Anda di halaman 1dari 6

Patofisiologi

Virus masuk melalui fekal-oral, atau akibat mengonsumsi air yang terkontaminasi oleh
feses. Partikel virus tersebut akan tinggal dan bereplikasi di nosofaring atau orofaring dan system
perncernaan. Virus tersebut menginvasi ke jaringan limfoid dan menyebar secara hematogen.
Neuropatologi poliomyelitis biasanya patognomonik, hanya menyerang sel-sel dan daerah
susunan saraf terntu. Hal ini menyebabkan destruksi motor neuron di kornu anterior atau batang
otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf kranial, serebelum, otak tengah (massa kelabu
dan substansia nigra), thalamus, hipotalamus, pallidum, korteks serebri (hanya daerah motorik)
yang menyebabkan terjadinya paralis flaksid tipe bulbar ataupun spinalis (gambar 11.1). namun,
tidak semua neuron yang terkena akan mengalami kerusakan yang sama, dan jika gejala yang
ditimbulkan sangat ringan, maka akan sembuh (Ngastiyah, 2005: 359 dan Rampengen, 2007:
109)

Virus polimielitis masuk


melalui fekal-oral

Bereplikasi kejaringan di
nosofaring atau orofaring
dan system pencernaan

Menginvasi kejaringan
limfoid dan menyebar
secara hematogen Kornu anterior

Menyerang sel-sel dan Inti-inti saraf kraanial


daerah susunan saraf
tertentu
Serebelum

Destruksi motor neuron


Otak tengah

Terjadi paralisis flaksid tipe Thalamus


bulbar ataupun spinalis
Hipotalamus

Polidium

Korteks serebri
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit ini antara lain:
1. Hiperkalsiuria
2. Batu ginjal
3. Terjadinya dekalsifikasi yang diakibatkan pasien tidak dapat bergerak
4. Melena
5. Hipertensi ringan
6. Pneumonia
7. Ulkus dekuitus
8. Emboli paru
9. Psikosis
10. Paralis permanen
11. Gagal napas
12. Kematian

Penatalaksaan Poliomielitis
Tata laksana Keterangan
Istirahat dan asupan nutrisi  Anak diistirahatkan paada fase akut
 Pemberian nutrisi yang adekuat
Analgesic  Mengurangi nyeri kepala dan mialgia
 sedatif
Kompres hangat selama 15-30 menit, setiap 2-4 jam
Fisioterapi Setelah fase akut, dimulai dari latihan pasif
untuk mencegah deformitas
Footboard (papan penahan telapak kaki)  kaki sesuai terhadap tungkai
 todak mengalami deformitas
Drainase postural  selama fase akut dan berat
 posisi kaki lebih tinggi (20-25֯)
Ventilasi pernapasan Pemberian bantuan pernapasan pada kasus
paralisis pernapasan
Antimikroba atau gama-globulin Perlu diberikan
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. pengkajian
1. kaji keadaan umum anak, apakah anak dapat berjalan atau tidak
2. apakah anak mengalami kesulitan saat melakukan mobilisasi
3. apakah anak dapat melakukan aktivitas sendiri
4. apakah terdapat atrofi, kontraktur, dan atonia otot
5. apakah anak mengalami kesulitan bernapas, kesulitan bergerak, kesulitan BAK,
kesulitan BAB, dan kesulitan menelan
6. tanyakan pada orang tua atau keluarga, apakah mempunyai riwayat yangsama dengan
anggota keluarga yang lain
7. lakukan pemeriksaan fisik anak, head to toe

B. Diagnosis
1. Pola nafas tidak efektif b.d kelumpuhan pada otot pernapasan
2. Nyeri b.d paralisis otot
3. Hipertermia b.d proses infeksi

C. Intervensi
Diagnosa keperawatan Intervensi Rasional
Pola napas tidak efektif 1. Kaji keluhan anak 1. Informasi ini
b.d kelumpuhan pada 2. Observasi anak memerlukan data
otot pernapasan apakah anak dapat dasar bagi kondisi
bernapas dengan pasien dan memandu
spontan intervensi
3. Observasi adanya keperawatan
paralisis pernapasan 2. Untuk mendeteksi
(apakah mengalami tanda awal bahaya
keulitan bicara, pada pasien
batuk tidak efektif, 3. Untuk mendeteksi
ketidakmampuan tanda awal bahaya
menahan napas, pada pasien
serta pernapasan 4. Pengisapan lendir
cepat dan dangkal) membantu untuk
4. Lakukan pengisapan mengeluarkan secret
lendir jika terdapat dan mempermudah
lendir dimulut pernapasan karena
5. Posisikan pasien anak tidak dapat
miring kiri atau mengeluarkannya
kanan. Jika anak sendiri
memungkinkan 5. Mencapai posisi
untuk telentang, yang nyaman bagi
pasang bantal anak untk bernapas
dibawah bahu agar 6. Untuk mengurangi
kepala lebih rendah hipoksia dan
6. Berikan oksigen kegelisahan.
sesuai petunjuk Penggunaan oksigen
dapat menutupi
tanda awal hipoksia
yang sebenarnya dan
peningkatan
obstruksi yang
perlahan-lahan akan
menyebabkan
keadaan hiperkapnia
dengan demikian
penggunaan oksigen
hanya diindikasika
untuk hipoksia yang
nyata
Nyeri b.d paralisis otot 1. Kaji keluhan anak 1. Informasi ini
Kriteria hasil : nyeri 2. Observasi keadaan menentukan data
pasien teratasi yang umum anak dasar bagi kondisi
ditandai dengan ekspresi 3. Lakukan kompres pasien dan memandu
wajah tenang, pasien hagat intervensi
tidak rewel, pasien 4. Ajurkan anak keperawatan
mampu mengungkapkan bergerak, berikan 2. Untuk endetekdi
jika nyeri berkurang, dan analgesic untuk tanda awal bahaya
ekstremitas mampu meningkatkan rasa pada pasien
dipergerakan serta tidak nyaman selama 3. Mengompres dengan
terjadi kelumpuhan aktivitas air hangat dapat
5. Berikan obat menyebabkan
analgesic atau vosokontiksi yang
sedative dapat menghambat
nyeri
4. Obat untuk
mencegah kekakuan
otot
5. Obat untuk
menghilangkan rasa
nyeri
Hipertermia b.d prosesn 1. Kaji keadaan anak 1. Inflamasi ini
infeksi 2. Observasi suhu menentukan data
Kriteria hasil: suhu tubuh tubuh anak setiap 4 dasar bagi kondisi
pasien kembali normal jam pasie dan memandu
(36-37,5°C) dan pasien 3. Berikan kompres intervensi
mengatakan tubuhnya hangat dan lembab keperawatan
tidak panas 4. Rawat nak 2. Suhu tubh yang
diruangan yang tidak stabil
nyaman, suhu merupakan tanda
ruangan tidak terlalu disfungsi sentral
panas atau terlalu atau tanda infeksi
dingin awal
5. Anjurkan anak 3. Air hangat dapat
minum yang banyak mengurangi suhu
6. Berikan antipiretik tubuh anak dengan
dan sedative cara evaporasi tanpa
menyebabkan anak
menggigil dan
gemetar
4. Lingkungan yang
sejuk dapat
membnatu untuk
menurunkan suhu
tubuh dengan cara
radiasi
5. Untuk mencegah
tanda-tanda
dehidrasi
6. Sebagai obat
penurun panas
Menginvasi kejaringan
limfoid dan menyebar
secara hematogen Kornu anterior

Menyerang sel-sel dan Inti-inti saraf kraanial


daerah susunan saraf
tertentu
Serebelum

Destruksi motor neuron


Otak tengah

Terjadi paralisis flaksid tipe Thalamus


bulbar ataupun spinalis
Hipotalamus

Polidium

Anda mungkin juga menyukai