Anda di halaman 1dari 11

2.2.

1 Konsep Dasar Pneumonia


2.1. Definisi
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru
yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA).
Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan
agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi) dan aspirasi
substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis (Nursalam,
2015).
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi
alveolus dan jaringan dan jaringan intersittel. Pneumonia merupakan
penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara terutama di negara
berkembang termasuk Indonesia dan merupakan penyebab kematian utama
pada balita. Berbagai mikroorganisme dapat menvebabkan pneumonia
antara lain virus dan bakteri. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan
resiko untuk teriadinya dan beratnya pneumonia antara lain adalah defek
anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GER, dan aspirasi
(Daud Dasril, 2013).
Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya
terjadi apada anak-anak tetapi terjadi lebih sering pada bayi dan awal masa
kanak-kanak dan secara klinis penumonia dapat terjadi sebagai penyakit
primer atau komplikasi dari penyakit lain (Hockenberry dan Wilson, 2009
dalam Seyawati Ari, 2018).
2.1.2 Etiologi
Penyebaran infeksi teriadi melalui droplet atau sering disebabkan
oleh streptoccus pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus
aureus sedangkan pada pemakaian ventilator oleh p. Aeruginosa dan
enterobacter. Dan masa kini teriadi karena perubahan keadaan pasien
seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan,
penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Setelah masuk ke paru paru
organism bermultiplikasi dan, jika telah berhasil mengalahkan mekanisme
pertahanan paru, terjadi pneumonia. Selain di atas penyebab terjadinya
pneumonia sesuai penggolongannya yaitu :
1 Bacteria : diploccus pneumonia, pneumocaccus, streptokokus
hemolyticus, streptokoccus aureus, hemophilus influenzae,
mycobacterium tuberkulosis, bacillus friedlander.
2 Virus : respiratory syncytial virus, adeno virus, V.Ssitomegalitik,
V.Influenza.
3 Mycoplasma pneumonia
4 Jamur : histoplasma capsulatum, Cryptococcus neuroformans,
blastomyces dermatitides, coccidodies immtis, aspergillus, species,
candida albicans.
5 Aspirasi : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan
amnion, benda asing
6 Pneumonia hipostatik
7 Sindrom loeffler (Nursalam, 2015)

2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia dapat dibedakan menjadi: anatominya,
etiologinya, gejala kliniknya ataupun menurut lingkungannya.
Berdasarkan lokasi anatominya, pneumonia dapat pada segmen, lobus,
atau menyebar (diffuse). Jika hanya melibatkan lobulus, pneumonia sering
mengenai bronkus dan bronkiolus jadi sering disebut sebagai
bronkopneumonia. Kuman komensal saluran pernapasan bagian atas
kadang dapat menyebabkan pneumonia jadi sifatnya sudah berubah
menjadi patogen (Djojodibroto, 2014).
Pada pasien yang penyakitnya sangat parah, sering ditemukan
penyebabnya adalah bakteri bersama dengan virus. Berdasarkan gejala
kliniknya, pneumonia dibedakan menjadi pneumonia klasik dan
pneumonia atipik. Adanya batuk yang produktif adalah ciri pneumonia
klasik, sedangkan pneumonia atipik mempunyai ciri berupa batuk
nonproduktif. Peradangan paru pneumonia atipik terjadi pada jaringan
interstisial sehingga tidak menimbulkan eksudat. Pneumonia dapat
digolongkan (Djojodibroto, 2014) menjadi;
a. Pneumonia bacterial
Mikroorganisme masuk ke dalam paru melalui inhalasi udara dari
atmosfer, juga dapat memalui aspirasi dari nosofering atau orofering.
Pneumonia bakterial terdiri dari tiga jenis yaitu:
1. Community - Acquired Pneumonia (CAP).
Penyakit ini sering diderita oleh anggota masyarakat
umumnya disebabkan oleh streptococcus pneumonia dan biasanya
menimbulkan pneumonia lobar. Pneumonia yang disebabkan ole
pneumokokus yang menyebabkan penderita mengalami gejala
menggigil dan diiukuti demam yang tinggi.
2. Hospital - Acquired Pneumonia (HAP)
Pneumonia nosocomial yaitu pneumonia yang kejadiannya
bermula dirumah sakit. Penyakit ini adalah penyebab kematian
yang terbanyak pada pasien dirumah sakit. Mikroorganisme
penyebabnya biasanya bakteri gram negatif dan stafilokokus.
3. Pneumonia aspirasi (aspiration pneumonia)
Pneumonia aspirasi dapat menyebabkan: obstruksi atau
tersumbatnya saluran pernapasan, pneumonitis oleh bahan kimiawi
(asam lambung, enzim, dan pencernaan) dan, pneumonitis oleh
infeksi.
4. Pneumonia pneumositis
Pneumonia pneumositis merupakan penyakit akut yang
opertunistik yang disebabkan oleh suatu protozoa bernama
pneumocystis jirovecii sebleumnya dinamai pneumovystis carinii.
Protozoa ini dikenal sekjak 1909 dan mulai decade 1980-an
menempatkan diri kembali sebagai pathogen terutama pada
penderita AIDS.
b. Pneumonia atipik (pneumonia non bacterial)
Yang termasuk grup ini adalah pneumonia yang disebabkan oleh
mycoplasma pneumoniae, chlamydea psittaci, legionella pneumophila,
dan coxiella burneti. Klasifikasi pneumonia menurut
(Padila, 2013) yaitu;
1. Community acquired merupakan penyakit pernapasan umum
dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia
streptococal merupakan organisme penyebab umum.
2. Hospital acquired pneumonia dikenal sebagai pneumonia
nosocomial Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas.
Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum
penyebab hospitas acquired
3. Lobar dan bronkopneumonia tidak hanya dikategorikan
menurut lokasi tetapi sekarang ini pneumonia di klasifikasikan
menurut organisme.
2.1.3 Patofisiologi ( WOC )

Sumber: Sanivarapu dkk (2019), Son YG dkk (2017), Gamache (2018)

2.1.4 Manifestasi Klinis


Usia merupakan faktor penentu dalam manifetstasi klinis pneumonia.
Neonatus dapat menunjukan gejala demam tanpa ditemukannya gejala
fisis pneumonia. Pola klinis yang khas pada pasien pneumonia viral dan
bakterial umumnya berbeda antara bayi yang lebih tua dan anak walaupun
perbedaan tersebut tidak selalu jelas. Demam, menggigil, takipneu, batuk,
malaise, nyeri dada akibat pleuritis, retraksi dan iritabilitas akibat sesak
respiratory sering terjadi pada bayi yang lebih tua dan anak.
Pneumonia virus lebih sering berasosiasi dengan batuk, mengi,
atau stridor dan gejala demam lebih tidak menonjol dibanding pneumonia
bakterial. Pneumonia bakterial secara tipikal berasosiasi dengan demam
tinggi, menggigil, batuk, dispneu dan pada auskultasi ditemukan adanya
tanda konsolidasi paru.
Pneumonia atipikal pada bayi kecil ditandai oleh gejala khas
seperti takipneu, batuk, ronki kering(crackles) pada pemeriksaan
auskultasi dan sering ditemukan bersamaan dengan adanya konjungtivitis
chlamydial.
Gejala klinis lainnya dapat ditemukan distress pernapasan
termasuk cuping hidung, retraksi intercosta dan subkosta dan merintih
(grunting) (Karen et al, 2010 dalam Setyawati Ari, 2018).
2.1.5 Penatalaksanaan Medis
Repada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa
diberikan antibiotik per oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang
lebih tua dan penderita dengan sesak napas atau dengan penyakit jantung
atau penyakit paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui
infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan
alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon
terhadap pengobatan dan keadaanya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan umum yang diberikan antara lain :
1 Oksigen 1-2 L/menit
2 IVFD dekstrosa 10% NaC1 0,9% = 3:1, + KCL 10 mEq/500 ml
cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status
dehidrasi.
3 Jika sesak tidak terlalu berat berat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogatrik dengan feeding drip.
4 Jika sekresi lendir berlebihan dapar diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosillier.
(Nursalam, 2015) Terapi lain dari pneumonia, yaitu:
a Medikamentosa
Diagnosis etiologic pneumonia sangat sulit untuk ditentukan
sehingga pemberian antibiotik dilakukan secara empiriknsesuai
dengan pola kuman tersering yaitu Sterptococcus pneuminia dan
haemophilus influenzae. Pemberian antibiotik sesuai dengan
kelompok umur. Untuk bayi di bawah 3 bulan diberikan
golongan penisilin dan aminoglikosida. Untuk usia >3 bulan,
ampisilin dipadu dengan kloramfenikol merupakan obat pilihan
pertama. Bila keadaan pasien memberat atau terdapat empisema,
antibiotic pilihan adalah golongan sefalosporin. Antibiotik
parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun,
dilanjutkan dengan pemberian peroral selama 7-10 hari.
b Bedah Pada umumnya tidak ada tindakan bedah kecuali bila
teriadi komplikasi pneumotoraks/pneumomediastinum.
c Suportif Pemberian oksigen sesuai deraiat sesaknya. Nutrisi
parenteral diberikan selama pasien masih sesak.
(Daud Dasril, 2013).
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi pneumonia meliputi hipoksemia, gagal respiratorik,
effuse pleura, empyema, abses paru, dan bacteremia, disertai penyebaran
infeksi ke bagian tubuh lain yang menyebabkan meningitis, endocarditis,
dan pericarditis (Paramita 2011)
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Misnadiarly (2008) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan
adalah:
1. Sinar X
Mengidentifikasi distribusi (missal: lobar, bronchial), luas abses atau
infiltrate, empyema (stapilococcus), dan penyebaran infiltrate.
2. GDA
Jika terdapat penyakit paru biasanya GDA Tidak normal tergantung
pada luas paru yang sakit.
3. JDL leukositosis
Sel darah putih rendah karena terjadi infeksi virus, dan kondisi imun.
4. LED meningkat

2.1.8 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan medis secara umum untuk pneumonia menurut
Manurung dkk (2009) adalah:
1 Pemberian antibiotik seperti : penicillin, cephalosporin pneumonia
2 Pemberian antipiretik, analgetik, bronkodilator
3 Pemberian oksigen
4 Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi.
Sedangkan untuk penyebab pneumonia bervariasi schingga
penanganannya pun akan disesuaikan dengan penyebab tersebut.
Selain itu, pengobatan pneumonia tergantung dari tingkat keparahan gejala
yang timbul. (Shaleh, 2013)
1. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
Dengan pemberian antibiotik yang tepat. Pengobatan harus komplit
sampai benar-benar tidak lagi muncul gejala pada penderita. Selain itu,
hasil pemeriksaan X-Ray dan sputum tidak tampak adanya bakteri
pneumonia (Shaleh, 2013).
a. Untuk bakteri Streptococcus pneumonia
Dengan pemberian vaksin dan antibotik. Ada dua vaksin yaitu
pneumococcal conjugate vaccine yaitu vaksin imunisasi bayi dan
untuk anak dibawah usia 2 tahun dan pneumococcal
polysaccharide vaccine direkomendasikan bagi orang dewasa.
Antibiotik yang digunakan dalam perawatan tipe pneumonia ini
yaitu penicillin, amoxicillin, dan clavulanic acid, serta macrolide
antibiotics (Shaleh, 20131
b. Untuk bakteri Hemophilus influenza
Antibiotik cephalosporius kedua dan ketiga, amoxillin dan
clavulanic acid, fluoroquinolones, maxifloxacin oral, gatifloxacin
oral, serta sulfamethoxazole dan trimethoprim. (Shaleh, 2013).
Untuk bakteri Mycoplasma
2. Bagi pneumonia yang disebabkan ole virus
Pengobatannya sama dengan pengobatan pada penderita flu. Yaitu
banyak beristirahat dan pemberian nutrisi yang baik untuk membantu
daya tahan tubuh. Sebab bagaimana pun juga virus akan dikalahkan
juka daya tahan yubuh sangat baik, (Shaleh, 2013).
3. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur Cara pengobatannya
akan sama dengan cara mengobati penyakit jamur lainnya. Hal yang
paling penting adalah pemberian obat anti jamur agar bisa mengatasi
pneumonia (Shaleh, 2013).
2.10 Asuhan Keperawatan Teory
Menurut Hidayat (2012), pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses
keperawatan, yang harus memperhatikan data dasar dari pasien untuk
mendapatkan informasi yang diharapkan. Pengkajian dilakukan pada
(individu, keluarga, komunitas) terdiri dari data objektif dari pemeriksaan
diagnostic seta sumber lain. Pengkajian individu terdiri dari riwayat
keschatan (data subyektif) dan pemeriksaan fisik (data objektif). Terdapat
dua jenis pengkajian yang dilakukan untuk menghasilkan diagnosis
keperawatan yang akurat: komprehensif dan fokus. Pengkajian komprehensif
mencangkup seluruh aspek kerangka pengkajian keperawatan seperti 11 pola
kesehatan fungsional Gordon dan pengkajian fokus mencangkup pemeriksaan
fisik. Menuru: Muttagin (2015), pengkajian pasien dengan preumonia yaitu :
a. Keluhan utama klien dengan pneumonia adalah sesak napas, batuk, dan
peningkatan suhu tubuh atau demam.
b. Riwayat penyakit saat ini Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung
keluhan utama. Apabila klien mengatakan batuk, maka perawat harus
menanyakan sudah berapa lama, dan lama keluhan batuk muncul. Keluhan
batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah minum obat.
Pada awalnya keluhan batuk nonproduktif, lama kelamaan menjadi batuk
produktif dengan mukus purulent kekuningan, kehijauan, kecoklatan, atau
kemerahan dan sering kali berbau busuk. Klien. biasanya mengeluh
mengalami demam tinggi dan menggigl serta sesak napas, peningkatan
frekuensi pernapasan, dan lemas.
c. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit diarahkn pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah
mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan gejala seperti
luka tenggorokan, kongesti nasal, bersin, dan demam ringan.
d. Riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional
1. Pola persepsi schat-penatalaksanaan sehat Keluarga sering menganggap seperti
batuk biasa, dan menganggap benar-benar sakit apabila sudah mengalami sesak
napas
2. Pola metabolik nutrisi
Sering muncul anoreksia (akibat respon sistematik melalui control saraf pusat),
mual muntah karena terjadi peningkatan rangsangan gaster dari dampak
peningkatan toksik mikroorganisme.
3. Pola eliminasi
Penderita mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan
karena demam.
4. Pola tidur-istirahat
Data yang muncul adalah pasien kesulitan tidur karena sesak napas.
Penampilan lemah, sering menguap, dan tidak bisa tidur di malam hari karena
tidak kenyamanan tersebut.
5. Pola aktivitas-latihan
Aktivitas menurun dan terjadi kelemahan fisik.
6. Pola kognitif-persepsi Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernsh
disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigenasi
pada otak.
7. Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran keluarga terhadap pasien, karena pasien
diam.
8. Pola peran hubungan
Pasion terlihat malas jilka diajak: bicara dengan keluarga, pasien
lebih banyak diam
9. Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah pasien selalu diam
dan mudah marah
10. Pola nilai-kepercayaan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk mendapat
sumber kesembuhan dari Allah SWT. Sedangkan pengkajian fokus nya yaitu:
e. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum umum klien dengan pneumonia dapat dilakukan
dengan menilai keadaan fisik bagian tubuh. Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital pada klien dengan pneumonia biasanya mengalami
peningkatan suhu tubuh yaitu lebih dari 39 C, frekuensi napas
meningkat.
2. Pola pernafasan Inspeksi: bentuk dada dan gerak pernapasan. Pada
klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi
napas cepat dan dangkal. Napas cuping hidung dan sesak berat. Batuk
produktif disertai dengan peningkatan produksi sekret yang berlchih. J
Ly
Perkusi: klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, didapatkan
bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi: didapatkan bunyi napas melemah dan adanya suara napas
tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit.
Peting bagi perawat untuk mendokumentasi hasil auskultasi di daerah
mana didapatkan adanya ronkhi. Sistem neurologi: klien dengan
pneumonia yang berat sering terjadi penurunan kesadaran, Pada
pengkajian objektif wajah klien tampak meringis, menangis, merintih
(Muttaqin, 2015).
2.1.9 Diagnosa Keperawatan
1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2 Ketidakefektifan pola nafas
2.10.2 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujusn (kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil )
1 Ketikdakefektifa Setelah dilakukan 1. Monitor pola
n jalan nafas tindakan nafas (frekuensi,
keperawatan selama kedalaman, usaha
nafas)
3x7 jam diharapkan
2. Monitor bunyi
dengan kriteria nafas tambahan
hasil : 3. Monitor sputum
1 Suara nafas 4. Posisikan semi
bersih, fowler atau fowler
mengeluarka 5. Berikan minum
n sputum, hangat
6. Berikan oksigen,
mampu
7. Ajarkan
bernafas teknik batuk efekt
dengan if
mudah
2 Menunjukan
jalan nafas
yang paten
( irama nafas
dan frekuensi
nafas dalam
rentang
normal) tidak
ada suara
nafas
abnormal.
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukanya 1. Identifikasi efek
jalan nafas intervensi perubahan posisi
eperawatan selama terhadap status
3x7 jam dengan pernapasan
kriteria hasil : 2. Monitor statsu
1. Menunjukan oksigenasi dan
jalan nafas respirasi
yang paten 3. Berikan posisi
irama nafas semi fowler
dan frekuensi 4. Fasilitasi
napas dalam mengubah posisi
rentan senyaman
normal tidak mungkin
ada suara 5. Berikan
nafas oksigenasi sesuai
abnormal. kebutuhan
2. Tanda-tanda 6. Ajarkan
vital dalam melakukan teknik
batas normal relaksasi nafas
dalan
7. Aiarkan
mangubah pisisi
secara mandiri
8. Ajarkan teknik
batuk efektif

2.10.3 Implementasi Keperawatan


Tahapan tindakkan keperawatan menuntut perawat mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakkan. Persiapan tersebut
meliputi kegiatan-kegiatan : review tindakkan keperawatan yang
diidentifikasikan pada tahap perencanaan, menganalisis dan
mempersiapkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang
diperlukan, mengetahui komplikasi dari tindakkan keperawatan yang
mungkin timbul, menentukan dan mempersiapkan peralatan yang
diperlukan, mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan yang
akan dilaksanakan mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap resiko
dari potensial tindakkan.

2.10.4 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tindakkan intelektual untuk melengkapi proses keperaatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana
tindakkan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai, yang terjadi delama
tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan pelaksanaan tindakkan.
DAFTAR PUSTAKA
Daud, D.2013.Standar Pelavanan Medis Kesehatan Anak.Dept.Ilmu Kesehatan
Anak FK-UNHAS: Makassar.
Nursalam, A.H.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC jilid 1. Media Action: Jakarta.
Setyawati, A.2018. Tata Laksana Kasus Batuk dan atau Kesulitan Bernafas:
Literature Review. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia: Jakarta Selatan.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. .Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia: Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai