Anda di halaman 1dari 18

LAPRAN PENDAHULUAN HERNIA

DISUSUN OLEH

SITI SYAH SHOLATI


NIM. 210104096

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA INGUNALIS LATERALIS

A. Definisi

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek

atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Sjamsuhidayat & De

Jong dalam Nurarif, 2015).

Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal

masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari

cincin inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa

juga suatu jaringan lemak/omentum (Erikson dalam Muttaqin, 2013).

Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah

dari lapisan mukulo-aponevrotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin,

kantong dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan

atau congenital dan hernia dapatan atau akuisita.

B. Klasifikasi

1. Hernia menurut Letaknya:

a. Hernia hiatal

Adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorok turun, melewati

diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut

menonjol ke dada/ thoraks).


b. Hernia Epigastrik

Hernia epigastrik terjadi diantara pusar dan bagian tulang rusuk di

garisan tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan

lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk dibagian dinding perut

yang relatif lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak

dapat di dorong kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan.

c. Hernia umbilikal berkembang didalam dan sekitar umbilikus (pusar)

yang disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup

sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Jika kecil (kurang dari

satu centimeter) hernia jenis ini biasanya menutup secara bertahap

sebelum usia 2 tahun.

d. Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul

sebagai tonjolan diselangkangan atau skrotum. Orang awam biasanya

menyebutnya “turun bero” atau hernia. Hernia inguinalis terjadi ketika

dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah

melalui celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada

perempuan.

e. Hernia femoralis muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini lebih

sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.

f. Hernia insisional dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia

ini muncul sebagai tonjolan disekitar pusar yang terjadi ketika otot

sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya.

g. Hernia nukleus pulposi (HNP) adalah hernia yang melibatkan cakram

tulang belakang. Diantara setiap tulang belakang ada diskus invertebralis

yang menyerang goncangan cakram dan meningkatkan elastisitas dan

mobilitas tulang belakang. Karena aktivitas dan usia, terjadi herniasi


diskus invertebralis yang menyebabkan saraf terjepit (sciatica). HNP

umumnya terjadi di punggung bawah pada tiga vertebra lumbar bawah.

2. Hernia Berdasarkan Terjadinya:

a. Hernia bawaan atau kongenital

Petogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek): kanalis

inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8

kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis

tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi

penonjolan peritoneum yang disebut dengan vaginalisperitonei. Pada

bayi yang sudah lahir, umumnya prosesusini telah mengalami obliterasi

sehingga isis rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun

dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun

terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila

kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam

keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2

bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi)

akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis

tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris

resistensi, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-

abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul

hernia inguinalis lateralis akuisita.

b. Hernia dapatan atau akuisita, adalah hernia yang timbul karena berbagai

faktor pemicu

3. Hernia Menurut Sifatnya:

a. Hernia reponibel / reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk.

Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring

atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan

kedalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung

pada peritonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta

(accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri

ataupun tanda sumbatan usus.

c. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer =

penjara), yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia

inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam

rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau

vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih di maksudkan

untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan

vaskularisasidisebut sebagai “hernia strangulata”. Hernia strangulata

mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen didalamnya karena tidak

mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini

merupakan keadaan gawat darurat karena perlunya mendapat pertolongan

segera.

C. Etiologi

Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Congenital

Lemahnya dinding akibat defek kongenital yang tidak diketahui, resiko lebih

besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.

2. Umur

Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun

wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang

sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya

testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan
oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang

menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut .

3. Jenis Kelamin

Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia

Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah

selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi.

Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan

karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi

buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot

mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga

menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut

4. Penyakit penyerta

Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi

tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau

pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi

kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih

pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang

lemah.

5. Obesitas

Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,

termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.

Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan

organ melalui dinding organ yang lemah.

6. Kehamilan

Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi

tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus

terjadinya hernia.
7. Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan

terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang

berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada

otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus

terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang

lemah.

8. Kelahiran prematur

Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada

bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna,

sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus

melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia,

besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.

D. Manifestasi Klinis

1. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan di

lipat paha.

2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan

mual.

3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.

4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat

disertai kulit diatasnya menjadi merah dan panas.

5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga

menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing

darah) disamping benjolan dibawah sela paha.

6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai

sesak napas.

7. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
E. Patofisiologi

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan

seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air

besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah

otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja

akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal

yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada

sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan

abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ - organ selalu saja melakukan

pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga

terjadilah penonjolan yang mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.

Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi

atau mengalami kelemahan.


F. Pathway

Faktor pencetus: aktivitas berat, bayi prematur,


kelemahan dinding abdomen, intraabdiminal
tinggi, adanya tekanan Hernia

Hernia umbilikalis kongenital Hernia para umbilikalis Henia Inguinalis

Masuknya omentum organ Kantung hernia melewati Kantung hernia memasuki


intestinal ke kantong dinding abdomen celah inguinal
umbilikalis
Prostusi hilang timbul Dinding posterior canalis
Gangguan suplai darah ke inguinal yang lemah
intestinal
Ketidaknyamanan abdominal Benjolan pada region inguinal

Nekrosis intestinal

Intervensi bedah Diatas ligamentum inguinal


relatif/konsevatif mengecil bila berbaring

Pembedahan

Nekrosis intestinal Terputusnya inkontinuitas Mual


jaringan
Risiko infeksi Nafsu makan menurun

Resiko perdarahan
Intake makanan inadekuat
Terputusnya jaringan saraf

Defisit nutrisi
Nyeri Akut

Kantung hernia memasuki


Hernia insisional celah bekas insisi

Heatus hernia Kantung hernia memasuki


rongga thorak
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus (ileus)
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih
dan ketidakseimbangan elektrolit.
3. Kultur jaringan untuk mendeteksi adanya adenitis tuberkulis
4. CT Scan untuk mendeteksi adanya hernia ekstrakolon.
5. USG untuk menilai massa hernia inguinal
H. Penatalaksanaan
Penanganan hernia ada dua macam:
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehingga
dapat kambuh kembali. Terdiri atas:
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam
cavum peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual.
Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara
memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulata kecuali pada anak-anak.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin di
daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia keluar dari
cavum peritonii.
c. Sabuk hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan
operasi.
2. Operatif
Operasi merupakan tindakan paling baik yang dapat dilakukan pada:
a. Hernia reponibilis
b. Hernia irreponibilis
c. Hernia strangulata
d. Hernia incarserata
Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap:
a. Herniotomi
Membuka dan memotong kantong hernia serta engembalikan isi
hernia ke cavum abdominalis.
b. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint lenton (penebalan antara tepi bebas m.obliquus
intraabdominalis dan m.transversus abdominalis yang berinsersio di
tuberculum pubicum).
c. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint lenton pada ligamentum inguinale agar LMR
hilang / tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.
Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-macam
manurut kebutuhannya (ferguson, bassini, halstedt, hernioplasty, pada
hernia inguinalis media dan hernia femoralis dikerjakan dengan cara
MC. Vay).

Operasi hernia pada anak dilakukan tanpa hernioplasty, dibagi menjadi 2


yaitu:
a. Anak berumur kurang dari 1 tahun: menggunakan teknik Michele
Benc.
b. Anak berumur lebih dari 1 tahun: menggunakan teknik POTT.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien
2. Keluhan Utama
Terdapat benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipat paha. adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual.
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Perawat menentukan kapan gejala mulai timbul. Apakah gejala timbul,
perawat juga menanyakan tentang durasi gejala, perawat mencatatkan
informasi spesifik seperti: letak, intensitas dan kualitas gejala.
b. Riwayat penyakit dahulu
Informasi yang dikumpulkan tentang riwayat kesehatan masa lalu
memberikan data tentang pengalaman perawatan kesehatan klien. Perawat
mengkaji apakah klien dirawat di rumah sakit atau pernah mengalami
operasi. Riwayat penyakit sistemik seperti DM, hipertensi, tuberkulosis
dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian preoperatif.
c. Riwayat penyakit keluarga
Tujuan dari riwayat keluarga adalah untuk mendapatkan data tentang
hubungan keluarga langsung dan hubungan darah. Sasarannya adalah untuk
menentukan apakah klien beresiko terhadap penyakit-penyakit yang bersifat
genetik atau famtikal dan untuk mengidentifikasi area tentang promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit. Riwayat keluarga juga memberikan
informasi tentang struktur keluarga, interaksi dan fungsi yang mungkin
berguna dalam merencanakan asuhan.
d. Riwayat psikososial
Riwayat psikososial yang lengkap mewujudkan siapa sistem pendukung
klien, termasuk pasangan, anak-anak, anggota keluarga lain atau teman
dekat. Riwayat psikososial termasuk informasi tentang cara-cara yang
biasanya klien dan anggota keluarga gunakan untuk mengatasi stress.
Peningkatan kecemasan karena nyeri abdomen dan rencana pembedahan,
serta perlunya informsi prabedah.
4. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: Atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat pekerjaan
yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
5. Eliminasi
Gejala: Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia
atau retensi urin.
6. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya
paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
7. Neuro sensori
Tanda dan gejala: Penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia,
nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki.
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: Sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk benda tajam,
semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
9. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
10. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
Inspeksi : Keadaan rambut, kepala simetris atau tidak, panas atau tidak,
mata simetris atau tidak, keadaan sclera, puppi reflek terhadap
cahaya, hidung simetris atau ada tidaknya polrip, epistaksis
mulut, leher simetris serta ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : ada tidaknya benjolan kepala
b. Thorax dan abdomen
Inspeksi : Bentuk dada simetris atau tidak, warna kulit merata atau tidak
Palpasi : Terdapat nyeri tekan atau tidak
Perkusi : Batas paru normal atau tidak
c. Sistem respirasi
Apa ada pernafasan abnormal, tidak ada suara tambahan dan tidak terdapat
pernafasan cuping hidung
d. Sistem kardio vaskuler
Inspeksi : Didapatkan tekanan darah normal/meningkat akan tetapi bisa
didapatkan Tachicardi atau Bradicardi
Palpasi : Ictus cordis teraba atau tidak
Perkusi : Batas Jantung normal atau tidak
Auskultasi : Irama jantung normal atau tidak

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri berkurang sampai hilang
Standar Luaran
Tingkat nyeri

Kriteria Hasil Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun


Meningkat Menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5

Intervensi
Manajemen nyeri :
Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4. Monitor efek samping penggunaan analgesik
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (ex
terapi musik, terapi pijat, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan defisit nutrisi dapat teratasi
Standar Luaran
Status nutrisi

Kriteria Hasil Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


Menurun Meningkat

Porsi makanan 1 2 3 4 5
yang
dihabiskan
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
mengunyah
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
menelan

Intervensi
Manajemen nutrisi
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi perlunya penggunaan selang NGT
4. Monitor asupan makanan
5. Monitor berat badan

Terapeutik
1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
2. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
4. Hentikan pemberian makanan melalui selang NGT jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA

Smetlzher, C. Suzanne. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12.
Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2013. Gangguan gastrointestinal Aplikasi


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Sjamsuhidajat R &Wim de Jong. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 3.Jakarta:EGC

Townsend, Courtney M. 2010. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery 17thEdition.


Philadelpia. Elsevier Saunders. 1199-1217

TimPokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai