Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI


DI YAYASAN GALUH KOTA BEKASI
TAHUN 2023

Disusun Oleh :
Ribka Sulastri S
Npm : 22.156.03.11.075

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
BEKASI TAHUN 2022/2023
I. KONSEP DASAR MEDIS
A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, pengelihatan, pengecapan,
perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada
(Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar. Walaupun
tampak sebagai suatu yang “khayal”, halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari
kehidupan mental penderita yang “teresepsi” (Yosep,2010).
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang datang disertai
gangguan respon yang kurang, atau distorsi terhadaP stimulus tersebut (Nanda-I, 2012).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa, klien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan,
atau penghiduan tanpa stimulus nyata. (Keliat Budi Anna, 2012)
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa adanya stimulus yang nyata,
artinya klien mengidentifikasi sesuatu yang nyata tanpa stimulus dari luar. (Stuart and
Laraia, 2005).
Jenis – jenis halusinasi
Menurut Farida ( 2010 ) halusinasi terdiri dari tujuh jenis:
a. Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
b. Halusinasi Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa yang menyenangkan atau
menakutkan.
c. Halusinasi Penghidu atau Penciuman
Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses, parfum atau bau yang
lain. Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang atau dimensia.
d. Halusinasi Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Halusinasi Perabaan
Merasa mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Halusinasi Cenesthetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan
atau pembentukan urine.
g. Halusinasi Kinestetika
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

B. RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIS


a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon adaptif:
1. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman
ahli
4. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.
5. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
b. Respon psikososial
1. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
2. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3. Emosi berlebihan atau berkurang
Respon Adaptif Respon Maladaptif
 Pikiran Logis
 Persepsi akurat
 Emosi Konsisten dengan pengalaman
 Perilaku sesuai hubungan social
 Distorsi pikiran
 Ilusi
 Reaksi emosi berlebihan atau kurang
 Perilaku aneh atau tidak biasa
 Menarik diri
 Gangguan proses pikir
 Waham perilaku disorganisasi
 Isolasi social
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon adaptif:
1. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman
ahli
4. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.
5. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
b. Respon psikososial
1. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
2. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3. Emosi berlebihan atau berkuran
4. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran
5. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif
meliputi:
1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
2. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak
realita atau tidak ada.
3. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
4. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif
mengancam.\

C. ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab halusinasi dibagi dua (Yosep, 2010) yaitu :
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilangnya kepercayaan diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang tidak diterima oleh lingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor biokimia
Stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan
Dimetytranferse (DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
terakitvasinya neurotransmitter otak. Misalnya tejadi ketidakseimbangan
acetylcholin dan dopamin.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Anak sehat yang di asuh oleh orang tua yang mengalami gangguan jiwa
cenderung mangalami gangguan jiwa dan factor keluarga menunjukan hubungan
yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor presipitasi
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang
luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol
dan kesulitan dalam waktu lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi terjadi. Isi dari halusinai dapat berupa perintah
memaksa dan menakutkan.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan penurunan fungsi ego seseorang yang pada awalnya
halusinasi merupakan usaha dari ego itu sendiri untuk melawan impuls yang
menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua
perilaku klien
d. Dimensi social
Dalam dimensi sosial ini klien mengalami gangguan interaksi sosial dan
menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien dengan halusinasi dimulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya keinginan untuk beribadah dan jarang
berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Klien sering memaki takdir
tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang
lain yang menyebabkan memburuk.

D. TANDA DAN GEJALA


Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai
berikut:
a. Bicara sendiri.
b. Senyum sendiri.
c. Ketawa sendiri.
d. Menggerakkan bibir tanpa suara.
e. Pergerakan mata yang cepat
f. Respon verbal yang lambat.
g. Menarik diri dari orang lain.
h. Berusaha untuk menghindari orang lain.
i. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
j. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
k. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
l. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
m. Sulit berhubungan dengan orang lain.
n. Ekspresi muka tegang.
o. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
p. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
q. Tampak tremor dan berkeringat.
r. Perilaku panik.
s. Agitasi dan kataton.
t. Curiga dan bermusuhan.
u. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
v. Ketakutan.
w. Tidak dapat mengurus diri.
x. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
E. FASE-FASE HALUSINASI
Menurut stuart dan laraia dalam Prabowo, 2014 menunjukan tahapan terjadinya
halusinasi terdiri dari 4 fase dan setiap fase mempunyai karakteristik yang berbeda yaitu:
a. Fase I
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, dan takut serta
mencoba untuk berfokus pada pkiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas
disini pasien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, gerakan mata cepat,dan asyik
sendiri.
b. Fase II
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas kendali dan
mencoba jaga jarak dengan sumber yang dipersepsikan sehingga timbul peningkatan
tanda-tanda vital.
c. Fase III
Pasien menghentikan perlawanan halusinasi dan menyerah pada halusinasi. Disini
pasien sukar berhubungan dengan orang lain, tidak mampu mematuhi perintah dari
orang lain, dan kondisi sangat menegangkan terutama berhubungan dengan orang
lain.
d. Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti perintah halusinasi.
Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri dan tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Pengkajian
dapat dilakukan dengan cara observasi dan wawancara pada klien dan keluarga pasien
(O’brien, 2014). Pengkajian awal mencakup :
a. Keluhan atau masalah utama
b. Status kesehatan fisik, mental, dan emosional
c. Riwayat pribadi dan keluarga
d. Sistem dukungan dalam keluarga, kelompok sosial, atau komunitas
e. Kegiatan sehari-hari
f. Kebiasaan dan keyakinan kesehatan
g. Pemakaian obat yang diresepkan
h. Pola koping
i. Keyakinan dan nilai spiritual
Dalam proses pengakajian dapat dilakukan secara observasional dan wawancara. Data
pengakajian memerlukan data yang dapat dinilai secara observasional. Menurut
Videbeck dalam Yosep (2014) data pengkajian terhadap klien halusinasi yaitu:
a.Data Subjektif
1. Mendengar suara menyuruh
2. Mendengar suara mengajak bercakap-cakap
3. Melihat bayangan, hantu, atau sesuatu yang menakutkan
4. Mencium bau darah, feses, masakan dan parfum yang menyenangkan
5. Merasakan sesuatu dipermukaan kulit, merasakan sangat panas atau dingin
6. Merasakan makanan tertentu, rasa tertentu, atau mengunyah sesuatu
b. Data Objektif
1. Mengarahkan telinga pada sumber suara
2. Bicara atau tertawa sendiri
3. Marah-marah tanpa sebab
4. Tatapan mata pada tempat tertentu
5. Menunjuk-nujuk arah tertentu
6. Mengusap atau meraba-raba permukaan kulit tertentu
Selanjutnya dalam pengkajian memerlukan data berkaitan dengan pengkajian
wawancara menurut (Yosep, 2014) yaitu
a. Jenis Halusinasi
Data yang dikaji ini didapatkan melalui wawancara dengan tujuan untuk
mengetahui jenis dari halusinasi yang diderita oleh klien.
b. Isi Halusinasi
Data yang didapatkan dari wawacara ditujukan untuk mengetahui halusinasi
yang dialami klien.
c. waktu Halusinasi
Data yang dikaji ini didapatkan melalui wawancara dengan tujuan untuk
mengetahui kapan saja halusinasi itu mncul
d. Frekuensi Halusinasi
Data yang dikaji ini didapatkan melalui wawancara dengan tujuan untuk
mengetahui berapasering halusinasi itu muncul pada klien.
e. Situasi Munculnya Halusinasi
Data yang dikaji ini didapatkan melalui wawancara dengan tujuan untuk
mengetahui klien ketika munculnya halusinasi itu.
f. Respon terhadap Halusinasi
Data yang didapatan melalui wawancara ini ditujukan untuk mengetahui
respon halusinasi dari klien dan dampa dari halusinasi itu.
B. Diagnosa Keperawatan
Dalam proses keperawatan tindakan selanjutnya yaitu menentukan diagnosa keperawatan.
Adapun pohon masalah untk mengetahui penyebab, masalah utama dan dampak yang
ditimbulkan. Menurut (Yosep, 2014) yaitu
Resiko perilaku kekerasan Effects

Perubahan sensori persepsi : Halusinasi Cor Problem

Isolasi sosial : Menarik diri Causa


Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan halusinasi menurut
(Yosep, 2014) yaitu:
a. Resiko Perilaku Kekerasan
b. Perubahan persepsi sensori halusinasi
c. Isolasi Sosial

C. INTERVENSI
Diagnosa 1 . Resiko perilaku kekerasan
TUM : Klien tidak menciderai orang lain .
TUK 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan kriteria hasil -
Ekspresi wajah bersahabat.
a. Menunjukan rasa senang.
b. Ada kontak mata atau mau jabat tangan.
c. Mau mrnyebutkan nama.
d. Mau menyebut dan menjawab salam.
e. Mau duduk dan berdampingan dengan perawat.
f. Mau mengutarakan masalah yang
dihadapi. Intervensi:
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d. Jelaskan tujuan pertemuan.
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjukan sikap empati dan terima klien apa adanya.
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuan dasar klien.
Rasionalisasi : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya.
TUK 2. Klien dapat mengenal halusinasi dengan kriteria hasil:
a. Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnuya halusinasi.
b. Klien dapat mengungkapkan perasaanya terhadap halusinasi.
c. Bantu klien mengenal halusinasinya :
1. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apa yang sedang dilihat.
2. Katakan bahwa perawat percaya klien melihat itu namun perawat sendiri tidak
melihatnya.
3. Katakan bahwa klien lain juga yang seperti klien.
4. Katakan bahwa perawat siap membantu klien.
d. Diskusikan dengan klien
1. Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.
2. Waktu dan frekuensinya terjadi halusinasi.
e. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi. TUK 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya dengan
kriteria hasil :
a. Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
halusinasinya.
b. Klien dapat menyebutkan cara baru.
c. Klien dapat memilih cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi.
d. Klien dapat mengikuti terapi aktivitas
kelompok. Intervensi:
a. Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jika terjadi
halusinasi. Rasional: merupakan upaya untuk memutus siklus
halusinasi.
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri
pujian. Rasional: reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri
klien.
c. Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya halusinasi.
1. Melatih menghardik
2. Menemui orang lain untuk bercakap-cakap.
3. Melihat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul.
4. Meminta perawat /teman/keluarga untuk menyapa jika klien melamun.
Rasional: memberi alternative pikiran bagi klien
d. Bantu klien melatih dan memutus halusinasi secara bertahap.
Rasional: Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih salah
satu cara pengendalian halusinasi.
e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri
pujian jika berhasil
f. Anjurkan klien untuk mengikuti TAK, orientasi realita.
Rasional: Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interpretasi realita klien.
TUK 4. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya dengan
kriteria hasil:
a. Klien dapat menjalin hubungan saling percaya dengan perawat
b. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk
c. mengendalikan
halusinasi Intervensi:
a. Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga sedang halusinasi.
Rasional: untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasi.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang
1. Gejala halusinasi yang dialami klien.
2. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarag untuk memutus halusinasi.
3. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah, beri kegiatan jangan
biarkan sendiri.
4. Beri informasi tentang kapan pasien memerluakn
bantuan. Rasional : Untuk meningkatkan pengetahuan tentang
halusinasi.
TUK 5. Klien memanfaatkan obat dengan baik. Dengan kriteria hasil :
a. Klien dan keluarga mampu menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping
b. Klien dapat menginformasikan manfaat dan efek samping obat
c. Klien dapat memahami akibat pemakaina obat tanpa konsultasi
d. Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar pengunaan
obat. Intervensi:
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat.
b. Anjurkan klien untuk minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat obat dan efek samping obat
yang dirasakan.
Rasional ; dengan mengetahui efek samping obat klien tahu apa yang harus dilakukan
setelah minum obat.
d. Diskusikan bahayanya obat tanpa konsultasi.
Rasional: Pengobatan dapat berjalan sesuai dengan rencana.
e. Bantu klien menggunakan prinsip lama benar.
Rasional: dengan mengetahui prinsip maka kemandirian klien tentang pengobatan dapat
ditingkatkan secara bertahap.
Bagan Strategi pelaksanaan
SP (Strategi Pelaksanaan) untuk Pasien SP (Strategi Pelaksanaan) untuk Keluarga
SP I SP I
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi Pasien. 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mengidentifikasi isi halusinasi Pasien. dirasakankeluarga dalam merawat Pasien.
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi Pasien. 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi halusinasi dan jenis halusinasi yang
Pasien. dialami Pasien beserta proses terjadinya.
5. Mengidentifikasi situasi yang 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
menimbulkan halusinasi. halusinasi.
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap
Haluisinasi.
7. Mengajarkan pasien menghardik
halusinasi.
8. Menganjurkan pasien memasukan cara
menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.
SP II SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih keluarga mempraktekan cara
pasien. merawat pasien halusinasi.
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
dengan cara bercakapcakap dengan orang langsung pasien halusinasi.
lain.
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP III SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Membantu keluarga membuat jadwal
pasien. aktivitas di rumah termasuk minum obat
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi (discharge planning
dengan melakukan kegiatan (kegiatan 2. Menjelaskan follow up pasien setelah
yang pulang.
biasa dilakukan).
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP IV
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien.
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur.
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam
jadwal kegiatan harian.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama


Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran
EGC.
Keliat, B. A., 2004, Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1. Jakarta : Trans Info Medika.
Yosep, I., 2010, Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai