DISUSUN OLEH :
MERID LECHAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga.
Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai
generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang
menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami
kejang demam.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (Suhu mencapai > 38oC). Kejang demam dapat terjadi karena
proses intrakranial maupun ekstrakranial. (Nurarif & Kusuma, 2012)
Kejang demam juga dapat diartikan sebagai suatu kejang yang terjadi
pada usia antara 3 bulan hingga 5 tahun yang berkaitan dengan demam
namun tanpa adanya tanda-tanda infeksi intrakranial atau penyebab yang
jelas. (Meadow, 2009)
Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang dapat terjadi karena
peningkatan suhu akibat proses ekstrakranium dengan ciri terjadi antara usia
6 bulan - 4 tahun. Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan
penyakit saraf seperti meningitis, ensefalitis dan ensefalopati. Kejang demam
juga harus dibedakan Dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang
berulang tanpa demam. Kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi 2
golongan, yaitu kejang demam sederhana, yang berlangsung kurang dari 15
menit dan umum, tonik maupun klonik, tanpa gerakan fokal dan tidak
berulang dalam 24 jam dan kejang demam kompleks yang memiliki ciri salah
satu dari: yang berlangsung lebih dari 15 menit, kejang fokal, partial atau
umum yang di dahului partial dan multiple (Lebih dari 1 kali kejang dalam 24
jam). (Hidayat, 2008)
B. ETIOLOGI
Penyebab kejang demam sampai saat ini masih belum diketahui secara
jelas. Kejang demam biasanya dikaitkan dengan infeksi saluran pernapasan
atas, infeksi saluran kemih dan roseola.Kejang ini merupakan kejang umum
dengan pergerakan klonik selama kurang dari 10 menit. SSP normal dan tidak
ada tanda-tanda defisit neurologis pada saat serangan telah menghilang.
Sekitar sepertiga akan mengalami kejang demam kembali jika terjadi demam,
tetapi sangat jarang yang mengalami kejang setelah usia 6 tahun. Kejang yang
lama, fokal, atau berulang, atau gambaran EEG yang abnormal 2 minggu
setelah kejang, menunjukkan diagnosis epilepsi (kejang nondemam
berulang). (Meadow, 2009)
Menurut Lumban Tobing & Mansjoer (2008), faktor yang berperan
dalam menyebabkan kejang demam antara lain :
1) Demam itu sendiri
2) Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap
otak).
3) Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
4) Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.
5) Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak
diketahui atau ensekalopati toksik sepintas.
6) Gabungan semua faktor tersebut di atas.
Menurut Amin dan Hardhi (2013) penyebab kejang demam dibedakan
menjadi intrakranial dan ekstrakranial.
Intrakranial meliputi:
1) Trauma (perdarahan): perdarahan subarachnoid, subdural atau
ventrikuler.
2) Infeksi: bakteri, virus, parasit misalnya meningitis.
3) Congenital: disgesenis, kelainan serebri
Ekstrakranial meliputi:
1) Gangguan metabolik: hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia,
gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan riwayat
diare sebelumnya.
2) Toksik : intoksikasi, anastesi lokal, sindroma putus obat.
3) Congenital: gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan dan
kekurangan piridoksin.
Beberapa faktor risiko berulangnya kejang yaitu:
1) Riwayat kejang dalam keluarga
2) Usia kurang dari 18 bulan
3) Tingginya suhu badan sebelum kejang. Makin tinggi suhu sebelum
kejang demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan
berulang.
4) Lamanya demam sebelum kejang. Semakin pendek jarak mulainya
demam dengan kejang, maka semakin besar risiko kejang demam
berulang.
C. PATOFISIOLOGI
Pada anak mudah sekali untuk terinfeksi bakteri, virus dan parasit
yang mengakibatkan reaksi inflamasi dan terjadinya proses demam sehingga
menjadi hipotermi maka terjadi demam. Demam akan menimbulkan proses
peradangan maka anak akan mengalami anoreksi maka akan muncul diagnosa
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang
disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang yang dapat mengakibatkan
resiko cedera. Kejang dengan frekuensi lebih dari 15 menit akan
menyebabkan perubahan suplay darah ke otak sehinnga terjadi hipoksia
kemudian permeabilitas kapiler meningkat akan mengakibatkan kerusakan sel
neuron otak.
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO² dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat
keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan
di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
1) Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
2) Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya
3) Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1ᵒC akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat
20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran
sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang
demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
(Soetjiningsih, 2009)
D. PATHWAY
Infeksi bakteri
Reaksi inflamasi
Proses demam
Hipertermi
E.
Proses
Keringat meningkat
Demam
peradangan
Kekurangan
Ketidakseimba Melepaskan muatan listrik yang volume cairan
ngan nutrisi besar
kurang dari
kebutuhan
Resiko
tubuh
Kejang cedera
Sel neuron otak
rusak
Tidak menimbulkan
gejala sisa Perubahan suplay
darah ke otak hipoksia
E. MANIFESTASI KLINIS
Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi
secara tiba-tiba).
Kejang tonik-klonik atau grand mal.
Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu
terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam) .
Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10-20 detik).
Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,
biasanya berlangsung selama 1-2 menit).
Lidah atau pipinya tergigit.
Gigi atau rahangnya terkatup rapat.
Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya).
Gangguan pernafasan.
Apneu (henti nafas).
Kulitnya kebiruan.
(Bahtera, 2009)
F. PENGOBATAN
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab atau keadaan lain, misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai
demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan, darah perifer,
elektrolit, dan gula darah.
2. Lumbal Fungsi
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis.
3. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektro ense falo grafi ( EEG ) tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi
pada pasien kejang demam.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Aktivitas atau Istirahat
Keletihan, kelemahan umum
Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain
b. Sirkulasi
Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis
Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan
nadi dan pernafasan
c. Intergritas Ego
Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan
atau penanganan
Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya
Perubahan dalam berhubungan
d. Eliminasi
1) Inkontinensia epirodik
2) Makanan atau cairan
3) Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang
berhubungan dengan aktivitas kejang
e. Neurosensori
1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing
riwayat trauma kepala, anoreksia, dan infeksi serebal
2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)
3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis
f. Kenyamanan
1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)
2) Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal
g. Pernafasan
1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat
peningkatan sekresi mulus
2) Fase posektal : Apnea
h. Keamanan
1) Riwayat terjatuh
2) Adanya alergi
i. Interaksi Sosial
Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan
sosialnya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas
1) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot
2) Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot
b. Integritas Ego
Pelebaran rentang respon emosional
c. Eleminasi
Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter
Posiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia
d. Makanan atau cairan
1) Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang)
2) Hyperplasia ginginal
e. Neurosensori (karakteristik kejang)
1) Fase prodomal : Adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon
efektifitas yang tidak menentu yang mengarah pada fase area.
2) Kejang umum
Tonik – klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag
peningkatan keadaan, pupil dilatasi, inkontineusia urine
3) Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam,
lemah kalau mental dan anesia
4) Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau makanan
5) Kejang parsial
Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura,
berakhir 15 menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan ersifat
konvulsif
f. Kenyamanan
1) Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati
2) Perubahan pada tonus otot
3) Tingkah laku distraksi atau gelisah
g. Keamanan
1) Trauma pada jaringan lunak
2) Penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. (00007) Hipertermia
Definisi :
suhu tubuh diatas kisaran normal karena kegagalan termoregulasi
Batasan Karakteristik :
- Apnea - Kulit terasa hangat
- Bayi tidak dapat - Letargi
mempertahankan menyusu
- Gelisah - Postur abnormal
- Hipotensi - Stupor
- Kejang - Takikardia
- Koma - Takipnea
- Kulit kemerahan - Vasodilatasi
2. (00002) Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi :
Asupan nustrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan Karakteristik :
- Berat badan 20 % atau - Kelemahan otot untuk
lebih dibawah rentang menelan
berat badan ideal - Kerapuhan kapiller
- Bising usus hiperaktif - Kesalahan informasi
- Cepat kenyang setelah - Kesalahan persepsi
makan - Ketidakmampuan
- Diare memakan makanan
- Gangguan sensasi rasa
3. (00027) Kekurangan volume cairan
Definisi :
Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dab atau intraseluler ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan
kadarnatrium.
Batasan Karakteristik :
- Haus - Peningkatan frekuensi nadi
- Kelemahan - Peningkatan hematokrit
- Kulit keing - Peningkatan suhu tubuh
- Membran mukosa kering - Penurunan volume nadi
4. (00035) Resiko cedera
Definisi :
Rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang
berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensif individu, yang
dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko :
- Hipoksia jaringan
- Malnutrisi
- Gangguan sensasi (akibat dari cedera medula spinalis, diabetes melitus,
dll)
- Gangguan mekanisme pertahanan primer
- Disfungsi imun
C. INTERVENSI
No.DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
(00007) Hipertermia (0800) Termoregulasi (3740)Perawatan Demam
Kriteria Hasil :
Dewanto, George dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana
Penyakit Saraf. Jakarta : EGC
Meadow, Sir Roy. 2009. Lecture Notes Pediatrika Ed. 7. Jakarta : Erlangga