Anda di halaman 1dari 34

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang


memungkinkan isi abdomen seperti peritonium, lemak, usus,
ataupun kandung kemih memasuki defek tersebut, sehingga
dapat menimbulkan benjolan di area- area tertentu bergantung
pada jenis lokasinya. Adapun jenis lokasi dari hernia ialah
skrotum, inguinal, dinding abdomen atau diafragma
(Tambayong, 2009).

Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau


bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah
dari lapisan dinding perut (Sjamsuhidayat, 2010)

Hernia adalah proposi abnormal organ jaringan atau bagian


organ melalui struktur yang secara normal berisi bagian ini.
Hernia paling sering terjadi pada rongga abdomen sebagai
akibat dari kelemahan muskular abdomen konginetal atau
didapat (Diyono, 2016)

Jadi, hernia ialah defek pada dinding abdomen yang berisi


peritonium, lemak, usus, atau bisa jadi kandung kemih, hernia
dapat terjadi karena lemahnya dinding abdomen secara
konginetal ataupun didapat selama hidup, hernia dapat
diklasifikasikan menurut lokasinya, yakni pada skrotum,
inguinal, dinding abdomen atau diafragma.

1
Gambar 1. Macam-macam hernia

B. Epidemiologi

Secara umum hernia banyak diderita oleh pria dari pada


wanita (Oberg,2017) dan meningkat seiring dengan
pertambahan usia, pada wanita hernia mungkin ditemukan pada
usia 40 hingga 60 tahun, sedangkan pada pria paling sering
ditemukan pada usia 30 hingga 50 tahun (Zendejas, 2013).

Menurut World Health Organization pada tahun 2005 hingga


tahun 2010 penderita hernia mencapai 19.173.279 orang dengan
sebaran terbanyak di negara berkembang seperti negara Afrika,
Asia Tenggara termasuk Indonesia selain di negara berkembang
di Inggris juga ditemukan data dari operasi hernia ialah 10 dari
100.000 populasi dan di Amerika dilaporkan 28 per 100.000
populasi yang ada (Aljubairy, 2017). Sementara, mengacu pada
Departermen Kesehatan Republik Indonesia di indonesia pada
bulan januari 2010 hingga Februari 2011 terdapat 1.243 orang
dengan penyakit hernia.

2
Angka kejadian hernia terbanyak ialah hernia inguinalis baik
direk maupun inderek dengan jumlah kasus 10 kali lebih banyak
daripada hernia femoralis dan yang lainnya.

C. Etiologi

Penyebab timbulnya hernia tidak terlepas dari meningkatnya


tekanan abdominal sehingga pada daerah yang memiliki dinding
organ yang lemah akan berkemungkinan untuk terjadinya hernia
sebab tidak mampu untuk menahan tekanan abdominal yang ada
atau dapat terjadi karena ketidaksempurnaan penutupan dari
kanal atau celah yang terdapat pada sekitar rongga abdomen,
dibawah ini ialah etiologi dari terjadinya hernia (Diyono, 2016):

1. Konginetal atau bawaan sejak lahir

Seseorang yang sejak lahir sudah memiliki bawaan


hernia cenderung lebih rentan untuk terkena hernia pada
masa dewasa atau tuanya hal ini paling berhubungan
dengan lemahnya dinding abdomen yang ada pada tubuhnya
sehingga mudah sekali terbentuk defek dan munculnya
hernia atau dapat juga terjadi apabila defek pada dinding
abdomennya tidak menutup secara sempurna sehingga
ketika ada peningkatan tekanan intra abdominal maka akan
terjadi hernia.

2. Obesitas

Berat badan yang berlebihan dapat menyebabkan


tekanan berlebih pada tubuh manusia tak terkecuali pada
bagian perut atau abdomen. Peningkatan tekanan ini dapat
menimbulkan terjadinya hernia terlebih pada daerah yang
memiliki dinding organ yang lemah.

3
3. Kehamilan

Pada saat hamil tekanan pada perut akan meningkat dan


juga otot mengalami pelemahan ataupun pada saat setelah
kehamilan tepatnya pada saat operasi seksio sesarea.

4. Mengejan yang terlalu berlebihan


5. Kelemahan dinding abdomen
6. Batuk kronis karena Penyakit Paru Obstruksi Kronis
7. Trauma atau regangan yang berat

D. Klasifikasi

Hernia dibagi menurut letak, jenis dan sifatnya, antara lain :

1. Berdasarkan letak

a. Hernia Hiatal

Hernia hiatal merupakan hernia yang terjadi saat


kerongkongan turun dan melewati diafragma melalui celah
yang bernama hiatus sehingga menonjol pada bagian dada.
Hernia hiatal ini juga sering disebut sebagai hernia hiatus
karena ia berada dicelah hiatus (Brunner dan Suddarth’s,
2013).

b. Hernia Epigastrik

Hernia epigastrik terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang


rusuk di garis tengah perut. Hernia ini paling sering berisikan
lemak dan terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah,
tanda dari hernia epigastrik ialah sering menimbulkan rasa sakit
dan tidak dapat didorong kembali kedalam perut ketika pertama
kali ditemukan (Diyono, 2016).

4
c. Hernia Umbilikal

Hernia umbilikal terjadi disekitar umbilikus yang disebabkan


karena adanya pembukaan pada dinding perut, umumnya
pembukaan ini dapat menutup secara otomatis sebelum kelahiran
namun menutupnya tidak dapat secara sempurna (Diyono, 2016).

d. Hernia Inguinalis

Hernia inguinalis merupakan hernia yang paling sering terjadi dan


hanya dapat ditemukan pada pria sebab pada hernia inguinalis ini
muncul pada area selangkangan atau skrotum, hernia ini terjadi
karena usus mengalami menurunan dan masuk ke selangkangan
atau skrotum (Diyono, 2016).

e. Hernia Femoralis

Hernia femoralis ialah hernia yang terjadi di pangkal paha dan


sering ditemukan pada wanita dibanding pria (Diyono, 2016).

f. Hernia insisional

Hernia insisional merupakan hernia yang dapat terjadi karena


adanya luka pasca operasi di perut yang mana otot sekitar pusar
tidak menutup secara sempurna sehingga menimbulkan defek dan
memicu terjadinya hernia (Diyono, 2016).

2. Berdasarkan terjadinya

a. Hernia konginetal

Hernia konginetal atau hernia bawaan ialah yang didapatkan sejak


didalam kandungan, hal ini dapat terjadi karena pada saat minggu
ke-32 kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal inguinalis
yang mana penurunan testis akan menarik peritonium ke daerah
skrotum sehingga terjadi penonjolan peritonium yang disebut
dengan prosesus vaginalis peritonei. Normalnya pada bayi yang
lahir prosesus ini akan mengalami obliterasi atau penutupan

5
sehingga isi dari rongga perut tidak akan turun kebawah melalui
kanal tersebut, namun pada bayi tertentu kanal ini tidak menutup
secara sempurna. Apabila terjadi peningkatan tekanan intra
abdominal kanal tersebut akan membuka sehingga isi abdosen
dapat masuk ke dalam skrotum dan terjadilah hernia inguinalis.

b. Hernia akuisita

Hernia akuisita atau hernia didapat ialah hernia yang terjadi karena
adanya faktor pemicu, pada umumnya hernia ini akan terjadi pada
orang dewasa atau orang dengan usia lanjut. Penyebabnya ialah
adanya peningkatan tekanan intra abdominal dalam waktu yang
lama.

3. Berdasarkan sifatnya

a. Reversible

Hernia yang bersifat reversible ialah hernia yang dapat kembali


lagi, maksudnya ialah hernia yang apabila ditekan maka benjolan
dapat masuk kedalam tubuh kembali, namun sewaktu- waktu
hernia ini dapat keluar kembali apabila terjadi peningkatan tekanan
intraabdomen.

b. Irreversible

Hernia yang bersifat irreversible ialah hernia yang sudah tidak


dapat kembali lagi, maksudnya hernia ini sudah terjepit oleh otot
pada dinding abdomen sehingga tidak dapat ditekan untuk
dimasukkan kedalam tubuh. Hernia yang bersifat irreversible ini
harus membutuhkan tindakan bedah untuk dihilangkan sebab
apabila tidak dibedah maka akan terjadi nekrosis.

6
E. Patofisiologi

Hernia terjadi ketika tekanan intra abdominal mengalami


peningkatan, misalnya pada saat melakukan aktivitas yang berat
seperti mengangkat beban yang berat, mengejan pada saat buang
air besar terlalu berlebihan atau batuk yang kuat. Pada saat
terjadinya kenaikan tekanan intra abdominal pada perut pada
daerah perut yang memiliki dinding abdomen yang lemah tidak
mampu menahan tekanan yang ada sehingga akan terjadi
kerusakan pada dinding perut yang lemah pada awalnya akan
terbentuk celah atau lubang yang disebut defek, selanjutnya
apabila terjadi peningkatan tekanan intra abdomen yang terus
terjadi maka organ tersebut masuk kedalam defek di abdomen
kemudian terperangkap sehingga munculah benjolan pada
dinding abdomen, ketika organ yang terperangkap maka organ
tidak akan mendapatkan cukup darah sehingga akan terjadi
hipoksia sel hingga kemungkinan terjadinya gangren (Grace and
Borley, 2006).

Selain terperangkap dalam celah atau defek yang ada di


dinding abdomen, organ-organ seperti lemak, peritonium dan
usus juga dapat turun melalui celah yang ada disekitar rongga
abdomen pada saat terjadinya peningkatkan tekanan intra
abdomen yang secara terus menerus, contohnya ialah celah
hiatal, selakangan hingga masuk ke dalam skrotum.

Pada saat terjadinya peningkatkan tekanan intra abdominal


yang tinggi pada perut dan organ masuk kedalam defek
kemungkinkan masih bisa untuk dikembalikan dengan cara
menekan benjolan tersebut namun tidak dapat menyembuhkan
atau dalam artian apabila

7
F. Pathway

8
G. Diagnosa yang mungkin muncul
Pre operasi
1. Defisit pengetahuan
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Nyeri akut
4. Gangguan pola tidur
5. Ansietas
Post Operasi
1. Kerusakan intregritas jaringan
2. Intoleransi aktivitas
3. Resiko Infeksi

9
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


A. PENGKAJIAN
Jam : 15.00 wib
Pengkajian tgl : 07/05/23 NO. RM : 10103171
Tanggal MRS : 07/05/23 Dx. Masuk : Hernia Inguinalis
Ruang/Kelas : Dextra
Flamboyan/302 Dokter yang merawat : dr. W Sp.B
Nama : Tn. SH
Umur : 60 Th
Agama : Islam
Identitas

Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Suku/Bangsa : Sunda
Alamat : Pasar Baru

10
A. Pengkajian Pre-op
Keluhan utama :
Riwayat penyakit saat ini :
Pasien mengatakan ada benjolan pada lipatan paha sebelah kanan ±8 bulan yang
lalu, disertai rasa nyeri jika beraktivitas
P : Nyeri bertambah jika bergerak dan berkurang jika istirahat
Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : Lipatan paha sebelah kanan
S : 5 (sedang)
T : hilang timbul

Penyakit yang pernah diderita :


Klien mengatakan memiliki Hipertensi yang terkontrol dan biasa meminum
amlodipine 1x10mg setiap malam

B. Pengkajian Post-Op
Keluhan Utama :
Riwayat penyakit saat ini :
Riwayat Sakit dan Kesehatan

Pasien mengeluh nyeri pada bagian luka operasinya pada lipatan paha sebelah
kanan
P : Nyeri bertambah jika bergerak
Q : Nyeri seperti tersayat-sayat
R : Lipatan paha sebelah kanan
S : 6 (sedang)
T : hilang timbul

Riwayat penyakitkeluarga :
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dan riwayat anggota keluarga yang sama.

Riwayat alergi: 🌕 ya 🗹tidak Jelaskan :


Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: 🌕 baik 🗹sedang 🌕 lemah Kesadaran:composmentis
Tanda vital TD:140/86mmHg Nadi:121x/mnt Suhu :36.2ºC RR:20x/mnt
Pola nafas irama: 🗹Teratur 🌕 Tidak teratur
Pernafasan

Jenis 🌕 Dispnoe 🌕 Kusmaul 🌕 Ceyne Stokes Lain-lain: DBN


Suara nafas: 🗹vesikuler 🌕 Stridor 🌕 Wheezing 🌕 Ronchi Lain-
lain: Sesak nafas 🌕 Ya 🗹Tidak 🌕 Batuk🌕 Ya 🗹Tidak
Masalah:

Irama jantung: 🗹 Reguler 🌕 Ireguler S1/S2 tunggal 🌕 Ya 🌕


Kardiovaskuler

Tidak Nyeri dada: 🌕 Ya 🗹 Tidak


Bunyi jantung: 🗹 Normal 🌕 Murmur 🌕 Gallop lain-
lain CRT: 🗹 < 3 dt 🌕 > 3 dt
Akral: 🗹Hangat 🌕 Panas🌕 Dingin kering 🌕 Dingin basah
Masalah:

GCS Eye:4 Verbal:6 Motorik:5 Total:15

11
Refleks fisiologis: 🌕 patella 🌕 triceps 🌕 biceps lain-lain: DBN
Refleks patologis:🌕 babinsky 🌕 budzinsky 🌕 DBN
kernig lain-lain: Lain-lain:
Istirahat / tidur:8jam/hari Gangguan tidur: Tidak ada
Masalah:

Penglihatan (mata)
Pupil : 🗹 Isokor 🌕 Anisokor 🌕 Lain-
lain: Sclera/Konjungtiva : 🌕 Anemis 🌕
Ikterus 🌕 Lain-lain: Lain-lain : DBN
Pendengaran/Telinga :
Penginderaan

Gangguan pendengaran : 🌕 Ya 🗹 Tidak

Jelaskan: Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Bentuk : 🗹 Normal 🌕 Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman : 🗹 Ya 🌕 Tidak
Jelaskan: Lain-lain
Masalah:

Kebersihan: 🗹Bersih 🌕 Kotor


Urin: 1200cc/8jam Warna: kuning
Bau: pesing (khas urine) Alat bantu
(kateter, dan lain-lain): kateter urine
Perkemihan

Kandung kencing:Membesar 🌕 Ya 🗹Tidak


Nyeri tekan 🌕 Ya 🗹 Tidak
Gangguan: 🌕 Anuria 🌕 Oliguri 🌕
Retensi
🌕 Nokturia 🌕 Inkontinensia 🌕 Lain-lain: tidak ada
Masalah:

12
Nafsu makan: 🗹Baik 🌕 Menurun Frekuensi:
3x/hari Porsi makan:
🗹 Habis 🌕 Tidak Ket:
Diet :
Minum : 1500cc/hari Jenis: Air mineral
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: 🗹Bersih 🌕 Kotor 🌕 Berbau
Mukosa 🗹 Lembab 🌕 Kering 🌕 Stomatitis
Tenggorokan 🌕 Nyeri telan 🌕 Kesulitan
menelan
Pencernaan

🌕 Pembesaran tonsil 🗹 Lain-lain:tidak ada kelainan

Abdomen 🌕 Tegang 🌕 Kembung 🌕 Ascites 🌕 Nyeri tekan,


lokasi: Peristaltik 28x/mnt
Pembesaran hepar 🌕 Ya
🗹Tidak Pembesaran lien 🌕 Ya
🗹 Tidak
Buang air besar 1x/hari Teratur: 🌕 Ya 🗹Tidak
Konsistensi Bau:
Warna: kuning Lain-
lain: tidak ada kelainan
Masalah:

13
Kemampuan pergerakan sendi: 🗹Bebas 🌕 Terbatas
Muskuloskeletal/ Integumen Kekuatan otot: 5 5
5 5
Kulit
Warna kulit: 🌕 Ikterus 🌕 Sianotik 🌕 Kemerahan 🌕 Pucat 🌕
Hiperpigmentasi Turgor: 🗹 Baik 🌕 Sedang 🌕 Jelek
Odema: 🌕 Ada 🗹Tidak ada Lokasi
Luka 🗹 Ada 🌕 Tidak ada Lokasi Lipatan paha kanan
Tanda infeksi luka 🌕 Ada 🗹Tidak ada Yang ditemukan :
kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa Lain-lain :
Masalah:
Resiko infeksi bd efek prosedur infasive (herniotomy)

Pembesaran Tyroid 🌕 Ya 🗹 Tidak


Hiperglikemia 🌕 Ya 🌕 Tidak Hipoglikemia 🌕 Ya
Endokrin

🗹Tidak Luka gangren 🌕 Ya 🌕


Tidak Pus 🌕 Ya 🗹 Tidak
Masalah:

Mandi :2x/hari Sikat


gigi :3x/hari
Personal

Keramas:1x/hari
Higiene

Memotong kuku:1x/minggu
Ganti pakaian :2x/hari
Masalah:

Orang yang paling dekat: klien mengatakan orang terdekatnya adalah anak-anak dan
istrinya
Psiko-sosio-spiritual

Hubungan dengan teman dan lingkungan


sekitar: klien mengatakan selalu
mengobrol/berkegiatan/berhubungan
baik dengan lingkungan sekitar
Kegiatan ibadah: klien mengatakan selalu
beribadah solat 5 waktu
Lain-lain : tidak ada
Masalah:

14
Terapi:
Radiologi/ USG, Pemeriksaan
dll penunjang
IVFD RL+Tramadol inj 200mg 20 tpm X Foto thorax : Cor

Laboratorium
Keterolac inj 3x30 mg dan Pulmo dalam batas
Ceftriaxone inj 2x1 gr normal
Ranitidine inj 2x50mg
27
ANALISA
DATA
No. Data Proble Etiolo
m gi
1. DS : Pasien mengatakan nyeri pada bagian Nyeri Akut (D.0077)
luka operasi Pembedahan
P : Nyeri bertambah jika bergerak
Q : Nyeri seperti tersayat-sayat
R : Lipatan paha sebelah kanan Tindakan Operasi/
S : 6 (sedang) Insisi
T : hilang timbul

DO : Terputusnya
 pasien tampak meringis kontinuitas/jaringan
 pasien tampak menjaga area yang
sakit Resti perdarahan
 TTV
TD : 140/86 mmHg Nyeri akut
N : 121x/mnt
RR : 20x/mnt
S : 36c

2. DS : Pasien mengatakan nyeri semakin Gangguan mobilitas fisik Pembedahan


bertambah jika bergerak (D.0054)
Pasien mengatakan takut untuk bergerak
Tindakan Operasi
DO :
 Ku : lemah Terputusnya
 pasien tampak berbaring ditempat kontinuitas/Jaringan
tidur
 pasien tampak gelisah Adanya luka operasi
 pasien tampak sulit bergerak
Keengganan untuk
bergerak
3. DS : - Resiko infeksi (D.0142) Tindakan operasi
DO :
 Terdapat luka pada lipatan paha
sebelah kanan Terputusnya
 Nampak luka operasi tertutup verban kontinuitas/ Jaringan
± 7cm
Adanya luka operasi

Tempat keluar
masuknya
mikroorganisme

28
Resiko infeksi

Ket: Format pengkajian ini dikembangkan bila ada sistem yang belum terkaji

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik d/d pasien mengeluh nyeri, tampak meringis dan frekuensi
nadi meningkat
2. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri d/d kesulitan untuk bergerak, nyeri bertambah saat bergerak,
gelisah
3. Resiko infeksi b/d efek prosedur infasive

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama pasien : Tn. HS Nama Mahasiswa:Khotrun Nada Nurjana
Ruang :Flamboyan 302 NPM:221030122615
No.M.R. :10103171

No Tanggal Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


dan Keperawatan Kriteria Hasil
Jam (PES)
1. 07/05/23 Nyeri akut b/d agen L.08066 Manajemen nyeri Observasi :
Jam 17.00 pencedera fisik Setelah dilakukan a. Observasi 1. Untuk
ditandai dengan : intervensi - Identifikasi mengetahui
DS : Pasien Keperawatan 3 X lokasi, lokasi,
mengatakan nyeri 24 jam maka karakteristik, karakteristik,
pada bagian luka tingkat nyeri durasi, durasi, frekuensi,
operasi menurun dengan kualitas dan kualitas dan
P : Nyeri bertambah Kriteria Hasil : intensitas nyeri intensitas nyeri.
jika bergerak - Dari keluhan - Identifikasi 2. Agar kita
Q : Nyeri seperti nyeri meningkat : 1 skala nyeri mengetahui
tersayat-sayat menjadi menurun : - Identifikasi tingkat
R : lipatan paha 5 respon nyeri non cedera yang
sebelah kanan - Dari Meringis Verbal dirasakan oleh
S : 6 (sedang) meningkat 1 pasien
T : hilang timbul menjadi menurun 5 b. Terapeutik 3. Agar kita
- Dari TTV - Kontrol mengetahui
DO : memburuk : 1 lingkungan yang tingkatan nyeri
 pasien tampak menjadi membaik dapat yang
meringis 5 memperberat sebenarnya
 pasien tampak nyeri Observasi :
menjaga area - Fasilitasi 1. Untuk
yang sakit istirahat dan tidur mengetahui lokasi,
karakteristik,
29
 TTV c.Edukasi durasi, frekuensi,
TD : 142/91 - Jelaskan kualitas dan
mmHg penyebab, intensitas nyeri. 2.
N : 124x/mnt periode dan Agar kita
RR : 20x/mnt pemicu nyeri mengetahui
S : 36,2c - Jelaskan strategi tingkat cedera
meredakan nyeri yang dirasakan
- Ajarkan teknik oleh pasien
non farmakologis 3. Agar kita
untukmengurangi mengetahui
nyeri tingkatan nyeri
yang sebenarnya
d.Kolaborasi dirasakan sakit
- Kolaborasi
pemberian 4. 4. Agar kita
analgetik,sesuai dapat
indikasi mengurangi
faktor-
faktor yang
dapat
memperparah
nyeri
yang dirasakan
oleh
pasien
hui sejauh
mana
pemahaman
dan pengetahuan
pasien terhadap
nyeri yang
dirasakan
6. Karena budaya
pasien dapat
mempengaruhi
bagaimana pasien
mengartikan
nyeri
itu sendiri
Agar kita
mengetahui
sejauh
mana
pemahaman
dan pengetahuan
pasien terhadap
nyeri yang

30
dirasabkan
b. terapeutik :
1. 2. Agar dapat
mengurangirasa
nyeri yang
dirasakan
oleh pasien
dengan
menggunakan
cara
nonfarmakologis
1.agar dapat
mengurangi rasa
yang dirasakan
dengan
menggunakan cara
nonfarmalogis
2. agar kebutuhan
tidur terpenuhi

c. Edukasi
1. agar pasien
dapat menghindari
penyebab nyeri
yang dirasakan
2. Agar pasien
dapat
meredakan nyeri
secara mandiri
ketika sudah
pulang
dari rumah sakit
3. Agar pasien
dapat meredakan
nyeri secara
mandiri ketika
sudah pulang dari
rumah sakit
Agar pasien
dapat
menghilangkan
rasa
nyeri itu dengan
menggunakan
obat
analgesik yang
sesuai dengan

31
nyeri
yang dirasakan
pasien
4. Agar tindakan
yang kita berikan
sesuai dengan
jenis nyeri dan
sumber nyeri dari
nyeri itu sendiri
serta dapat
mengurangi rasa
nyeri yang
dirasakan oleh
klien

d. kolaborasi
1. Agar rasa nyeri
yang
dirasakan pasien
dapat dihilangkan
atau dikurangi

2.07/05/23 Gangguan mobilitas (L.05042) Setelah Dukungan


Jam : 18.00 fisik berhubungan dilakukan tindakan mobilisasi a. Observasi
dengan keengganan keperawatan a. Observasi -untuk mengetahui
melakukan selama 3x24 jam - Identifikasi adanya nyeri atau
pergerakan, ditandai maka mobilitas adanya nyeri penyebab
dengan : fisik meningkat atau keluhan kelemahan fisik
DS : Pasien dengan kriteria fisik lainnya - untuk
mengatakan nyeri hasil : - Identifikasi mengetahui
semakin bertambah  Dari nyeri toleransi fisik kemampuan fisik
jika bergerak meningkat : 1 melakukan klien
Pasien mengatakan Menjadi mobilisasi - untuk
takut untuk bergerak menurun : 5 - Monitor mengetahui
 Dari frekuensi adanya
DO : kelemahan jantung dan peningkatan
 Ku : lemah fisik tekanan darah frekuensi jantung
 pasien meningkat : 1 sebelum dan tekanan darah
tampak menjadi mobilisasi setelah melakukan
berbaring menurun : 5 - Monitor mobilisasi
ditempat tidur  Dari gerakan kondisi umum - untuk
 pasien tampak terbatas selama mengetahui
gelisah meningkat : 1 melakukan kemampuan dan
 pasien tampak menjadi mobilisasi kondisi pasien
sulit bergerak menurun 5 dalam melakukan
b. Terapeutik mobilisasi
 Fasilitasi
32
aktivitas c. Terapeutik
mobilisasi - Untuk
dengan alat mempermudah
bantu klien untuk
 Libatkan melakukan
keluarga mobilisasi
untuk - Untuk
membantu memberikan
pasien dalam pasien
meningkatkan dukungan
mobilisasi untuk
meningkatkan
c. Edukasi mobilisasi
 Jelaskan
tujuan dan d. Edukasi
prosedur - Agar pasien
mobilisasi mengetahui
 Anjurkan tujuan dan
untuk juga cara
melakukan untuk
mobilisasi melakukan
dini mobilisasi
 Ajarkan - Agar pasien
mobilisasi termotivasi
sederhana untuk
yang harus melakukan
dilakukan mobilisasi
(Mis. Berjalan dini
dari tempat - Agar pasien
tidur ke kamar mengetahui
mandi) mobilisasi
yang harus
dilakukan
3.07/05/23 Resiko infeksi L.14137 a. Observasi
Jam : 18.30 dibuktikan dengan Setelah dilakukan  Monitor tanda a. Observasi
efek prosedur infasif intervensi dan gejala - Untuk
ditandai dengan keperawatan infeksi lokal mengetahui
terdapat luka operasi selama 3x24 jam dan sistemik adanya tanda-
pada daerah lipatan diharapkan tidak tanda infeksi
paha kanan) ada tanda-tanda b. Terapeutik
infeksi.  Cuci tangan b. Terapeutik
DS : - Dengan kriteria sebelum dan - Untuk
DO : hasil : sesudah menghindari
 Terdapat luka 1. Kemerahan kontak dengan terjadinya
pada lipatan menurun pasien dan penularan
paha sebelah 2. Nyeri lingkungan penyakit
kanan menurun pasien
33
 Nampak luka 3. Kebersihan c. Edukasi
operasi tangan c. Edukasi - Agar
tertutup meningkat - Jelaskan tanda pasien
verban ± 7cm dan gejala mengetah
infeksi ui tentang
- Ajarkan cara ciri-ciri
mencuci luka yang
tangan dengan infeksi
benar - Agar
- Anjurkan tetap
meningkatkan terjaga
asupan nutrisi kebersiha
- Anjurkan n tangan
untuk saat
meningkatkan menyentu
asupan cairan h luka
- Agar
d. Kolaborasi intake
- Pemberian pasien
antibiotik, jika terpenuhi
perlu
d. Kolaborasi
-untuk
mencegah
terjadi
infeksi

D. CATATAN PERAWATAN
Nama Klien : Khotrun Nada Nurjana
Diagnosis Medis : HID
Ruang Rawat : Flamboyan/302
Tgl No. DK Implementa Tanda Tangan
/ si
Ja
m
07/05/23 Nyeri akut b/d 1. Mengidentifikasi lokasi, Khotrun nada
Jam 19.00 agen pencedera karakteristik, durasi, frekuensi,
wib fisik kualitas dan intensitas nyeri
Hasil :
P: Nyeri ketika banyak
bergerak
Q: Nyeri seperti di sayat-sayat
R: Lipatan paha sebelah kanan
34
S: Skala nyeri 6
T : nyeri hilang timbul
Jam 19.15 2. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (Mis:
suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan)
Hasil :klien mengatakan
nyerinya bertambah jika
Jam 19.30 bergerak
3. Memonitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
Hasil :
TD : 141/68
N : 101x/mnt
Jam 19.45 S: 36,9
RR : 20x/mnt
Jam 19.55 4. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
5. Mengajarkan teknik non
Jam 20.00 farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri yaitu melakukan
Jam 20.15 pengaturan posisi dan relaksasi
6. Menjelaskan tujuan dan
Jam 20.25 manfaat teknik napas dalam
7. Menjelaskan prosedur teknik
napas dalam
8. Kolaborasi pemberian analgetik
Hasil :
Pemberian injeksi keterolac 1
amp/IV/8 jam
IVFD RL+Tramadol inj 200mg
20 tpm (Drip)

07/05/23 Gangguan 1. Mengidentifikasi adanya nyeri Khotrun nada


Jam 19.00 mobilitas fisik tau keluhan fisik lainnya
berhubungan Hasil :
dengan - Klien mengatakan masih nyeri
keengganan bila bergerak
Jam 19.20 melakukan 2. Mengidentifikasi toleransi fisik
pergerakan melakukan mobilisasi
Hasil :
- Klien masih takut untuk
Jam 19.30 bergerak
3. Memonitor frekuensi jantung
dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
35
Hasil : TD : 141/68 mmHg, N :
Jam 19.40 101x/mnt
4. Memonitor kondisi umum
selama mobilisasi
Hasil :
Jam 19.50 - KU : Lemah
5. Melibatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan mobilisasi
Hasil : Keluarga bersedia
Jam 20.00 membantu klien
6. Menjalankan tujuan prosedur
mobilisasi
Jam 20.15 Hasil : Klien mengerti dan
bersedia mengikuti prosedur
mobilisasi
7. Menganjurkan melakukan
mobilisasi dini
Hasil : Klien masih tampak
takut untuk bergerak
08/05/23 Nyeri akut b/d 1. Mengidentifikasi lokasi, Khotrun nada
Jam 09.30 agen pencedera karakteristik, durasi, frekuensi,
fisik kualitas dan intensitas nyeri
Hasil :
P: Nyeri ketika banyak
bergerak
Q: Nyeri seperti di iris-iris
R: Lipatan paha sebelah kanan
S: Skala nyeri 5
Jam 09.45 T : nyeri hilang timbul
2. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan , pencahayaan,
kebisingan) Hasil:
- Klien mengatakan nyerinya
Jam 10.00 bertambah ketika banyak
bergerak
3. Memonitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
Hasil:
TD : 140/90 mmhg
Jam 10.10 N : 100 x/menit
S : 36,2C
RR : 20x/mnt
4. Mengajarkan teknik non
Jam 11.00 farmakologis untuk mengurangi
36
rasa nyeri yaitu melakukan
pengaturan posisi dan relaksasi
5. Kolaborasi pemberian analgetik
Hasil: pemberian injeksi
Ketorolac 1 ampul /IV/ 8 jam

08/05/23 Gangguan 1. Mengidentifikasi adanya nyeri Khotrun nada


Jam 09.00 mobilitas fisik atau keluhan fisik lainnya
berhubungan Hasil :
dengan Klien mengatakan masih nyeri
keengganan bila bergerak
Jam 09.15 melakukan 2. Mengidentifikasi toleransi fisik
pergerakan melakukan mobilisasi
Hasil : Klien belajar duduk
ditempat tidur
3. Memonitor frekuensi jantung
Jam 10.00 dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
Jam 10.10 Hasil : TD : 140/90 N:
100x/mnt
4. Memonitor kondisi umum
Jam 10.15 selama melakukan mobilisasi
Hasil : ku : sdg
5. Melibatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan mobilisasi
Jam 10.30 Hasil : Keluarga bersedia
membantu klien
6. Menjelaskan tujuan dan
prsedur mobilisasi
Jam 10.40 Hasil : klien mengerti dan
bersedia mengikuti prosedur
mobilisasi
7. Menganjurkan melakukan
Mobilisasi dini
Hasil : Klien mulai belajar
duduk

08/05/23 Resiko infeksi b/d 1. Memonitor tanda dan gejala Khotrun Nada
Jam 09.00 efek prosedur infeksi lokal dan sistemik
infasive Hasil : tidak tidak nampak
Jam 09.10 tanda-tanda infeksi (tumor,
calor, rubor, dolor) N : 100
x/menit
Jam 09.30 S : 36,2C
2. Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi
37
Jam 09.45 Hasil : menunjukkan
kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
3. Mengajarkan cara cuci tangan
yang benar
Jam 10.00 Hasil : Menunjukkan kemauan
untuk mencuci tangan dengan
benar
4. Menganjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Hasil : Mmampu
menghabiskan porsi yang
diberikan
5. Kolaborasi Pemberian
Antibiotik
Hasil : Ceftriaxone inj 2x1 gr

09/05/23 Nyeri akut b/d 1. Mengidentifikasi lokasi, Khotrun Nada


Jam 09.30 agen pencedera karakteristik, durasi, frekuensi,
fisik kualitas, intensitas nyeri
Hasil:
P : Nyeri ketika banyak
bergerak berkurang
Q : Nyeri seperti di sayat
R : Perut kanan bawah
S : Skala nyeri 4
T: Nyeri hilang timbul
Jam 10.00 2. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan , pencahayaan,
kebisingan) Hasil: Klien
mengatakan nyerinya
Jam 10.15 bertambah ketika banyak
bergerak
3. Memonitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik Hasil:
TD : 130/80 mmhg
N : 80 x/menit
Jam 11.00 S : 36,0C
RR : 20 x/menit
4. Kolaborasi pemberian
analgetik Hasil: pemberian
injeksi Ketorolac 1 ampul /IV/
8 jam
09/05/23 Gangguan 1. Mengidentifikasi adanya nyeri Khotrun Nada
Jam 09.30 mobilitas fisik atau keluhan fisik lainnya
38
berhubungan Hasil :
dengan Klien mengatakan sudah tidak
keengganan nyeri bila bergerak
Jam 10.00 melakukan 2. Mengidentifikasi toleransi fisik
pergerakan melakukan mobilisasi
Hasil : Klien sudah mampu
Jam 10.20 berjalan
3. Memonitor frekuensi jantung
dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
Jam 10.30 Hasil :
TD : 130/80 mmhg
N : 80 x/menit
4. Memonitor kondisi umum
selama melakukan mobilisasi
Jam 11.00 Hasil : ku : baik
5. Melibatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan mobilisasi
Hasil : Keluarga bersedia
membantu klien

09/05/23 Resiko infeksi b/d 1. Memonitor tanda dan gejala


Jam 11.10 efek prosedur infeksi lokal dan sistemik
infasive Hasil : tidak tidak nampak
tanda-tanda infeksi (tumor,
calor, rubor, dolor) N : 80
Jam 11.30 x/menit
S : 36,0C
2. Menganjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Hasil : mampu menghabiskan
porsi yang diberikan
3. Kolaborasi Pemberian
Antibiotik
Hasil : Ceftriaxone inj 2x1 gr

39
E. CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Tn. HS

Diagnosis Medis: HID

Ruang Rawat
: F302
Tgl No. SOAP Tanda Tangan
DK
13/05/23 Nyeri akut S:
Jam  Klien mengatakan masih
14.00 nyeri pada luka bekas
operasinya
 Klien mengatakan nyerinya
bertambah ketika banyak
bergerak
O:
 Ekspresi wajah meringis
Pain Assesmen
P : Nyeri bertambah saat
bergerak
Q: seperti diiris-iris
S: skala 6 (1-10)
T : hilang timbul
TTV : TD : 141/68
N : 101x/mnt
S: 36,9
RR : 20x/mnt

40
A : Masalah belum teratasi
P: intervensi 1,2,3,5 dan 8
dilanjutkan
13/05/23 Gangguan mobilitas S:
fisik  Klien mengatakan masih
takut untuk bergerak
 Klien mengatakan semua
aktivitasnya dibantu oleh
keluarganya dan perawat
O:
 Ku : Lemah
 Tampak berbaring ditempat
tidur
 Nampak klien susah bergerak

A: Gangguan mobilitas fisik belum


teratasi
P : intervensi 1,2 dan 3 dilanjutkan

Nyeri akut S:
14/05/23  Klien mengatakan masih
Jam nyeri pada luka bekas
12.00 operasinya
 Klien mengatakan nyerinya
bertambah ketika banyak
bergerak
O:
 Ekspresi mulai rileks
 Bersikap protektif
Pain Assesmen
P : Nyeri bertambah saat
bergerak
Q: seperti diiris-iris
S: skala 5 (1-10)
T : hilang timbul
TD : 140/90 mmhg
N : 100 x/menit
S : 36,20C
RR : 20x/mnt
A : Masalah sebagian teratasi
P: intervensi 1,2,3,5 dan 8
dilanjutkan
14/05/23 Gangguan mobilitas S:
Jam fisik  Klien mengatakan masih
12.30 takut untuk bergerak

41
 Klien mengatakan
aktivitasnya masih dibantu
oleh keluarganya
O:
 Ku: Baik
 Klien duduk ditempat tidur
A: Gangguan mobilitas fisik belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
14/05/23 Resiko infeksi S: Klien mengatakan luka operasinya
Jam agak basah
13.30 O:
 Terdapat luka pada lipatan
paha sebelah kanan
 Nampak luka operasi tertutup
verban ± 7cm
 N : 100 x/menit
S : 36,2C
A: Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan no 1,4 dan
5
15/05/23 Nyeri akut S:
Jam  Klien mengatakan masih
12.00 nyeri pada luka bekas
operasinya mulai berkurang
 Klien mengatakan nyerinya
sedikit berkurang ketika
bergerak
O:
 Ekspresi wajah rileks
Pain Assesmen
P : Nyeri ketika bergerak
berkurang
Q: seperti nyut-nyut
S: skala 3 (1-10)
T : hilang timbul
TD : 130/80 mmhg
N : 80 x/menit
S : 36 0C
RR : 20 x/menit
A : Masalah teratasi
P: intervensi 1,2,3,5 dan 8
dipertahankan
Gangguan mobilitas S:
fisik  Klien mengatakan tidak takut
untuk bergerak

42
 Klien mengatakan
aktivitasnya masih dibantu
oleh keluarganya
O:
 Ku : baik
 Klien sudah berjalan
A: Maslah teratasi
P: Lanjutkan intervensi

Resiko Infeksi S:
O:
 tidak tidak nampak tanda-
tanda infeksi (tumor, calor,
rubor, dolor)
 N : 80 x/menit
S : 36,0C
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi

43
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. HS dengan post


herniatomi diruang F302 RS Melati Kota Tangerang, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Data hasil pengkajian fisik yang diperoleh adalah kesadaran klien


composmentis, keadaan umum klien Post Op: tampak lemah, klien
wajah tampak meringis, klien tampak berbaring dan terdapat luka pada
bagian perut kanan bawah yang tertutup verban.

2. Diagnosa

Pada tahap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus adalah


tiga diagnosa keperawatan, yaitu: Nyeri berhubungan dengan Agen
pencedera fisik, Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
Keengganan melakukan pergerakan, Resiko Infeksi dibuktikan dengan
luka insisi dan perawatan luka.

3. Intervensi

Inteervensi yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosa yang ada dan
semuanya dapat dilaksanakan.

4. Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan


penulis dan intervensi yang telah disusun baik tindakan keperawatan
mandiri maupun kolaborasi.

44
5. Evaluasi

Pada evaluasi keperawatan pada ketiga diagnosa yang diangkat masalah


terasi.

B. Saran

a. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam melakukan asuhan
keperawatan medikal bedah agar dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien post herniatomi lebih optimal sesuai dengan SDKI dan
SIKI .

45
DAFTAR PUSTAKA

Huda dan Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2.


Mediaction. Jogjakarta

Grace, Piere A dan Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah.


Jakarta : Erlangga.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia:Definisi Indikatot Diagnostik. Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Diyono dan Mulyanti, Sri. 2016. Keperawatan Medikal Bedah : Buku


Ajar. Jakarta : Kencana

46

Anda mungkin juga menyukai