Anda di halaman 1dari 16

A.

Definisi
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti penonjolan isi
suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga
yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini
sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made
Kusala, 2009).
Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan suatu rongga melalui defek atau lubang
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeorotik dinding
perut (Nurarif & Kusuma, 2015).
Berikut adalah penjelasan hernia menurut letaknya:
1) Hernia hiatal : kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorokan) tutup, melewati
diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke
dada.
2) Hernia epigastrik : terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis
tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang
berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah, hernia ini sering
menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke dalam perut ketika
pertama kali ditemukan.
3) Hernia inguinalis : hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di
selangkangan atau skrotum. Orang awam biasa menyebutnya “turun bero” atau
“hernia”. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga
usus menerobos kebawah melalui celah. Jika anda merasa ada benjolan dibawah perut
yang lembut, kecil, dan mungkin sedikit nyeri dan bengkak, anda mungkin terkena
hernia ini. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
4) Hernia femoralis : muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
5) Hernia insisional : dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup
sepenuhnya.
6) Hernia nukleus pulposi (HNP) : hernia yang melibatkan cakram tulang belakang. Di
antara setiap tulang belakang ada diskus intervertebralis yang menyerap guncangan
cakram dan meningkatkan elastisitas dan mortilitas tulang belakang. Karena aktivitas
dan usia, terjadi hernia diskus intervertebralis yang menyebabkan saraf terjepit
(sciastica). HNP umumnya terjadi di punggung bawah pada tiga vertebra lumbar
bawah.
Sedangkan menurut sifatnya, hernia dibagi menjadi:
a. Hernia reponibel : yaitu isi hernia masih dapat dikembalikan ke kavum abdominalis
lagi tanpa operasi.
b. Hernia ireponibel : yaitu isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga.
c. Hernia akreta : yaitu perlengketan isi kantong pada peritonium kantong hernia.
d. Hernia inkarserata : yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia

B. Etiologi
Hernia dapat di sebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Congenital
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
2. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita.
Pada Pasien – pasien penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus
vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa
khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga
usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan  tekanan dalam
rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
3. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk
di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan
tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui
dinding organ yang lemah.
4. Ibu hamil
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan
lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
5. Pengangkatan beban berat
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot
abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi
atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.

C. Manifestasi Klinis
1. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipatan paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit di sertai perasaan mual
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
4. Bila terjadi hernia inguinalis tragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit
di atasnya menjadi merah dan panas
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandungan kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing atau disuria di sertai hematuria ( kencing darah ) di
samping benjolan di bawah sela paha
6. Hernia diafragmatika menimbulkan persaan sakit di daerah perut di sertai sesak nafas
7. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
8. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipatan paha.
9. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit di sertai perasaan mual
10. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
11. Bila terjadi hernia inguinalis tragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit
di atasnya menjadi merah dan panas
12. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandungan kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing atau disuria di sertai hematuria ( kencing darah ) di
samping benjolan di bawah sela paha
13. Hernia diafragmatika menimbulkan persaan sakit di daerah perut di sertai sesak nafas
14. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar

D. Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum ke daerah scrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei,
pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali
kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga
terbuka dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis congenital pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun
karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intra abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateral akuisita keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intra abdominal adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat,
mengejan pada saat defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk
ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut
juga hernia scrotalis (Mansjoer, 2000, hal 314; Sjamsuhidajat, Jong, 1997, hal 704).
Kelemahan dinding abdominalis memperparah terjadinya penipisan dinding
abdominalis sehingga fungsi otot organ abdominalis berkurang. ketika adanya penahanan
maka usus akan memasuki atau menembus dinding abdominalis yang tipis, sehingga usus
dapat bertempat bukan pada tempatnya dan bergeser kebawah atau keatas sesuai celah
kelemahan dingding abdominalis. Usus yang menembus dinding akan terjepit sehingga
menimbulkan asam laktat meningkat yang membuat penderita merasakan mual dan
muntah dan sakit di daerah perut.
E. Pathway

F. Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar X menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau obstruksi usus
2) Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
a. (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih (10000-18000/ul)
b. ketidakseimbangan elektrolit
3) Laparoskopi : Untuk menentukan adanya hernia inguinal lateralis apakah ada sisi
yang berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang atau tidak.
4) EKG: terjadi peningkatan nadi akibat adanya nyeri
5) USG abdomen : untuk menentukan isi hernia
6) Radiografi : terdapat banyangan udara pada thoraks

G. Penatalaksanaan
Penanganan hernia ada dua macam :
1. Konservatif
1) Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
2) Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 menit di evaluasi kembali.
3) Celana penyangga
4) Istirahat baring
5) Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen,
antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah
sembelit.
6) Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan
mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol
yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2. Pembedahan (Operatif) :
1) Hernioplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang.
2) Herniotomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka
dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia

dijahit ikat setinggi lalu dipotong. Indikasi : Herniotomi dan hernioplastik


dilakukan pada pasien yang mengalami hernia dimana tidak dapat kembali dengan
terapi konservatif Proses tindakan Herniotomi Membuat sayatan miring dua jari
diatas sias, kemudian Kanalis inguinalis dibuka, memisahkan funikulus, dan
kantong hernia dilepaskan dari dalam tali sperma, dilakukan duplikasi (pembuatan
kantong hernia),kemudian isi hernia dibebaskan jika ada perlengketan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.Henioplastik Memperkecil angulus internus dengan jahitan terputus,
menutup dan memperkuat fascia transversa dan memjahitkan pertemuan
m.transversus internus abdominis dan m.oblikuus internus abdominis
keligamentum inguinalis. Ini merupakan metode Basini. Sedangkan untuk metode
Mc Vay yaitu menjahitkan fascia transversa, m.tranversus abdominis, m.oblikuus
internus abdominis ke ligamentum Cooper.
3) Hernioraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup
celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus
ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal. Suatu tindakan pembedahan
dengan cara memotong kantong hernia, menutup defek dan menjahit pintu hernia.
Benjolan di daerah inguinal dan dinding depan abdomen yang masih bisa
dimasukan kedalam cavum abdomen. Kadang benjolan tidak bisa dimasukkan ke
cavum abdomen disertai tanda-tanda obstruksi seperti muntah, tidak bisa BAB,
serta nyeri.

H. Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan dalam kantong, pada hernia ireponibel ini dapat terjadi kalau isi hernia
terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitonial. Disini tidak timbul
gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin
hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang
sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial. Bila cincin hernia sempit, kurang
elastis, atau lebih kaku, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi
retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantong hernia dan satu segmen
lainnya berada dalam rongga peritonium, seperti huruf “W”.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam
hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan
pada cincin hernia makin bertambah, sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu. Isi hernia terjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan
serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya
dapat menimbulkan abses local, fistel, atau peritonitis, jika terjadi hubungan dengan
dengan rongga perut (Jong, 2004).
Gambaran klinis hernia inguinalis lateralis inkarserata yang mengandung usus
dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi,
terjadi keadaan toksik akibat gangren dan gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat
serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan menetap karena
rangsangan peritoneal.
Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali
disertai nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis
atau abses local. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena itu,
perlu mendapat pertolongan segera (Jong 2004).

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase proses keperawatan ini
mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan
sumber sekunder (keluarga / tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar
untuk diagnosa keperawatan (Poter, 2009). Pengkajian terdiri dari pengumpulan
informasi subjektif dan objektif (mis: tanda-tanda vital, wawancara pasien /
keluarga, pemeriksaan fisik dan peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam
medik (NANDA, 2015)
a) Identitas Klien
Di identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, status
perkawinan, tanggal MRS, dan diagnosa medis.
b) Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama : Ada pembekakan di inguinal dan terasa nyeri
2. Riwayat Kesehatan Sekarang : Klien mengeluh nyeri, ada
benjolan, mual muntah
3. Riwayat Kesehatan Sebelumnya : Wawancara di tunjukan untuk
mengetahui penyakit yang di derita klien.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Dapat diketahui adanya penyakit
menular (TB, HIV/AIDS), menahun dan menurun (HT dan DM).
c) Riwayat Psiko, Sosio dan Spiritual
Klien masih berhubungan dengan temannya dan bermain seperti
biasanya, suka bekerja menolong orang tua, klien masih dapat
berkomunikasi dengan orang tuanya. Bagaimana dukungan keluarga
dalam keperawatan agar membantu dalam proses penyembuhan.
d) Aktivitas/Istirahat
Gejala :
1. Sebelum Masuk Rumah Sakit
Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan, berkebun,
mengangkat sawit dan menimbangkaret
2. Setelah Masuk Rumah Sakit
1) Tidak mampu beraktivitas seperti biasanya
2) Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu
bagiantubuh.
3) Membutuhkan papan/matras yang keras saattidur.
4) Gangguan dalam berjalan.
e) Eliminasi
Gejala :
1. Konstipasi, mengalami kesulitan dalamdefekasi.
2. Adanya retensi urine
f) Istirahat Tidur
Penurunan kualitas tidur.
g) Personal Hygiene
Penurunan kebersihan diri dan ketergantungan terhadap bantuan
orang disekelilingnya.
h) Integritas Ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah
pekerjaan, dan finansial keluarga.
i) Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin akan
memburuk jika batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya,
nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu atau lengan, kaku pada leher
(Doenges, 2011).
j) Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum : meliputi keadaan penderita yang sering
muncul adalah kelemahan fisik.
2. Tingkat kesadaran : normal, letargi, stupor, koma (tergantung
kadar gula yang dimiliki dan kondisi fisiologis untuk melakukan
kompensasi kelebihan kadar gula dalam darah).
3. Tanda-tanda Vital
TD : Normal / hipertensi (N: 120/80mmHg).
Suhu : Hipotermi (N: 36oC- 37oC).
Nadi : Tachicardi (N: 80-120 x/mnt).
RR : Normal / meningkat (N: 30-60 x/mnt).
4. Kepala dan Leher
Inspeksi : Ekspansi wajah menyeringai, merintih, menahan sakit.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada
leher
5. Rambut
Lurus/keriting, distribusi merata/tidak, warna, Ketombe,
kerontokan
6. Mata
Simetris / tidak, pupil isokhor, skelara merah muda, konjunctiva
tidak anemis
7. Hidung
Terdapat mukus / tidak, pernafasan cuping hidung.
8. Telinga
Simetris, terdapat mukus / tidak
9. Bibir
Lembab,tidak adastomatitis.
10. Dada
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas, nyeri
tekan(-)
Perkusi Jantung : Dullness
Auskultasi : Suara nafasnormal.
11. Abdomen
Inspeksi : terdapat luka post operasidi abdomen regioninguinal
Palpasi : Terabamassa, terdapat nyeri tekan pada daerah inguinalis
Perkusi : Dullness
Auskultasi : Terdengar bising usus (N= <5 permenit)
12. Genetalia
Inspeksi: Scrotum kiri dan kanan simetris, adalesi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan aktual atau potensial.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi untuk
mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat (NANDA, 2015).
1) Nyeri akut b.d diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
3) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d kurang control situasional
3. Intervensi

DIAGNOSA NOC NIC


Nyeri akut b.d 1. Pain Level, Pain Management
diskontuinitas 2. Pain control 1. Kaji nyeri secara
jaringan akibat 3. Comfort level menyeluruh termasuk durasi,
tindakan operasi Setelah dilakukan tindakan frekuensi lokasi,
keperawatan selama 3 hari karakteristik, , kualitas dan
nyeri pada klien berkurang faktor presipitasi
atau hilang dengan Kriteria 2. Observasi ketidaknyamanan
Hasil : melalui reaksi nonverbal
1. Mampu mengelola 3. Evaluasi bersama antara tim
nyeri (untuk kesehatan lain dengan pasien
mengetahui penyebab tentang cara mengontrol
nyeri, memakai tehnik nyeri masa lalu
nonfarmakologi agar 4. Monitor keadaan yang bisa
nyeri berkurang) mempengaruhi nyeri seperti
2. Mengatakan bahwa pencahayaan, suhu ruangan
nyeri berkurang dan kebisingan
dengan menggunakan 5. Atasi faktor penyebab nyeri
manajemen nyeri 6. Atasi cara mengatasi nyeri
3. Mampu mengenali (non farmakologi,
nyeri (skala, intensitas, farmakologi, dan inter
frekuensi dan tanda personal)
nyeri) 7. Kaji sumber dan tipe nyeri
4. Menyatakan rasa agar dapat menentukan
nyaman setelah nyeri intervensi
berkurang 8. Beri analgetik/anti nyeri
5. Tanda vital dalam untuk mengatasi nyeri
rentang normal 9. Lihat keberhasilan kontrol
nyeri
10. Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
1.Pastikan karakteristik,
lokasi, derajat dan kualitas
nyeri sebelum pemberian
obat
2.Lihat perintah dokter tentang
dosis, jenis obat, dan
frekuensi
3.Cek riwayat alergi
4.Pilih analgesik ketika
pemberian lebih dari satu,
kombinasi dari analgesik
5.Pastikan pilihan analgesik
sesuai tipe dan beratnya
nyeri
6.Pilih analgesik, dosis
optimal dan rute pemberian
7.Pilih cara memberikanobat
secara IM, IV untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8.Cek vital sign sesudah dan
sebelum pemberian
analgesik pertama kali
9.Beri analgesik yang tepat
bila nyeri hebat
10. Lihat kerja analgesik,
gejala dan tanda(efek
samping)
Ketidakseimbangan 1. Nutritional status: 1. Cek adanya alergi terhadap
nutrisi kurang dari Adequacy of nutrient makanan
kebutuhan tubuh 2. Nutritional Status : fluid 2. Pastikan diet mengandung
b.d mual muntah and Foot Intake serat yang tinggi dan dapat
3. Kontrol berat badan mencegah konstipasi
Setelah dilakukan tindakan 3. Selama makan kontrol
keperawatan selama… lingkungan klien
ketidaksei mbangan nutrisi 4. Atur pemberian obat dengan
teratasi dengan indikator: tindakan selama jam makan
1. Albumin serum 5. Monitor turgor kulit
2. Pre Albumin serum 6. Kontrol rambut kusam,
3. Hematokrit kekeringan,total protein, Hb
4. Hemoglobin dan kadar Ht
5. Total iron binding 7. Kontrol muntah dan mual
capacity 8. Kontrol tanda kemerahan,
6. Jumlah limfosit pucat, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
9. Monitor intake nuntrisi
10. Kerja sama dengan tim
medis tentang pemenuhan
kebutuhan makanan seperti
NGT/ TPN agar intake
cairan adekuat.
11. Atur posisi fowler tinggi
atau semi fowler saat makan
12. Memotivasi klien untuk
banyak minum
13. Berikan terapi IV line
dan Catat adanya hiperemik,
edema, cavitas oval dan
hipertonik papila lidah
Gangguan rasa 1. Join movement : Active penurunan kecemasan (Anxiety
nyaman nyeri b.d 2. Mobility level reduction)
kurang control 3. Self deprivation 1. Gunakan pendekatan yang
situasional 4. Comfort,readines for menenangkan
5. enchanced 2. Jelaskan pada klien harapan
Setelah dilakukan tindakan terhadap perilaku klien
keperawatan selama 3 hari 3. Beri penjelasan tentang
masalah gangguan rasa prosedur dan hal yang akan
nyaman teratasi dengan dirasakan selama prosedur.
Kriteria Hasil: 4. Katahui pemahanan pasien
1. Mampu mengontrol tentang situasi stres
kecemasan 5. Temani klien untuk
2. Status lingkungan mengurangi rasa tajut klien
yang nyaman dan memberi rasa aman
3. Kualitas tidur dan 6. Motivasi keluarga untuk
istrahat yang adekuat. menemani anak
4. Agensi pengandalian 7. Lakukan back/nac rub
diri 8. Dengarkan dengan penuh
5. Respon terhadap perhatian
pengobatan 9. Identifikasi tingkat
6. Satus kenyamanan kecemasan
meningkat 10. Bantu pasien mengenali
situasi yang menimbulkan
kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
12. Instuksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
13. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

4. Implementasi
Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan
ditunjukkan kepada nursing olders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang menengaruhi masalah kesehatan klien
(Nursalam, 2009).
Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan implementasu meliputi :
a) Harus berdasarkan dengan respons klien
b) Harus berdasarkan dengan ilmu pengetahuan, hasil penelitian
keperawatan, standart pelayanan profesional dan hukum serta kode etik
keperawatan
c) Berdasarkan dengan sumber yang tersedia
d) Sesuai dengan tanggungjawab dann tanggunggugat profesi keperawatan
e) Harus memahami dengan benar mengenai rencana intervensi keperawatan
f) Perawat harus mampu menciptakan sebuah adaptasi untuk meningkatan
self care
g) Upaya dalam meningkatkan status kesehatan klien
h) Mampu menjadi pelindung bagi klien
i) Memberikan dukungan, pendidikan dan bantuan
j) Bersifat holistik
k) Mampu menjalin kerjasama dengan profesi lain
l) Mendokumnetasikan tindakan
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawtan, rencana keperawatan
dan implementainya.Meskipun tahap evaluasi diletakan pada akhir proses
keperawatan tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan. Evaluasi juga diperlukan pada tahap intervensi untuk menentukan
apakah tujuan intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif (Nursalam, 2009).
Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan evaluasi antara lain adalah :
a) Sudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan dalam tujuan
b) Pasien masih dalam proses mencapai hasil yang sudah ditentukan
c) Adanya indikasi belum tercapainya sebuah tujuan keperawatan yang
diharapkan.

Kriteria keberhasilan pada pasien post op Hernia :

a) Pasien mampu mengontrol nyeri dengan teknik distraksi dan relaksasi


secara mandiri tanpa bantuan orang lain maupun dari perawat.
b) Pasien mampu beraktivitas mandiri.
c) Pasien mampu bermobilisasi secara mandiri

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC

Nanda.2010. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC

Nanda.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-


NOC.Yogyakarta: Mediaction Publishing

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.
Price, SA, Wilson,LM.1994. Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4.

Jakarta. EGC
Smeltzer, Bare.1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8.

Volume 2. Jakarta, EGC

Hanifah. 2011. Askep hernia. Diakses pada 23 Juli 2018.


<http://hanyfa.blogspot.co.id/2011/11/askep-hernia.html>
Hairuddin. 2014. Askep hernia. Diakses pada 23 Juli 2018
<http://tempatberbagiilmukeperawatan.blogspot.co.id/2014/12/askep-hernia.html>

Anda mungkin juga menyukai