Anda di halaman 1dari 24

Dosen : Ns. Fatma Jama, S.Kep, M.

Kep
Mata Kuliah : KEPERAWATAN KOMUNITAS II

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT INFEKSI


PADA POPULASI DI KOMUNITAS DENGAN
PENYAKIT HERPES ZOSTER

SAFITRI ULANDARI
14220160007
B1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster adalah
infeksi virus pada kulit. Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan
varisela, yaitu virus varisela zoster. Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri
hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang
dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus
kranialis. Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit herpes
pada manusia yaitu, herpes simpleks, Varizolla zoster (VZV), Cytomegalovirus
(CMV), Epstein Barr (EBV) dan human herpes virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7
(HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi
yang sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel. (Bruner dan Suddart.
2002)
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan
angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan
peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun.
Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia
di bawah 20 tahun. (Bruner dan Suddart. 2002)
Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi
varisela, virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan
mukosa ke ujung saraf sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal melalui
serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten,
virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap
mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Herpes zoster pada
umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang
terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang

2
berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas selular merupakan faktor
penting untuk pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen.
Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi yang
terbanyak adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persisten
setelah krusta terlepas. Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun,
tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada usia di atas 60 tahun. Penyebaran dari
ganglion yang terkena secara langsung atau lewat aliran darah sehingga terjadi
herpes zoster generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena defek imunologi
karena keganasan atau pengobatan imunosupresi.
Pada pasien mungkin muncul dengan iritasi, penurunan kesadaran yang
disertai pusing dan kekuningan pada kulit (jaudince) dan kesulitan bernafas atau
kejang. Lesi biasanya hilang dalam dua minggu. Pengaktifan virus yang
berdormansi tersebut dapat disebabkan penurunan daya tahan tubuh, stress,
depresi, alergi pada makanan, demam, trauma pada mukosa genital, menstruasi,
kurang tidur dan sinar ultraviolet. (Bruner dan Suddart. 2002)
Secara umum pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu
dengan mengatasi inveksi virus akut, mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh
virus herpes zoster dan mencegah timbulnya neuralgia paska herpetik.
Dari Latar belakang diatas maka penulis dapat meyimpulkan bahwa herpes
zoster adalah penyakit kulit disebabkan karena virus varisela zoster yang ditandai
dengan adanya nyeri hebat dan lesi pada kulit.

B. Rumusan Masalah.
1. Apa definisi dari herpes zoster?
2. Bagaimana klasifikasi dari herpes zoster?
3. Bagaimana etiologi dari herpes zoster?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari herpes zoster?
5. Bagaimana patofisiologi dari herpes zoster?
6. Apa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada herpes zoster?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari herpes zoster?
8. Apa komplikasi dari herpes zoster?

3
9. Bagaimana prognosis dari herpes zoster?
10. Bagaimana asuhan keperawatan dari herpes zoster?
C. Tujuan.
1. Untuk memahami definisi dari herpes zoster.
2. Untuk memahami klasifikasi dari herpes zoster.
3. Untuk memahami etiologi dari herpes zoster.
4. Untuk memahami manifestasi klinis dari herpes zoster
5. Untuk memahami patofisiologi dari herpes zoster.
6. Untuk memahami pemeriksaan penunjang dari herpes zoster.
7. Untuk memahami penatalaksanaan dari herpes zoster.
8. Untuk memahami komplikasi dari herpes zoster.
9. Untuk memahami prognosis dari herpes zoster.
10. Untuk memahami asuhan keperawatan dari herpes zoster.

D. Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui definisi dari herpes zoster.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahuiklasifikasi dari herpes zoster.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari herpes zoster.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari
herpeszoster.
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari herpes zoster.
6. Agar mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dari
herpes zoster.
7. Agar mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan dari herpes
zoster.
8. Agar mahasiswa dapat mengetahuikomplikasi dari herpes zoster.
9. Agar mahasiswa dapat mengetahuiprognosis dari herpes zoster.
10. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan dari herpes
zoster

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela
yg menyerang kulit dan mukosa, infeksi, ini merupakan keaktifan virus yang
terjadi setelah infeksi primer (ilmu penyakit kulit dan kelamin). Herpes zoster
adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel unilateral,
sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya). Infeksi ini dialami oleh seseorang
yang tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang
sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air). (Smeitzer,
Suzanne C.2001)
Menurut Purrawan Juradi, dkk (1982) herpes zoster adalah radang kulit
dengan sifat khasnya yaitu terdapat vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang
persyarafan sensorik sesuai dengan dermatomnya dan biasanya unilateral.
Menurut Arif Mansyur, herpes zoster (campak, cacar ular) adalah penyakit
yang disebabkan infeksi virus varicella. Zoster yang menyerang kulit dan mukosa
infeksi ini merupakan reaktivitas virus yang terjadi setelah infeksi primer kadang-
kadang infeksi berlangsung sub kronis.
Menurut Jewerz .E. dkk (1984) herpes zoster adalah suatu penyakit sporadik
yang melemahkan pada orang dewasa yang ditandai oleh reaksi peradangan radiks
posterior syaraf dan ganglia. Diikuti oleh kelompok vesikel di atas kulit yang
dipersyarafi oleh syaraf sensorik yang terkena.
Menurut Peruus herpes zoster adalah radang kulit akut yang disebabkan
oleh virus Varisella zoster dengan sifat khas yaitu tersusun sepanjang persyarafan
sensorik.
Kesimpulan dari penulis tentang Herpes zoster adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa.
Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes

5
zoster disebut juga shingles. Dikalangan awam popular atau lebih dikenal dengan
sebutan “dampa” atau “cacar air”.

B. Klasifikasi
Klasifikasi herpes zoster menurut Harahap,Marwali. 2000 adalah sebagai
berikut:
1. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari
cabang ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik
unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi
kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan.
Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit
timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar
dibuka.

Gambar 1. Herpes zoster oftalmikus sinistra


2. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis
(N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

6
Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.
3. Herpes zoster brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra


4. Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

7
Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra

5. Herpes zoster lumbalis


Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

Gambar 5. Herpes zoster lumbalis

6. Herpes zoster sakralis


Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

8
Gambar 6. Herpes zoster sakralis dekstra.
C. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan
tergolong virus berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk
subfamili alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus
replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan
kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa
mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang
menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus
herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion.
Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik.
Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas
dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta mempunyai enzim yang penting
untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan virus spesifik
deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi.
(Harahap,Marwali. 2000)

D. Manifestasi klinis
1. Gejala prodromal sistematik (demam, pusing, malese) maupun gejala
prodomal lokal (nyeri otot tulang, gatal, pegal).
2. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang
berkelompok, vesikel ini berisi cairan yang jernih kemudian menjadi keruh
(berwarna abu-abu) dapat menjadi pustule dan krusta. (Prof. dr. Adhi
Juwanda, 199:107).
3. Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan

9
hampir selalu unilateral
Menurut daerah penyerangnya dikenal :
a) Herpes zosrter of oftalmikus : menyerang dahi dan sekitar mata
b) Herpes zosrter servikalis : menyerang pundak dan lengan
c) Herpes zosrter torakalis : menyerang dada dan perut
d) Herpes zosrter lumbalis : menyerang bokong dan paha.
e) Herpes zosrter sakralis : menyerang sekitar anus dan getalia
f) Herpes zosrter atikum : menyerang telinga.

E. Patofisiologi

Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes
(penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA
hospes, mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan
pada kulit. Virus akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf
dan berdiam secara permanen dan bersifat laten.

Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori


setelah infeksi chickenpox pada masa anak – anak. Sekitar 20 % orang yang
menderita cacar akan menderita shingles selama hidupnya dan biasanya hanya
terjadi sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area
dermatom.

Virus varicella zoster dapat aktif kembali bila pasien mengalami stres
berlebih atau penurunan daya tahan tubuh misalnya badan tidak dalam keadaan
sehat. Ini disebut reaktivasi virus.

Biasanya virus varicella zoster pada herpes zoster menyerang bagian kulit,
mukosa dan saraf di sebagian tubuh dan hanya satu sisi tubuh (unilateral), kanan
atau kiri, sesuai penjalaran dari ujung-ujung saraf. Ruam berkumpul sesuai
dermatom saraf.

10
Herpes zoster dapat menular namun daya penularannya lebih lemah
dibandingkan varicella simplex (cacar air). Penularan virus varicella zoster berupa
varicella simplex (cacar air) yang dapat berubah menjadi herpes zoster melalui
proses reaktivasi virus.

Penularan herpes zoster dapat melalui kontak langsung dengan lesi kulit dan
menyebar melalui udara dibarengi dengan daya tahan tubuh menurun. Pada
penyakit infeksi virus biasanya orang menjadi kurang sehat dan tidak ada nafsu
makan sehingga daya tahan tubuh makin rendah sehingga mudah terkena infeksi
bakteri.

F. Pemeriksaan penunjang
Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan
herps simplex :

1. Tzanck Smear

- Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru,


kemudian diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin,
Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue ataupun Papanicolaou’s. Dengan
menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated giant
cells
- Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.
- Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan
herpes simpleks virus

2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibodi: Pemeriksaan digunakan untuk
membedakan diagnosis herpes virus
3. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
4. Pemerikasaan mikroskop electron
5. Kultur virus
6. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ
7. Deteksi antibody terhadap infeksi virus

11
8. Biopsi kulit, pemeriksaan histopatologis tampak vesikel intraepidermal
dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas
dijumpai adanya lymphocytic infiltrate. (Price, Sylvia Anderson. 2005 )

G. Penatalaksanaan medis
Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya
diberikan analgetik, jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.Pada
herpes zoster oftalmikus mengingat komplikasinya diberikan obat antiviral
atau imunostimulator. Obat-obat ini juga dapat diberikan pada penderita
dengan defisiensi imunitas.Indikasi pemberian kortikosteroid ialah untuk
Sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus sedini-dininya untuk mencegah
terjadinya parasialis. ( Judith M. Wilkinson. 2006)
Terapi serng digabungkan dengan obat antiviral untuk mencegah
fibrosis ganglion.Pengobatan topical bergantung pada stadiumnya. Jika masih
stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah
pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder bila erosit diberikan
kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.(
Judith M. Wilkinson. 2006)
Karena infeksi HSV tidak dapat disembuhkan, maka terapi
ditujukan untuk mengendalikan gejal a dan menurunkan pengel uaran
virus. Obat antivirus analognukleosida merupakan terapi yang
dianjurkan. Obat-obatan ini bekerja dengan menyebabkan deaktivasi atau
mengantagonisasi DNA polymerase HSV yang pada gilirannya
menghentikan sintesis DNA dan replikasi virus.( Judith M. Wilkinson.
2006)
Tiga obat antivirus yang dianjurkan oleh petunjuk CDC 1998
adalak asiklovir, famsiklovir, dan valasiklovir. Obat antivirus harus
dimulai sejak awal tanda kekambuhan untuk mengurangi dan
mempersingkat gejala. Apabila obat tertunda sampai lesi kulit muncul,
maka gejala hanya memendek 1 hari. Pasien yang mengalami

12
kekambuhan 6 kali atau lebih setahun sebaiknya ditawari terapi supresif
setiap hari yang dapat mengurangi frekuensi kekambuhan sebesar 75%.
Terapi topical dengan krim atau salep antivirus tidak terbukti efektif.
Terapi supresif atau profilaksis dianjurkan untuk mengurangi resiko
infeksi perinatal dan keharusan melakukan seksioses area pada wanita
yang positif HSV. Vaksin untuk mencegah infeksi HSV-2 sekarang
sedang diteliti.

H. Komplikasi
Komplikasi herpes zoster menurut Bricker dkk, 2002 adalah sebagai
berikut:
1) Neuralgia paska herpetik
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan
sampai beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas
40 tahun, persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi.
Semakin tua umur penderita maka semakin tinggi persentasenya.
2) Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa
komplikasi. Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi
H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel
sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
3) Kelainan pada mata
Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa:
ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis
optik.
4) Sindrom Ramsay Hunt
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan
otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell),
kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo,
gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan.

13
5) Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat
perjalanan virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem
saraf yang berdekatan. Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak
munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi seperti: di wajah,
diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus. Umumnya
akan sembuh spontan.

I. Prognosis
Herpes zoster merupakan penyakit self limiting atau dapat sembuh sendiri
dan biasanya sembuh dalam waktu 10:15 hari. Prognosis untuk pasien usia muda
dan sehat sangat baik karena Pada orang tua memiliki resiko yang lebih tinggi
untuk terjadinya komplikasi herpes zoster seperti neualgia pascaherpes, infeksi
sekunder dan timbulnya jaringan parut.
Varicella dan herpes zoster pada anak imunokompeten tanpa disertai
komplikasi prognosis biasanya sangat baik sedangkan pada anak
imunokompromais, angka morbiditas dan mortalitasnya signifikan. (Blackwell
Science, 2000)

14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Biodata
A. Identitas Pasien
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien,
alamat pasien, umur pasien biasnya kejadian ini mencakup semua usia
antara anak-anak sampai dewasa, tanggal masuk ruma sakit penting untuk
di kaji untuk melihat perkembangan dari pengobatan, penanggung jawab
pasien agar pengobatan dapat di lakukan dengan persetujuan dari pihak
pasien dan petugas kesehatan.
2. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat
pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal
pada daerah yang terkena pada fase-fase awal baik pada herpes zoster
maupun simpleks.
B. Riwayat penyakit sekarang
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang
mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga
terdapat lesi/vesikel perkelompok dan penderita juga mengalami
demam.
C. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman
dekat yang terinfeksi virus ini.
D. Riwayat penyakit dahulu
diderita kembali oleh pasien yang pernah mengalami penyakit herpes
simplek atau memiliki riwayat penyakit seperti ini
E. Riwayat psikososial.

15
Kaji respon pasien terhadap penyakit yang diderita serta peran dalam
keluarga dan masyarakat, respon dalam keluarga maupun masyarakat.

3. Pola Kehidupan

A. Aktivitas dan Istirahat


Pasien mengeluh merasa cemas, tidak bisa tidur karena nyeri, dan
gatal.
B. Pola Nutrisi dan Metabolik
Pada Herpes Zoster oftalmik , pasien mengalami penurunanan nafsu
makan , karena mengeluh nyeri pada daerah wajah dan pipi sehingga
pasien tidak dapat mengunyah makanan dengan baik karena
disebabkan oleh rasa nyeri
C. Pola Aktifitas dan Latihan
Dengan adanya nyeri dan gatal yang dirasakan, terjadi penurunan pola
saat aktifitas berlebih ,sehingga pasien akan membatasi pergerakan
aktivitas .
D. Pola Hubungan dan peran
Pasien akan sedikit mengalami penurunan psikologis, isolasi karena
adanya gangguan citra tubuh.
4. Pengkajian fisik
1) Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran
b. TTV
2) Head To Toe
a. Kepala
wajah : ada lesi (ukuran > 1 , bentuk :benjolan berisi air , penyebaran :
merata dengan kulit )
b. Rambut
Warna rambut hitam, tidak ada bau pada rambut, keadaan rambut tertata
rapi.
c. Mata (Penglihatan)

16
Adanya Nyeri tekan, ada penurunan penglihatan.
d. Hidung (Penciuman)
septum nasi tepat ditengah, tidak terdapat secret, tidak terdapat lesi, dan
tidak terdapat hiposmia.
e. Telinga (Pendengaran)
 Inspeksi
 Daun telinga : tidak terdapat lesi, kista epidemoid, dan keloid
 Lubang telinga : tidak terdapat obstruksi akibat adanya benda
asing.
 Palpasi
Tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan pada otitis media
dan mastoidius.
f. Mulut dan gigi
Mukosa bibir lembab, tidak pecah-pecah, warna gusi merah muda, tidak
terdapat perdarahan gusi, dan gigi bersih.
g. Abdomen
 Inspeksi
 Bentuk : normal simetris
 Benjolan : tidak terdapat lesi
 Palpasi
 Tidak terdapat nyeri tekan
 Tidak terdapat massa / benjolan
 Tidak terdapat tanda tanda asites
 Tidak terdapat pembesaran hepar
h. Integument
- Ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri,
- edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi
sekunder.
- akral hangat
- turgor kulit normal/ kembali <1 detik
- terdapat lesi pada permukaan kulit wajah

17
5. Diagnosa keperawatan herpes zooster.
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai
dengan mengeluh nyeri, gelisah,dan sulit tidur.
2. Gangguan integritas kulit b/d proses peradangan di tandai dengan
kerusakan jaringan / lapisan kulit,nyeri,kemerahan.
3. Defisit kesehatan komunitas berhubungan dengan keterbatasan
sumber daya di tandai dengan terjadi masalah kesehatan dalam
komunitas dan terdapat risiko fisiologis dan psikologis yang
menyebabkan anggota komunitas menjalani perawatan.
6. Rencana keperawatan/intervensi.

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai


dengan mengeluh nyeri, gelisah,dan sulit tidur.
 Manajemen nyeri : mengidentifikasi dan mngelolah
pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
merusakan jaringan ataufungsional dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan
konstan.
Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik
,durasi,frekuensi,kualitas nyeri,intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi nyeri non verbal
4. Identifikasi factor pencetus yang memperberat dan
memperingan nyeri.
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri.
6. Monitor efek samping penggunaan analgetik.
Teraupetik :
1. Berikan teknik nonfamakologis intuk mengurangi
rasa nyeri (mis.TENS,hypnosis,akupresur.)

18
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis, suhu ruangan,pencahayaan,kebisingan.)
3. Fasilitas istirahat dan tidur.
4. Pertimbangkan jenis dan sumber dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik , jika perlu.
2. Gangguan integritas kulit b/d proses peradangan di tandai dengan
kerusakan jaringan / lapisan kulit,nyeri,kemerahan.
 Pemberian obat kulit : menyiapkan dan memberikan agen
farmakologis untuk memulihkan gangguan kulit.
Observasi :
1. Identifikasi kemungkinan alergi , interaksi dan
kontraindikasi obat.
2. Verifikasi order obat sesuai dengan indikasi.
3. Periksa tanggal kadarluarsa obat.
4. Monitor efek teraupetik obat.
5. Monitor efek lokal,efek sistemik dan efek samping
obat.

Teraupetik :
1. Lakukan prinsip enam benar (pasien, obat, dosis,
waktu, rute, dan dokumentasi.)

19
2. Cuci tangan dan pasang sarung tangan
3. Bersihkan kulit dan hilangkan obat sebelumnya (jika
ada)
4. Oleskan agen topical pada kulit yang tidak
mengalami luka, iritasi atau sensitive.
5. Hindari terpapar sinar matahari secara langsung
(uktra violet)
Edukasi :
1. Jelaskan jenis obat , alasan pemberian, tindakan
yang di harapkan dan efek samping.
2. Jelaskan factor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan efektifitas obat.
3. Ajarkan teknik pemberian obat secara mandiri (jika
perlu).

3. Defisit kesehatan komunitas berhubungan dengan keterbatasan


sumber daya di tandai dengan terjadi masalah kesehatan dalam
komunitas dan terdapat risiko fisiologis dan psikologis yang
menyebabkan anggota komunitas menjalani perawatan.
 Promosi kebersihan : mengidentifikasi dan memfasilitasi
peningkatan status kebersihan diri dan lingkungan

Observasi :
1. Identifikasi kondisi umum pasien (mis. Kemampuan
fisik dan mental )
2. Identifikasi kemandirian melakukan uoaya
kebersihan diri dan lingkungan
3. Identifikasi pengetahuan tentang pentingnya upaya
kebersihan
Teraupetik :

20
1. Pertimbangkan budaya dalam melakukan upaya
kebersihan (mis, usia-sosial-ekonomi,pendidikan)
2. Fasilitasi dalam melakukan uoaya kebersihan diri
sesuai kebutuhan.
3. Motivasi partisipasi keluarga dan masyarakat dalam
upaya promosi kebersihan.
4. Berikan pujian atas uoaya melakukan promosi
kebersihan.
Edukasi :
1. Jelaskan manfaat kebersihan bagi kesehatan.
2. Ajarkan upaya-upaya peningkatan kebersihan sesuai
tingkat kemandirian.

21
BAB IV

4.1 Kesimpulan

Herpes Zoster merupakan suatu penyakit yang disebabkan


oleh virus varisela yang berada laten di jaras saraf sensorik yang
bersifat khas seperti gerombolan vesitel unilateral dan radang ini
dialami oleh seseorang yang tidak mempuyai kekebalan terhadap
varisela.

4.2 Saran
Berdasarkan uraian yang ada serta kesimpulan diatas ,
maka penulis mencoba mengajukan beberapa saran sebagai bahan
pertimbangan :

1. Dalam memberikan asuhan keperawatan perlu adanya


kerja sama tim baik dokter , perawat sebagai pelaksana ,
klien maupun keluarga klien untuk mendapatkan
kemudahan didalam pelaksanaan asuhan keperawatan
demi terwujudnya mutu asuhan keperawatan yang lebih
baik

2. Untuk masyarakat bisa lebih memahami dan mencegah


terjadinya infeksi virus Herpes Zoster.

22
DAFTAR PUSTAKA

Black M. Joyce, Hawks. 2014. Keperawatan medical bedah Manajemen klinis


untuk hasil yang di harapkan, Edisi 8 buku ke 2. Singapore : PT Salemba
Medika
Djuanda, Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ke Dua.
Jakarta : FKUI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN
INDONESIA: Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). STANDAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


INDONESIA: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.

23
24

Anda mungkin juga menyukai