Nim : 22090300231
b. Faktor Presipitasi
1) Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaantidak aman, gelisah dan bingung, perilaku menarik diri, kurang
perhatian,tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaannyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan
Heacock,1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas
hak ikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas
dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual.Sehingga halusinasi dapat
dilihat dalam 5 dimensi yaitu:
a) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan,demam hingga
delirium, intoksikasi alcohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu
yang lama.
b) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapatdiatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi, isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak
sanggup
lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c) Dimensi intelektual
Dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.Pada awalnya
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls
yang menekan,namun merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak
jarang akan mengontrol semua prilaku klien.
d) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi social dalam fase awal dan
comforting klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata
sangat membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olahia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi
social,control diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia
nyata. Isihalunisasi dijadikan control oleh individu tersebut,sehingga
jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses
interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan,serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien
selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak
berlangsung.
e) Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinas imulai dengan kehampaan
hidup,rutinitas,tidak bermakna,hilangnya aktivitas ibadah dan jarang
berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya
terganggu, karena ia sering tidur larut malam dan bangun sangat
siang.Saat terbangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya.Ia
sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput
rezeki,menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan
takdirnya memburuk.
2. RentangRespon
Respon Adaptif Respon Maladaptif
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma social budaya
yangberlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, responadaptif :
1) Pikiranlogis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman
ahli.
4) Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
b. Responpsikososial
Responpsikososialmeliputi:
1) Proses piker terganggu adalah proses piker yang menimbulkan gangguan.
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salaht entang penerapan yang
benar-benar terjadi(objek nyata) karena rangsangan pancaindera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran.
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
c. Respon maladaptive
Respon maladaptive adalahrespon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma social budaya dan lingkungan, Adapun respon
maladaptive meliputi :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinanyang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan social.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5) Isolasi social adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negative
mengancam.
3. MekanismeKoping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi
(Stuart,Laraia,2005) meliputi :
1. Regresi:menjadi malas beraktifitas sehari-hari
2. Proyeksi:mencoba menjelaskan gangguanpersepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada oranglain atau sesuatu benda
3. Menarik diri:sulit mempercayai oranglain dan asyik menstimulus internal
4. Keluarga mengingatkan masalah yang dialami klien
4. Therapy
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien
akibathalusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara
individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh
atau dipegang.Pasien jangandiisolasibaik secara fisik atau emosional.Setiap
perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien.
Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di
beritahu tindakan yang akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan
sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk
berhubungan
Dengan realitas,misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding,majalah dan
permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Seringkali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang diterimanya.Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi
instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul ditelannya,
serta reaksi obat yang diberikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif,perawat dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasisertamembantu
mengatasi masalah yang ada.Pengumpulan data ini juga dapat melalui
keterangan keluarga pasien atau oranglain yang dekat dengan pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan pasien kekehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan
oranglain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan
yangsesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data pasien agar
ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan,misalnya
dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering
mendengar laki-laki yang mengejek.Tapi bila ada orang lain didekatnya suara-
suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan
menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang
ada.Percakapan ini hendaknya diberitahukan pada keluarga pasien dan petugas
lain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang diberikan tidak
bertentangan.
I. POHON MASALAH
Risiko perilaku
kekerasan(padadiri
sendiri,oranglain,lingkungan -----Effect
,danverbal)
Gangguan
persepsisensori:Halusinasi
----- CoreProblem
----- Causa
Isolasi Sosial
II. DIAGNOSAKEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori:halusinasi
2. Isolasi social
3. Resiko perilaku kekerasan (dirisendiri,orang lain,lingkungan,dan verbal)
III. RENCANATINDAKANKEPERAWATAN
N Diagnose
Perencanaan
o Keperawatan Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Hasil
1. Gangguan 1.Klien dapat 1.1Ekspresi wajah 1.1.1Bina hubungan saling percaya dengan Hubungan saling
persepsi sensori: membina bersahabat, mengungkapkan prinsip komunikasi percaya merupakan
Halusinasi hubungan saling menunjukkan rasa terapeutik : dasar untuk
percaya senang,ada kontak a. Sapa klien dengan ramah baik verbal kelancaran hubungan
mata,mau berjabat maupun nonverbal interaksi selanjutnya
tangan,mau b. Perkenalkan diri dengan sopan
menyebutkan c. Tanyakan nama lengkap klien dan
nama,mau nama panggilan yang disukai klien
menjawab d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menempati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
salam, klien g. Beri perhatian pada klien dan
mau duduk perhatikan kebutuhan dasar klien
berdampingan
dengan
perawat, mau
mengutarakan
masalah yang
dihadapi
2.Klien dapat 2.1 Klien dapat 2.1.1 Adakan kontak sering dan Kontak sering tapi
mengenali menyebutkan singkat secara bertahap singkat selain
halusinasi waktu, 2.1.1 Observasi tingkah laku klien membina hubungan
nya isi,frekuensi terkaitdengan halusinasinya; bicara saling percaya,juga
timbulnya dantertawatanpastimulus,memanda dapat memutuskan
halusinasi ngke kiri atau ke kanan atau ke halusinasi
depan seolah-olah teman bicara
2.2 Klien dapat 2.1.2 Bantuk klien mengenali halusinasinya Mengenal perilaku
mengungkap a. Jika menemukan yang sedang pada saat halusinasi
kan perasaan halusinasi,tanyakan apakah ada timbul memudahkan
terhadap suara yang didengar aktu,isi,danfrekuen
halusinasi b. Jika klien menjawab perawat dalam
ada,lanjutkan:apayangdikatak melakukan intervensi
an Mengenal halusinasi
c. Katakan bahwa perawat per memungkinkan klien
caya klien mendengar untuk menghindarkan
suaraitu,namun perawat sendiri factor pencetus
tidak mendengarnya timbulnya halusinasi
d. Katakana bahwa klien ada
jugayang sepertiklien
Dengan
2.1.3 Diskusikan dengan klien mengetahuiw si
a. Situasi yang menimbulkan muncul nya
atau tidak menimbulkan halusinasi
halusinasi. mempermudah
b. Waktu dan frekuensi terjadinya Tindakan
halusinasi (pagi, siang, sore, dan keperawatan klien
malam,atau jika sendiri,jengkel yang akan dilakukan
atau sedih) perawat
3Klien dapat 3.1Klien dapat 3.1.1 Identifikasi Bersama klien cara Upaya untuk
mengontrol menyebutkan Tindakan yang dilakukan jika memutuskan siklus
Tindakan yang terjadi halusinasi(tidur,meyibukkan halusinasi sehingga
biasa diri,dll)
halusinasi Dilakukan untuk 3.1.2 Diskusikanmanfaatcarayangdilakuk halusinasi
nya mengendalikan an klien, jika bermanfaat beripujian tidakberlanjut
halusinasinya 3.1.3 Diskusikancarabaruuntukmemutusat
3.2 Klien dapat au mengontrol halusinasi: Reinforcement positif
menyebutka a. Katakan“Saya tidak mau dengar akan meningkatkan
ncara baru kamu”(pada saat halusinasi harga diri klien
3.3 Klien dapat terjadi)
memilih cara b. Menemui orang Memberikan
mengatasi lain(perawat/anggota alternatif pilihan bagi
halusinasi keluarga)untuk bercakap- klien untuk
seperti yang cakap atau mengatakan mengontrol
telah halusinasi yang terdengar halusinasinya
didiskusi kan c. Membuat jadwal kegiatan
dengan klien sehari-hari agar halusinasi tidak Memotivasi dapat
muncul meningkatkan
d. Minta keluarga/perawat kegiatan klien untuk
jika Nampak bicara sendiri mencoba memilih
salah satu cara
3.1.4 Bantu klien memilih dan melatih mengendalikan
cara memutus halusinasi secara halusinasi dan dapat
bertahap meningkatkan harga
Diri klien
4.Klien dapat 1.Klien dapat 4.1.1 Anjurkan klien untuk Untuk mendapatkan
dukungan dari membina memberitahu keluarga jika mengalami bantuan keluarga
keluarga dalam hubungan saling halusinasi mengontrol
mengontrol percaya dengan halusinasi
halusinasi perawat 4.1.2 Diskusikan dengan keluarga (pada
saat berkunjung/pada saat kunjungan Untuk mengetahui
2.Keluarga dapat rumah): pengetahuan keluarga
menyebutkan a. Gejala halusinasi yang dialami klien dan meningkatkan
pengertian,tanda b. Cara yang dapat dilakukan klien dan kemampuan
dan kegiatan untuk keluarga untuk memutus halusinasi pengetahuan tentang
mengendalikan c. Cara merawat anggota keluarga untuk halusinasi
halusinasi memutus halusinasi dirumah,
berikegiatan, jangan dibiarkan
sendiri,makan bersama, bepergian
bersama
d. Beri informasi waktu follow up atau
kapan perlu mendapat
bantuan:halusinasi terkontrol dan
risiko mencederai oranglain
5.Klien dapat 5.1Klien dan 5.1.1 Diskusikan dengan klien dan Dengan
memanfaatkan Keluarga dapat keluarga tentang dosis,frekuensi manfaat menyebutkandosis,
menyebutkan obat frekuensi
obat dengan manfaat dosis dan 5.1.2 Anjurkan klien minta sendiri obat danmanfaatobat
baik efek samping obat nya pada perawat dan merasakan
manfaatnya Diharapkan klien
5.2 Klien dapat 5.1.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter melaksanakan
mendemostrasi tentang manfaat dan efek samping obat program pengobatan.
Kan yang dirasakan Menilai kemampuan
5.1.4 Diskusikan akibat ethernet minum klien dalam
obat tanpa konsultasi pengobatannya
sendiri
Penggunaan obat 5.1.5Bantu klien menggunakan obat dengan Dengan mengetahui
secara benar prinsip benar efek samping obat
klien akan tahu apa
5.3 Klien dapat yang harus dilakukan
informasi tentang setelah minumobat
efek samping obat
Program pengobatan
5.4 Klien dapat dapat berjalan sesuai
memahami akibat rencana
berhenti minum
obat Dengan mengetahui
prinsip penggunaan
5.5 Klien dapat obat, maka
menyebutkan 5 kemandirian klien
benar penggunaan untuk pengobatan
obat dapat ditingkatkan
secara bertahap
IV. REFERENSI
Damaiyanti,Mukhripahdan Iskandar.2014.AsuhanKeperawatan Jiwa.Bandung:Refika
Aditama
Yusuf,Ah.RizkyFitryasariP.K.,danHanikEndangNihayati.2015.BukuAjarKeperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta:Salemba Medika
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Penerbit
Andihttps://www.academia.edu/9797578/LAPORAN_PENDAHULUAN_LP_HALU
SINASI
LAPORANPENDAHULUAN
STRATEGIPELAKSANAANTINDAKANKEPERAWATAN
PertemuanKe 1
DiagnosaKep :Halusinasi
SP 1
Hari & Tgl :
ProsesKeperawatan
1. KondisiKlien:
Ds : Klien mengatakan sering mendengar suara-suara aneh
Do :
- Klien terlihat berbicara sendiri
- Klien terlihat mendekatkan telinga kearah tertentu,dan menutup telinganya
2. DiagnosaKeperawatan:
Halusinasi
3. TujuanKhusus:
- Klien dapat mengidentifikasi jenis halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi isi Halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi waktu halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
- Klien dapat mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan halusinasi
- Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi klien
- Mengajarkan klien menghardik halusinasi
- Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik kedalam kegiatan harian
4. RencanaTindakan Keperawatan:
- Mengidentifikasi jenis Halusinasi klien
- Mengidentifikasi isi Halusinasi klien
- Mengidentifikasi waktu halusinasi klien
- Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
- Mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan halusinasi
- Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi klien
- Mengajarkan klien menghardik halusinasi
- Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik kedalam kegiatan harian
ProsesPelaksanaanTindakan:
FASE ORIENTASI
1. Salam terapeutik: “Assalamu’alaikum selamat sore Bapak, perkenalkan nama saya Rony
Heryadi bisa dipanggil Rony, Mahasiswa Profesi Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta, saya sedang dinas diruangan ini selama beberapa minggu.Hari
ini saya dinas sore dari jam 13 sampai jam18 sore nanti,jadi selama beberapa minggu
kedepan ini saya yang akan merawat bapak”
2. Evaluasi/validasi: “Boleh saya pinjam gelang yang ada ditangan bapak? kalau boleh
taunama bapak siapa? Bapak senang nya dipanggil apa?Bagaimana perasaan bapak saat
ini?Bagaimana tidurnya semalam?Apakah ada keluhan pak?
3. Kontrak :
- Topik :“Baik pak bagaimana kalau sekarang kita mendiskusikan cara
menghardik halusinasi?”
- Tujuan :Tujuannya supaya bapak merasa lebih tenang,dan suara-suara tersebut
berkurang,bagaimana pak,setuju?”
- Waktu :“Kira-kira berapa lama bapak mau kita berbincang-
bincang?Bagaimanakalau 15 menit pak?
- Tempat :“Enaknya dimananya pak kita akan bincang-bincang?bagaimana kalua
disini saja?Baiklah pak.”
FASEKERJA
“Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering bapak
dengar suara?Berapa kali sehari bapak alami?Pada keadaan apa suara itu terdengar?Apakah
pada waktu sendiri?”“Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
“Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu?Apakah dengan cara itu suara-suara itu
hilang?”
“Bapak... Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara itu
sudah bisa”
FASETERMINASI:
1. Evaluasi respons klienterhadap Tindakan
keperawatan Evaluasi klien ( subjektif ) :
“Bagaimana perasaan bapak Andi sekarang?Setelah tadi kita berdiskusi dan
mempraktekkan tindakan untuk menghardik suara yang muncul? Silakan coba cara
tersebut ya pak”
2. Tindakan lanjut klien (apayang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
dilakukan)
“Baik, sekarang latihan tadi kita masukkan ke jadwal harian ya pak berapa kali bapak mau
Latihan cara menghardik? Ketika suara-suara nya munculya pak?Baiklah pak ”
“bapak ini sayabuatkan daftar untuk latihannya ya,nah disinikan ada format-formatnya
bapak bisa lihat, Nanti tolong bapak tulis M (mandiri) bila bapak bisa melakukannya
sendiri, tulis B (bantuan)bila bapak dibantu dan,tulisT (tidak) bila bapak tidak melakukan”
II. WAHAM
Definisi
Wahama adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitasyang
salah,keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual danlatar belakang
budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses
interaksi/informasi secara akurat (Yosep,2009).
Waham adalah keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal
(StuartdanSundeen, 1998).
Waham adalah suatu keadaan di mana seseorang individu mengalami sesuatu
kekacauan dalam pengoperasian dan aktivitas-aktivitas kognitif(Townsend,1998).
c. RentangResponNeurobiologi
d. MekanismeKoping
Menurut Direja(2011),Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri
sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon neurobioligi:
1. Regresi adalah mundur kemasa perkembangan yang telah lain
2. Proyeksi merupakan keinginanyang tidak mampu ditoleransi dan klien
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri
3. Menarikdiri
e. Terapi
• Psikoterapi
Psikoterapi yangefektif untuk gangguan waham menetap adalah psikoterapi
individual,berorientasi insight,suportif,kognitif,dan behavioral.Dalam
psikoterapi,sebaiknya tidak dilakukan konfrontasi terhadap waham pasien,
namun lebih pada penekanan bahwa preokupasi pasien terhadap wahamnya
menimbulkan distress bagidirinya dan mengganggu kemampuannya untuk
bisa hidup dengan lebih baik. Cognitive behavioral therapy (CBT) bisa
digunakan untuk memperbaiki bias pengenalan informasi(yang timbul
akibat waham),sensitivitas interpersonal, gaya reasoning,kecemasan,dan
insomnia.
Metacognitive training adalah terapi yang dikembangkan untuk membantu
pasien dengan waham untuk mengenali pola piker
disfungsionalnya.Meskipun awalnya dikembangkan untuk schizophrenia,
namun terapi ini juga bermanfaat pada pasien dengan gangguan waham
lain,termasuk gangguan waham menetap.
• Medikamentosa
Pasien-pasien gangguan waham menetap yang mengalami agitasi
sebaiknya mendapatkan anti psikotik lewat injeksi intramuskular.
Farmakoterapi pada pasien dengan gangguan waham relative sulit
dilakukan karena mereka bisa dengan mudah memasukkan obat yang
diberikan sebagai bagian negative dari system wahamnya.Perlu dilakukan
bina rapport dan psikoterapi yang adekuat sebelum farmakoterapi bisa
dimulai.
I. PohonMasalah
II. DiagnosaKeperawatan
• Kerusakan Komunikasi Verbal
• Gangguan Proses Pikir :Waham
• Harga Diri Rendah Kronik
III. RencanaTindakan Keperawatan
Tujuan(UmumdanKhusus)
3. Kliendapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi
TindakanKeperawatan
1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
baik selama dirumah maupun dirumah sakit (rasa
takut, ansietas,marah).
3. Hubungan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan
timbulnya waham.
4. Tingkatkan aktivias yang dapat memenuhi
kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan
tenaga (aktifitas dapat dipilih Bersama klien,jika
mungkin buat jadwal).
5. Atur situasi agar klien mempunyai waktu unuk
menggunakan wahamnya.
IV. Referensi:
Proses Keperawatan
Kondisi Klien:
Subjektif:
Objektif :
DiagnosaKeperawatan:
Defisit Perawatan Diri
TujuanKhusus:
• Pasien dapat membina orientasi realita
• Pasien dapat,mensdikusikan kebutuhanyang tidak terpenuhi
• Pasien dapat memenuhi kebutuhan dirinya
• Pasien dapat memasukkan jadwal kegiatan harian
TindakanKeperawatan:
SP I Klien:
• Membantu orientasi realita
• Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
• Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
• Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
ProsesPelaksanaanTindakan:
FASEORIENTASI
1. Salam terapeutik:
“Assalamu’alaikum selamat sore pak, perkenalkan nama saya Rony Heryadi bisa dipanggil
Rony, mahasiswa Profesi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya sedang
dinas diruangan ini selama beberapa minggu. Hari ini saya dinas sore dari jam 13 sampai
jam 18 sore nanti,jadi selama beberapa minggu kedepan ini saya yang akan merawat
bapak”
2. Evaluasi/validasi:
“Boleh saya pinjam gelang yang ada ditangan bapak? kalau boleh tau nama bapak siapa?
bapak senangnya dipanggil apa?Bagaimana perasaan bapak saat ini? Apakah bapak sudah
mandi?
3. Kontrak :
Topik: “Baik pak bagaimana kalau sekarang kita berbincang tentang kegiatan/hobiyang
bapak sukai?”
Tujuan:“tujuandari perbincangan agar bapak dapat mengetahui apa saja kegiatan yang
bapak sukai”
Waktu:“kira-kira berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau 15
menit pak?
Tempat : “enaknya dimana ya pak kita akan bincang-bincang? bagaimana kalau disini
saja? Baiklah pak.”
FASETERMINASI:
1. Evaluasi respons klien terhadap Tindakan
keperawatan
Evaluasiklien ( subjektif ):
“Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan
bapak?”“sekarang coba bapak ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapih?’
“setelah ini coba bapak lakukan Latihan bergitari sesuai dengan jadwal yang telah kita
buat ya?”
Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcemenet):
Setelah dilakukan reinforcement dan mandi pasien terlihat senang dan terlihat
bangga dengan kemampuan yang dimilikinya
2. Tindakan lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil Tindakan yang
dilakukan):
“Baiklah bapak, berapa kali bapak mau latihan bergitar dalam sehari? Dua kali ya
pak?Baik”
“bapak ini saya buatkan format jadwal latihan bergitar, nah disini kan ada format-
formatnya bapak bisa lihat, Nanti tolong bapak tulis M (mandiri) bila bapak
melakukannya sendiri,tulis B (bantuan) bila dibantu dan, tulisT (tidak) bila bapak
tidak melakukan”
Pengertian:
Harga diri rendah adalalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatifterhadapdirisendiriatau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai idealdiri (Yosep, 2009).
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara:
a. Situational, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami/isteri,putus sekolah,putus hubungan kerja,perasaan
malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, yaitu
sebelumsakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif.
Kejadian sakitdan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan respon mal yang adaptif. Kondisi ini dapat
ditemukan pada kliengangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa.
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orangtua,harapan
orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri
yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran
gender,tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya
3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan
orang tua,tekanan dari kelompok sebaya,dan perubahan struktursosial.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya
adalah kehilangan bagian tubuh,perubahan penampilan/bentuktubuh,kegagalan
atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsepdiri harga diri
rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional karena
trauma yang muncul secaratiba-tiba,misalnya harus dioperasi, kecelakaan,
perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat di rumah sakit bisa menyebabkan
harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu
yang membuat klien tidak nyaman. Harga diri rendah kronik, biasanya
dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki
pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.
c. Perilaku
Menurut Stuart (2006) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah
kronik sebagai berikut:
1. Mengkritik diri sendiri dan oranglain;
2. Penurunan produktivitas
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain;
4. Gangguan dalam berhubungan
5. Rasa diri penting yang berlebihan
6. Perasaan tidak mampu
7. Rasa bersalah
8. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
9. Perasaan negative tentang tubuhnya sendiri
10. Ketegangan peran yang dirasakan
11. Pandangan hidup yang pesimis;
12. Keluhan fisik
13. Pandangan hidup yang bertentangan
14. Penolakan terhadap kemampuan personal
15. Destruktif terhadap diri sendiri
16. Pengurangan diri
17. Manrik diri secara sosial
18. Penyalahgunaan zat
19. Manarik diri dari realitas
20. Khawatir
d. RentangRespon
Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pengungkapan perasaan/kepuasan dari konsep diri
positif
2. Konsep diri positif adalah dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan
yang diharapkan dan sesuai dengan kanyataan
3. Harga diri rendah adalah perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaandiri, dan merasa gagal mencapai keinginan.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek
psikologis pada masa dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan dan
perasaan hampa.
5. Depersonalisasi adalah merasa asing terhadap dirinya sendiri dan
kehilangan identitas
e. Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2006) mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka
pendek atau jangka Panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsidiri yang menyakitkan.
Pertahanantersebutmencakupberikutini:
• JangkaPendek:
1. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas
diri (misalnya,konser musik,bekerja keras, menonton televisi secara
obsesif).
2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
(misalnya,ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok,
gerakan, atau geng).
3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri
yang tidak menentu (misalnya,olahraga yang kompetitif,prestasi
akademik,kontes untuk mendapatkan popularitas).
• Pertahanan jangka Panjang mencakup berikut ini:
1. Penutupan identitas: adopsi identitas prematur yang diinginkan
olehorang terdekat tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau
potensidiri individu.
2. Identitas negative :asumsiidentitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat
f. Terapi
Berbagai jenis terapi spesialis yang diberikan untuk pasien dengan harga
dirirendah kronis meliputi tiga kategori yaitu untuk individu,keluarga,dan
kelompok. Terapi spesialis individu yang dapat diberikan pada pasien dengan
hargadiri rendah kronis adalah Cognitive Behaviour Therapy (CBT) atau
Terapi Kognitif Perilaku dan Logotherapy.Terapi kelompok yang dapat di
implementasikan pada pasien dengan harga diri rendah kronis adalah
Supportive Therapy atau Terapi Supportif dan Self Help Group (SHG) atau
Kelompok Swabantu.Untuk keluarga pasien,perawat spesialis jiwa dapat
memberikan terapi spesialis Psikoedukasi keluarga danTriangleTherapy.
Terapi Kognitif Perilaku merupakan suatu psikoterapi yangberdasarkan pada
teori bagaimana individu memelihara struktur dirinya atau pengalaman yang
sebagian besar menentukan bagaimana individu merasakan dan berperilaku
(Beck& Weishaar, 1986,dalamWheeler, 2008).
Terapi kelompok merupakan salah satu terapi spesialis yang diberikan
padapasien dengan harga diri rendah kronis. Terapi supportif dan Terapi
kelompok Swabantu merupakan terapi kelompok yang memberikan kesempatan
pada individu untuk mendapatkan sharing mengenai masalah yang sama dan
cara penyelesaian masalah yang potensial(Videbeck,2008).Dengan demikian
terapi kelompok suportif dapat menjadi alternatif Tindakan spesialis untuk
perawatan pada pasien dengan harga diri rendah kronis.
Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat dan selalu ada bersama
denganpasien. Keluarga merupakan support utama bagi penyembuhan dan
pemulihan pasien gangguan jiwa. Steinglass(1995,dalamViedebeck,2008)
menyatakan bahwa TujuanTerapiKeluarga adalah memahami bagaimana
dinamika keluarga mempengaruhi psikopatologi pasien, memobilisasi kekuatan
dan sumber fungsional keluarga, merestrukturisasi gaya perilaku keluarga yang
maladaptive dan menguatkan perilaku penyelesaian masalah
keluarga.Berdasarkan tujuan terapi ini, maka pada keluarga dengan pasien harga
diri rendah kronis diharapkan keluarga dapat mengoptimalkan kemampuan
keluarga dalamproses penyembuhan pasien dan memelihara kemampuan pasien
yang adaptif.
Terapi keperawatan yang telah diberikan pada pasien dengan harga diri rendah
kronis ini antara lain semua pasien memperoleh terapi generalis dan ditambah
dengan terapi spesialis.Terapi spesialis yang diberikan antara lain terapi
individu (terapi kognitif perilaku, dan logotherapy), terapi kelompok (terapi
kelompok suportif)dan terapi keluarga (psikoedukasi keluarga)
V. PohonMasalah
CoreProblem
Harga Diri Rendah Kronik Core Problem
VI. DiagnosaKeperawatan
- Harga Diri Rendah Kronik
- Koping Individu Tidak Efektif
- Isolasi Sosial
KriteriaEvaluasi: klien.
Tujuan:
3.Klien dapat menilai
kemampuan yang digunakan
KriteriaEvaluasi: 3.1.1 Diskusikan dengan
3. Klien menilai kemampuan klien kemampuan yang masih
yang dapat digunakan dapat digunakan selamas akit.
Tujuan:
5.Klien dapat melakukan
5.1.1 Beri kesempatan kepada
kegiatan yang sesuai kondisi
klienuntuk mencoba kegiatan
sakit
yang telah direncanakan
KriteriaEvaluasi:
5.1.2 Beri pujian klien atas
5. Klien melakukan kegiatan
keberhasilan
sesuai kondisi sakit dan
5.1.3 Diskusikan
kemampuannya
kemungkinan pelaksanaan
dirumah
Tujuan:
6. Klien dapat memanfaatkan
6.1.1 Beri Pendidikan
system pendukung yang ada
Kesehatan pada keluarga
KriteriaEvaluasi: tentang cara merawat klien
6.Klien memanfaatkan dengan harga diri rendah
system pendukung kronik
yang ada dikeluarga 6.1.2 Bantu keluarga
memberikan dukungan selama
klien dirawat
6.1.3 Bantu keluarga
menyiapkan
Lingkungan dirumah
VIII. Referensi:
- Damaiyanti,MukhripahdanIskandar.2014.AsuhanKeperawatanJiwa.
Bandung:RefikaAditama
- Yusuf,Ah.RizkyFitryasariP.K.,danHanikEndangNihayati.2015.BukuAjarKepe
rawatanKesehatan Jiwa. Jakarta:SalembaMedika
LAPORANPENDAHULUAN
STRATEGIPELAKSANAANTINDAKANKEPERAWATAN
PertemuanKe 1
DiagnosaKep : Harga Diri Rendah
SP 1
Hari & Tgl :
Proses Keperawatan
Kondisi Klien:
Klien sering berpaling dalam berinteraksi, kontak mata kurang, pembicaraan berbelit-
belit,suara pelan, pandangan menunduk. Klien mengatakan malu karena tidak bekerja dan tidak
memiliki apa yang dimiliki temannya
DiagnosaKeperawatan:
TujuanKhusus:
FASEORIENTASI
1. Salam terapeutik
“Assalamu’alaikum selamat sore pak, perkenalkan nama saya Rony Heryadi bisa dipanggil
Rony , mahasiswa Profesi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya sedang
dinas diruangan ini selama beberapa minggu. Hari ini saya dinas sore dari jam 13 sampai
jam 18 sore nanti, jadi selama beberapa minggu kedepan ini saya yang akan merawat
bapak”nama bapak siapa dan senang dipanggil dengan sebutan apa?”
“Baik pak,apakah kita bisa berbincang –bincang sebentar?”
2. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?
3. Kontrak
Topik :
“Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang–bincang tentang hal atau perasaan yang
menyebabkan bapak selalu merasa malu?”
Waktu:
“Bapak mau berapa lama kita bercakap – cakap? Bagaimana jika 15
menit?”Tempat :
“bapak mau dimana kita bercakap–cakap?Bagaimana jika diruang duduk?”
“Baik bapak, kalau begitu bapak bisa praktikan kepada saya kemampuan yang
bapak miliki”“Baik pak,saya akan mengajarkan bapak cara main catur dengan
baik ya pak”
“Coba sekarang bapak praktikan kembali apa yang sudah saya ajarkan
tadi”“Bagus sekali bapak ,mulai sekarang bapak tidak perlu merasa malu
lagi ya pak”
“bapak bisa melakukannya dan memasukkan kedalam kegiatan harian ya pak”
FASETERMINASI:
“Bagaimana kalau kegiatan itu bisa bapak lakukan selama disini dan nanti kegiatan
tersebut tetap dilakukan dirumah”
“Baiklah pak, kita sudah bercakap – cakap selama 15 menit, bagaimana kalau nanti kita
bercakap – cakap tentang kemampuan dan aspek positif lainnya yang bapak miliki, apakah
bapak bersedia?”
Waktu: “bapak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 1 siang nanti?”
Tempat:“Dimana tempat nya nanti kita bercakap–cakap? Bagaimana jika disini saja pak?”
LAPORANPENDAHULUAN
Definisi:
Menarik diri merupakan suatu percobaan untuk menghindari interaksi dan
hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).Isolasi sosial adalah
keadaanseorangindividu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Damaiyanti,2008).Pasien
mungkin merasa ditolak,tidak diterima,kesepian,dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.
Hubungan yang sehat dapat digambarkan dengan adanya komunikasi yang
terbuka,mau menerima orang lain,dan merasa empati.Pemutusan hubungan
interpersonal berkaitan erat dengan ketidak puasan individu dalam proses hubungan
yang disebabkan oleh kurang terlibatnya dalam proses hubungan dan respons
lingkungan yang negatif. Hal tersebut akan memicu rasa tidak percaya diri dan
keinginan untuk menghindar dari oranglain.
b. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasisosial dapatditimbulkan oleh factor internal
maupun eksternal,meliputi:Stresor social budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubungan,
a) Stresor Sosial Budaya
Terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai,kehilangan pasangan pada usia tua,kesepian
karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara.Semua ini
dapat menimbulkan isolasi sosial.
b) Stresor Biokimia
1. Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan
mesolimbic sertatractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
2. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamine dalam otak.Karena salah satu kegiatan
MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin,maka
menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
3. Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
klien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan
karena dihambat
ResponAdaptif ResponMaladaptif
Saling ketergantungan
a. Menyendiri (Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan Langkah selanjutnya.Solitude umumnya dilakukan setelah
melakukan kegiatan
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide
pikiran,perasaan dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan (Mutualisme)
Mutualisme adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana
individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
d. Salingketergantungan(Intedependen)
Intedependen merupakan kondisi saling ketergantungan antar individu dengan
orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
e. Kesepian
Merupakan kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya.
f. IsolasiSosial
Merupakan suatu keadaan di mana seseorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan secara terbuka dengan oranglain.
g. Ketergantungan(Dependen)
Sangat bergantung pada orang lain sehingga individu mengalami kegagalan
dalam mengembangkan rasa percaya diri
h. Manipulasi
Individu berorientasi pada diri sendiri dan tujuan yang hendak dicapainya tanpa
memedulikan orang lain dan lingkungan dan cenderung menjadikan orang lain
sebagai objek.
i. Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
dari pengalaman,tidak dapat diandalkan,dan penilaian yang buruk
j. Narkisisme
Pada individu narsisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus
berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian,sikap egosentrik,pencemburu,
marah jika orang lain tidak mendukung.
d. Mekanisme Koping
Sumber koping yang berhubungan dengan responsosial maladaptive termasuk
: keterlibatan dalam hubungan yang luas di dalam keluarga maupun
teman,menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal
seperti kesenian,music, atau tulisan
Mekanisme Defensif
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yangmerupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme
sering digunakan pada isolasi social adalah regresi,represi,dan isolasi.
1. Regresi adalah mundur kemasa perkembangan yang telah lain.
2. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat
diterima,secara sadar dibendung supaya jangan tiba dikesadaran.
3. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau pertentangan antara sikap dan perilaku.
e. Terapi
1. Terapi Farmakologi
- Chlorpromazine(CPZ)
Indikasi: Untuk Syndrome Psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas,kesadaran diri terganggu,daya nilai norma
sosial dan titik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi
mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh
atau tidak terkendali,berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-
hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan
rutin.
- Haloperidol(HLP)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam
fungsinetral serta dalam kehidupan sehari-hari.
2. Terapi Psikososial
Membutuhkan waktu yang cukup lama danmerupakan bagian penting dalam
proses terapeutik,upaya dalam psikoterapi ini meliputi:memberikan rasa
aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat
empati,menerima pasien apa adanya,memotivasi pasien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan
jujur kepada pasien (Videbeck, 2012).
3. Terapi Individu
Terapi individual adalah metode yang menimbulkan perubahan pada
individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilaku-
perilakunya. Terapi ini meliputi hubungan satu-satu antara ahli terapi dan
klien(Videbeck,2012).
Salah satu bentuk terapi individu yang bisa diberikan oleh perawat kepada
klien dengan isolasisosial adalah pemberian strategi pelasanaan (SP).Dalam
pemberian strategi pelaksanaan klien dengan isolasi sosial hal yang paling
penting perawat lakukan adalah berkomunikasi dengan Teknik terapeutik.
4. Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut Keliat (2015) terapi aktivitas kelompok sosialisasi
merupakansuatu rangkaian kegiatan kelompok dimana klien dengan
masalah isolasi sosial akan dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan
individu yang ada disekitarnya.Sosialisasi dapat pula dilakukan secara
bertahap dari interpersonal, kelompok,dan massa).Aktivitas yangdilakukan
berupa latihan sosialisasi dalam kelompok,dan akan dilakukan dalam 7 sesi
dengan tujuan:
Sesi 1 : Klien mampu memperkenalkan diri
Sesi 2 :Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
I. PohonMasalah
IsolasiSosial
-----------------Core Problem
II. DiagnosaKeperawatan
● Isolasi Sosial
● Harga Diri Rendah Kronik
● Resiko Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
III. RencanaTindakan Keperawatan
Diagnosa
Perencanaan
Keperawata
N Intervensi Rasional
n
o
2.1.3 Diskusikan
Bersama klien tentang
perilaku menarik diri
tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
3.1.3 Diskusikan
Bersama klien tentang
keuntungan berhubungan
dengan orang lain.
P-Klp
K-P-P lain
K-P-P lain - K
lain K-P-
Kel/Klp/Masy
● Perilaku menarik
diri
● Penyebab prilaku
menarik diri
● Akibat yang akan
terjadi jika prilaku
menarik diri tidak
ditanggapi
● Cara
keluarga
menghadapi klien
menarik diri
IV. Referensi:
Proses Keperawatan
Kondisi Klien:
Diagnosa Keperawatan:
TujuanKhusus:
1. Salam terapeutik
"Selamat siang pak,nama saya perawat Rony Heryadi, bapak boleh memanggil saya
perawat Rony ,nama bapak siapa dan senang dipanggil apa?”
“Baik pak, apakah kita bisa berbincang–bincang sebentar?”
2. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?
3. Kontrak
Topik :
“Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang–bincang tentang hal atau perasaan yang
menyebabkan bapak mengurung diri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain?”
Waktu:
“Bapak mau berapa lama kita bercakap – cakap? Bagaimana jika 15
menit?”
Tempat :
“Bapak mau dimana kita bercakap–cakap? Bagaimana jika diruang duduk?”
“Apa kegiatan yang bapak yang biasa bapak lakukan Bersama keluarga?”
“Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang
“Baik pak,untuk memulainya sekarang bapak latihan berkenalan dengan saya terlebih
dahulu.Begini pak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan nama terlebih dahulu
asal dan hobi.”
2. Tindaklanjutklien
“Saya harap jika bapak ingin berkenalan dengan orang lain, lakukan cara-cara yang sudah
saya ajarkan tadi ya pak.”
“Baiklah pak, kita sudah bercakap – cakap selama 15 menit, bagaimana kalau nanti kita
bercakap – cakap tentang pengalaman yang bapak miliki dengan topik tertentu. Apakah bapak
bersedia?”
Waktu:
nanti?”
Tempat:
“Dimana tempatnya nanti kita bercakap–cakap? Bagaimana jika disini saja pak?”
LAPORAN PENDAHULUAN
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif
diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalah gunaan zat, dan skizofenia.
2. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besar nya risiko bunuh
diri adalah antipasti,impulsive, dan depresif.
3. Lingkungan Psikososial
Factorpre disposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
,kehilangan dukungan social,kejadian-kejadian negative dalam hidup,
penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.Kekuatan dukungan
social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan
terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah,respon seseorang dalam
menghadapi masalah tersebut,dan lain-lain.
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan Tindakan bunuh
diri.
5. Faktor Biokimia
Data menunjukan bahwa pada klien dengan risiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti
serotonin,adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat
melalui rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
olehindividu.Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Factor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri.Bagi individu yang emosinya labil,hal tersebut menjadi
sangat rentan.
3. Rentang Respon
Menurut Yosep (2009) :
ResponAdatif ResponMaladaptif
4. Mekanisme Koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
5. Therapy
• Terapi Lingkungan
Ruangan aman dan nyaman,terhindar dari alat yang dapat digunakan untuk
mencederai diri sendiri atau orang lain, alat - alat medis, obat - obatan dan
jenis cairan medis dilemari dalam keadaan terkunci,ruangan harus
ditempatkan dilantai satu dan keseluruhan ruangan mudah dipantau oleh
petugas kesehatan, tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster
yang cerah dan meningkatkan gairah hidup pasien,warna dinding cerah,
Adanya bacaan ringan, lucu dan memotifasi hidup, hadirkan musik ceria,
telivisi dan film komedi, adanya lemari khusus untuk menyimpan barang -
barang pasien.
Lingkungan sosial:komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas
menyapa pasien sesering mungkin, memberikan penjelasan setiap akan
melakukan kegiatan keperawatan atau kegiatan medis lainnya, menerima
pasien apa adanya jangan mengejek serta merendahkan,meningkatkan harga
diri pasien, membantu meningkatkan hubungan sosial secara bertahap
membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya,sertakan keluarga
dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan pasien sendiri
terlalu lama.
• Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut Riyadi, Surojo dan PurwantoTeguh (2009). Model interpersonal
:Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan melalui
hubungan interpersonal dalam kelompok. Padamodelini juga
menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota, merupakan akibat dari
tingkah laku anggota yang lain.Terapist bekerja dengan individu dan
kelompok,anggota belajar dari interaksi antar anggota dan terapist.Melalui
proses ini,tingkah laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan dipelajari.
• Terapi Obat
Terapi farmakoterapi yaitu terapi dengan menggunakan obat antidepresi
atau sering disebut "Happy Pill". Menurut Australian Medicines Handbook
2008,obat antidepresi dibagi dalam kelas-kelas seperti :
1. Tricyclicanti depressants seperti amitriptyline, nortryptilline,
doxepin, dothiepin. Obat dari golongan ini dapat menyebabkan
kantuk,mulut kering dan pusing.
2. Serotonin Selective Reuptake Inhibitors seperti sertraline,
fluoxetine, citalopram. Obat dari golongan ini dapat menyebabkan
gangguan perut, mual dan sulit tidur.
3. Monoamine Reuptake Inhibitor (sudah jarang digunakan).
4. Lain-lain seperti: mirtazapine,reboxetine
V. POHON MASALAH
VI. DIAGNOSAKEPERAWATAN
1. Risiko Bunuh Diri
2. Harga Diri Rendah Kronik
3. Risiko Perilaku Kekerasan pada diri sendiri,orang lain, lingkungan dan verbal.
VII. RENCANAKEPERAWATAN
No Diagnosa
Perencanaan Interven
Keperawata
Tujuan Kriteri Hasil si
n
1. Risiko Bunuh 1.Klien dapat 1. Menjawab salam 1.1 Kenalkan diri pada klien
membina 2. Kontak mata 1.2 Tanggapi pembicaraan klien dengan
Diri
hubungan saling 3. Menerima perawat sabar dan tidak menyangkal
4. Berjabat tangan 1.3 Bicara tegas, jelas dan jujur
percaya
1.4 Bersifat hargai dan bersahabat
1.5 Temani klien saat keinginan
menciderai diri meningkat
1.6 Jauhkan klien dari benda-benda yang
Membahayakan
(seperti:pisau,silet,gunting,dll)
2.Klien dapat 1.Menceritakan 2.1 Dengarkan keluhan yang klien rasakan
mengekspresikan penderitaan secara 2.2 Bersikap empati untuk meningkatkan
perasaannya terbuka dan ungkapan keraguan,ketakutan dan
konstruktif dengan keprihatinan
orang lain 2.3 Beri dorongan pada klien untuk
mengungkapkan
mengapa dan bagaimana harapan karena
harapan adalah hal yang terpenting
dalam kehidupan
2.4 Beri klien waktu dan kesempatan
untuk menceritakan arti penderitaan
kematian dan sekarat
2.5 Beri dorongan pada klien untuk
mengekspresikan tentang mengapa
harapan tidak pasti dan dalam
hal-hal dimana harapan mempunyai
kegagalan
3.Klien dapat 1. Mengenang 3.1 Bantu klien untuk memahami bahwa
meningkatkan dan meninjau ia dapat mengatasi aspek-aspek
harga diri Kembali keputusasaan dan memisahkan dari
kehidupan aspek harapan
secara positif 3.2 Kaji dan kerahkan sumber-sumber
2. Mempertimbang internalindividu(outonomi,mandiri,rasi
kannilai-nilai onal pemikiran kognitif,fleksibilitas,
dan arti dan spiritualitas)
kehidupan 3.3 Bantu klien mengidentifikasi
3. Mengekspresik sumber-sumber harapan
anperasaan- 3.4 Bantu klien mengembangkan
perasaan yang tujuan-tujuan realitas jangka
optimis yang Panjang dan jangka pendek
ada
4.Klien 1. Mengekspresika 4.1 Ajarkan klien untuk mengantisipasi
Menggunakan
dukungan sosial n perasaan pengalaman yang dia senang melakukan
tentang setiap hari (misal,membaca buku favorit,
hubungan yang berjalan, dan menulis surat)
positif dengan 4.2 Bantu klien untuk mengenali hal-hal
orang terdekat yang dicintai,yang iasa yang dan pentingnya
2. Mengekspresikan terhadap kehidupan orang lain disamping
percaya diri tentang kegagalan dalam Kesehatan
dengan hasil 4.3 Beri dorongan pada klien untuk
yang diinginkan berbagikeprihatinan pada orang lain yang
3. Mengekspresika mempunyai masalah dan/atau penyakit yang
npercaya diri sama dan telah mempunyai pengalaman
dengan diri dan positif dalam mengatasi masalah tersebut
orang lain dengan koping yang efektif
4. Menetapkan
tujuan-
Tujuan yang
realitas
5. Klien 1. Sumber 5.1 Kajidan kerahkan sumber-sumber
menggunakan tersedia eksternal individu (orang terdekat,tim
(keluarga,lin
dukungan sosial pelayanan kesehatan, kelompok
gkungan dan
masyarakat) pendukung,dll)
2. Keyakinan 5.2 Kaji system pendukung keyakinan
makin
(nilai,pengalaman masa lalu, aktivitas
meningkat
keagamaan, kepercayaan agama).
5.3 Lakukan rujukan selesai indikasi
(misal,
konseling)
VIII. REFERENSI
Damaiyanti,Mukhripahdan Iskandar.2014.AsuhanKeperawatan Jiwa.Bandung:Refika
Aditama
Yusuf,Ah.RizkyFitryasariP.K.,danHanikEndangNihayati.2015.BukuAjarKeperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medikahttps://id.scribd.com/document/355421321/Makalah-Dengan-Klien-RBD
LAPORANPENDAHULUAN
STRATEGIPELAKSANAANTINDAKANKEPERAWATAN
PertemuanKe 1
DiagnosaKep : Risiko Bunuh Diri
SP 1
Hari & Tgl :
Proses Keperawatan
Kondisi Klien:
Data subjektif:
● Klien mengatakan ingin mengakhiri
hidupnya.
Data objektif :
• Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri dikamar
• Klien sering melukai tubuhnya sendiri
DiagnosaKeperawatan:
Resiko Bunuh Diri
TujuanKhusus:
1. Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2. Pasien mampu mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
3. Pasien mampu mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien.
4. Pasien mampu melakukan kontrak treatment
5. Pasien mampu cara mengendalikan dorongan bunuh diri
6. Pasien mampu mengendalikan dorongan bunuh diri
RencanaTindakan Keperawatan:
1. Membina hubungan saling percaya dengan klien
2. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
3. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien.
4. Melakukan kontrak treatment
5. Mengajarkan caramengendalikan dorongan bunuh diri
6. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
Proses Pelaksanaan Tindakan:
ORIENTASI
SPI Pasien: Melindungi Pasien Dari Percobaan Bunuh Diri
A. FASEORIENTASI:
1. Salam Terapeutik
Assalamu’alaikum, Selamat siang Pak Perkenalkan nama saya Rony
Heryadi.Pak bisa panggil saya Rony. Saya mahasiswa Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta. Saya yang akan bertugas merawat Mas dari jam 13 –
18 nanti. Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
2. Evaluasi
“Bagaimana perasaan Pak hari ini?”
3. Validasi
“Apa yang telah bapak lakukan untuk mengatasinya. Bagaimana hasilnya pak?”
4. Kontrak
• Tindakan danTujuan
“Kalau tidak keberatan, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa
yang bapak rasakan dan alami selama ini,dan kita belajar cara
mengatasinya.Bagaimana apakah bapak setuju?”
• Waktu
“Baik,kita akan berdiskusi selama 20 menit ya,pak”
• Tempat
“Jika kita berbicaranya disini saja,apakah bapak sudah merasa nyaman?”
B. FASEKERJA
“Sekarang Bapak bisa cerita bagaimana perasaan Bapak setelah menikah baru
saja,lalu mengalami kecelakaan dan meninggal?
“Apa karena hal tersebut bapak merasa menjadi orang paling menderita dibumi
ini?”
“Apa pernah terbesit dalam fikiran bapak untuk menyakiti diri/bunuhdiri atau
bapak ingin mati?
“Baiklah, setelah saya mendengar cerita bapak tampaknya bapak nya membutuhkan
Pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup”.
“Saya juga perlu memeriksa seluruh isi kamar bapak untuk memastikan tidak ada
benda-benda yang membahayakan (seperti gunting, pisau, cermin dan benda
tajam lainnya). Mulai sekarang saya juga takkan membiarkan bapak sendiri.”
“Apa yang bapak lakukan jika keinginan bunuh diri itu muncul?
” Baiklah, mulai sekarang kalau keinginan itu muncul bapak harus langsung
meminta tolong kepada perawat diruangan ini bisa saya, atau perawat yang
sedang shift,keluarga atau teman jika sedang besuk bapak untuk mengatasi
keinginan bapak tersebut serta katakan kepada mereka jika ada dorongan untuk
bunuh diri.”
” Bapak juga jangan sendiri ya, cobalah untuk berkumpul dan berinteraksi dengan
teman bapak yang lain. Apa bapak paham dengan yang saya katakan?
“Saya seneng mendengar nya, saya percaya bapak dapat mengatasi masalah ini,
OKEY?”
C. FASE TERMINASI
• Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak sekarang setelah mengetahui cara mengetahui
perasaan keinginan bunuh diri?”
• Evaluasi Objektif
”Bisa bapak sebutkan kembali cara tadi yang saya telah
jelaskan? Bapak :(menyebutkan Kembali cara)
“Bagus!Tepat sekali yang bapak katakan”
“saya akan menemani bapak terus sampai keinginan bunuh diri bapak
hilang”(jangan tinggalkan pasien)
• Rencana tindak lanjut klien
“Baiklah pak.saya sudah memeriksa seluruh isi kamar bapak untuk
memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan dam mengajarkan
cara mengendalikan dorongan bunuh diri/ mengetahui cara mengatasi perasaan
keinginan bunuh diri.Mari kita masukkan rencana kegiatan selanjutnya
seperticara mengidentisifikasi aspek positif, berfikir positif terhadap diri
sendiri ,menghargai diri sebagai individu yang berharga.”
• Rencana tindak lanjut perawat
Membantu klien cara mengidentifikasi aspek positif, berfikir positif terhadap
diri sendiri, menghargai diri sebagai individu yang berharga
• Kontrak
“baiklah , hari rabu saya akan datang lagi pada jam 14.00 ditempat ini
lagi.untuk membantu mas cara mengidentifikasi aspek positif, berfikir positif
terhadap diri sendiri, menghargai diri sebagai individu yang berharga. Apakah
mas setuju?”
• Salam
“Baiklah kalau begitu saya permisi dulu ya pak Semoga lekas sembuh
Wassalamualaikum.
LAPORANPENDAHULUAN
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2010), factor predisposisi klien dengan perilaku kekerasan
Adalah :
1) Teori Biologis
a) Neurologic factor
Beragam komponen dari system syaraf seperti sinap, neurotransmitter
dendrit,aksonterminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat
rangsangan dan pesan-pesan yang akan mempengaruhi sifatagresif.
Systemlimbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
bermusuhan dan respon agresif.
b) Genetic factor
Adanya factor gen yang diturunkan melalui orang tuua, menjadi perilaku
agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen manusia
terdapat dormant (potensi) agresif yang sedang tidur akan bangun jika
terstimulasi oleh factor eksternal. Menurut penelitian genetic tipe karyotype
XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak criminal serta
orang-orang yang tersangkut hukum akibat perilaku agresif.
c) Cycardian Rhytm
(irama sirkardian tubuh), memegang peranan pada individu.Menurut
penelitian pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang
berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan 13. Pada jam tertentu orang lebih
mudah terstimulasi untuk bersikapa gresif.
d) Biochemistry factor
(factor biokomia tubuh) seperti neurotransmitter diotak
(epineprin,norepineprin, dopamine, asetilkolin dan serotonin) sangat
berperan dalam penyampaian informasi melalui system persyarafan dalam
tubuh, adanyastimulus dari luar tubuh yang dianggap mengancam atau
membahayakanakan dihantarkan melalui impuls neurotransmitter keotak
dan meresponnya melalui serabut efferent. Peningkatan hormone androgen
dan norepineprin serta penurunan serotonin dan GABA pada cairan
cerebrospinal vertebra dapat menjadi factorpredisposisi terjadinya perilaku
agresif.
e) Brainareadisorder
Gangguan pada system limbik dan lobus temporal, sindrom otak
organic,tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsy ditemukan
sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2) Teori Psikologis
a) Teori psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh Riwayat tumbuh
kembang seseorang (lifes pan history).Teori ini menjelaskan bahwa adanya
ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun di mana anak tidak mendapat
kasih saying dan pemenuhan air susu yang cukup cenderung
mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai
kompensasi adanya ketidak percayaan pada lingkungannya.Tidak
Terpenuhi nya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Perilaku agresif
dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap
rasa ketidaberdayaan dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.
b) Imitation,modeling,and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekerasn bisa berkembang dalam lingkungan
yang mentolerir kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru
dari media atau lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku
tersebut.Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan
untukmenonton tayangan pemukulan pada boneka dengan reward positif
pula (makin keras pukulannya akan diberi coklat), anak lain menonton
tayangan cara mengasihi dan mencium boneka tersebut dengan reward
positif pula (makin baik belaiannya mendapat hadiah coklat). Setelah anak-
anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak berperilaku
sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya.
c) Learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya.Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima
kekecewaan dan mengamati bagaiman respon ibu saat marah. Ia juga belajar
bahwa agresivitas lingkungan sekitar menjadi peduli,bertanya,menanggapi,
dan menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2010), factor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan seringkali berkaitan dengan:
- Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas
seperti dalam sebuah konser,penonton sepakbola, geng sekolah, perkelahian
massal dan sebagainya.
- Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social
ekonomi.
- Kesulitan dalam mengkonsumsi sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
- Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat dan
alcoholism dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
- Kematian anggota keluarga yang terpenting,kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan keluarga.
3. Rentang Respon
Rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon normal (asertif) sampai
pada respon sangt tidak normal (maladaptif).
4. Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Laraia (2001), mekanisme koping yang dipakai pada klien
marah untuk melindungi diri antara lain :
1) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya
secara normal.Misalnya seseorang yang sedang merah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok
dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa
marah.
2) Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang Wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya,
berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayunya.
3) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya
yang tidak disukainya.Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak
baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan
akhirnya ia dapat melupakannya.
4) Reaksiformasi, yaitu mencegah keinginannya yang berbahaya bila
diekspreskan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanandan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman
suaminya,akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5) Displacement,yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan,pada objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang ada pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4tahun marah
karenaia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di
dinding kamarnya.Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.
5. Therapy
1. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang
mempunyai dosis efektif tinggi contohnya: chlorpromazine HCL yang berguna
untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat pergunakan dosis
efektif rendah. Contohnya trifluoperazine estelasine, bila tidak ada juga maka
dapat digunakan transquilizer bukan obat anti psikotik seperti
neuroleptika,tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti cemas
dan anti agitasi (Eko Prabowo, 2014:hal 145)
2. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja,terapi ini bukan pemberian
pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak
harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca
koran,main catur,dapat pula dijadikan media yang penting. Setelah mereka
melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman
dan arti kegiatan itu bagi dirinya.Tetapi ini merupakan Langkah awal
dilakukan oleh petugas terhadap rehablitasi setelah dilakukannya seleksi dan
ditenukan program kegiatannya (Eko Prabowo,2014:hal 145).
3. Peran Keluarga
Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan
langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) pasien.Perawat membantu keluarga
agar dapat melakukan lima tugas kesehatan,yaitu mengenal masalah
kesehatan,membuat keputusan Tindakan kesehatan, memberi perawatan pada
anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat,dan
menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai
kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptive
(pencegahan primer), menanggulangi perilaku maladaptive (pencegahan
sekunder) dan memulihkan perilaku maladaptive keperilaku adaptif
(pencegahan tersier) sehingga derajat Kesehatan pasien dan keluarga dapat
ditingkatkan secara optimal (Eko Prabowo, 2014:hal 145)
4. Terapi Somatik
Menurut Depkes RI, 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic, terapi
yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah
perilaku yang maladaptive menjadi perilaku adaptif dengan melakukan
Tindakan yang ditujukkan pada kondisi fisik pasien, terapi adalah perilaku
pasien (EkoPrabowo, 2014:hal 146)
5. Terapi Kejang Listrik
Terapi kejang listrik atau electronic convulsive therapy (ECT) adalah bentuk
terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grandmall dengan
mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang menangani skizofenia
membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari
sekali (seminggu 2 kali) ( EkoPrabowo, 2014:hal 146)
II. POHON MASALAH
PerilakuKekerasan -----CoreProblem
IV. RENCANAKEPERAWATAN
Diagnosa
Perencanaan
Keperawat
N Interven Rasion
o an si al
Pujian dapat
meningkatkan
motivasi dan harga
diri klien
Mengeksplorasi
perasaan keluarga
setelah melakukan
demonstrasi
9. Klien 9.1 Klien dapat 9.1.1 Jelaskan jenis-jenis Klien dan keluarga
dapat menyebutkan obat yang dapat mengetahui
mengguna obat-obatan diminum klien nama-nama obat
kan obat- yang diminum pada klien dan yang diminum oleh
obatan dan keluarga klien
yang kegunaannya 9.1.2 Diskusikan
manfaat
diminum 9.2 Klien dapat
minum obat
dan minum obat Klien dan keluarga
dan kerugian
kegunaann sesuai program dapat mengetahui
berhenti
ya(jenis,w pengobatan kegunaan obat yang
minum obat
aktu, dosis dikonsumsi klien
tanpa seizin
dan efek) dokter
9.1.3 Jelas kan prinsip Klien dan keluarga
benar minum obat mengetahui prinsip
(baca nama tertera benar agar tidak
pada botol obat, terjadi kesalahan
dosis obat,waktu dalam
dan cara minum) mengkonsumsi obat
9.1.4 Ajarkan klien
minta
Obat dan minum Klien dapat
tepat waktu memiliki kesadaran
9.1.5 Anjurkan klien
pentingnya minum
melaporkan pada
obat dan bersedia
perawat/dokter
minum obat dengan
jika merasakan
kesadaran sendiri
efek yang tidak
menyenangkan
9.1.6 Beri pujian,jika
Mengetahui efek
Klien minum
samping sedini
obat dengan
mungkin sehingga
benar
tindakan dapat
dilakukan sesegera
mungkin untuk
menghindari
komplikasi
Reinforcement
positif dapat
memotivasi
keluarga dan klien
serta dapat
meningkatkan
harga diri
V. REFERENSI
Damaiyanti,Mukhripahdan Iskandar.2014.AsuhanKeperawatan Jiwa.Bandung:Refika
Aditama
Yusuf,Ah.RizkyFitryasariP.K.,danHanikEndangNihayati.2015.BukuAjarKeperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta:Salemba Medika
EkoPrabowo.2014.Konsep&AplikasiAsuhanKeperawatanJiwa.Yogyakarta:NuhaMedi
ka
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN SETIAP HARI
PertemuanKe 1
DiagnosaKep : Risiko perilaku kekerasan
SP 1
Hari & Tgl :
Proses Keperawatan
Kondisi Klien:
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada oranglain, klien mengatakan suka memukul
orang dirumah, dan mengatakan dirinya seorang jagoan. Klien mengamuk, melakukan
tindakan kekerasan kepada orang-orang disekitarnya, tangan mengepal dan tatapan mata
tajam.Berbicara dengan keras dan cepat
DiagnosaKeperawatan:
Perilaku kekerasan
TujuanKhusus:
FASE ORIENTASI
1. Salam terapeutik
"Selamat siang ibu,nama saya Rony Heryadi,ibu boleh memanggil saya suster Rony,
mahasiswa S1 keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya sedang dinas
diruangan ini selama 1 minggu. hari ini saya dinas pagi dari jam 13 sampai jam18 sore
nanti,jadi selama 1 minggu ini saya yang akan merawat ibu ”nama ibu siapa dan senang
dipanggil dengan sebutan apa?”
“Baik bu,apakah kita bisa berbincang –bincang sebentar?”
2. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?
3. Kontrak
Topik :
“Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang –bincang tentang hal atau perasaan yang
menyebabkan ibu ingin melakukan perilaku kekerasan?”
Waktu:
“Ibu mau berapa lama kita bercakap – cakap? Bagaimana jika 15
menit?”Tempat :
“Ibu mau dimana kita bercakap–cakap?Bagaimana jika diruang duduk?”
FASETERMINASI:
“Saya harap jika ibu merasa ingin marah, lakukan cara-cara yang sudah saya ajarkan tadi ya
bu.”
3. Kontrak yang akan datang
Topik :
“Baiklah bu, kita sudah bercakap–cakap selama15menit, bagaimana kalau nanti kita
bercakap –cakap lagi untuk mengulangi kembali step yang tadi topik saya berikan”
nanti?” Tempat:
“Dimana tempatnya nanti kita bercakap–cakap? Bagaimana jika disini saja bu?”
LAPORAN PENDAHULUAN
2. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes(2000), penyebab kurang
perawatan diri adalah :
a. Faktor prediposisi
1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan factor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
a. Body Image. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. PraktikSosial. Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi. Personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan. Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.Misalnya pada
pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya. Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang. Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-
lain.
g. Kondisi fisik atau psikis. Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
3. Rentang Respon
- Pola perawatan diri seimbang: saat klien mendapatkan stressor dan mampu untuk
berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri
- Kadang perawatan diri, kadang tidak : saat klien mendapatkan stressor kadang-
kadangklien tidak memperhatikan perawatan dirinya
- Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stressor.
4. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan dibagi menjadi 2 yaitu:
● Mekanisme koping adaptif mekanisme koping yang mendukung fungsi
integrasi pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien
bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
● Mekanisme koping maladaptif mekanisme koping yang menghambat fungsi
integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung
menguasai lingkungan.Kategorinya adalah tidak mau merawat diri (Damayanti
dalam baga dkk, 2017)
5. Therapy
● Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: Defisit Perawatan Diri
a. Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : Defisit Perawatan
Diri adalah terapi aktivitas kelompok yang dilaksanakan untuk meningkatkan
kemampuan klien merawat diri. Kemampuan merawat diri yang dilatih terdiri
dari kemampuan dalam kebersihan diri, kemampuan dalam berdandan,
kemampuan makan-minum, dan toileting (Rusdi, 2013)
b. Jenis–jenisTerapi Aktivitas Kelompok SP :DPD
1) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: Kebersihan diri
2) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi:Berdandan
3) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi:Tata cara makan minum
4) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi:Tata cara BAB/ BAK
Gangguan Pemeliharaan
Kesehatan (BAB/BAK, -----Effect
mandi, makan, minum)
Isolasi Sosial:MenarikDiri
No Diagnosa Perencanaan
Keperawat
Intervensi
an
Tujuan Kriteria Hasil
1. Defisit 1.Klien dapat 1.1Klien dapat menyebutkan 1.1.1Diskusikan bersama klien
Perawatan mengenal pentingnya kebersihan diri pentingnya kebersihan diri dengan cara
diri:mandi, tentang dalam waktu 2 kali menjelaskan pengertian tentang arti
berpakaian, pentingnya pertemuan: bersih dan tanda-tanda bersih
makan, kebersihan - Tanda-tanda bersih
eliminasi diri - Badan tidak bau 1.2.1 Dorong klien untuk
- Rambut rapi,bersih,dan menyebutkan 3 dari 5 tanda
tidak bau kebersihan diri
- Gigi bersih & tidak bau
mulut
- Baju rapi & tidak bau
1.2.2 Diskusikan fungsi kebersihan
diriuntuk kesehatan dengan menggali
pengetahuan klien terhadaphal yang
1.2 Klien mampu menyebutkan berhubungan dengan kebersihan diri
kembali kebersihan
untuk kesehatan
1.2.3 Bantu klien mengungkapkan
arti kebersihan diri dan tujuan
1.3Klien dapat menjelaskan cara
memelihara kebersihan diri
merawatdiri, antaralain:
1.2.4 Beri Reinforcement positif
- Mandi 2 kali sehari
setelah klien mampu
dengan sabun
mengungkapkan arti
- Menggosok gigi minimal
kebersihan diri
2kali sehari setelah
makan dan akan tidur
- Mencuci rambut 2-3 kali
1.3.1Ingatkan klien untuk
seminggu dan memotong memelihara kebersihan
kuku bila panjang diriseperti:
- Mencuci tangan
- Mandi 2 kali,pagi dan sore
sebelum dan sesudah - Sikat gigi minimal 2 kali sehari
makan (sesudah makan dan sebelum
tidur)
- Keramas danmenyisirrambut
- Guntingkukubilapanjang
2. Klien dapat 2.1Klien berusaha untuk 2.1.1 Motivasi klien untuk mandi:
memelihara memelihara kebersihan - Ingatkan caranya, evaluasi hasilnya
kebersihan diri diri:yaitu: &Beri umpan balik
- Mandi pakai sabun dan - Bimbing klien dengan bantuan
minimal
disiram dengan - Jika hasilnya kurang,
airsampaibersih kajihambatan yang ada
- Mengganti pakaian bersih
sehari sekali dan merapikan
penampilan 2.1.2 Bimbing klien untuk mandi
- Ingatkan dan anjurkan untuk
mandi 2kali sehari menggunakan
sabun
- Anjurkan klien untuk
meningkatkan cara mandi yang
benar
Pertemuan Ke ;1
Diagnosa Kep ; Defisit Perawatan Diri
SP : 1 pasien
Hari & Tgl :
ProsesKeperawatan
KondisiKlien:
Subjektif:
Objektif:
● Klien terlihat kotor,rambut tidak disisir,baju agak kotor,bau dan menolak diajak
mandi
DiagnosaKeperawatan:
Defisit Perawatan Diri
TujuanKhusus:
● Pasien dapat membina hubungan saling percaya
● Pasien dapat menjelaskan pentingnya kebersihan diri
● Pasien dapat mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
● Pasien dapat memasukkan jadwal kegiatan harian
Tindakan Keperawatan:
SP I Klien:
● Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
● Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
● Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
● Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Tujuan:“tujuan dari perbincangan agar ibu dapat mengetahui apa aja yang
termasuk dalam kebersihan diri dan keuntungan kerugian dalam kebersihan diri”
Tempat : “enaknya dimana ya ibu kita akan bincang-bincang? bagaimana kalau disini
saja? Baiklah ibu.”
Masalah Berdandan
Apa yang ibu lakukan untuk merawat rambut dan muka?Kapan saja ibu menyisir rambut?
bagaimana dengan bedakan? Apa tujuan kita sisiran dan bedandan? Jadi bisakah ibu sebutkan
alat yang digunakan untuk berdandan?betul,bagus sekali sisir,dan parfumya bu.
Berapa kali ibu makan sehari? iya bagus ibu makan 3 kali sehari. Kalau minum sehari berapa
gelas bu? betul, minum 10 gelas perhari. Apa saja yang disiapkan untuk makan?Dimana ibu
makan? Bagaimana cara makan yang baik menurut ibu? apa yang ibu lakukan sebelum
makan?apa pula yang ibu lakukan setelah makan?
MasalahBABdanBAK
Berapa kali ibu BAB dalam sehari ? Kalau BAK berapa kali? Dimana biasanya ibu BAB/BAK?
Bagaimana ibu membersihkannya ? Baik ibu Kita sudah bicara tentang kebersihan diri,
berdandan, berpakaian, makan dan minum serta BAB dan BAK. Sekarang bisakah ibu cerita
bagaimana cara melakukan mandi, keramas dan gosok gigi.iya benar, pertama bisa ibu siram
seluruh tubuh termasuk rambut lalu ambil shampo gosokkan pada kepala sampai berbusa lalu
bilas sampai bersih ya bu, lalu selanjutnya ibu ambil sabun, gosokkan diseluruh
tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol
giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi mulai dari depan ke belakang.
bagus lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh sampai bersih lalu
keringkan dengan handuk.Wah ibu bagus sekali melakukannya.Selanjutnya ibu bisa pasang
baju dan sisir rambutnya dengan baik.”
FASE TERMINASI:
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan
keperawatan
2. Tindakan lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil
tindakanyangdilakukan) :
“Baiklah ibu,kalau mandi yang palingbaik sehari berapa kali bu?Ya bagus mandi 2
kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali seminggu.Nanti ibu masukkan ke
jadwal harianya bu”
“ibu ,ini saya format jadwal perawatan diri,nah disinikan ada format-formatnya ibu
bisa lihat, Nanti tolong ibu tulis M (mandiri) bila ibu melakukannya sendiri, tulis B
(bantuan) bila ibu dibantu dan, tulis T (tidak) bila ibu tidak melakukan”
Waktu:“kira-kira ibu bisa Latihan jam berapa?Jam 10 pagi bu? Baiklah ibu”
“Baik bu kalau begitu saya pamit dulu ya bu, kalo butuh bantuan ibu bisa
pencet bel yang ada disamping tempat tidur, saya permisi dulu bu
assalamu’alaikum”