Definisi
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti penonjolan isi
suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga
yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini
sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made
Kusala, 2009).
Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan suatu rongga melalui defek atau lubang
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeorotik dinding
perut (Nurarif & Kusuma, 2015).
Berikut adalah penjelasan hernia menurut letaknya:
1) Hernia hiatal : kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorokan) tutup, melewati
diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke
dada.
2) Hernia epigastrik : terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis
tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang
berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah, hernia ini sering
menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke dalam perut ketika
pertama kali ditemukan.
3) Hernia inguinalis : hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di
selangkangan atau skrotum. Orang awam biasa menyebutnya “turun bero” atau
“hernia”. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga
usus menerobos kebawah melalui celah. Jika anda merasa ada benjolan dibawah perut
yang lembut, kecil, dan mungkin sedikit nyeri dan bengkak, anda mungkin terkena
hernia ini. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
4) Hernia femoralis : muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
5) Hernia insisional : dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup
sepenuhnya.
6) Hernia nukleus pulposi (HNP) : hernia yang melibatkan cakram tulang belakang. Di
antara setiap tulang belakang ada diskus intervertebralis yang menyerap guncangan
cakram dan meningkatkan elastisitas dan mortilitas tulang belakang. Karena aktivitas
dan usia, terjadi hernia diskus intervertebralis yang menyebabkan saraf terjepit
(sciastica). HNP umumnya terjadi di punggung bawah pada tiga vertebra lumbar
bawah.
Sedangkan menurut sifatnya, hernia dibagi menjadi:
a. Hernia reponibel : yaitu isi hernia masih dapat dikembalikan ke kavum abdominalis
lagi tanpa operasi.
b. Hernia ireponibel : yaitu isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga.
c. Hernia akreta : yaitu perlengketan isi kantong pada peritonium kantong hernia.
d. Hernia inkarserata : yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia
B. Etiologi
Hernia dapat di sebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Congenital
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
2. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita.
Pada Pasien – pasien penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus
vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa
khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga
usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam
rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
3. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk
di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan
tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui
dinding organ yang lemah.
4. Ibu hamil
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan
lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
5. Pengangkatan beban berat
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot
abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi
atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
C. Manifestasi Klinis
1. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipatan paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit di sertai perasaan mual
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
4. Bila terjadi hernia inguinalis tragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit
di atasnya menjadi merah dan panas
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandungan kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing atau disuria di sertai hematuria ( kencing darah ) di
samping benjolan di bawah sela paha
6. Hernia diafragmatika menimbulkan persaan sakit di daerah perut di sertai sesak nafas
7. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
8. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipatan paha.
9. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit di sertai perasaan mual
10. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
11. Bila terjadi hernia inguinalis tragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit
di atasnya menjadi merah dan panas
12. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandungan kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing atau disuria di sertai hematuria ( kencing darah ) di
samping benjolan di bawah sela paha
13. Hernia diafragmatika menimbulkan persaan sakit di daerah perut di sertai sesak nafas
14. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
D. Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum ke daerah scrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei,
pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali
kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga
terbuka dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis congenital pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun
karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intra abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateral akuisita keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intra abdominal adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat,
mengejan pada saat defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk
ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut
juga hernia scrotalis (Mansjoer, 2000, hal 314; Sjamsuhidajat, Jong, 1997, hal 704).
Kelemahan dinding abdominalis memperparah terjadinya penipisan dinding
abdominalis sehingga fungsi otot organ abdominalis berkurang. ketika adanya penahanan
maka usus akan memasuki atau menembus dinding abdominalis yang tipis, sehingga usus
dapat bertempat bukan pada tempatnya dan bergeser kebawah atau keatas sesuai celah
kelemahan dingding abdominalis. Usus yang menembus dinding akan terjepit sehingga
menimbulkan asam laktat meningkat yang membuat penderita merasakan mual dan
muntah dan sakit di daerah perut.
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar X menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau obstruksi usus
2) Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
a. (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih (10000-18000/ul)
b. ketidakseimbangan elektrolit
3) Laparoskopi : Untuk menentukan adanya hernia inguinal lateralis apakah ada sisi
yang berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang atau tidak.
4) EKG: terjadi peningkatan nadi akibat adanya nyeri
5) USG abdomen : untuk menentukan isi hernia
6) Radiografi : terdapat banyangan udara pada thoraks
G. Penatalaksanaan
Penanganan hernia ada dua macam :
1. Konservatif
1) Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
2) Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 menit di evaluasi kembali.
3) Celana penyangga
4) Istirahat baring
5) Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen,
antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah
sembelit.
6) Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan
mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol
yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2. Pembedahan (Operatif) :
1) Hernioplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang.
2) Herniotomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka
dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia
H. Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan dalam kantong, pada hernia ireponibel ini dapat terjadi kalau isi hernia
terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitonial. Disini tidak timbul
gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin
hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang
sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial. Bila cincin hernia sempit, kurang
elastis, atau lebih kaku, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi
retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantong hernia dan satu segmen
lainnya berada dalam rongga peritonium, seperti huruf “W”.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam
hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan
pada cincin hernia makin bertambah, sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu. Isi hernia terjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan
serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya
dapat menimbulkan abses local, fistel, atau peritonitis, jika terjadi hubungan dengan
dengan rongga perut (Jong, 2004).
Gambaran klinis hernia inguinalis lateralis inkarserata yang mengandung usus
dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi,
terjadi keadaan toksik akibat gangren dan gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat
serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan menetap karena
rangsangan peritoneal.
Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali
disertai nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis
atau abses local. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena itu,
perlu mendapat pertolongan segera (Jong 2004).
4. Implementasi
Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan
ditunjukkan kepada nursing olders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang menengaruhi masalah kesehatan klien
(Nursalam, 2009).
Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan implementasu meliputi :
a) Harus berdasarkan dengan respons klien
b) Harus berdasarkan dengan ilmu pengetahuan, hasil penelitian
keperawatan, standart pelayanan profesional dan hukum serta kode etik
keperawatan
c) Berdasarkan dengan sumber yang tersedia
d) Sesuai dengan tanggungjawab dann tanggunggugat profesi keperawatan
e) Harus memahami dengan benar mengenai rencana intervensi keperawatan
f) Perawat harus mampu menciptakan sebuah adaptasi untuk meningkatan
self care
g) Upaya dalam meningkatkan status kesehatan klien
h) Mampu menjadi pelindung bagi klien
i) Memberikan dukungan, pendidikan dan bantuan
j) Bersifat holistik
k) Mampu menjalin kerjasama dengan profesi lain
l) Mendokumnetasikan tindakan
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawtan, rencana keperawatan
dan implementainya.Meskipun tahap evaluasi diletakan pada akhir proses
keperawatan tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan. Evaluasi juga diperlukan pada tahap intervensi untuk menentukan
apakah tujuan intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif (Nursalam, 2009).
Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan evaluasi antara lain adalah :
a) Sudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan dalam tujuan
b) Pasien masih dalam proses mencapai hasil yang sudah ditentukan
c) Adanya indikasi belum tercapainya sebuah tujuan keperawatan yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.
Price, SA, Wilson,LM.1994. Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4.
Jakarta. EGC
Smeltzer, Bare.1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8.