Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN PNEUMONIA


DI RUANG 11
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang

Disusun Oleh:

Retno Tri Astuti Ramadhana

105070201111014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

1
PNEUMONIA

1. Definisi
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan
paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan
toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis (Perhimpunan Dokter Paru, 2003).
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis
batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA)
semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun pneumonia disebut pneumonia
(Depkes RI, 2002).
Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan
pengisian cairan di dalam alveoli.Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya infeksi agen atau
infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran, iritan kimia, dan
terapi radiasi. Rencana keperawatan ini sesuai dengan pneumonia bacterial dan virus,
misalnya: pneumococcal pneumonia, pneumocystis carinni, haemovilus, influenza
mioplasma, gram negative.

2. Klasifikasi
Klasifikasi Pneumonia dapat dibagi menjadi :
a. Klasifikasi Klinis(Zul Dahlan, 2001)
1) Klasifikasi tradisional, meninjau ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris yg klasik
antara lain awitan yg akut dgn gambaran radiologist berupa opasitas
lobus, disebabkan oleh kuman yang tipikal terutama S. pneumoniae,
Klebsiella pneumoniae, H. influenzae.
b) Pneumonia atipikal, ditandai dgn gangguan respirasi yg meningkat
lambat dgn gambaran infiltrate paru bilateral yg difus, disebabkan oleh
organisme atipikal dan termasuk Mycoplasma pneumoniae, virus,
Chlamydia psittaci.
2) Klasifikasi berdasarkan factor lingkungan dan penjamu, dibagi atas :
a) Pneumonia komunitas : sporadis atau endemic, muda dan orang tua

2
b) Pneumonia nosokomial : didahului oleh perawatan di RS
c) Pneumonia rekurens : mempunyai dasar penyakit paru kronik
d) Pneumonia aspirasi : alkoholik, usia tua
e) Pneumonia pada gangguan imun : pada pasien transplantasi,
onkologi, AIDS
3) Sindrom klinis, dibagi atas :
a) Pneumonia bakterial, memberikan gambaran klinis pneumonia yang
akut dgn konsolidasi paru, dapat berupa :
 Pneumonia bacterial atipikal yang terutama mengenai parenkim
paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar.
 Pneumonia bacterial tipe campuran dengan presentasi klinis
atipikal yaitu perjalanan penyakit lebih ringan (insidious) dan
jarang disertai konsolidasi paru. Biasanya pada pasien penyakit
kronik.
b) Pneumonia non bacterial
Dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan oleh Mycoplasma,
Chlamydia pneumoniae.
b. Klasifikasi berdasarkan etiologi, dibagi atas :
1) Bakterial
Streptokokus pneumonia, Streptokokus aureus, H. influenza, Klebsiella,dll
2) Non bacterial
Tuberculosis, virus, fungi, dan parasite
c. Klasifikasi Pneumonia Neonatal dapat dibagi menjadi :
1) Intrapartum pneumonia
a) Pneumonia Intrapartum diperoleh selama perjalanan melalui jalan lahir.
b) Intrapartum pneumonia dapat diperoleh melalui transmisi hematogenous,
atau aspirasi dari ibu yang terinfeksi, atau terkontaminasi cairan atau dari
mekanik, atau gangguan iskemik dari permukaan mukosa yang telah baru
saja dijajah dengan ibu invasif organisme yang sesuai potensi dan
virulensinya.
c) Bayi yang aspirasi benda asing, seperti mekonium atau darah, dapat
mewujudkan tanda-tanda paru segera setelah atau sangat segera setelah
lahir.
d) Proses infeksi sering memiliki periode beberapa jam sebelum invasi yang
memadai, replikasi, dan respon inflamasi telah terjadi menyebabkan
tanda-tanda klinis.

3
2) Pneumonia pascalahir
a) Pasca kelahiran pneumonia dalam 24 jam pertama kehidupan berasal
setelah bayi lahir.
b) Pasca kelahiran radang paru-paru dapat diakibatkan dari beberapa
proses yang sama seperti yang dijelaskan di atas, tetapi infeksi terjadi
setelah proses kelahiran.
c) Yang sering menggunakan antibiotik spektrum luas yang dihadapi dalam
banyak pelayanan obstetri dan bayi baru lahir unit perawatan intensif
(NICU) sering mengakibatkan kecenderungan dari bayi untuk kolonisasi
oleh organisme resisten pathogenicity yang tidak biasa. Terapi invasif
yang diperlukan dalam oleh bayi sering menyebabkan mikroba masuk ke
dalam struktur yang biasanya tidak mudah diakses.
d) Enteral menyusui dapat mengakibatkan peristiwa aspirasi peradangan
signifikan potensial. Selang makanan mungkin lebih lanjut dapat
mempengaruhi gastroesophageal reflux dan aspirasi pada bayi.

3. Etiologi
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer
atau sekunder setelah infeksi virus.Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah
bakteri positif-gram, Streptococus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia
streptokokus. Bakteri Staphylococcus aureus dan streptokokus beta-hemolitikus grup A
juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga Pseudomonas aeruginosa.
Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza.Pneumonia mikoplasma,
suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai, disebabkan oleh suatu mikroorganisme
yang berdasarkan beberapoa aspeknya, berada di antara bakteri dan virus. Individu yang
mengidap acquired immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia
yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu yang
terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan
(AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap pneumonia Legionella.Individu
yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat tenggelam dapat
mengidap pneumonia asporasi.Bagi individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri
yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan mikro-organisme, dengan mencetuskan
suatu reaksi peradangan.

4
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri,
virus, jamur dan protozoa.Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh
masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan pneumonia
di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi
banyak disebabkan oleh bakteri anaerob. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di
Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak
penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram negative ( Perhimpunan Dokter Paru,
2003 ).
Penyebab :
a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai
usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah
Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu
pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi
pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut
jantungnya meningkat cepat (Misnadiarly, 2008).
b. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.Virus
yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV).
Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas,
pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya
sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu
singkat.Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan
bisa berat dan kadang menyebabkan kematian (Misnadiarly, 2008).
c. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit
pada manusia.Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri,
meski memiliki karakteristik keduanya.Pneumonia yang dihasilkan biasanya
berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenisusia, tetapi
paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat
rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati (Misnadiarly, 2008).
d. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis.Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia
(PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur.
Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa

5
bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika
ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru
(Djojodibroto, 2009).

Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang


Lahir – 20 hari Bakteri Bakteri
E. colli Bakteri anaerob
Streptoccus group B Streptoccous group D
Listeria monocytogenes Haemophilllus influenzae
Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
Virus
Virus sitomegalo
Virus Herpes simpleks
3 minggu – 3 Bakteri Bakteri
bulan Chlamydia trachomatis Bordetella pertusis
Streptococcus pneumoniae Haemophilus influenzae tipe B
Virus Moraxella catharalis
Virus Adeno Staphylococcus aureus
Virus Influenza Ureaplasma urealyticum
Virus Parainfluenza 1,2,3 Virus
Respiratory Syncytial Virus Virus sitomegalo
4 bulan – 5 Bakteri Bakteri
tahun Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae tipe B
Mycoplasma pneumoniae Moraxella catharalis
Streptococcus pneumoniae Neisseria meningitidis
Virus Staphylococcus aureus
Virus Adeno Virus
Virus Influenza Virus Varisela-Zoster
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial virus
5 tahun – Bakteri Bakteri
remaja Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae
Mycoplasma pneumoniae Legionella sp
Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus
Virus
Virus Adeno
Virus Epstein-Barr
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial Virus
Virus Varisela-Zoster

6
4. Patofisiologi
Menurut pengelompokannya, patofisiologi dari pneumonia neonatal adalah:
a. Transplasenta (Kongenital Pneumonia):
Kuman/agent masuk melalui plasenta mengikuti sistem peredaran darah janin
(hematogen) sampai ke paru-paru janin menimbulkan gejala pneumonia yang
disebut juga Early Onset Pneumoni (pada umur 3 hari pertama).
b. Ascending Pneumonia (Post Amnionistis Pneumonia):
Kuman/agent dari flora vagina menular secara ascending menyebar ke chorionic
plate menimbulkan gejala amnionitis menyebabkan bayi aspirasi dan masuk ke
paru-paru.
Faktor predisposisi adalah persalinan premature, ketuban pecah sebelum
persalinan, persalinan memanjang dengan dilatasi serviks, atau pemeriksaan
obstetri yang sering.
c. Transnatal Pneumonia:
Onsetnya berlangsung lambat, proses infeksi selalu terjadi pada paru-paru dan
penyebab terbanyak adalah grup B Streptokokus.
d. Nosokomial Pneumonia:
Pneumonia yang didapat selama perawatan di rumah sakit dengan factor
predisposisi antara lain BBL<1500 gram, dirawat lama, penyakit dasar berat,
prosedur invasif banyak, perawatan ventilator terkontaminasi.
Pathway (terlampir)

5. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut
selama beberapa hari.Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat
mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental,
terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui
gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.
Tanda dan Gejala berupa:
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
 Nyeri pleuritik
 Nafas dangkal dan mendengkur
 Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi

7
 Mengecil, kemudian menjadi hilang
 Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
e. Diaforesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif
 Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atauberkarat
i. Gelisah
j. Sianosis
 Area sirkumoral
 Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: - kulit yang lembab - mual dan muntah -
kekakuan sendi. Secara umum dapat dibagi menjadi : Manifestasi nonspesifik infeksi
dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malise, nafsu makan kurang,
keluhan gastrointestinal.Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu,
ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan
sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi
yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Tanda pneumonia berupa retraksi
(penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan
peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah,
dan ronki.
Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah
efusi, perksi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat
di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila
efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi
meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang
terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). Pada
neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan
menimbulkan pekak perkusi. Tanda infeksi ekstra pulmunal.
Bayi dengan pneumonia dapat bermanifestasi asimetri suara napas dan dada yang
menyatakan kebocoran udara atau perubahan emphysematous sekunder obstruksi jalan
napas parsial.Selain gejala klinis di atas, dapat juga muncul gambaran klinis APGAR
Score rendah, segera setelah lahir terjadi distress nafas, perfusi perifir rendah, letargi,

8
tidak mau minum, tidak mau minum, distensi abdomen, suhu tidak stabil, asisdosis
metabolik, DIC.

6. Komplikasi
Potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk :
 Syok sepsis dan septik
Syok sepsis dan septik merupakan komplikasi potensial dari pneumonia.Sepsis
terjadi karena mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem imun
melalui sekresi sitokin.Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena bakteri;
streptoccocus pneumonia merupakan salah satu penyebabnya.Individu dengan
sepsis atau septik membutuhkan unit perawatan intensif di rumah sakit.Mereka
membutuhkan cairan infus dan obat-obatan untuk membantu mempertahankan
tekanan darah agar tidak turun sampai rendah. Sepsis dapat menyebabkan
kerusakan hati,ginjal,dan jantung diantara masalah lain dan sering menyebabkan
kematian.
 Gagal pernapasan
Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang yang menderita pneumonia
sering kesulitan bernafas,dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk tetap cukup
bernafas tanpa bantuan agar tetap hidup.Bantuan pernapasan non-invasiv yang
dapat membantu seperti mesin untuk jalan nafas dengan bilevel tekanan
positif,dalam kasus lain pemasangan endotracheal tube kalau perlu dan
ventilator dapat digunakan untuk membantu pernafasan. Pneumonia dapat
menyebabkan gagal nafas oleh pencetus akut respiratory distress
syndrome(ARDS).Hasil dari gabungan infeksi dan respon inflamasi dalam paru-
paru segera diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini menyatu
dengan keras menyebabkan kesulitan penyaringan udara untuk cairan
alveoli,harus membuat ventilasi mekanik yang dibutuhkan.

 Effusi pleura, empyema dan abces


Ada kalanya, infeksi mikroorganisme pada paru-paru akan menyebabkan
bertambahnya (effusi pleura) cairan dalam ruang yang mengelilingi paru(rongga
pleura). Jika mikroorganisme itu sendiri ada di rongga pleura, kumpulan cairan
ini disebut empyema.Bila cairan pleura ada pada orang dengan pneumonia,
cairan ini sering diambil dengan jarum (toracentesis) dan diperiksa, tergantung
dari hasil pemeriksaan ini. Perlu pengaliran lengkap dari cairan ini,sering
memerlukan selang pada dada. Pada kasus empyema berat perlu tindakan

9
pembedahan. Jika cairan tidak dapat dikeluarkan, mungkin infeksi berlangsung
lama,karena antibiotik tiak menembus dengan baik ke dalam rongga pleura.
Abses pada paru biasanya dapat dilihat dengan foto thorax dengan sinar x atau
CT scan.Abses-abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering
mengandung beberapa tipe bakteri.Biasanya antibiotik cukup untuk pengobatan
abses pada paru,tetapi kadang abses harus dikeluarkan oleh ahli bedah atau
ahli radiologi.
Komplikasi lainnya yang mungkin terjadi adalah :
 Atelektasis
 Delirium
 Superinfeksi
 Perikarditis purulenta
 Pneumotoraks, atau infeksi
 Meningitis purulenta
 Miokarditis

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air
bronchogram (airspace disease) misalnya oleh streptococcus pneumoniae;
bronkopneumonia (segmewntal disease); dan pneumonia interstisial (Interstitial
disease) oleh virus dan mikoplasma.Pada pasien yang mengalami perbaikanklinis
ulangan foto dada dapat ditunda karena resolusi pneumonia berlangsung 4-12
minggu.
b. Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit normal/rendah
dapat disebabkan oleh virus/mikoplasma atau pada infeksi yang berat sehingga
tidak terjadi respons leukosit, orang tua atau lemah.Leukopania menunjukkan
depresi imunitas.Faal hati mungkin terganggu.
c. Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi
jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi atau biopsy. Untuk tujuan terapi
empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test dan Z.nielsen.
Kuman yang predominan pada sputum yang disertai PMN yang kemungkinan
merupakan penyebab infeksi.Kultur kuman merupakan pemeriksaan utama pra
terapi dan bermanfaat untuk terapi selanjutnya.

10
d. C-Reactive Protein (CRP)
Suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit.Sebagian respons infeksi
atau inflamasi jaringan. Secara klinis CRP digunakan sebagai alat bantu diagnostik
untuk membedakan antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri,
atau infeksi bakteri superfisialis dan profunda
e. Uji Serologis
Uji serologik untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik
mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah. Bermanfaat dalam
mendiagnosis infeksi bakteri atipik seperti Mikoplasma dan Klamidia, serta beberapa
virus seperti RSV, Sitomegalo, campak, Parainfluenza 1, 2,3, Influenza A dan B, dan
Adeno
f. Analisis gas darah dan Pulse oximetry
Menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan O2.
g. Pewarnaan Gram/Cultur Sputum dan Darah
Untuk mengetahui oganisme penyebab.
h. Pemeriksaan fungsi paru-paru
Volume mungkin menurun, tekanan saluran udara meningkat, kapasitas pemenuhan
udara menurun dan hipoksemia.

8. Penatalaksanaan
a. Terapi antibiotik
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi apapun,
yang dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
Antibiotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia community
base :
- Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
- Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus pneumonia hospital base :
- Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
- Amikasin 10 – 15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
b. Terapi suportif umum
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80 – 100 mmHg atau saturasi 95 – 96%
berdasar pemeriksaan GDA.
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental.
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk
dan nafas dalam.
d. Pengaturan cairan

11
Pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitive terhadap pembebanan
cairan terutama pada pneumonia bilateral.
e. Pemberian kortikosteroid
Diberikan pada fase sepsis
f. Ventilasi Mekanis
Indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila terjadi hipoksemia
persisten, gagal nafas yang disertai peningkatan respiratory distress dan
respiratory arrest
g. Drainase empiema bila ada

9. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian fokus
a. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita pneumonia akanmengeluh sesak nafas,
disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit pneumonia mulai dirasakan saat penderitamengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hariterutama pada saat bangun pagi
selama minimum 3 bulan berturut-turuttiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi
sputum (hijau, putih/kuning) dan banyak sekali.Penderita biasanya menggunakan
otot bantu pernafasan,dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP,
bunyinafas krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita pneumonia sebelumnya belumpernah menderita kasus
yang sama tetapi mereka mempunyairiwayat penyakit yang dapat memicu
terjadinya pneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam jangka
panjangmisalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit pneumonia dalam keluargabukan merupakan faktor
keturunan tetapi kebiasaan atau polahidup yang tidak sehat seperti merokok.
f. Pola pengkajian
1) Pernafasan
Gejala :Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama
minimum 3bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun.Produksi
sputum (Hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali.

12
Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajanpada polusi kimia/ iritan
pernafasan dalam jangkapanjang (misalnya rokok sigaret), debu/
asap(misalnya : asbes debu, batubara, room katun,serbuk
gergaji)Penggunaan oksigen pada malam hari atau terusmenerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untukbernafas, penggunaan otot
bantu pernafasan (misalnya: meninggikan bahu, retraksi
supraklatikula, melebarkan hidung)
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP (bentuk
barel), gerakan difragmamini mal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kukuabu- abu keseluruhan.
2) Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia Distensi vena
leher(penyakit berat) edema dependen, tidakberhubungan dengan
penyakit jantung.Bunyi jantung redup (yang berhubungandengan
peningkatan diameter AP dada).Warna kulit / membrane mukosa :
normalatau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat dapatmenunjukan anemia.
3) Makanan / cairan
Gejala : - Mual / muntah
- Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema)
- Ketidakmampuan untuk makan karena distresspernafasan
Tanda : - Turgor kulit buruk
- Berkeringat
- Palpitasi abdominal dapat menyebabkanhepatomegali.
4) Aktifitas / istirahat
Gejala :- Keletihan, keletihan, malaise
- Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- harikarena sulit bernafas
- Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadapaktifitas atau istirahat
Tanda : Keletihan, Gelisah/ insomnia, Kelemahan umum / kehilangan masa otot
5) Integritas
Gejala : Peningkatan faktor resiko
Tanda : Perubahan pola hidup
Ansietas, ketakutan, peka rangsang
6) Hygiene

13
Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhanmelakukan aktifitas sehari-
hari
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
7) Keamanan
Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktorlingkungan.Adanya
infeksi berulang.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
2. Kekurangan Volume Cairan
3. Intoleransi Aktivitas

3. Rencana Intervensi
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jama bersihan
jalan nafas efektif
Kriteria Hasil : - RR normal 16-22x/menit
- Bunyi nafas bersih
- Dispnea (-) , ortopnea (-)
- Batuk efektif
Intervensi :
1. Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal, dan pergerakan dada tidak simetris
sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan cairan paru.
2. Auskultasi area paru, catat area penurunan atau / tak ada aliranudara dan
bunyi nafas adventius. Misalnya : krekels atau mengi.
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada areakonsolidasi dengan
cairan. Bunyi nafas bronchial ( normal padabronkus) dapat juga terjadi pada
area konsolidasi.Krekels, ronki, mengi terdengar inspirasi dan / ekspirasipada
respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental, danspasme jalan nafas/
obstruksi.
3. Bantu pasien latihan nafas sering. Bantu pasien mempelajarimelakukan batuk
efektif, misalnya dengan menekan dada dan batuk efektif sementara posisi
duduk tinggi.
Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimumparu- paru / jalan
nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanismepembersihan jalan nafas alami,
membantu silia untukmempertahankan jalan nafas pasien.Penekanan

14
menurunkanketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan
upayanafas lebih dalam dan lebih kuat.
4. Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/ hari (kecuali kontraindikasi).Tawarkan air
hangat daripada dingin.
Rasional : Cairan (khususnya hangat) memobilisasi danmengeluarkan sekret.
5. Lakukan penghisapan sesuai indikasi.
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafassecara mekanik
pada pasien yang tidak mampu melakukan, karenabatuk tidak efektif atau
perubahan tingkat kesadaran.
6. Berikan sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,analgesic.
Rasional :Terapi untuk menurunkan spasme bronkus denganmobilisasi secret.
Analgesik diberikan untuk memperbaiki batukdengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus digunakansecara hati- hati, karena dapat
menurukan upaya batuk atau menekanpernafasan.

2. Kekurangan Volume Cairan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan
cairan terpenuhi.
Kriteria Hasil : TD : 120-130 / 80-90 mmHg RR: 16-22x/menit
Nadi : 60-100x / menit Suhu: 36-370C
Mukosa bibir lembab
CRT <2detik , turgor kulit baik

Intervensi :
1. Kaji perubahan tanda vital, peningkatan suhu tubuh
Rasional : Peningkatan suhu meningkatkan laju metabolic dan kehilangan
cairan melalui evaporasi.
2. Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa.
Rasional : Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun
membrane mukosa mulut mungkin kering karena nafas mulut dan oksigen
tambahan.
3. Tekankan cairan setidaknya 1000ml/ hari atau sesuai kondisi individual.
Rasional : Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan resiko dehidrasi
4. Beri obat sesuai indikasi, misalnya antipiretik, antiemetic.
Rasional : Berguna menurunkan kehilangan cairan.
5. Berikan cairan tambahan IV sesuai kebutuhan.

15
Rasional : Pada dasarnya penurunan masukan / banyak kehilangan.
Penggunaan parenteral dapat memperbaiki / mencegah kekurangan.

3. Intoleransi Aktivitas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien dapat
meningkatkan aktivitas memenuhi kebutuhan ADL secara mandiri.
Kriteria Hasil : TD : 120-130 / 80-90 mmHg RR: 16-22x/menit
Nadi : 60-100x / menit Suhu: 36-370C
Dispnea (-)
Klien merasa lebih semangat beraktivitas
Intervensi :
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas. Catat laporan dispnea, peningkatan
kelemahan, dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktifitas.
Rasional : Menetapkan kebutuhan / kemampuan pasien dan memudahkan
dalam pemilihan intervensi.
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi. Dorong penggunaaan manajemen stress dan pengalihan yang tepat.
Rasional : Menurunkan stress dan rangsangan berlebih.
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan pentingnya
keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan
kebutuhan metabolik, menghemat energy untuk penyembuhan. Pembatasan
aktivitas dengan respon individual pasien terhadap aktifitas dan perbaikan
kegagalan pernafasan.
4. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat / tidur.
Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau tidur di kursi.
5. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan
aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional :Menurunkan keletihan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.

16
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn, E. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa: Agung Waluyo (et. al.). Vol. 1.Edisi 8. Jakarta: EGC.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Price Anderson Sylvia, Mylson McCarty Covraine. Patofisiologi.Buku-2.Edisi 4.Jakarta :
EGC.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003.Pneumonia komuniti: Pedoman Diagnosis
dan Penatalaksanaan di Indonesia
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi Vol.3 :
Pneumonia Balita. Jakarta
Nettina, Sandra M. 2001.Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC
Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI

17
18

Anda mungkin juga menyukai