolan peritoenal dan seringkali membentuk massa yang dapat
dipalpasi2.
Pada pria, lewatnya testikel melalui dinding abdomen selama tahap embrionik,
melemahkan dan memperbesar orifisium miopektineal di atas ligamentum inguinalis dan
merupakan predisposisi terhadap hernia inguinalis indirek dan direk. Pada wanita, diameter
pelvis sejati yang membesar, bila dibandingkan dengan pria, secara proporsional
memperbesar kanalis femoralis dan mungkin merupakan predisposisi dari hernia femoralis2.
Patofisiologi Hernia Femoralis
17

Secara patofisiologi peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemak


preperitoneal ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia.
Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas, dan degenerasi jaringan ikat
karena usia lanjut. Hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi
pada hernia inguinallis, terutama yang memakai teknik Bassini atau Shouldice yang
menyebabkan fasia transversa dan ligamentum inguinale tergeser ke ventrokranial sehingga
kanalis femoralis lebih luas2. Komplikasi yang paling sering adalah strangulasi dengan segala
akibatnya. Hernia femoralis keluar di sebelah ligamentum inguinale pada fosa ovalis.
Kadang-kadang hernia femoralis tidak teraba dari luar, terutama bila merupakan Hernia
Richter.
Diagnosa Banding Hernia Femoralis
Diagnosis banding hernia femoralis, antara lain limfadenitis yang disertai tanda
radang lokal umum dengan sumber infeksi di tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh
kaudal dari tingkat umbilikus2. Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan
lemak preperitoneal pada hernia femoralis2.
Diagnosis banding lain adalah variks tunggal di muara v.safena magna dengan atau
tanpa varises pada tungkai. Konsistensi variks tunggal di fosa ovalis lunak. Ketika batuk atau
mengedan benjolan variks membesar dengan gelombang dan mudah dihilangkan dengan
tekanan2.
Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol di fosa
ovalis. Tidak jarang hernia Richter dengan strangulasi yang telah mengalami gangguan
vitalitas isi hernia, memberikan gambaran seperti abses. Setelah dilakukan tindakan insisi,
ternyata yang keluar adalah isi usus, bukan nanah2.
Untuk membedakannya, perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat hubungannya
dengan aktivitas, seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang disertai dengan peninggian
tekanan intraabdomen, sedangkan penyakit lain, seperti torsio testis atau limfedenitis
femoralis, tidak berhubungan dengan aktivitas demikian2.
Tata laksana Hernia Femoralis
Operasi terdiri atas herniotomi disusul dengan hernioplastik dengan tujuan menjepit
anulus femoralis. Hernia femoralis dapat didekati dari krural, inguinal, atau kombinasi
keduanya. Pendekatan krural tanpa membuka kanalis inguinalis dipilih pada perempuan.
Cara Membedakan hernia inguinalis dan hernia femoralis
Untuk membedakan hernia inguinalis dan hernia femoralis dipakai sebagai patokan
ligamentum inguinale. Yang di atas ligamentum adalah hernia inguinalis dan yang di bawah
18

hernia femoralis1. Hernia yang timbul di atas lipatan abdominokrural adalah hernia inguinalis
dan yang timbul di bawah lipatan adalah hernia femoralis5.
C. Hernia Lainnya
1. Hernia umbilikalis
Merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum dan
kulit. Hernia ini terdapat pada kira-kira 20 % bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi
prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi lelaki dan perempuan2.
Umbilikalis adalah tempat umum herniasi. Hernia umbilikalis terjadi lebih sering
pada wanita. Kegemukan dengan kehamilan berulang-ulang merupakan prekursor yang
umum. Asites selalu mengeksaserbasi masalah ini. Strangulasi kolon dan omentum umum
terjadi. Ruptura terjadi dalam sirosis asitik kronis, suatu kasus dimana diperlukan segera
dekompresi portal atau pintas nevus peritoneal secara darurat.
Gejala klinis Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang
masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketika
bayi menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi
inkarserasi2.

Gambar Hernia Umbilikalis3


Tata laksana Hernia Umbilikalis
Bila cincin hernia kurang dari 2 cm; umumnya regresi spontan akan terjadi sebelum
bayi berumur 6 bulan; kadang cincin baru tertutup setelah satu tahun. Usaha untuk
mempercepat penutupan dapat dikerjakan dengan mendekatkan tepi kiri dan kanan, kemudian
memancangnya dengan pita perekat (plester) untuk 2-3 minggu. Dapat pula digunakan uang
logam yang dipancangkan di umbilikus untuk mencegah penonjolan isi rongga perut. Bila
sampai usia satu setengah tahun hernia masih menonjol, umumnya diperlukan koreksi

19

operasi. Pada cincin hernia yang melebihi 2 cm jarang terjadi regresi spontan dan lebih sukar
diperoleh pentupan dengan tindakan konservatif.
Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara spontan tanpa terapi khusus
jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm atau kurang. Perbaikan diindikasikan dalam bayi
dengan defek hernia yang diameternya lebih besar dari 2,0 cm, dan dalam semua anak dengan
hernia umbilikalis yang masih tetap ada pada usia 3 atau 4 tahun.
Perbaikan klasik untuk hernia umbilikalis adalah hernioplasti Mayo. Operasi terdiri
dari imbrikasi vest-over-pants dari segmen aponeurosis superior dan inferior. Hernia
umbilikalis besar, lebih suka ditangani dengan prostesis yang mirip dengan perbaikan
prostesis untuk hernia insisional.
Hernia umbilikalis pada orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilikalis pada
anak. Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas, atau asites merupakan faktor
predisposisi. Perbandingan antara lelaki dan perempuan kira-kira 1:3. Diagnosis mudah
dibuat seperti halnya pada anak-anak. Inkarserasi lebih sering terjadi dibandingkan dengan
anak-anak. Terapi hernia umbilkalis pada orang dewasa hanya operatif.
2. Hernia para-umbilikalis
Hernia para-umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah di tepi
kranial umbilikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan jarang
terjadi sehingga umumnya diperlukan operasi koreksi.

Gambar Hernia para-umbilikal


3. Hernia epigastrika
Hernia epigastrika atau hernia alba adalah hernia yang keluar melalui defek di linea
alba antara umbilikus dan processus xiphoideus. Isi hernia terdiri atas penonjolan jaringan
lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum2.

20

Hernia ini biasanya kecil dan kebanyakan terjadi pada bagian paling lebar dari linea
alba antara processus xiphoideus dan umbilicus. Hernia ini biasanya kecil dan kebanyakan
terjadi pada pekerja manual usia pertengahan1.
Penderita sering mengeluh perut kurang enak dan mual, mirip keluhan pada kelainan
kandung empedu, tukak peptik, atau hernia hiatus esofagus. Keluhan yang samar ini terutama
terjadi bila hernia kecil dan sukar diraba nya asimptomatik dan ditemukan secara tidak
sengaja pada pemeriksaan fisik.
Saat adanya gejala, terjadi dua tipe :

nyeri lokal sering dicetuskan oleh aktivitas fisik yang berlebihan


rasa sakit yang dapat didefinisikan berlokasi di epigestrium, sering memburuk setelah
makan (tegangan pada perut dapat menstrangulasi isinya), dan gambaran klinis dapat
menyerupai ulkus peptikum3.
Hernia dapat dilihat jika pasien diletakkan dalam posisi sedikit oblik. Teraba

pembengakakan pada daerah garis tengah dan biasanya lunak dan ireponibel. Pasien yang
datang dengan gejala pada abdomen atas dan pada pasien yang ditemukan epigastrik hernia
harus diteliti untuk kemungkinannya menderita ulkus peptikum, penyakit kandung empedu
atau penyakit pankreas sebelum gejalanya ditetapkan pada hernia3.
4. Hernia ventralis
Hernia ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian
anterolateral seperti hernia sikatriks2.
5. Hernia lumbalis
Hernia lumbalis jarang terjadi dan menonjol melalui trigonum lubale Petiti. A. Di
daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua buah trigonum masing-masing
trigonum kostolumbalis superior (Grijnfelt) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum
kostolumbalis inferior atau trigonum iliolumbalis (Petit) berbentuk segitiga. Trigonum
Grijnfelt dibatasi di kranial oleh iga XII, di anterior oleh tepi bebas m.oblikus internus
abdominis, di posterior oleh tepi bebas m.sakrospinalis. Dasarnya adalah aponeurosis
m.transversus abdominis, sedangkan tutupnya m.latissimus dorsi. Trigonum Petit dibatasi di
kaudal oleh krista iliaka, di anterior oleh tepi bebas m.oblikus eksternus abdominis, dan di
posterior oleh tepi bebas m.latissimus dorsi. Dasar segitiga ini adalah m.oblikus internus
abdominis dan tutupnya adalah fasia superfisialis2.
Hernia pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada pemeriksaan fisik tampak dan
teraba benjolan di pinggang dan tepi bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau di tepi kranial
panggul dorsal2.
21

Hernia lumbalis menempati dinding perut bagian lateral, contohnya hernia sikatriks
pada bekas luka operasi ginjal, hernia di trigonum lumbale inferior Petit, dan trigonum
lumbale superior Grijnfelt. Hernia di trigonum lumbale jarang ditemukan3.
Diagnosis ditegakkan dengan memeriksa pintu hernia. Diagnosis banding adalah
hematoma, abses dingin, atau tumor jaringan lunak. Pengelolaannya terdiri atas herniotomi
dan hernioplastik. Pada hernioplastik dilakukan juga penutupan defek 2. Kebanyakan datang
dengan pembengkakan atau gumpalan di daerah lumbal, yang berhubungan dengan rasa sakit
yang tidak nyaman. Biasanya ada rangasangan dari batuk dan massa yang reponibel. Isinya,
yang paling sering adalah usus besar dan usus kecil sangat jarang sekali ginjal. Beberapa
sekitar 20 % menjadi inkarserasi dan 10 % menjadi strangulasi.
Hernia lumbalis yang irreponibel harus dapat dibedakan dengan3 :
1. Lipoma
2. Soft-tissue tumour
3. Haematoma
4. Abses dingin tuberkulosa
5. Tumor ginjal
Hernia primer ditangani dengan penutupan langsung dari defek yang ada. Hernia
insisional yang besar membutuhkan mesh buatan3.
6. Hernia littre
Hernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia yang mengandung
divertikulum Meckel. Sampai dikenalnya divertikulum Meckel, hernia Littre dianggap
sebagai hernia sebagian dinding usus yang pada waktu itu belum disebut sebagai hernia
Littre2.
7. Hernia spieghel2/ hernia linea semilunaris
Hernia spigelian adalah hernia ventralis yang terjadi sepanjang bagian subumbilikal
dari garis semilunaris Spieghel dan melalui fasia Spieghel 5. Hernia Spieghel yang muncul
melalui tempat lemah di antara tepi lateral m. rektus abdominis dengan linea semisirkularis2.
Hernia spigelian jarang ditemukan kecuali jika besar, sulit didiagnosa karena letaknya
interparietal dan diliputi oleh aponeurosis muskulus obliqus eksterna. Sonogram dan sken
tomografi komputer sering menemukan hernia spigelian yang asimtomatik, yang terlalu kecil
untuk dapat dideteksi secara klinis5.
Hernia spigelian paling umum di daerah antara umbilikus dan garis yang
menghubungkan spina iliaka superior anterior di bawah linea arkuata dan di arc pembuluh
epigastrika inferior5. Hernia ini menonjol melalui aponeuresis m. transversus abdominis tepat
22

di lateral dari pinggir lateral vagina m. recti abdominis. Letaknya biasanya tepat di bawah
umbilicus2. Biasanya dijumpai pada usia 40-70 tahun, tanpa perbedaan antara lelaki dan
perempuan, biasanya terjadi di kanan, dan jarang bilateral. Tidak ada faktor patogenesis yang
spesisfik2.
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya benjolan di sebelah atas titik McBurney
kanan atau kiri, pada tepi lateral m.rektus abdominis. Isi hernia dapat terdiri dari usus,
omentum, atau ovarium2. Inkarserasi jarang terjadi2.
Pengelolaan terdiri atas herniotomi dan hernioplastik dengan menutup defek pada
m.transversus abdominis dan m. abdominis internus abdominis2.
8. Hernia obturatoria
Hernia obturatoria ialah hernia hernia melalui foramen obturatorium. Kanalis
obturatorium merupakan saluran yang berjalan miring ke kaudal yang dibatasi di kranial dan
lateral oleh sulkus obturatorius os pubis, di kaudal oleh tepi bebas membran obturatoria,
m.obturatorius internus dan eksternus. Di dalam kanalis obturatorius berjalan saraf, arteri,
dan vena obturatoria2. Hernia obturatoria dapat berlangsung dalam empat tahap. Mula-mula
tonjolan lemak retroperitoneal masuk ke dalam kanalis obturatorius (tahap I), disusul oleh
tonjolan peritoneum parietale (tahap 2). Kantong hernia ini mungkin dibatasi oleh lekuk usus
(tahap 3) yang dapat mengalami inkarserasi parsial, sering secara Richter atau total2.

Gambar Hernia Obturatorium


Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya keluhan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan
parestesia di daerah panggul, lutut, dan bagian medial paha akibat penekanan pada
n.obturatorius (tanda Howship-Romberg) yang patognomonik. Pada colok dubur atau
pemeriksaan vaginal dapat ditemukan tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda
Howship-Romberg2.
Pengelolaan bedah dilakukan dengan pendekatan transperitoneal dan preperitoneal2.
Jika ditemukan saat laparatomi, usus halusnya di reduksi, sakusnya withdrawn dan defeknya

23

ditutup. Jika diagnosis dibuat secara klinis, prosedur elektif dengan pendekatan retropubis,
pre-peritonium dapat dilakukan3.
9. Hernia perinealis
Hernia didapat primer terjadi pada wanita multipara, usia pertengahan. Pelvis yang
luas dan efek dari melemahnya otot karena melahirkan anak menyebabkan herniasi melalui
dasar pelvis. Hernia perineum insisional mengikuti 1% eksisi kombinasi abdominoperineal
rektum3.
Hernia perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui defek dasar
panggul yang dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara, atau sekunder setelah
operasi melalui perineum seperti prostatektomi atau reseksi rektum secara abdominoperineal.
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan. Tampak dan teraba
benjolan di perineum yang mudah keluar masuk dan jarang mengalami inkarserasi. Pintu
hernia dapat diraba secara bimanual dengan pemeriksaan rektovaginal. Dalam keadaan raguragu dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi2.

Gambar Hernia Perinealis3


Biasanya pengelolaan operatif dianjurkan dengan pendekatan transperitoneal,
perineal, atau kombinasi abdominal dan perineal. Perbaikan merupakan kombinasi dari
pendekatan abdominal dan pelvis. Melalui pendekatan hernia dari bawah, kantungnya
dibebaskan dan direduksi ke dalam rongga abdomen. Dilakukan laparatomi dan dasar pelvis
diperbaiki dari bawah3.
10. Hernia pantalon
Hernia pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada
satu sisi. Kedua kantong hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk
seperti celana. Keadaan ini ditemukan kira-kira 15 % dari kasus hernia inguinalis3.
Diagnosis umumnya sukar ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, dan biasanya baru
ditemukan sewaktu operasi. Pengelolaan seperti biasanya pada hernia inguinalis dan
hernioplastik3.
24

BAB III
KESIMPULAN
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Hernia diklasifikasikan berdasarkan terjadinya yaitu hernia bawaan (kongenital) dan
dapatan (akuisita). Menurut riwayat alamiah dan komplikasinya hernia dibagi atas hernia
reponibel, ireponibel, strangulasi, dll.
Berdasarkan lokasinya hernia diklasifikasikan menjadi hernia inguinalis, hernia
femoralis, hernia umbilikalis, hernia paraumbilikalis, hernia ventralis, hernia epigastrika,
hernia lumbalis, hernia Littre, hernia Speighel, hernia obturatoria, hernia perinealis, hernia
pantalon.
Gambaran klinik dan penegakkan diagnosis pada hernia tergantung dari
perkembangan dan lokasi hernia.
Penatalaksanaan hernia ada dua yaitu konservatif dan operatif, tergantung dari
gambaran klinis dan jenis hernia.

25

DAFTAR PUSTAKA
1. Widjaja, H, Anatomi abdomen, Jakarta, EGC, 2007, Hal : 21-25.
2. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta,
EGC,Hal: 523-537
3. Henry MM, Thompson JN , 2005, Principles of Surgery, 2nd edition, Elsevier
Saunders, page 431-445.
4. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian I, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta, 1995. Hal :
228, 243.
5. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC, Jakarta,
Hal : 509 517.
6. Stead LG, et all,. First aid for the surgery clerkship, Intrnational edition, The Mc
Graw-Hill Companies, Inc, Singapore, 2003, 307-317.

26

Anda mungkin juga menyukai