HALUSINASI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa
Disusun oleh :
2022-2023
TINJAUAN PUSTAKA
HALUSINASI
A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar. Walaupun
tampak sebagai sesuatu yang “khayal”, halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari
kehidupan mental penderita yang “teresepsi” (Yosep, 2009).Halusinasi adalah perubahan
dalam jumlah atau pola simulasi yang datang diserta gangguan respon yang kurang,
berlebihan, atau distorsi terhadap stimulus tersebut (NANDA, 2005).Pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa ada suara padahal tidak ada stimulus
suara. Melihat bayangan orang atau sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada bayangan
tersebut. Membaui bau-bauan tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa.
Merasakan pengecapan rabaan padahal tidak ada apapun dalam permukaan kulit.
B. RENTANG RESPON
1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma social budaya yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu
masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut dengan respon adaptif:
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dan pengalaman
ahli
d. Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
e. Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan
2. Respon Psikososial
Respon Psikososial meliputi :
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
b. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera
c. Emosi berlebihan atau berkurang
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain
3. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma social budaya dan lingkungan, adapun respon
maladaptif meliputi:
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan social
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur
e. Isolasi social adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dari diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negative
mengancam.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Yosep (2009) factor predisposisi klien dengan halusinasi adalah:
1. Factor perkembangan,Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
control dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
2. Factor sosiokultural,Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
(unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya kepada
lingkungannya.
3. Factor biokimia,Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu
zat yang bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase
(DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter
otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylcholine dan dopamine.
4. Factor psikologis,Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus kepada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya.
Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5. Factor genetic dan pola asuh,Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh
oleh orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit
ini.
D. FAKTOR PRESIPITASI
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak
berdaya. Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi
serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
2. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
F. MACAM-MACAM HALUSINASI
G. FASE HALUSINASI
1. Fase Pertama / comforting / menyenangkan,Pada fase ini klien mengalami kecemasan,
stress, perasaan gelisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran
pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini
menolong untuk sementara. Klien masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal
pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.
Perilaku klien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa
bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya dan suka menyendiri.
2. Fase Kedua / comdemming,Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan
pengalaman internal dan eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada
halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi
halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut apabila orang lain
mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara
dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari
orang lain.
Perilaku klien: meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa
membedakan dengan realitas.
3. Fase Ketiga / controlling,Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien
menjadi terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan
psikotik. Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu
mematuhi perintah.
4. Fase Keempat / conquering/ panik,Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan
diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah
menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia yang
menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi
kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks
dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas klien yang perlu ditulis adalah nama klien, jenis kelamin, umur
(biasanya pada usia produktif), pendidikan (segala jenis/tingkat pendidikan
berisiko perilaku kekerasan), pekerjaan (tingkat keseriusan/tuntutan dalam
perkerjaannya dapat menimbulkan masalah), status (belum menikah, menikah
atau bercerai), alamat, kemudian nama perawat.
b. Faktor Prestisipasi dan Predisposisi
Faktor yang membuat klien melakukan perilaku kekerasan.serta hal-hal yang
menyebabkan perubahan perilaku kekerasan klien, baik dari pasien, keluarga,
maupun lingkungan.
c. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum : klien dengan resiko perilaku kekerasan biasanya muka
merah, pandangan tajam, sakit fisik, napas pendek, yang menyebabkan
perubahan memori, kognitif, alam perasaan dan kesadaran.
- Tanda – tanda Vital
d. Psikososial
1. Genogram
Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan
klien dan keluarga serta menjelaskan jika seseorang itu berada dalam
disfungsi keluarga seperti tertekan dan ketertekanan itu dapat merupakan
faktor penyerta bagi dirinya akibat perilaku kekerasan contoh kondisi
keluarga yang tidak baik itu adalah : keluarga yang tidak utuh, orang tua
meninggal, orang tua cerai dan lain-lain.
2. Konsep Diri
Citra diri : klien tubuhnya baik-baik saja
Identitas : klien kurang puas terhadap dirinya
Peran : klien anak keberapa dari berapa saudara
Ideal diri :klien menginginkan keluarhga dan orang lain menghargainya
Harga diri :kurangnya penghargaan keluarga terhadap perannya.
e. Hubungan sosial
Marah-marah, bersikap tidak ramah, kasar terhadap keluarga lainnya.
f. Status mental
▪ Penampilan: Tidak rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian tidak seperti
biasanya.
▪ Pembicaraan : Kaji cara bicara klien apakah cepat, keras, gagap, apatis,
lambat dan membisu.
▪ Aktivitas motoric : Lesu, gangguan kesadaran, selisah, gerakan otot muka
yang berubah-ubah tidak dapat dikontrol.
▪ Afek dan Emosi
Afek : tumpul (datar) dikarenakan terjadi penurunan kesadaran.
Emosi : klien dengan resiko perilaku kekerasan biasanya memiliki emosi
yang tinggi.
B. ANALISA DATA
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
SP 4 :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,
2, dan 3)
2. Latihan mengtrol halusinasi dengan
melaksanakan aktivitas terjadwal
3. Masukan dalam jadwal kegiatan
DAFTAR PUSTA
Dalami, E, dkk. 2009. Askep Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta : CV. Trans Info
Media
Stuart dan Laraia, Principles And Practice of Psyciatric Nursing (5Th. Ed) St. Louis
Mosby Year Book 2007
Yosep (2011), Keperawatan Jiwa. Edisi 4, PT Refika Aditama : Bandung