KEJANG DEMAM
DISUSUN OLEH :
RISMA RAHMAWATI
P1339420216019
D. Pathway
HIPERTERMI
KEJANG
Spasme otot Spasme Bronkus
ekstermitas Penurunan kesadaran
Kekakuan otot
Resiko tinggi pernafas
cedra
H. Penaktalaksanaan Medis
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam
yang diberikan melalui interavena atau indra vectal.
Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama
setelah 20 menit.
b. Turunkan panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM / Os
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang
demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter
melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai
meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam
berlangsung lama.
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat
demam dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari.
Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan
dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif
1) Bebaskan jalan napas
2) Beri zat asam
3) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Pertahankan tekanan darah
2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri
diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai
demam.
b. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata
Dapat digunakan :
– Fero barbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis
– Fenitorri : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis
– Klonazepam : (indikasi khusus)
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi Berhubungan dengan proses penyakit
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kekakuan otot
pernafasan
3. Resiko tinggi cedra berhubungan dengan spasme otot ektermitas
3. Rencana Keperawatan
4. Implementasi
Komponen pada tahap implementasi adalah :
a. Tindakan keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter.
Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek
American Nurses Associatioin (1973) dan kebijakan institusi
perawatan kesehatan.
b. Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaborasi diimpelementasikan bila perawat
bekerja dengan anggota tim perawat kesehatan yang lain dalam
membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi
masalah klien.
c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
tindakan keperawatan. Dokumentasi merupakan pernyataan dari
kejadian/identitas yang otentik dengan mempertahankan catatan-
catatan yang tertulis. Dokumentasi merupakan wahana untuk
komunikasi dan suatu profesional ke profesional lainnya tentang
kasus klien. Dokumen klien merupakan bukti tindakan keperawatan
mandiri dan kolaborasi yang diimplementasikan oleh perawat dan
perubahan-perubahan pada kondisi klien. Frekuensi dokumentasi
tergantung pada kondisi klien dan terapi yang diberikan idealnya
therapi dilakukan setiap shift. Rekam medis klien merupakan
dokumentasi yang legal, rekam medis tersebut diterima di
pengadilan. Pada tuntutan mal praktik, catatan perawatan
memberikan bukti tindakan perawat. Perawat harus melindungi
catatan tersebut dari pembaca yang tidak berhak seperti pengunjung.
Tanda tangan perawat di akhiri catatan perawat merupakan
akuntabilitas terhadap isi catatan. Mengubah dokumen legal tersebut
merupakan suatu kejahatan adalah tidak bisa di teruma untuk
menghapus tulisan pada catatan menggunakan tipe x, penghapusan
tinta atau lainnya.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Kemampuan
yang harus dimiliki perawat pada tahap ini adalah memahami respon
terhadap intervensi keperawatan. Kemampuan mengembalikan kesimpulan
tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan-tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini
terdiri 2 kegiatan yaitu:
a. Evaluasi formasi menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat
memberikan intervensi dengan respon segera.
b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan
analisis status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang
direncanakan pada tahap perencanaan. Disamping itu, evaluasi juga
sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tettentu yang
membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai
sebagian.
1) Tujuan Tercapai
Tujuan dikatakan teracapai bila klien telah menunjukkan
perubahan kemajuan yang sesuai dengan keiteria yang telah
ditetapkan
2) Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak
tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai
masalah atau penyebabnya, seperti klien dapat makan sendiri
tetapi masih merasa mual, setelah makan bahkan kadang-kadang
muntah.
3) Tujuan tidak tercapai
Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya
perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang
diharapkan.
Evaluasi sumatif masing-masing diagnosa keperawatan secara
teori adalah :
a) Hipertermi tidak trjadi
b) Pola nafas efektif
c) Anak aman
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Ed. 5. Jakarta : EGC
Dewanto, George dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana
Penyakit Saraf. Jakarta : EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk
Pendidikan Kebidanan. Jakarta : salemba Medika
Ridha, Nabiel H. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : pustaka
Pelajar
Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik vol. 1. Edisi 6. Jakarta
: EGC