Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH HALUSINASI

MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA

KELOMPOK 2

1. AHMAD FAUZINOR
2. DA’I ROBY
3. DESSY ANA ANGGRAINI
4. DITA DWI AYU NURANI
5. HELDA FEBRIANI
6. NINA NORYUNITA
7. REZA ELLANDA
8. TASSYA NOVELITA
9. WANDHA AGUSTINA
10. YULI ASRI NUR ANISA

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-NYA sehingga kami bias menyelesaikan makalah “halusinasi” dengan
tepat pada waktunya. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dimasa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan para mahasisa,masyarakat, dan pembaca.
A. Pengertian

Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan
pola dari stimulasi yang mendekat yang diprakarsai secara internal atau eksternal disertai
dengan suatu pengurangan berlebihan-lebihan, distorsi atau kelainan berespon terhadap setiap
stimulus (Townsend, 1998).Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau
pengalaman persepsi sensori yang tidak terjadi dalam realitas (Videbeck, 2008).

Halusinasi merupakan pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada panca-indera


seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik,
fungsinal, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1998).Halusinasi merupakan suatu persepsi
yang salah tanpa dijumpai dengan adanya rangsangan dari luar (Yosep, 2007).Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan halusinasi merupakan persepsi klien melalui panca
indera tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

B. Etiologi

Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi padaklien dengan gangguan
jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaandelirium, demensia dan kondisi yang
berhubungan dengan penggunaanalkohol dan substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi
denganepilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat
dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yangmeliputi anti depresi, anti
kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik,sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat
terjadinya halusinasisama seperti pemberian obat diatas.

Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu pada individu yang
mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya
permasalahan pada pembicaraan. Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak
diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis ,
socialbudaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis , pemicu masalah
sumber-sumber koping dan mekanisme koping.

C. Tanda Dan Gejala

1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.

2. Menggerakkan bibir tanpa menimbulkan suara.


3. Gerakan mata yang cepat.

4. Respon verbal yang lambat.

5. Menarik diri dari orang lain.

6. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.

7. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.

D. Jenis-jenis Halusinasi

1. Halusinasi dibagi menjadi beberapa jenis, yitu sebagai berikut (Maramis, 2004):
2. Halusinasi penglihatan (visual, optik) adalah perasaan melihat sesuatu objek tetapi
pada kenyataannya tidak ada.
3. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) adalah perasaan mendengar suara-
suara,berupa suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik.
4. Halusinasi penciuman (olfaktorik) adalah perasaan mencium sesuatu bau atau aroma
tetapi tidak ada.
5. Halusinasi pengecapan (gustatorik) adalah kondisi merasakan sesuatu rasa tetapi tidak
ada dalam mulutnya, seperti rasa logam.
6. Halusinasi peraba (taktil) adalah kondisi merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau
seperti ada ulat bergerak di bawah kulitnya.
7. Halusinasi kinestetik adalah kondisi merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang,
atau anggota badannya bergerak.

E. Proses Terjadinya Halusinasi

Pada gangguan jiwa skhizofrenia, halusinasi pendengaran merupakan hal yang paling sering
terjadi, dapat berupa suara-suara bising atau kata-kata yang dapat mempengaruhi tingkah
laku, sehingga dapat menimbulkan respon tertentu seperti bicara sendiri, marah, atau
berespon lain yang membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Hal serupa dapat bersikap mengamati orang lain yang tidak bicara atau benda mati yang
seakan-akan berbicara padanya. Halusinasi merupakan tanda khas dari gangguan skhizofrenia
dan merupakan manifestasi dari metankolia involusi, psikosa, depresi, dan sindrom otak
organik.(Nasution, 2003).

F. Rentang Respons Neurobiologis

Respon perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon yang berhubungan
dengan fungsi neurobiologis. Perilaku yang dapat diamati dan mungkin menunjukkan adanya
halusinasi disajikan dalam table berikut :

Dari bagan diatas bisa dilihat rentang respon neurobiologis bahwa respon adaptif sampai
maladaptif yaitu:

1. Respon adaptif

a) Pikiran logis

Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.

b) Persepsi akurat

Pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat.

c) Emosi konsisten dengan pengalaman

Kemantapan perasaan jiwa sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.

d) Perilaku sesuai

Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut diwujudkan dalam
bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan dengan moral.

e) Hubungan sosial

Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat.

2. Respon transisi
a) Pikiran kadang menyimpang

Kegagalan dalam mengambil kesimpulan.

b) Ilusi

Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.

c) Reaksi emosi berlebihan atau berkurang

Emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.

d) Perilaku aneh atau tak lazim

Perilaku aneh yang tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran mengolah dan tidak
kenal orang lain.

e) Menarik diri

Perilaku menghindar dari orang lain.

3. Respon maladaptif

a) Gangguan pikiran atau waham

Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walau tidak diyakini oleh orang lain
dan bertentangan dengan realita sosial.

b) Halusinasi

Persepsi yang salah terhadap rangsang.

c) Ketidakmampuan untuk kontrol emosi

Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan,


keakraban dan kedekatan.

d) Ketidakteraturan perilaku

Ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.


e) Isolasi sosial

Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang
negatif dan mengancam (Stuart, 2007).

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :

Menciptakan lingkungan yang terapeutik .Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan


dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan
secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di
pegang.Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional.Setiap perawat masuk ke
kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan
meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di
lakukan.

Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau
hiasan dinding, majalah dan permainan.

H. MANIFESTASI KLINIK

1. Fase Pertama / comforting / menyenangkan

Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.Klien mungkin
melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan
kecemasan dan stress.Cara ini menolong untuk sementara.Klien masih mampu mengotrol
kesadarnnya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.

Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa bersuara,
pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya
dan suka menyendiri.

2. Fase Kedua / comdemming


Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, klien
berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol,
gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut
apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya. Klien membuat
jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang
dari orang lain.

Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut
jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan
dengan realitas.

3. Fase Ketiga / controlling

Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak berdaya
pada halusinasinya.Termasuk dalam gangguan psikotik.

Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol
klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.

Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit
atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi
perintah.

4. Fase Keempat / conquering/ panik

Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi
yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi
klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya
klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau
selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.

Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak
mampu berespon lebih dari satu orang.

Melaksanakan program terapi dokter :


Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi
yang di terimanya.Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif.Perawat harus
mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.

Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada setelah pasien
lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan
penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan
data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan
pasien.

Memberi aktivitas pada pasien :

Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga,
bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke
kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal
kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.

Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan :

Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan
pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan dengan
pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi
bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan
agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang
ada.Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak
membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.

I. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi atau muncul karena halusinasi diantaranya adalah
munculnya perilaku untuk mencederai dirinya sendiri atau orang lain dan lingkungan yang
diakibatkan oleh persepsi. Sensorik palsu tanpa adanya stimulus eksternal. Defisit perawatan
diri yang berhubungan dengan gangguan persepsi sensorik halusinasi penglihatan dan
pendengaran hambatan komunikasi yang berhubungan dengan gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran. Perubahan nutrisi yang berhubungan dengan gangguan persepsi
sensori halusinasi pengecapan dan penciuman.

Anda mungkin juga menyukai