Disusun Oleh :
Ribka Sulastri S
Npm : 22.156.03.11.075
C. ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab halusinasi dibagi dua (Yosep, 2010) yaitu :
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilangnya kepercayaan diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang tidak diterima oleh lingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor biokimia
Stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan
Dimetytranferse (DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
terakitvasinya neurotransmitter otak. Misalnya tejadi ketidakseimbangan
acetylcholin dan dopamin.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Anak sehat yang di asuh oleh orang tua yang mengalami gangguan jiwa
cenderung mangalami gangguan jiwa dan factor keluarga menunjukan hubungan
yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor presipitasi
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang
luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol
dan kesulitan dalam waktu lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi terjadi. Isi dari halusinai dapat berupa perintah
memaksa dan menakutkan.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan penurunan fungsi ego seseorang yang pada awalnya
halusinasi merupakan usaha dari ego itu sendiri untuk melawan impuls yang
menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua
perilaku klien
d. Dimensi social
Dalam dimensi sosial ini klien mengalami gangguan interaksi sosial dan
menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien dengan halusinasi dimulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya keinginan untuk beribadah dan jarang
berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Klien sering memaki takdir
tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang
lain yang menyebabkan memburuk.
C. INTERVENSI
Diagnosa 1 . Resiko perilaku kekerasan
TUM : Klien tidak menciderai orang lain .
TUK 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan kriteria hasil -
Ekspresi wajah bersahabat.
a. Menunjukan rasa senang.
b. Ada kontak mata atau mau jabat tangan.
c. Mau mrnyebutkan nama.
d. Mau menyebut dan menjawab salam.
e. Mau duduk dan berdampingan dengan perawat.
f. Mau mengutarakan masalah yang
dihadapi. Intervensi:
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d. Jelaskan tujuan pertemuan.
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjukan sikap empati dan terima klien apa adanya.
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuan dasar klien.
Rasionalisasi : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya.
TUK 2. Klien dapat mengenal halusinasi dengan kriteria hasil:
a. Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnuya halusinasi.
b. Klien dapat mengungkapkan perasaanya terhadap halusinasi.
c. Bantu klien mengenal halusinasinya :
1. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apa yang sedang dilihat.
2. Katakan bahwa perawat percaya klien melihat itu namun perawat sendiri tidak
melihatnya.
3. Katakan bahwa klien lain juga yang seperti klien.
4. Katakan bahwa perawat siap membantu klien.
d. Diskusikan dengan klien
1. Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.
2. Waktu dan frekuensinya terjadi halusinasi.
e. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi. TUK 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya dengan
kriteria hasil :
a. Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
halusinasinya.
b. Klien dapat menyebutkan cara baru.
c. Klien dapat memilih cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi.
d. Klien dapat mengikuti terapi aktivitas
kelompok. Intervensi:
a. Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jika terjadi
halusinasi. Rasional: merupakan upaya untuk memutus siklus
halusinasi.
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri
pujian. Rasional: reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri
klien.
c. Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya halusinasi.
1. Melatih menghardik
2. Menemui orang lain untuk bercakap-cakap.
3. Melihat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul.
4. Meminta perawat /teman/keluarga untuk menyapa jika klien melamun.
Rasional: memberi alternative pikiran bagi klien
d. Bantu klien melatih dan memutus halusinasi secara bertahap.
Rasional: Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih salah
satu cara pengendalian halusinasi.
e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri
pujian jika berhasil
f. Anjurkan klien untuk mengikuti TAK, orientasi realita.
Rasional: Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interpretasi realita klien.
TUK 4. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya dengan
kriteria hasil:
a. Klien dapat menjalin hubungan saling percaya dengan perawat
b. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk
c. mengendalikan
halusinasi Intervensi:
a. Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga sedang halusinasi.
Rasional: untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasi.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang
1. Gejala halusinasi yang dialami klien.
2. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarag untuk memutus halusinasi.
3. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah, beri kegiatan jangan
biarkan sendiri.
4. Beri informasi tentang kapan pasien memerluakn
bantuan. Rasional : Untuk meningkatkan pengetahuan tentang
halusinasi.
TUK 5. Klien memanfaatkan obat dengan baik. Dengan kriteria hasil :
a. Klien dan keluarga mampu menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping
b. Klien dapat menginformasikan manfaat dan efek samping obat
c. Klien dapat memahami akibat pemakaina obat tanpa konsultasi
d. Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar pengunaan
obat. Intervensi:
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat.
b. Anjurkan klien untuk minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat obat dan efek samping obat
yang dirasakan.
Rasional ; dengan mengetahui efek samping obat klien tahu apa yang harus dilakukan
setelah minum obat.
d. Diskusikan bahayanya obat tanpa konsultasi.
Rasional: Pengobatan dapat berjalan sesuai dengan rencana.
e. Bantu klien menggunakan prinsip lama benar.
Rasional: dengan mengetahui prinsip maka kemandirian klien tentang pengobatan dapat
ditingkatkan secara bertahap.
Bagan Strategi pelaksanaan
SP (Strategi Pelaksanaan) untuk Pasien SP (Strategi Pelaksanaan) untuk Keluarga
SP I SP I
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi Pasien. 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mengidentifikasi isi halusinasi Pasien. dirasakankeluarga dalam merawat Pasien.
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi Pasien. 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi halusinasi dan jenis halusinasi yang
Pasien. dialami Pasien beserta proses terjadinya.
5. Mengidentifikasi situasi yang 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
menimbulkan halusinasi. halusinasi.
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap
Haluisinasi.
7. Mengajarkan pasien menghardik
halusinasi.
8. Menganjurkan pasien memasukan cara
menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.
SP II SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih keluarga mempraktekan cara
pasien. merawat pasien halusinasi.
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
dengan cara bercakapcakap dengan orang langsung pasien halusinasi.
lain.
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP III SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Membantu keluarga membuat jadwal
pasien. aktivitas di rumah termasuk minum obat
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi (discharge planning
dengan melakukan kegiatan (kegiatan 2. Menjelaskan follow up pasien setelah
yang pulang.
biasa dilakukan).
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP IV
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien.
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur.
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian.
DAFTAR PUSTAKA