Definisi
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari
aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan (Betz &
Sowden, 2009).
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi
otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan
renjatan berupa kejang.
2. Etiologi
3. Manifestasi Klinis
a. Kejang parsial (fokal, lokal)
1) Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
a) Tanda-tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya
gerakan setiap kejang sama.
b) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
c) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan
jatuh dari udara, parestesia.
d) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
2) Kejang parsial kompleks
a) Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial
simpleks
b) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap–ngecapkan
bibir, mngunyah, gerakan menongkel yang berulang–ulang pada tangan dan
gerakan tangan lainnya.
c) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
3) Kejang umum (konvulsi atau non konvulsi)
a. Kejang absens
Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
• Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang
dari 15 detik
• Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi
penuh
b. Kejang mioklonik
• Kedutan–kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang
terjadi secara mendadak.
• Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik berupa
kedutan kedutan sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
• Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
• Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik
• Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada
otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari
1 menit
• Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
• Saat tonik diikuti klonik pada ekstremitas atas dan bawah.
• Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d. Kejang atonik
• Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak
mata turun, kepala menunduk, atau jatuh ke tanah.
• Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
4. Patofisiologi
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut
dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan
bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadi kejang.
Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh
metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan
suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot,
dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting adalah
gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron
otak.
5. Pathway
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektroensefalogram (EEG) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari
kejang.
b. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari biasanya untuk
mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah–
daerah otak yang tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT
d. Pemindaian Positron Emission Tomography (PET) : untuk mengevaluasi kejang yang
membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran
darah dalam otak
e. Uji laboratorium
1) Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
3) Panel elektrolit
4) Skrining toksik dari serum dan urin
5) AGD
6) Kadar kalsium darah
7) Kadar natrium darah
8) Kadar magnesium darah
7. Penatalaksanaan
a. Memberantas kejang secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara inravena jika klien masih dalam keadaan kejang,
ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan
dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang
diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler,
diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital
atau paraldehid 4 % secara intravena.
b. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang
1) Semua pakaian ketat dibuka
2) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
3) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu
dilakukan intubasi atau trakeostomi.
4) Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
c. Pengobatan rumat
1) Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan
dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak
mendapat kejang demam sederhana yaitu kira-kira sampai anak umur 4 tahun.
2) Profilaksis jangka panjang
d. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
e. Kejang demam yang mempunyai ciri :
1) Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi
perkembangan dan mikrosefali
2) Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikuti kelainan
saraf yang sementara atau menetap
3) Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
4) Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
5) Mencari dan mengobati penyebab
8. Komplikasi
Menurut Wulandari & Erawati, 2016 komplikasi pada kejang demam sebagai
berikut :
a) Kelainan anatomis di otak
Kejang yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan diotak yang lebih banyak
terjadi pada anak berumur 4 bulan - 5 tahun
b) Epilepsi
Serangan kejang berlangsunglama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga
terjadi serangan epilepsi spontan
c) Kemungkinan mengalami kematian
d) Mengalami kecacatan atau kelainan neuroligis karena disertai demam
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
dan klien yang merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Dermawan.2012).
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan hasil perkembangan anak dengan berpedoman
kepada hasil dan tujuan hendak dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 5. Jakarta: EGC.
Gloria M. Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC), Edisi Keenam.
Missouri: Mosby Elsevier
Morhedd, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima. Missouri: Mosby
Elsevier
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta:
EGC
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda NIC-NOC, Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: MediAction Publishing