Anda di halaman 1dari 105

KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

Dosen Pembimbing:Ns.Ninik Yunitri,M.Kep., Sp.Kep.J.,Ph.D

Disusun Oleh : RONY HERYADI

Nim : 22090300231

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN AJARAN 2022/2023


LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS (MASALAH UTAMA)


I. HALUSINASI
- Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan.Klien merasakan stimulus yang
sebenarnya tidak ada (Damaiyanti, 2008).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu objek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca
indra.Halusinasi merupakan salahsatu gejala gangguanj iwa pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, serta salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien
mengalami perubahan sensori persepsi,serta merasakan sensasi palsu berupa
suara,penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada.

PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2010) factor predisposisi klien dengan halusinasI adalah:
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya Kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil,mudah frustasi,hilangpercayadiri dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan,kesepian,dan tidakpercaya pada lingkungannya.
3) Faktor Biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan
Suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam khayal.
5) Faktor Genetik
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
schizofenia cenderung mengalami skizofenia.Hasil studi menunjukkan
bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.

b. Faktor Presipitasi
1) Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaantidak aman, gelisah dan bingung, perilaku menarik diri, kurang
perhatian,tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaannyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan
Heacock,1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas
hak ikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas
dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual.Sehingga halusinasi dapat
dilihat dalam 5 dimensi yaitu:
a) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan,demam hingga
delirium, intoksikasi alcohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu
yang lama.
b) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapatdiatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi, isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak
sanggup
lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c) Dimensi intelektual
Dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.Pada awalnya
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls
yang menekan,namun merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak
jarang akan mengontrol semua prilaku klien.
d) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi social dalam fase awal dan
comforting klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata
sangat membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olahia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi
social,control diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia
nyata. Isihalunisasi dijadikan control oleh individu tersebut,sehingga
jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses
interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan,serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien
selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak
berlangsung.
e) Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinas imulai dengan kehampaan
hidup,rutinitas,tidak bermakna,hilangnya aktivitas ibadah dan jarang
berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya
terganggu, karena ia sering tidur larut malam dan bangun sangat
siang.Saat terbangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya.Ia
sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput
rezeki,menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan
takdirnya memburuk.
2. RentangRespon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran (pikiran Gangguan pikir/delusi


Persepsi akurat kotor) Halusinasi
Emosi konsisten dengan Ilusi Perilaku disorganisasi
pengalaman Reaksi emosi berlebihan Isolasisosial
Perilaku sesusai atau kurang
Hubungan social Prilaku aneh dan tidak biasa
Menarik diri

Rentang Respon neurobiologis (Stuart danSundeen,1998)

a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma social budaya
yangberlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, responadaptif :
1) Pikiranlogis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman
ahli.
4) Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
b. Responpsikososial
Responpsikososialmeliputi:
1) Proses piker terganggu adalah proses piker yang menimbulkan gangguan.
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salaht entang penerapan yang
benar-benar terjadi(objek nyata) karena rangsangan pancaindera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran.
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
c. Respon maladaptive
Respon maladaptive adalahrespon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma social budaya dan lingkungan, Adapun respon
maladaptive meliputi :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinanyang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan social.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5) Isolasi social adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negative
mengancam.

3. MekanismeKoping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi
(Stuart,Laraia,2005) meliputi :
1. Regresi:menjadi malas beraktifitas sehari-hari
2. Proyeksi:mencoba menjelaskan gangguanpersepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada oranglain atau sesuatu benda
3. Menarik diri:sulit mempercayai oranglain dan asyik menstimulus internal
4. Keluarga mengingatkan masalah yang dialami klien

4. Therapy
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien
akibathalusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara
individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh
atau dipegang.Pasien jangandiisolasibaik secara fisik atau emosional.Setiap
perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien.
Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di
beritahu tindakan yang akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan
sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk
berhubungan
Dengan realitas,misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding,majalah dan
permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Seringkali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang diterimanya.Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi
instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul ditelannya,
serta reaksi obat yang diberikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif,perawat dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasisertamembantu
mengatasi masalah yang ada.Pengumpulan data ini juga dapat melalui
keterangan keluarga pasien atau oranglain yang dekat dengan pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan pasien kekehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan
oranglain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan
yangsesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data pasien agar
ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan,misalnya
dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering
mendengar laki-laki yang mengejek.Tapi bila ada orang lain didekatnya suara-
suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan
menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang
ada.Percakapan ini hendaknya diberitahukan pada keluarga pasien dan petugas
lain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang diberikan tidak
bertentangan.
I. POHON MASALAH
Risiko perilaku
kekerasan(padadiri
sendiri,oranglain,lingkungan -----Effect
,danverbal)

Gangguan
persepsisensori:Halusinasi
----- CoreProblem

----- Causa

Isolasi Sosial

II. DIAGNOSAKEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori:halusinasi
2. Isolasi social
3. Resiko perilaku kekerasan (dirisendiri,orang lain,lingkungan,dan verbal)

III. RENCANATINDAKANKEPERAWATAN

N Diagnose
Perencanaan
o Keperawatan Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Hasil
1. Gangguan 1.Klien dapat 1.1Ekspresi wajah 1.1.1Bina hubungan saling percaya dengan Hubungan saling
persepsi sensori: membina bersahabat, mengungkapkan prinsip komunikasi percaya merupakan
Halusinasi hubungan saling menunjukkan rasa terapeutik : dasar untuk
percaya senang,ada kontak a. Sapa klien dengan ramah baik verbal kelancaran hubungan
mata,mau berjabat maupun nonverbal interaksi selanjutnya
tangan,mau b. Perkenalkan diri dengan sopan
menyebutkan c. Tanyakan nama lengkap klien dan
nama,mau nama panggilan yang disukai klien
menjawab d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menempati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
salam, klien g. Beri perhatian pada klien dan
mau duduk perhatikan kebutuhan dasar klien
berdampingan
dengan
perawat, mau
mengutarakan
masalah yang
dihadapi
2.Klien dapat 2.1 Klien dapat 2.1.1 Adakan kontak sering dan Kontak sering tapi
mengenali menyebutkan singkat secara bertahap singkat selain
halusinasi waktu, 2.1.1 Observasi tingkah laku klien membina hubungan
nya isi,frekuensi terkaitdengan halusinasinya; bicara saling percaya,juga
timbulnya dantertawatanpastimulus,memanda dapat memutuskan
halusinasi ngke kiri atau ke kanan atau ke halusinasi
depan seolah-olah teman bicara
2.2 Klien dapat 2.1.2 Bantuk klien mengenali halusinasinya Mengenal perilaku
mengungkap a. Jika menemukan yang sedang pada saat halusinasi
kan perasaan halusinasi,tanyakan apakah ada timbul memudahkan
terhadap suara yang didengar aktu,isi,danfrekuen
halusinasi b. Jika klien menjawab perawat dalam
ada,lanjutkan:apayangdikatak melakukan intervensi
an Mengenal halusinasi
c. Katakan bahwa perawat per memungkinkan klien
caya klien mendengar untuk menghindarkan
suaraitu,namun perawat sendiri factor pencetus
tidak mendengarnya timbulnya halusinasi
d. Katakana bahwa klien ada
jugayang sepertiklien
Dengan
2.1.3 Diskusikan dengan klien mengetahuiw si
a. Situasi yang menimbulkan muncul nya
atau tidak menimbulkan halusinasi
halusinasi. mempermudah
b. Waktu dan frekuensi terjadinya Tindakan
halusinasi (pagi, siang, sore, dan keperawatan klien
malam,atau jika sendiri,jengkel yang akan dilakukan
atau sedih) perawat

2.1.4 Diskusikan dengan klien apa yang Untuk


dirasakan jika terjadi halusinasi mengidentifikasi
(marah atau takut, sedih, senang) pengaruh halusinasi
berikesempatan mengungkapkan
perasaannya

3Klien dapat 3.1Klien dapat 3.1.1 Identifikasi Bersama klien cara Upaya untuk
mengontrol menyebutkan Tindakan yang dilakukan jika memutuskan siklus
Tindakan yang terjadi halusinasi(tidur,meyibukkan halusinasi sehingga
biasa diri,dll)
halusinasi Dilakukan untuk 3.1.2 Diskusikanmanfaatcarayangdilakuk halusinasi
nya mengendalikan an klien, jika bermanfaat beripujian tidakberlanjut
halusinasinya 3.1.3 Diskusikancarabaruuntukmemutusat
3.2 Klien dapat au mengontrol halusinasi: Reinforcement positif
menyebutka a. Katakan“Saya tidak mau dengar akan meningkatkan
ncara baru kamu”(pada saat halusinasi harga diri klien
3.3 Klien dapat terjadi)
memilih cara b. Menemui orang Memberikan
mengatasi lain(perawat/anggota alternatif pilihan bagi
halusinasi keluarga)untuk bercakap- klien untuk
seperti yang cakap atau mengatakan mengontrol
telah halusinasi yang terdengar halusinasinya
didiskusi kan c. Membuat jadwal kegiatan
dengan klien sehari-hari agar halusinasi tidak Memotivasi dapat
muncul meningkatkan
d. Minta keluarga/perawat kegiatan klien untuk
jika Nampak bicara sendiri mencoba memilih
salah satu cara
3.1.4 Bantu klien memilih dan melatih mengendalikan
cara memutus halusinasi secara halusinasi dan dapat
bertahap meningkatkan harga
Diri klien
4.Klien dapat 1.Klien dapat 4.1.1 Anjurkan klien untuk Untuk mendapatkan
dukungan dari membina memberitahu keluarga jika mengalami bantuan keluarga
keluarga dalam hubungan saling halusinasi mengontrol
mengontrol percaya dengan halusinasi
halusinasi perawat 4.1.2 Diskusikan dengan keluarga (pada
saat berkunjung/pada saat kunjungan Untuk mengetahui
2.Keluarga dapat rumah): pengetahuan keluarga
menyebutkan a. Gejala halusinasi yang dialami klien dan meningkatkan
pengertian,tanda b. Cara yang dapat dilakukan klien dan kemampuan
dan kegiatan untuk keluarga untuk memutus halusinasi pengetahuan tentang
mengendalikan c. Cara merawat anggota keluarga untuk halusinasi
halusinasi memutus halusinasi dirumah,
berikegiatan, jangan dibiarkan
sendiri,makan bersama, bepergian
bersama
d. Beri informasi waktu follow up atau
kapan perlu mendapat
bantuan:halusinasi terkontrol dan
risiko mencederai oranglain
5.Klien dapat 5.1Klien dan 5.1.1 Diskusikan dengan klien dan Dengan
memanfaatkan Keluarga dapat keluarga tentang dosis,frekuensi manfaat menyebutkandosis,
menyebutkan obat frekuensi
obat dengan manfaat dosis dan 5.1.2 Anjurkan klien minta sendiri obat danmanfaatobat
baik efek samping obat nya pada perawat dan merasakan
manfaatnya Diharapkan klien
5.2 Klien dapat 5.1.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter melaksanakan
mendemostrasi tentang manfaat dan efek samping obat program pengobatan.
Kan yang dirasakan Menilai kemampuan
5.1.4 Diskusikan akibat ethernet minum klien dalam
obat tanpa konsultasi pengobatannya
sendiri
Penggunaan obat 5.1.5Bantu klien menggunakan obat dengan Dengan mengetahui
secara benar prinsip benar efek samping obat
klien akan tahu apa
5.3 Klien dapat yang harus dilakukan
informasi tentang setelah minumobat
efek samping obat
Program pengobatan
5.4 Klien dapat dapat berjalan sesuai
memahami akibat rencana
berhenti minum
obat Dengan mengetahui
prinsip penggunaan
5.5 Klien dapat obat, maka
menyebutkan 5 kemandirian klien
benar penggunaan untuk pengobatan
obat dapat ditingkatkan
secara bertahap

IV. REFERENSI
Damaiyanti,Mukhripahdan Iskandar.2014.AsuhanKeperawatan Jiwa.Bandung:Refika
Aditama
Yusuf,Ah.RizkyFitryasariP.K.,danHanikEndangNihayati.2015.BukuAjarKeperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta:Salemba Medika
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Penerbit
Andihttps://www.academia.edu/9797578/LAPORAN_PENDAHULUAN_LP_HALU
SINASI
LAPORANPENDAHULUAN
STRATEGIPELAKSANAANTINDAKANKEPERAWATAN
PertemuanKe 1
DiagnosaKep :Halusinasi
SP 1
Hari & Tgl :

ProsesKeperawatan
1. KondisiKlien:
Ds : Klien mengatakan sering mendengar suara-suara aneh

Do :
- Klien terlihat berbicara sendiri
- Klien terlihat mendekatkan telinga kearah tertentu,dan menutup telinganya
2. DiagnosaKeperawatan:
Halusinasi
3. TujuanKhusus:
- Klien dapat mengidentifikasi jenis halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi isi Halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi waktu halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
- Klien dapat mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan halusinasi
- Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi klien
- Mengajarkan klien menghardik halusinasi
- Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik kedalam kegiatan harian

4. RencanaTindakan Keperawatan:
- Mengidentifikasi jenis Halusinasi klien
- Mengidentifikasi isi Halusinasi klien
- Mengidentifikasi waktu halusinasi klien
- Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
- Mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan halusinasi
- Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi klien
- Mengajarkan klien menghardik halusinasi
- Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik kedalam kegiatan harian
ProsesPelaksanaanTindakan:
FASE ORIENTASI
1. Salam terapeutik: “Assalamu’alaikum selamat sore Bapak, perkenalkan nama saya Rony
Heryadi bisa dipanggil Rony, Mahasiswa Profesi Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta, saya sedang dinas diruangan ini selama beberapa minggu.Hari
ini saya dinas sore dari jam 13 sampai jam18 sore nanti,jadi selama beberapa minggu
kedepan ini saya yang akan merawat bapak”
2. Evaluasi/validasi: “Boleh saya pinjam gelang yang ada ditangan bapak? kalau boleh
taunama bapak siapa? Bapak senang nya dipanggil apa?Bagaimana perasaan bapak saat
ini?Bagaimana tidurnya semalam?Apakah ada keluhan pak?
3. Kontrak :
- Topik :“Baik pak bagaimana kalau sekarang kita mendiskusikan cara
menghardik halusinasi?”
- Tujuan :Tujuannya supaya bapak merasa lebih tenang,dan suara-suara tersebut
berkurang,bagaimana pak,setuju?”
- Waktu :“Kira-kira berapa lama bapak mau kita berbincang-
bincang?Bagaimanakalau 15 menit pak?
- Tempat :“Enaknya dimananya pak kita akan bincang-bincang?bagaimana kalua
disini saja?Baiklah pak.”

FASEKERJA

(Langkah-langkah Tindakan keperawatan)


“Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara itu?”

“Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering bapak
dengar suara?Berapa kali sehari bapak alami?Pada keadaan apa suara itu terdengar?Apakah
pada waktu sendiri?”“Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”

“Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu?Apakah dengan cara itu suara-suara itu
hilang?”

“Bapak... Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara itu

muncul?”“Baik bapak... Caranya yaitu dengan menghardik suara tersebut”


“Caranya seperti ini:saat suara-suara itu muncul,langsung bapak bilang,pergi saya tidak mau
dengar,… Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu”

“Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar

lagi”“Coba bapak peragakan!Nah begitu..bagus bapak

sudah bisa”

FASETERMINASI:
1. Evaluasi respons klienterhadap Tindakan
keperawatan Evaluasi klien ( subjektif ) :
“Bagaimana perasaan bapak Andi sekarang?Setelah tadi kita berdiskusi dan
mempraktekkan tindakan untuk menghardik suara yang muncul? Silakan coba cara
tersebut ya pak”

Evaluasi perawat(objektif setelah reinforcemenet):


Setelah dilakukan reinforcement pasien terlihat lebih tenang dan senang ketika bisa
melakukan apa yang sudah di pelajari

2. Tindakan lanjut klien (apayang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
dilakukan)
“Baik, sekarang latihan tadi kita masukkan ke jadwal harian ya pak berapa kali bapak mau
Latihan cara menghardik? Ketika suara-suara nya munculya pak?Baiklah pak ”
“bapak ini sayabuatkan daftar untuk latihannya ya,nah disinikan ada format-formatnya
bapak bisa lihat, Nanti tolong bapak tulis M (mandiri) bila bapak bisa melakukannya
sendiri, tulis B (bantuan)bila bapak dibantu dan,tulisT (tidak) bila bapak tidak melakukan”

3. Kontrak yang akan datang:


- Topik:“Baik bapak,Bagaimana kalua kita besok bertemu lagi untuk belajar dan

Latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua”

- Waktu:“Kira-kira bapak bisa latihan jam berapa?Jam 14 siang pak?Baiklah pak”


- Tempat:“Tempatnya disini lagi saja yah pak Andi ,bagaimana apakah bersedia?”
LAPORANPENDAHULUAN

KASUS (MASALAH UTAMA)

II. WAHAM
Definisi
Wahama adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitasyang
salah,keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual danlatar belakang
budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses
interaksi/informasi secara akurat (Yosep,2009).
Waham adalah keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal
(StuartdanSundeen, 1998).
Waham adalah suatu keadaan di mana seseorang individu mengalami sesuatu
kekacauan dalam pengoperasian dan aktivitas-aktivitas kognitif(Townsend,1998).

Proses Terjadinya Masalah : (F. Predisposisi, Faktor Prespitasi, Rentang


Respon,MekanismeKoping, Therapi)
a. Faktor Predisposisi
• FaktorPerkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
• FaktorSosialBudaya
Seseorang yang merasa diasingkandan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
• FaktorPsikologis
Hubungan yang tidak
harmonis,peranganda/bertentangan,dapatmenimbulkanansietasdanberakhir
denganpengingkaranterhadapkenyataan.
• FaktorBiologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel
diotak,atau perubahan pada sel kortikal danlimbik.
• FaktorGenetik
b. FaktorPresipitasi
• Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berartiataudiasingkan darikelompok.
• Faktor Biokimia
Dopamin, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang
• Faktor Psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyaaan yang menyenangkan.

c. RentangResponNeurobiologi

d. MekanismeKoping
Menurut Direja(2011),Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri
sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon neurobioligi:
1. Regresi adalah mundur kemasa perkembangan yang telah lain
2. Proyeksi merupakan keinginanyang tidak mampu ditoleransi dan klien
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri
3. Menarikdiri
e. Terapi
• Psikoterapi
Psikoterapi yangefektif untuk gangguan waham menetap adalah psikoterapi
individual,berorientasi insight,suportif,kognitif,dan behavioral.Dalam
psikoterapi,sebaiknya tidak dilakukan konfrontasi terhadap waham pasien,
namun lebih pada penekanan bahwa preokupasi pasien terhadap wahamnya
menimbulkan distress bagidirinya dan mengganggu kemampuannya untuk
bisa hidup dengan lebih baik. Cognitive behavioral therapy (CBT) bisa
digunakan untuk memperbaiki bias pengenalan informasi(yang timbul
akibat waham),sensitivitas interpersonal, gaya reasoning,kecemasan,dan
insomnia.
Metacognitive training adalah terapi yang dikembangkan untuk membantu
pasien dengan waham untuk mengenali pola piker
disfungsionalnya.Meskipun awalnya dikembangkan untuk schizophrenia,
namun terapi ini juga bermanfaat pada pasien dengan gangguan waham
lain,termasuk gangguan waham menetap.

• Medikamentosa
Pasien-pasien gangguan waham menetap yang mengalami agitasi
sebaiknya mendapatkan anti psikotik lewat injeksi intramuskular.
Farmakoterapi pada pasien dengan gangguan waham relative sulit
dilakukan karena mereka bisa dengan mudah memasukkan obat yang
diberikan sebagai bagian negative dari system wahamnya.Perlu dilakukan
bina rapport dan psikoterapi yang adekuat sebelum farmakoterapi bisa
dimulai.

Farmakoterapi sebaiknya dimulai dari dosis kecil (misalnya haloperidol


2mg/24 jam atau risperidone 2 mg/24 jam) kemudian dititrasi pelan. Bila
dalam waktu 6 minggu pasien tidak menunjukkan respons,maka sebaiknya
diganti dengan antipsikotik kelas lainnya. Beberapa klinisi menyatakan
bahwa pimozide efektif digunakan pada pasien dengan gangguan
waham,terutama pasien denganwaham somatikkronis.Sebuah review oleh
Mohsen,etal menemukan bahwa antipsikotik yang paling banyak
Digunakan pada pasien dengan gangguan waham adalah risperidone,diikuti
oleh olanzapine,quetiapine,dan antipsikotiktipikal (generasipertama).
Mengingat bahwa Sebagian besar pasien mempunyai fungsidan peran yang
masih baik,maka pilihan antipsikotik sebaiknya dijatuhkan pada
antipsikotik atipikal yang mempunyai profil efek samping lebih
ringan.Meskipun out come klinis antara antipsikotiktipikal dan atipikal
tidak berbeda signifikan.
Mengingat bahwa baik antipsikotik tipikal maupun atipikal mempunyai
efeksamping pada penggunaan jangka panjang.Antipsikotikyangdilaporkan
relatif aman digunakan pada pasien dengan gangguan waham adalah
risperidone,amisulpride,aripiprazole,dan ziprasidone
Banyak pasien dengan gangguan waham mengalami depresi, sehingga
membutuhkan antidepresan. Antidepresan yang direkomendasikan adalah
golongan selective serotonin reuptake inhibitors/SSRI,misalnya fluoxetine,
sertraline, citalopram, escitalopram, atau golongan serotonin
norepinephrine reuptake inhibitors/SNRI, misalnya venlafaxine,duloxetine.

I. PohonMasalah

Kerusakan KomunikasiVerbal ----------- Effect

Perubahan Proses Pikir


------Core Problem
:Waham

Harga Diri Rendah Kronik ---------- Causa

II. DiagnosaKeperawatan
• Kerusakan Komunikasi Verbal
• Gangguan Proses Pikir :Waham
• Harga Diri Rendah Kronik
III. RencanaTindakan Keperawatan

Tgl No Diagnosa RencanaTindakanKeperawatan


Diagnos Keperawat
a an
Gangguan Tujuan (Umum dan Khusus)
proses pikir : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Waham TindakanKeperawatan
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien:beri
salam terapeutik (panggil nama klien), sebutkan
nama perawat,jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang,buat kontrak yang jelas
(topik yang dibicarakan, waktu dan tempat).
2. Jangan membantah dan mendukung waham klien:
• Katakan perawat menerima keyakinan
klien:"Saya menerima keyakinan
anda"disertai ekspresi menerima.
• Katakan perawat tidak mendukung:
"Sukar bagi saya untuk
mempercayainya"disertai ekspresi ragu
tapi empati.
• Tidak membicarakan isi waham klien.
3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan
terlindung:
• Anda berada ditempat aman,kami akan
menemani anda.
• Gunakan keterbukaan dan kejujuran.
• Jangan tinggalkan klien sendirian.
4. Observasi apakah waham klien mengganggu
aktifitas sehari-hari dan perawatan diri.

Tujuan (Umum dan Khusus)


2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
TindakanKeperawatan
1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan
klien yang realistis.
2. Diskusikan dengan klien kemampuan yang
dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang
realistis (hati-hati terlibat diskusi tentang
waham).
3. Tanyakan apa yang biasa klien lakukan (kaitkan
dengan
akivitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian
anjurkan untuk melakukannya saat ini.
4.Jika klien selalu bicara tentang
wahamnya,dengarkan sampai kebutuhan waham
tidak ada.Perawat perlu memperlihatkan bahwa
klienpenting.

Tujuan(UmumdanKhusus)
3. Kliendapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi
TindakanKeperawatan
1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
baik selama dirumah maupun dirumah sakit (rasa
takut, ansietas,marah).
3. Hubungan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan
timbulnya waham.
4. Tingkatkan aktivias yang dapat memenuhi
kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan
tenaga (aktifitas dapat dipilih Bersama klien,jika
mungkin buat jadwal).
5. Atur situasi agar klien mempunyai waktu unuk
menggunakan wahamnya.

Tujuan (Umum dan Khusus)


4. Klien dapat berhubungan dengan realistis
Tindakan Keperawatan
1. Berbicara dengan klien dalam konteks
realitas(realitasdiri,realitas orang lain,realitas
tempat dan realitas waktu).
2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas
kelompok:orientasi realitas.
3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang
dilakukan klien.

Tujuan (Umum dan Khusus)


5.Klien mendapat dukungan
keluarga
Tindakamkeperawatan
1. Diskusikan dengan keluarga tentang:
• Gejala waham
• Cara merawatnya
• Lingkungan keluarga
• Folow-up obat
2. Anjurkan keluarga melaksanakan dengan bantuan
perawat.
Tujuan (Umum dan Khusus)
6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
TindakanKeperawatan
1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang
obat,dosis,frekuensi dan efek samping akibat
penghentian.
2. Diskusi kan perasaan klien setelah makan
obat.
3. Berikan obat dengan prinsip 5 (lima)benar.

IV. Referensi:

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa.


Bandung:Refika Aditama
Yusuf,Ah. RizkyFitryasari P.K., danHanik Endang Nihayati. 2015.
BukuAjarKeperawatanKesehatan Jiwa. Jakarta:SalembaMedika
LAPORANPENDAHULUAN
STRATEGIPELAKSANAANTINDAKANKEPERAWATAN
Pertemuan Ke ;1
DiagnosaKep ;Waham
SP :1 pasien
Hari & Tgl :

Proses Keperawatan
Kondisi Klien:
Subjektif:

• Klien mengatakan bahwa dirinya seorang presiden negara Republik


Indonesia

Objektif :

• Klien terlihat suka berpidato,berpakaian rapih seperti ibu presiden

DiagnosaKeperawatan:
Defisit Perawatan Diri
TujuanKhusus:
• Pasien dapat membina orientasi realita
• Pasien dapat,mensdikusikan kebutuhanyang tidak terpenuhi
• Pasien dapat memenuhi kebutuhan dirinya
• Pasien dapat memasukkan jadwal kegiatan harian

TindakanKeperawatan:
SP I Klien:
• Membantu orientasi realita
• Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
• Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
• Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

ProsesPelaksanaanTindakan:
FASEORIENTASI
1. Salam terapeutik:
“Assalamu’alaikum selamat sore pak, perkenalkan nama saya Rony Heryadi bisa dipanggil
Rony, mahasiswa Profesi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya sedang
dinas diruangan ini selama beberapa minggu. Hari ini saya dinas sore dari jam 13 sampai
jam 18 sore nanti,jadi selama beberapa minggu kedepan ini saya yang akan merawat
bapak”
2. Evaluasi/validasi:
“Boleh saya pinjam gelang yang ada ditangan bapak? kalau boleh tau nama bapak siapa?
bapak senangnya dipanggil apa?Bagaimana perasaan bapak saat ini? Apakah bapak sudah
mandi?
3. Kontrak :
Topik: “Baik pak bagaimana kalau sekarang kita berbincang tentang kegiatan/hobiyang
bapak sukai?”
Tujuan:“tujuandari perbincangan agar bapak dapat mengetahui apa saja kegiatan yang
bapak sukai”
Waktu:“kira-kira berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau 15
menit pak?
Tempat : “enaknya dimana ya pak kita akan bincang-bincang? bagaimana kalau disini
saja? Baiklah pak.”

FASEKERJA(Langkah-langkah Tindakan keperawatan)


“kira-kira apa saja hobi bapak?saya catat ya pak,terus apa lagi?”
“wah rupanya bapak pandai bergitar ya,tidak semua orang bisa bergitar seperti bapak
loh”(atau yang lain sesuai yang diucapkan oleh pasien)
“bisa bapak ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar bergitar ,siapa yang dulu
mengajarkannya kepada bapak, dimana?”
“bisa bapak peragakan kepada saya bagaimana cara bergitar
yangbaik?”“wah..bapak keren sekali petikan gitar sangat bagus”
“coba kita buat jadwal untuk kemampuan bapak ini ya,berapa kali sehari/seminggu bapak
maun memainkan gitarnya?”
“apa yang bapak harapkan dari kemampuan memainkan gitar ini?”
“ada tidak hobi atau kemampuan bapak yang lain selain bergitar?”

FASETERMINASI:
1. Evaluasi respons klien terhadap Tindakan
keperawatan

Evaluasiklien ( subjektif ):
“Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan
bapak?”“sekarang coba bapak ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapih?’
“setelah ini coba bapak lakukan Latihan bergitari sesuai dengan jadwal yang telah kita
buat ya?”
Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcemenet):
Setelah dilakukan reinforcement dan mandi pasien terlihat senang dan terlihat
bangga dengan kemampuan yang dimilikinya
2. Tindakan lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil Tindakan yang
dilakukan):
“Baiklah bapak, berapa kali bapak mau latihan bergitar dalam sehari? Dua kali ya
pak?Baik”
“bapak ini saya buatkan format jadwal latihan bergitar, nah disini kan ada format-
formatnya bapak bisa lihat, Nanti tolong bapak tulis M (mandiri) bila bapak
melakukannya sendiri,tulis B (bantuan) bila dibantu dan, tulisT (tidak) bila bapak
tidak melakukan”

3. Kontrak yang akan datang:


Topik:“baik pak,Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang hobi atau
kemampuan bapak yang lainnya?”
Waktu:“kira-kira bapak bisa Latihan jam berapa?Jam 15 pak? Baiklah
pak”Tempat:“tempatnya disini saja ya seperti sekarang?baik”
“Baik pak kalau begitu saya pamit dulu ya pak, kalau bapak butuh
bantuan bapak bisa pencet bel yang ada disamping tempat tidur, saya
permisi dulu pak assalamu’alaikum”
LAPORANPENDAHULUAN

KASUS (MASALAH UTAMA)


III. HARGA DIRI RENDAH

Pengertian:
Harga diri rendah adalalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatifterhadapdirisendiriatau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai idealdiri (Yosep, 2009).
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara:
a. Situational, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami/isteri,putus sekolah,putus hubungan kerja,perasaan
malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, yaitu
sebelumsakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif.
Kejadian sakitdan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan respon mal yang adaptif. Kondisi ini dapat
ditemukan pada kliengangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa.

Proses Terjadinya Masalah : (Faktor Predisposisi, Faktor Prespitasi, Rentang


Respon,Mekanisme Koping, Therapi)

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep-diri seseorang.


Dalam tinjauan lifespan history klien,penyebab terjadinya harga diri rendah adalah
pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilan nya. Saat
individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai,tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di
sekolah,pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan
cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya (Yosep, 2009).
Menurut Stuart(2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah
kronik meliputi factor predisposisi dan factor presipitasi sebagai berikut:

a. Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orangtua,harapan
orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri
yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran
gender,tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya
3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan
orang tua,tekanan dari kelompok sebaya,dan perubahan struktursosial.

b. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya
adalah kehilangan bagian tubuh,perubahan penampilan/bentuktubuh,kegagalan
atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsepdiri harga diri
rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional karena
trauma yang muncul secaratiba-tiba,misalnya harus dioperasi, kecelakaan,
perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat di rumah sakit bisa menyebabkan
harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu
yang membuat klien tidak nyaman. Harga diri rendah kronik, biasanya
dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki
pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.

c. Perilaku
Menurut Stuart (2006) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah
kronik sebagai berikut:
1. Mengkritik diri sendiri dan oranglain;
2. Penurunan produktivitas
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain;
4. Gangguan dalam berhubungan
5. Rasa diri penting yang berlebihan
6. Perasaan tidak mampu
7. Rasa bersalah
8. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
9. Perasaan negative tentang tubuhnya sendiri
10. Ketegangan peran yang dirasakan
11. Pandangan hidup yang pesimis;
12. Keluhan fisik
13. Pandangan hidup yang bertentangan
14. Penolakan terhadap kemampuan personal
15. Destruktif terhadap diri sendiri
16. Pengurangan diri
17. Manrik diri secara sosial
18. Penyalahgunaan zat
19. Manarik diri dari realitas
20. Khawatir

d. RentangRespon

Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pengungkapan perasaan/kepuasan dari konsep diri
positif
2. Konsep diri positif adalah dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan
yang diharapkan dan sesuai dengan kanyataan
3. Harga diri rendah adalah perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaandiri, dan merasa gagal mencapai keinginan.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek
psikologis pada masa dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan dan
perasaan hampa.
5. Depersonalisasi adalah merasa asing terhadap dirinya sendiri dan
kehilangan identitas

e. Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2006) mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka
pendek atau jangka Panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsidiri yang menyakitkan.

Pertahanantersebutmencakupberikutini:
• JangkaPendek:
1. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas
diri (misalnya,konser musik,bekerja keras, menonton televisi secara
obsesif).
2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
(misalnya,ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok,
gerakan, atau geng).
3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri
yang tidak menentu (misalnya,olahraga yang kompetitif,prestasi
akademik,kontes untuk mendapatkan popularitas).
• Pertahanan jangka Panjang mencakup berikut ini:
1. Penutupan identitas: adopsi identitas prematur yang diinginkan
olehorang terdekat tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau
potensidiri individu.
2. Identitas negative :asumsiidentitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat

Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan


fantasi,disosiasi,isolasi,proyeksi, pengalihan (displacement), berbalik
marah terhadap diri sendiri,dan amuk

f. Terapi
Berbagai jenis terapi spesialis yang diberikan untuk pasien dengan harga
dirirendah kronis meliputi tiga kategori yaitu untuk individu,keluarga,dan
kelompok. Terapi spesialis individu yang dapat diberikan pada pasien dengan
hargadiri rendah kronis adalah Cognitive Behaviour Therapy (CBT) atau
Terapi Kognitif Perilaku dan Logotherapy.Terapi kelompok yang dapat di
implementasikan pada pasien dengan harga diri rendah kronis adalah
Supportive Therapy atau Terapi Supportif dan Self Help Group (SHG) atau
Kelompok Swabantu.Untuk keluarga pasien,perawat spesialis jiwa dapat
memberikan terapi spesialis Psikoedukasi keluarga danTriangleTherapy.
Terapi Kognitif Perilaku merupakan suatu psikoterapi yangberdasarkan pada
teori bagaimana individu memelihara struktur dirinya atau pengalaman yang
sebagian besar menentukan bagaimana individu merasakan dan berperilaku
(Beck& Weishaar, 1986,dalamWheeler, 2008).
Terapi kelompok merupakan salah satu terapi spesialis yang diberikan
padapasien dengan harga diri rendah kronis. Terapi supportif dan Terapi
kelompok Swabantu merupakan terapi kelompok yang memberikan kesempatan
pada individu untuk mendapatkan sharing mengenai masalah yang sama dan
cara penyelesaian masalah yang potensial(Videbeck,2008).Dengan demikian
terapi kelompok suportif dapat menjadi alternatif Tindakan spesialis untuk
perawatan pada pasien dengan harga diri rendah kronis.
Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat dan selalu ada bersama
denganpasien. Keluarga merupakan support utama bagi penyembuhan dan
pemulihan pasien gangguan jiwa. Steinglass(1995,dalamViedebeck,2008)
menyatakan bahwa TujuanTerapiKeluarga adalah memahami bagaimana
dinamika keluarga mempengaruhi psikopatologi pasien, memobilisasi kekuatan
dan sumber fungsional keluarga, merestrukturisasi gaya perilaku keluarga yang
maladaptive dan menguatkan perilaku penyelesaian masalah
keluarga.Berdasarkan tujuan terapi ini, maka pada keluarga dengan pasien harga
diri rendah kronis diharapkan keluarga dapat mengoptimalkan kemampuan
keluarga dalamproses penyembuhan pasien dan memelihara kemampuan pasien
yang adaptif.
Terapi keperawatan yang telah diberikan pada pasien dengan harga diri rendah
kronis ini antara lain semua pasien memperoleh terapi generalis dan ditambah
dengan terapi spesialis.Terapi spesialis yang diberikan antara lain terapi
individu (terapi kognitif perilaku, dan logotherapy), terapi kelompok (terapi
kelompok suportif)dan terapi keluarga (psikoedukasi keluarga)
V. PohonMasalah

Isolasi Sosial: Menarik Diri Effect

CoreProblem
Harga Diri Rendah Kronik Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif Penyebab

VI. DiagnosaKeperawatan
- Harga Diri Rendah Kronik
- Koping Individu Tidak Efektif
- Isolasi Sosial

VII. RencanaTindakan Keperawatan

Tgl No Diagnosa TujuandanKriteriaEvaluas Interven


Dx Keperawat i si
an
Harga Diri Tujuan: 1.1.1 Bina hubungan saling
Rendah Kronik 1.Klien dapat membina percaya dengan
hubungan
mengungkapkan Prinsip
Saling percaya
KriteriaEvaluasi: KomunkasiTerapeutik.
1.Ekspresi wajah a. Sapa klien dengan
bersahabt
Ramah Baik Verbal
menunjukkan rasa senang,
ada Maupun Non Verbal.
Kontak mata,mau berjabat b. Perkenalkan Diri
tangan,
Dengan Sopan.
Mau men jawab salam,klien
mau c. Tanyakan Nama
duduk berdampingan Lengkap Klien Dan
dengan
Nama Panggilan Yang
perawat, mau
mengutarakan
Masalah yang dihadapi DiSukai Klien.
d. Jelaskan
Tujuan Pertemuan.
e. Jujur Dan Menempati
Janji.
f. Tunjukkan Sifat
Empati Dari Menerima
Klien Apa Adanya.
g. Beri Perhatian Kepada
Klien Dan Perhatikan
Kebutuhan Dasar
Klien.
h. Diskusikan
kemampuan dan aspek
Tujuan: positif yang dimiliki
2.Klien dapat klien
mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang 2.1.1 Diskusikan kemampuan
dimiliki dan aspek positif yangdimiliki

KriteriaEvaluasi: klien.

2.Klien mengidentifikasi 2.1.2 Setiap bertemu klien


kemampuan dan aspek positif hindarkan dari memberi nilai
yang dimiliki: negatif.

- Kemampuan yang dimiliki 2.1.3 Utamakan memberi


klien pujian yang realistik.
- Aspek positif keluarga
- Aspek positif lingkungan
yang dimiliki klien

Tujuan:
3.Klien dapat menilai
kemampuan yang digunakan
KriteriaEvaluasi: 3.1.1 Diskusikan dengan
3. Klien menilai kemampuan klien kemampuan yang masih
yang dapat digunakan dapat digunakan selamas akit.

3.1.2 Diskusikan kemampuan


Tujuan: yang dapat dilanjutkan
4. Klien dapat (menetapkan) penggunaan.
kegiatan sesuai dengan
4.1.1Rencanakan Bersama
kemampuan yang dimiliki
klien aktifitas yang dapat
KriteriaEvaluasi:
dilakukan setiap hari sesuai
4.Klien menbuat rencana kemampuan:
• Kegiatan mandiri
kegiatan harian
• Kegiatan dengan bantuan
sebagian
• Kegiatan yang
membutuhkan bantuan
total
4.1.2 Tingkatkan kegiatan
yang sesuai dengan toleransi
kondisi klien.
4.1.3 Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan yang
boleh klien lakukan.

Tujuan:
5.Klien dapat melakukan
5.1.1 Beri kesempatan kepada
kegiatan yang sesuai kondisi
klienuntuk mencoba kegiatan
sakit
yang telah direncanakan
KriteriaEvaluasi:
5.1.2 Beri pujian klien atas
5. Klien melakukan kegiatan
keberhasilan
sesuai kondisi sakit dan
5.1.3 Diskusikan
kemampuannya
kemungkinan pelaksanaan
dirumah

Tujuan:
6. Klien dapat memanfaatkan
6.1.1 Beri Pendidikan
system pendukung yang ada
Kesehatan pada keluarga
KriteriaEvaluasi: tentang cara merawat klien
6.Klien memanfaatkan dengan harga diri rendah
system pendukung kronik
yang ada dikeluarga 6.1.2 Bantu keluarga
memberikan dukungan selama
klien dirawat
6.1.3 Bantu keluarga
menyiapkan
Lingkungan dirumah

VIII. Referensi:
- Damaiyanti,MukhripahdanIskandar.2014.AsuhanKeperawatanJiwa.
Bandung:RefikaAditama
- Yusuf,Ah.RizkyFitryasariP.K.,danHanikEndangNihayati.2015.BukuAjarKepe
rawatanKesehatan Jiwa. Jakarta:SalembaMedika
LAPORANPENDAHULUAN
STRATEGIPELAKSANAANTINDAKANKEPERAWATAN
PertemuanKe 1
DiagnosaKep : Harga Diri Rendah
SP 1
Hari & Tgl :

Proses Keperawatan

Kondisi Klien:

Klien sering berpaling dalam berinteraksi, kontak mata kurang, pembicaraan berbelit-
belit,suara pelan, pandangan menunduk. Klien mengatakan malu karena tidak bekerja dan tidak
memiliki apa yang dimiliki temannya

DiagnosaKeperawatan:

Harga diri rendah

TujuanKhusus:

1. Pasien dapat mengetahui aspek positif yang dimilikinya


2. Pasien mampu menyebutkan kemampuan yang dimiliki
3. Pasien mampu melatih kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
4. Pasien mampu memasukkan jadwal kegiatan harian
RencanaTindakan Keperawatan:

1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien


2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
3. Membantu pasien melatih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
4. Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
ProsesPelaksanaanTindakan:

FASEORIENTASI

1. Salam terapeutik
“Assalamu’alaikum selamat sore pak, perkenalkan nama saya Rony Heryadi bisa dipanggil
Rony , mahasiswa Profesi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya sedang
dinas diruangan ini selama beberapa minggu. Hari ini saya dinas sore dari jam 13 sampai
jam 18 sore nanti, jadi selama beberapa minggu kedepan ini saya yang akan merawat
bapak”nama bapak siapa dan senang dipanggil dengan sebutan apa?”
“Baik pak,apakah kita bisa berbincang –bincang sebentar?”

2. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?

3. Kontrak

Topik :
“Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang–bincang tentang hal atau perasaan yang
menyebabkan bapak selalu merasa malu?”
Waktu:
“Bapak mau berapa lama kita bercakap – cakap? Bagaimana jika 15
menit?”Tempat :
“bapak mau dimana kita bercakap–cakap?Bagaimana jika diruang duduk?”

FASE KERJA (Langkah-langkah Tindakan keperawatan)


“Baik pak, apa yang menyebabkan bapak selalu mengatakan

malu?”“Apa kemampuan yang bapak miliki?”

“Baik bapak, kalau begitu bapak bisa praktikan kepada saya kemampuan yang

bapak miliki”“Baik pak,saya akan mengajarkan bapak cara main catur dengan

baik ya pak”

“Coba sekarang bapak praktikan kembali apa yang sudah saya ajarkan

tadi”“Bagus sekali bapak ,mulai sekarang bapak tidak perlu merasa malu

lagi ya pak”
“bapak bisa melakukannya dan memasukkan kedalam kegiatan harian ya pak”

FASETERMINASI:

1. Evaluasi klien (subjektif):

“Bagaimana perasaannya pak setelah kita bercakap–cakap?”


“Apakah bapak merasa ada manfaatnya kita berbincang – bincang saat
ini?”Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcemenet):
“Apakah bapak masih ingat cara mengatasi harga diri rendah
?”“Coba bapak sebutkan apa yang sudah saya ajarkan
tadi”“Wah bapak hebat, benar sekali pak”

2. Tindak lanjut klien

“Bagaimana kalau kegiatan itu bisa bapak lakukan selama disini dan nanti kegiatan
tersebut tetap dilakukan dirumah”

3. Kontrak yang akan datang


Topik :

“Baiklah pak, kita sudah bercakap – cakap selama 15 menit, bagaimana kalau nanti kita
bercakap – cakap tentang kemampuan dan aspek positif lainnya yang bapak miliki, apakah
bapak bersedia?”

Waktu: “bapak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 1 siang nanti?”
Tempat:“Dimana tempat nya nanti kita bercakap–cakap? Bagaimana jika disini saja pak?”
LAPORANPENDAHULUAN

KASUS (MASALAH UTAMA)


IV. ISOLASI SOSIAL

Definisi:
Menarik diri merupakan suatu percobaan untuk menghindari interaksi dan
hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).Isolasi sosial adalah
keadaanseorangindividu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Damaiyanti,2008).Pasien
mungkin merasa ditolak,tidak diterima,kesepian,dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.
Hubungan yang sehat dapat digambarkan dengan adanya komunikasi yang
terbuka,mau menerima orang lain,dan merasa empati.Pemutusan hubungan
interpersonal berkaitan erat dengan ketidak puasan individu dalam proses hubungan
yang disebabkan oleh kurang terlibatnya dalam proses hubungan dan respons
lingkungan yang negatif. Hal tersebut akan memicu rasa tidak percaya diri dan
keinginan untuk menghindar dari oranglain.

Proses Terjadinya Masalah : (Faktor Predisposisi, Faktor Prespitasi, Rentang


Respon,Mekanisme Koping, Therapi)
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan
Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin
mempengaruhi antara lain yaitu:
a. Faktor Predisposisi
Beberapa factor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses,karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat
dipenuhi,akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.Keluarga
adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalin
hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian
dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak
aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri.Rasa
ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada
orang lain maupun ling kungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat
sangat penting dalam masa ini,agar anaktidak merasa diperlakukan sebagai
objek.
2. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya
ada yang menderita skizofrenia.
3. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktorpendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan
olehkarena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial. Kelainan padas
truktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan
volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan
skizofrenia.

b. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasisosial dapatditimbulkan oleh factor internal
maupun eksternal,meliputi:Stresor social budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubungan,
a) Stresor Sosial Budaya
Terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai,kehilangan pasangan pada usia tua,kesepian
karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara.Semua ini
dapat menimbulkan isolasi sosial.

b) Stresor Biokimia
1. Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan
mesolimbic sertatractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
2. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamine dalam otak.Karena salah satu kegiatan
MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin,maka
menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
3. Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
klien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan
karena dihambat

c. Rentang Respon Hubungan Sosial


Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam
kehidupan,mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif.
Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan
antara ketergantungandan kemandirian dalam suatu hubungan.

ResponAdaptif ResponMaladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi

Otonomi Menarik diri Impulsif

Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme

Saling ketergantungan

a. Menyendiri (Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan Langkah selanjutnya.Solitude umumnya dilakukan setelah
melakukan kegiatan

b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide
pikiran,perasaan dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan (Mutualisme)
Mutualisme adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana
individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
d. Salingketergantungan(Intedependen)
Intedependen merupakan kondisi saling ketergantungan antar individu dengan
orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
e. Kesepian
Merupakan kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya.
f. IsolasiSosial
Merupakan suatu keadaan di mana seseorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan secara terbuka dengan oranglain.
g. Ketergantungan(Dependen)
Sangat bergantung pada orang lain sehingga individu mengalami kegagalan
dalam mengembangkan rasa percaya diri
h. Manipulasi
Individu berorientasi pada diri sendiri dan tujuan yang hendak dicapainya tanpa
memedulikan orang lain dan lingkungan dan cenderung menjadikan orang lain
sebagai objek.
i. Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
dari pengalaman,tidak dapat diandalkan,dan penilaian yang buruk
j. Narkisisme
Pada individu narsisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus
berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian,sikap egosentrik,pencemburu,
marah jika orang lain tidak mendukung.
d. Mekanisme Koping
Sumber koping yang berhubungan dengan responsosial maladaptive termasuk
: keterlibatan dalam hubungan yang luas di dalam keluarga maupun
teman,menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal
seperti kesenian,music, atau tulisan
Mekanisme Defensif
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yangmerupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme
sering digunakan pada isolasi social adalah regresi,represi,dan isolasi.
1. Regresi adalah mundur kemasa perkembangan yang telah lain.
2. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat
diterima,secara sadar dibendung supaya jangan tiba dikesadaran.
3. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau pertentangan antara sikap dan perilaku.

e. Terapi
1. Terapi Farmakologi
- Chlorpromazine(CPZ)
Indikasi: Untuk Syndrome Psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas,kesadaran diri terganggu,daya nilai norma
sosial dan titik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi
mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh
atau tidak terkendali,berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-
hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan
rutin.

- Haloperidol(HLP)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam
fungsinetral serta dalam kehidupan sehari-hari.
2. Terapi Psikososial
Membutuhkan waktu yang cukup lama danmerupakan bagian penting dalam
proses terapeutik,upaya dalam psikoterapi ini meliputi:memberikan rasa
aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat
empati,menerima pasien apa adanya,memotivasi pasien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan
jujur kepada pasien (Videbeck, 2012).
3. Terapi Individu
Terapi individual adalah metode yang menimbulkan perubahan pada
individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilaku-
perilakunya. Terapi ini meliputi hubungan satu-satu antara ahli terapi dan
klien(Videbeck,2012).
Salah satu bentuk terapi individu yang bisa diberikan oleh perawat kepada
klien dengan isolasisosial adalah pemberian strategi pelasanaan (SP).Dalam
pemberian strategi pelaksanaan klien dengan isolasi sosial hal yang paling
penting perawat lakukan adalah berkomunikasi dengan Teknik terapeutik.
4. Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut Keliat (2015) terapi aktivitas kelompok sosialisasi
merupakansuatu rangkaian kegiatan kelompok dimana klien dengan
masalah isolasi sosial akan dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan
individu yang ada disekitarnya.Sosialisasi dapat pula dilakukan secara
bertahap dari interpersonal, kelompok,dan massa).Aktivitas yangdilakukan
berupa latihan sosialisasi dalam kelompok,dan akan dilakukan dalam 7 sesi
dengan tujuan:
Sesi 1 : Klien mampu memperkenalkan diri
Sesi 2 :Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok

Sesi 3 :Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok


Sesi 4 :Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik
percakapan
Sesi 5 :Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah
pribadi pada orang lain
Sesi 6 :Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi
kelompok
Sesi 7 :Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat
kegiatan TAKS yang telah dilakukan.
5. Terapi Okupasi
Terapi okupasi yaitu Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan aktifitas atau tugas yang sengaja
dipilihdengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, meningkatkan
harga diri seseorang,dan penyesuaian diri dengan lingkungan.Contoh
terapi okupasi
Yang dapat dilakukan dirumah sakit adalah terapi berkebun, kelas
bernyanyi,dan terapi membuat kerajinan tangan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan klien dalam keterampilan dan bersosialisasi
(Elisia, 2014).
6. Terapi kelompok dengan tema membahas akhlak, etika, hakikat
hidup didunia, dan sebagainya.
Untuk klien dengan isolasi sosial terapi psikoreligius dapat bermanfaat dari
aspek auto - sugesti yang dimana dalam setiap kegiatan religius seperti
sholat, dzkir, dan berdoa berisi ucapan-ucapan baik yang dapat memberi
sugesti positif kepada diri klien sehingga muncul rasa tenang dan yakin
terhadap diri sendiri (Thoules,1992dalamYosep,2010).MenurutDjamaludin
Ancok (1989) dan Ustman Najati (1985) dalam Yosep (2009)aspek
kebersamaan dalam shalat berjamaah juga mempunyai nilai terapeutik,
dapat menghindarkan seseorang dari rasa terisolir, terpencil dan tidak
diterima.

I. PohonMasalah

Resiko Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi ----------- Effect

IsolasiSosial
-----------------Core Problem

Harga Diri Rendah Kronik ------------------- Causa

II. DiagnosaKeperawatan
● Isolasi Sosial
● Harga Diri Rendah Kronik
● Resiko Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
III. RencanaTindakan Keperawatan

Diagnosa
Perencanaan
Keperawata
N Intervensi Rasional
n
o

Tujuan Kriteria Hasil

1. Isolasi Sosial 1.Klien 1.1Ekspresi wajah 1.1.1Bina hubungan saling


Hubungan saling
dapat bersahabat percaya dengan percaya merupakan
membina menunjukkan dasar untuk
mengungkapkan Prinsip
hubungan rasa senang,ada kelancaran
saling kontak mata,mau Komunkasi Terapeutik. hubungan interaksi
percaya berjabat tangan, a. Sapa klien dengan selanjutnya
mau menjawab
Ramah Baik Verbal
salam,klien mau
duduk Maupun
berdampingan NonVerbal.
dengan
b. Perkenalkan Diri
perawat,mau
mengutarakan Dengan Sopan.
masalah yang c. Tanyakan Nama
dihadapi Lengkap Klien Dan
Nama Panggilan
Yang DiSukai
Klien.
d. Jelaskan
Tujuan Pertemuan.
e. Jujur dan
Menempati Janji.
f. Tunjukkan
Sifat Empati
dari Menerima
Klien Apa Adanya.
g. Beri
Perhatian Kepada
Klien dan
Perhatikan
Kebutuhan Dasar
Klien
2. Klien dapat 2.1Klien dapat 2.1.1 Kaji Diketahuinya
menyebutkan Menyebutkan Penyebab akan
pengetahuan klien
penyebab dapat dihubungkan
menarik tentang dengan
perilaku
Penyebab Diri yang Menarik diri dan tanda- Factor presipitasi
menarik diri berasal dari: tandanya. yang dialami klien
● Diri sendiri
● Orang lain 2.1.2 Beri kesempatan
● lingkungan
kepada klien untuk
mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul

2.1.3 Diskusikan
Bersama klien tentang
perilaku menarik diri
tanda-tanda serta
penyebab yang muncul

2.1.4 Berikan Pujian


terhadap kemampuan
klien dalam
menggunakan
perasaannya.
3. Klien dapat 3.1Klien dapat 3.1.1 Kaji pengetahuan Klien harus dicoba
menyebutkan menyebutkan klien tentang manfaat dan berinteraksi secara
keuntungan keuntungan bertahap agar
keuntungan berhubungan
berhubungan berhubungan terbiasa membina
dengan orang dengan orang dengan orang lain hubungan yang
lain dan lain sehat dengan orang
kerugian tidak 3.1.2 Beri kesempatan lain
berhubungan dengan klien untuk
dengan orang mengungkapkan perasaan
lain
tentang keuntungan
berhubungan dengan
orang lain.

3.1.3 Diskusikan
Bersama klien tentang
keuntungan berhubungan
dengan orang lain.

3.1.4 Beri reinforcement


positif terhadap
kemampuan
pengungkapan perasaan
Tentang keuntungan
berhubungan dengan
orang lain.

3.2Klien dapat 3.2.1 Kaji pengetahuan


menyebutkan klien tentang manfaat dan
kerugian tidak
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang berhubungan dengan
lain orang lain.

3.2.2 Beri kesempatan


kepada klien untuk
mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak Mengevaluasi
berhubungan dengan manfaat yang
dirasakan klien
orang lain
sehingga timbul
motivasi untuk
3.2.3.Diskusikan
berinteraksi
Bersama klien tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain

3.2.4 Beri reinforcement


positif terhadap
kemampuan
pengungkapan perasaan
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain.
4.Klien dapat 4.1Klien dapat 4.1.1 Kajikemampuan
melaksanakan mendemonstrasikan klien membina hubungan
hubungan hubungan social
dengan oranglain.
social secara secara bertahap,
bertahap antara:
4.1.2 Dorong dan Bantu
K-P
klien untuk berhubungan
K-
dengan oranglain melalui
PKK- tahap:
P-
K-P
KelK-

P-Klp
K-P-P lain

K-P-P lain - K

lain K-P-

Kel/Klp/Masy

4.1.3 Beri reinforcement


terhadap keberhasilan
yang telah dicapai.

4.1.4 Bantu klien untuk


mengevaluasi manfaat
berhubungan

4.1.5 Diskusikan jadwal


harian yang dapat
dilakukan Bersama klien
dalam mengisi waktu

4.1.6 Motivasi klien


untuk mengikuti kegiatan
ruangan

4.1.7 Beri reinforcement


atas kegiatan klien dalam
ruangan
5.Klien dapat 5.1 Klien dapat 5.1.1 Dorong klien untuk
mengungka mengungkapkan mengungkapkan
pkan perasaannya
perasaannya
perasaanny setelah
asetelah berhubungan bila berhubungan
berhubunga dengan orang dengan orang lain.
n dengan lain:
orang lain ● Diri sendiri 5.1.2 Diskusikan dengan
● Orang lain
klien tentang perasaan
manfaat
berhubungan
dengan oranglain

5.1.3 Beri reinforcement


positif atas kemampuan
klien mengungkapkan
manfaat
berhubungan
dengan orang lain
6. Klien dapat 6.1Keluarga dapat: 6.1.1 Bisa berhubungan Keterlibatan
● Menjelaska
memberdayaka saling percaya dengan keluarga sangat
nperasaann mendukung
n system ya keluarga:
terhadap proses
pendukung ● Menjelaskan perubahan perilaku
● Salam,
cara merawat klien
atau keluarga
klien menarik perkenalkan diri
mampu diri ● Sampaikan tujuan
mengembangk ● Mendemonstras
● Buat kontrak
ikan cara
an kemampuan ● Eksplorasi
perawatan klien
klien untuk menarikdiri perasaan keluarga
berhubungan ● Berpartisipasi
dalam 6.1.2 Diskusikan
dengan
perawatan klien dengan anggota
oranglain menarik diri
keluarga tentang:

● Perilaku menarik
diri
● Penyebab prilaku
menarik diri
● Akibat yang akan
terjadi jika prilaku
menarik diri tidak
ditanggapi
● Cara
keluarga
menghadapi klien
menarik diri

6.1.3 Dorong anggota


keluarga untuk
memberikan dukungan
kepada klien untuk
berkomunikasi
dengan orang lain.

6.1.4 Anjurkan anggota


keluarga secara rutin dan
bergantian menjenguk
klien minimal satu
minggu sekali.
6.1.5Beri reinforcement
atas hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga

IV. Referensi:

- Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa.


Bandung:Refika Aditama
- Yusuf,Ah. RizkyFitryasari P.K., danHanik Endang Nihayati. 2015.
BukuAjarKeperawatanKesehatan Jiwa. Jakarta:SalembaMedika
LAPORANPENDAHULUAN
STRATEGIPELAKSANAANTINDAKANKEPERAWATAN
PertemuanKe 1
Diagnosa Kep : Isolasi Sosial
SP 1
Hari & Tgl :

Proses Keperawatan

Kondisi Klien:

Pasien mengatakan kesepian atauditolak dengan oranglain.Pasien banyak diam,tidak mau


berbicara,menyendiri, pasien tampak sedih, kontak mata kurang.

Diagnosa Keperawatan:

Isolasi Sosial: Menarik Diri

TujuanKhusus:

1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya


2. Pasien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
3. Pasien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain
4. Pasien dapat mengetahui tentang kerugian jika tidak berinteraksi dengan oranglain
5. Pasien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap
6. Pasien dapat membuat kegiatan Latihan berbincang-bincang dalam kegiatan harian
Rencana Tindakan Keperawatan:

1. Membina hubungan saling percaya


2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
3. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
4. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian jika tidak berinteraksi dengan orang lain
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan Latihan berbincang-bincang dengan orang
lain dalam kegiatan harian
Proses Pelaksanaan Tindakan:
FASE ORIENTASI

1. Salam terapeutik
"Selamat siang pak,nama saya perawat Rony Heryadi, bapak boleh memanggil saya
perawat Rony ,nama bapak siapa dan senang dipanggil apa?”
“Baik pak, apakah kita bisa berbincang–bincang sebentar?”
2. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?
3. Kontrak

Topik :
“Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang–bincang tentang hal atau perasaan yang
menyebabkan bapak mengurung diri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain?”

Waktu:
“Bapak mau berapa lama kita bercakap – cakap? Bagaimana jika 15
menit?”

Tempat :
“Bapak mau dimana kita bercakap–cakap? Bagaimana jika diruang duduk?”

FASEKERJA (Langkah-langkah Tindakan keperawatan)


“Dengan siapa bapak tinggal serumah?Siapa yang paling dekat dengan bapak?Siapa
anggota keluarga yang paling dekat dengan bapak?”

“Apa yang membuat bapak tidak dekat dengan orang lain?”

“Apa kegiatan yang bapak yang biasa bapak lakukan Bersama keluarga?”

“Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang

lain?”“Menurut bapak, apa keuntungannya jika kita mempunyai banyak teman?”

“Benar sekali pak,kita jadi mempunya teman untukbercakap-cakap,apalag

pak?”“Kalau begitu apakah bapak ingin berteman dengan orang lain?”

“Baik pak,untuk memulainya sekarang bapak latihan berkenalan dengan saya terlebih
dahulu.Begini pak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan nama terlebih dahulu
asal dan hobi.”

“Coba sekarang bapak mulai memperkenalkan diri bapak kepada

saya”“Bagus sekal pak”


FASETERMINASI:

1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan


Evaluasi klien ( subjektif ) :
“Bagaimana perasaannya bapak setelah kita bercakap–cakap?”
“Apakah bapak merasa ada manfaatnya kita berbincang–bincang saat ini?”

Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcemenet):


“Nah sekarang coba bapak ulangi cara berkenalan dengan orang lain yang sudah saya
ajarkan tadi.”
“Wah bagus sekal pak,sepertinya bapak sudah bisa memulai untuk berkenalan dengan
orang lain.”

2. Tindaklanjutklien

“Saya harap jika bapak ingin berkenalan dengan orang lain, lakukan cara-cara yang sudah
saya ajarkan tadi ya pak.”

3. Kontrak yang akan dating


Topik :

“Baiklah pak, kita sudah bercakap – cakap selama 15 menit, bagaimana kalau nanti kita
bercakap – cakap tentang pengalaman yang bapak miliki dengan topik tertentu. Apakah bapak
bersedia?”

Waktu:

“bapak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 1 siang

nanti?”

Tempat:

“Dimana tempatnya nanti kita bercakap–cakap? Bagaimana jika disini saja pak?”
LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS (MASALAH UTAMA)


V. RESIKO BUNUH DIRI (RBD)

PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Bunuh diri adalah Tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan.Perilaku bunuh diri yang tampak pada seseorang disebabkan
karena stres yang tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang digunakan dalam
mengatasi masalah (Keliat dan Akemat,2009)
Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan Tindakan yang dapat mengancam
nyawa.Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian.Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri,
niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang
diinginkan (Stuart dan Sundeen, 1995; dikutip Fitria, 2009).

2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif
diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalah gunaan zat, dan skizofenia.
2. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besar nya risiko bunuh
diri adalah antipasti,impulsive, dan depresif.
3. Lingkungan Psikososial
Factorpre disposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
,kehilangan dukungan social,kejadian-kejadian negative dalam hidup,
penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.Kekuatan dukungan
social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan
terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah,respon seseorang dalam
menghadapi masalah tersebut,dan lain-lain.
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan Tindakan bunuh
diri.
5. Faktor Biokimia
Data menunjukan bahwa pada klien dengan risiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti
serotonin,adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat
melalui rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).

b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
olehindividu.Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Factor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri.Bagi individu yang emosinya labil,hal tersebut menjadi
sangat rentan.

3. Rentang Respon
Menurut Yosep (2009) :

ResponAdatif ResponMaladaptif

Peningkatan Berisiko Destruktifdiritidakl PenderaanDiri BunuhDiri


diri destruktif angsung

Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping.Ancaman bunuh


diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar
Dapat mengatasi masalah.Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan
mekanisme adatif pada diri seseorang.
a. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan
diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan
diri.Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang
berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan di tempat kerjanya.
b. Berisiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko
mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi
yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah
semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan
padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
c. Destrukti fdiri tidaklangsung.Seseorang telah mengambil sikap yang kurang
tepat (maladaptive) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri.Misalnya,karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya
yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau
bekerja seenaknya dan tidak optimal.
d. Penderaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan
diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada
e. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.

4. Mekanisme Koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
5. Therapy
• Terapi Lingkungan
Ruangan aman dan nyaman,terhindar dari alat yang dapat digunakan untuk
mencederai diri sendiri atau orang lain, alat - alat medis, obat - obatan dan
jenis cairan medis dilemari dalam keadaan terkunci,ruangan harus
ditempatkan dilantai satu dan keseluruhan ruangan mudah dipantau oleh
petugas kesehatan, tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster
yang cerah dan meningkatkan gairah hidup pasien,warna dinding cerah,
Adanya bacaan ringan, lucu dan memotifasi hidup, hadirkan musik ceria,
telivisi dan film komedi, adanya lemari khusus untuk menyimpan barang -
barang pasien.
Lingkungan sosial:komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas
menyapa pasien sesering mungkin, memberikan penjelasan setiap akan
melakukan kegiatan keperawatan atau kegiatan medis lainnya, menerima
pasien apa adanya jangan mengejek serta merendahkan,meningkatkan harga
diri pasien, membantu meningkatkan hubungan sosial secara bertahap
membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya,sertakan keluarga
dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan pasien sendiri
terlalu lama.
• Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut Riyadi, Surojo dan PurwantoTeguh (2009). Model interpersonal
:Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan melalui
hubungan interpersonal dalam kelompok. Padamodelini juga
menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota, merupakan akibat dari
tingkah laku anggota yang lain.Terapist bekerja dengan individu dan
kelompok,anggota belajar dari interaksi antar anggota dan terapist.Melalui
proses ini,tingkah laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan dipelajari.
• Terapi Obat
Terapi farmakoterapi yaitu terapi dengan menggunakan obat antidepresi
atau sering disebut "Happy Pill". Menurut Australian Medicines Handbook
2008,obat antidepresi dibagi dalam kelas-kelas seperti :
1. Tricyclicanti depressants seperti amitriptyline, nortryptilline,
doxepin, dothiepin. Obat dari golongan ini dapat menyebabkan
kantuk,mulut kering dan pusing.
2. Serotonin Selective Reuptake Inhibitors seperti sertraline,
fluoxetine, citalopram. Obat dari golongan ini dapat menyebabkan
gangguan perut, mual dan sulit tidur.
3. Monoamine Reuptake Inhibitor (sudah jarang digunakan).
4. Lain-lain seperti: mirtazapine,reboxetine
V. POHON MASALAH

Resiko perilaku kekerasan


(pada diri sendiri, orang lain, -----Effect
lingkungan, dan verbal)

Risiko Bunuh Diri -----CoreProblem

Harga Diri Rendah Kronis -----Causa

VI. DIAGNOSAKEPERAWATAN
1. Risiko Bunuh Diri
2. Harga Diri Rendah Kronik
3. Risiko Perilaku Kekerasan pada diri sendiri,orang lain, lingkungan dan verbal.

VII. RENCANAKEPERAWATAN
No Diagnosa
Perencanaan Interven
Keperawata
Tujuan Kriteri Hasil si
n
1. Risiko Bunuh 1.Klien dapat 1. Menjawab salam 1.1 Kenalkan diri pada klien
membina 2. Kontak mata 1.2 Tanggapi pembicaraan klien dengan
Diri
hubungan saling 3. Menerima perawat sabar dan tidak menyangkal
4. Berjabat tangan 1.3 Bicara tegas, jelas dan jujur
percaya
1.4 Bersifat hargai dan bersahabat
1.5 Temani klien saat keinginan
menciderai diri meningkat
1.6 Jauhkan klien dari benda-benda yang
Membahayakan
(seperti:pisau,silet,gunting,dll)
2.Klien dapat 1.Menceritakan 2.1 Dengarkan keluhan yang klien rasakan
mengekspresikan penderitaan secara 2.2 Bersikap empati untuk meningkatkan
perasaannya terbuka dan ungkapan keraguan,ketakutan dan
konstruktif dengan keprihatinan
orang lain 2.3 Beri dorongan pada klien untuk
mengungkapkan
mengapa dan bagaimana harapan karena
harapan adalah hal yang terpenting
dalam kehidupan
2.4 Beri klien waktu dan kesempatan
untuk menceritakan arti penderitaan
kematian dan sekarat
2.5 Beri dorongan pada klien untuk
mengekspresikan tentang mengapa
harapan tidak pasti dan dalam
hal-hal dimana harapan mempunyai
kegagalan
3.Klien dapat 1. Mengenang 3.1 Bantu klien untuk memahami bahwa
meningkatkan dan meninjau ia dapat mengatasi aspek-aspek
harga diri Kembali keputusasaan dan memisahkan dari
kehidupan aspek harapan
secara positif 3.2 Kaji dan kerahkan sumber-sumber
2. Mempertimbang internalindividu(outonomi,mandiri,rasi
kannilai-nilai onal pemikiran kognitif,fleksibilitas,
dan arti dan spiritualitas)
kehidupan 3.3 Bantu klien mengidentifikasi
3. Mengekspresik sumber-sumber harapan
anperasaan- 3.4 Bantu klien mengembangkan
perasaan yang tujuan-tujuan realitas jangka
optimis yang Panjang dan jangka pendek
ada
4.Klien 1. Mengekspresika 4.1 Ajarkan klien untuk mengantisipasi
Menggunakan
dukungan sosial n perasaan pengalaman yang dia senang melakukan
tentang setiap hari (misal,membaca buku favorit,
hubungan yang berjalan, dan menulis surat)
positif dengan 4.2 Bantu klien untuk mengenali hal-hal
orang terdekat yang dicintai,yang iasa yang dan pentingnya
2. Mengekspresikan terhadap kehidupan orang lain disamping
percaya diri tentang kegagalan dalam Kesehatan
dengan hasil 4.3 Beri dorongan pada klien untuk
yang diinginkan berbagikeprihatinan pada orang lain yang
3. Mengekspresika mempunyai masalah dan/atau penyakit yang
npercaya diri sama dan telah mempunyai pengalaman
dengan diri dan positif dalam mengatasi masalah tersebut
orang lain dengan koping yang efektif
4. Menetapkan
tujuan-
Tujuan yang
realitas
5. Klien 1. Sumber 5.1 Kajidan kerahkan sumber-sumber
menggunakan tersedia eksternal individu (orang terdekat,tim
(keluarga,lin
dukungan sosial pelayanan kesehatan, kelompok
gkungan dan
masyarakat) pendukung,dll)
2. Keyakinan 5.2 Kaji system pendukung keyakinan
makin
(nilai,pengalaman masa lalu, aktivitas
meningkat
keagamaan, kepercayaan agama).
5.3 Lakukan rujukan selesai indikasi
(misal,
konseling)

VIII. REFERENSI
Damaiyanti,Mukhripahdan Iskandar.2014.AsuhanKeperawatan Jiwa.Bandung:Refika
Aditama
Yusuf,Ah.RizkyFitryasariP.K.,danHanikEndangNihayati.2015.BukuAjarKeperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medikahttps://id.scribd.com/document/355421321/Makalah-Dengan-Klien-RBD
LAPORANPENDAHULUAN
STRATEGIPELAKSANAANTINDAKANKEPERAWATAN
PertemuanKe 1
DiagnosaKep : Risiko Bunuh Diri
SP 1
Hari & Tgl :

Proses Keperawatan
Kondisi Klien:
Data subjektif:
● Klien mengatakan ingin mengakhiri
hidupnya.

Data objektif :
• Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri dikamar
• Klien sering melukai tubuhnya sendiri
DiagnosaKeperawatan:
Resiko Bunuh Diri
TujuanKhusus:
1. Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2. Pasien mampu mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
3. Pasien mampu mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien.
4. Pasien mampu melakukan kontrak treatment
5. Pasien mampu cara mengendalikan dorongan bunuh diri
6. Pasien mampu mengendalikan dorongan bunuh diri
RencanaTindakan Keperawatan:
1. Membina hubungan saling percaya dengan klien
2. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
3. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien.
4. Melakukan kontrak treatment
5. Mengajarkan caramengendalikan dorongan bunuh diri
6. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
Proses Pelaksanaan Tindakan:
ORIENTASI
SPI Pasien: Melindungi Pasien Dari Percobaan Bunuh Diri
A. FASEORIENTASI:
1. Salam Terapeutik
Assalamu’alaikum, Selamat siang Pak Perkenalkan nama saya Rony
Heryadi.Pak bisa panggil saya Rony. Saya mahasiswa Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta. Saya yang akan bertugas merawat Mas dari jam 13 –
18 nanti. Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
2. Evaluasi
“Bagaimana perasaan Pak hari ini?”
3. Validasi
“Apa yang telah bapak lakukan untuk mengatasinya. Bagaimana hasilnya pak?”
4. Kontrak
• Tindakan danTujuan
“Kalau tidak keberatan, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa
yang bapak rasakan dan alami selama ini,dan kita belajar cara
mengatasinya.Bagaimana apakah bapak setuju?”
• Waktu
“Baik,kita akan berdiskusi selama 20 menit ya,pak”
• Tempat
“Jika kita berbicaranya disini saja,apakah bapak sudah merasa nyaman?”

B. FASEKERJA

“Sekarang Bapak bisa cerita bagaimana perasaan Bapak setelah menikah baru
saja,lalu mengalami kecelakaan dan meninggal?

“Apa karena hal tersebut bapak merasa menjadi orang paling menderita dibumi
ini?”

“Bagaimana dengan kepercayaan diri bapak,apa merasa kehilangan percaya

diri?”” Apakah bapak merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri?”

“Apa bapak juga sering mengalami kesulitan berkonsentrasi”

“Apa pernah terbesit dalam fikiran bapak untuk menyakiti diri/bunuhdiri atau
bapak ingin mati?

“Baiklah, setelah saya mendengar cerita bapak tampaknya bapak nya membutuhkan
Pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup”.
“Saya juga perlu memeriksa seluruh isi kamar bapak untuk memastikan tidak ada
benda-benda yang membahayakan (seperti gunting, pisau, cermin dan benda
tajam lainnya). Mulai sekarang saya juga takkan membiarkan bapak sendiri.”
“Apa yang bapak lakukan jika keinginan bunuh diri itu muncul?
” Baiklah, mulai sekarang kalau keinginan itu muncul bapak harus langsung
meminta tolong kepada perawat diruangan ini bisa saya, atau perawat yang
sedang shift,keluarga atau teman jika sedang besuk bapak untuk mengatasi
keinginan bapak tersebut serta katakan kepada mereka jika ada dorongan untuk
bunuh diri.”
” Bapak juga jangan sendiri ya, cobalah untuk berkumpul dan berinteraksi dengan
teman bapak yang lain. Apa bapak paham dengan yang saya katakan?
“Saya seneng mendengar nya, saya percaya bapak dapat mengatasi masalah ini,
OKEY?”

C. FASE TERMINASI
• Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak sekarang setelah mengetahui cara mengetahui
perasaan keinginan bunuh diri?”
• Evaluasi Objektif
”Bisa bapak sebutkan kembali cara tadi yang saya telah
jelaskan? Bapak :(menyebutkan Kembali cara)
“Bagus!Tepat sekali yang bapak katakan”
“saya akan menemani bapak terus sampai keinginan bunuh diri bapak
hilang”(jangan tinggalkan pasien)
• Rencana tindak lanjut klien
“Baiklah pak.saya sudah memeriksa seluruh isi kamar bapak untuk
memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan dam mengajarkan
cara mengendalikan dorongan bunuh diri/ mengetahui cara mengatasi perasaan
keinginan bunuh diri.Mari kita masukkan rencana kegiatan selanjutnya
seperticara mengidentisifikasi aspek positif, berfikir positif terhadap diri
sendiri ,menghargai diri sebagai individu yang berharga.”
• Rencana tindak lanjut perawat
Membantu klien cara mengidentifikasi aspek positif, berfikir positif terhadap
diri sendiri, menghargai diri sebagai individu yang berharga
• Kontrak
“baiklah , hari rabu saya akan datang lagi pada jam 14.00 ditempat ini
lagi.untuk membantu mas cara mengidentifikasi aspek positif, berfikir positif
terhadap diri sendiri, menghargai diri sebagai individu yang berharga. Apakah
mas setuju?”
• Salam
“Baiklah kalau begitu saya permisi dulu ya pak Semoga lekas sembuh
Wassalamualaikum.
LAPORANPENDAHULUAN

KASUS (MASALAH UTAMA)


VI. RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis , berdasarkan definisi tersebut maka
perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,orang
lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat
sedang berlangsung perilaku kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (Riwayat
perilaku kekerasan.
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respons marah yang paling
maladaptive, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai
respons terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan
sebagai ancaman. Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptive
yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya
control, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain atau
lingkungan(Keliat,1991)

2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2010), factor predisposisi klien dengan perilaku kekerasan
Adalah :
1) Teori Biologis
a) Neurologic factor
Beragam komponen dari system syaraf seperti sinap, neurotransmitter
dendrit,aksonterminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat
rangsangan dan pesan-pesan yang akan mempengaruhi sifatagresif.
Systemlimbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
bermusuhan dan respon agresif.
b) Genetic factor
Adanya factor gen yang diturunkan melalui orang tuua, menjadi perilaku
agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen manusia
terdapat dormant (potensi) agresif yang sedang tidur akan bangun jika
terstimulasi oleh factor eksternal. Menurut penelitian genetic tipe karyotype
XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak criminal serta
orang-orang yang tersangkut hukum akibat perilaku agresif.
c) Cycardian Rhytm
(irama sirkardian tubuh), memegang peranan pada individu.Menurut
penelitian pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang
berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan 13. Pada jam tertentu orang lebih
mudah terstimulasi untuk bersikapa gresif.
d) Biochemistry factor
(factor biokomia tubuh) seperti neurotransmitter diotak
(epineprin,norepineprin, dopamine, asetilkolin dan serotonin) sangat
berperan dalam penyampaian informasi melalui system persyarafan dalam
tubuh, adanyastimulus dari luar tubuh yang dianggap mengancam atau
membahayakanakan dihantarkan melalui impuls neurotransmitter keotak
dan meresponnya melalui serabut efferent. Peningkatan hormone androgen
dan norepineprin serta penurunan serotonin dan GABA pada cairan
cerebrospinal vertebra dapat menjadi factorpredisposisi terjadinya perilaku
agresif.
e) Brainareadisorder
Gangguan pada system limbik dan lobus temporal, sindrom otak
organic,tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsy ditemukan
sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

2) Teori Psikologis
a) Teori psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh Riwayat tumbuh
kembang seseorang (lifes pan history).Teori ini menjelaskan bahwa adanya
ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun di mana anak tidak mendapat
kasih saying dan pemenuhan air susu yang cukup cenderung
mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai
kompensasi adanya ketidak percayaan pada lingkungannya.Tidak
Terpenuhi nya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Perilaku agresif
dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap
rasa ketidaberdayaan dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.
b) Imitation,modeling,and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekerasn bisa berkembang dalam lingkungan
yang mentolerir kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru
dari media atau lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku
tersebut.Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan
untukmenonton tayangan pemukulan pada boneka dengan reward positif
pula (makin keras pukulannya akan diberi coklat), anak lain menonton
tayangan cara mengasihi dan mencium boneka tersebut dengan reward
positif pula (makin baik belaiannya mendapat hadiah coklat). Setelah anak-
anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak berperilaku
sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya.
c) Learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya.Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima
kekecewaan dan mengamati bagaiman respon ibu saat marah. Ia juga belajar
bahwa agresivitas lingkungan sekitar menjadi peduli,bertanya,menanggapi,
dan menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan.

b. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2010), factor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan seringkali berkaitan dengan:
- Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas
seperti dalam sebuah konser,penonton sepakbola, geng sekolah, perkelahian
massal dan sebagainya.
- Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social
ekonomi.
- Kesulitan dalam mengkonsumsi sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
- Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat dan
alcoholism dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
- Kematian anggota keluarga yang terpenting,kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan keluarga.

3. Rentang Respon
Rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon normal (asertif) sampai
pada respon sangt tidak normal (maladaptif).

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Klien mampu Klien gagal Klien merasa Klien Perasaan marah


mengungkapkan mencapai tujuan tidak dapat mengekspresikan dan bermusuhan
marah tanpa kepuasan/saat mengungkapkan secara fisik, tapi yang kuat dan
menyalahkan marah dan tidak perasaannya, masih hilang
orang lain dan dapat tidak berdaya terkontrol,mendo control,disertai
memberikan menemukan dan menyerah rong orang lain amuk,merusak
kelegaan alternatifnya dengan ancaman lingkungan

4. Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Laraia (2001), mekanisme koping yang dipakai pada klien
marah untuk melindungi diri antara lain :
1) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya
secara normal.Misalnya seseorang yang sedang merah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok
dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa
marah.
2) Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang Wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya,
berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayunya.
3) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya
yang tidak disukainya.Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak
baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan
akhirnya ia dapat melupakannya.
4) Reaksiformasi, yaitu mencegah keinginannya yang berbahaya bila
diekspreskan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanandan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman
suaminya,akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5) Displacement,yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan,pada objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang ada pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4tahun marah
karenaia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di
dinding kamarnya.Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.

5. Therapy
1. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang
mempunyai dosis efektif tinggi contohnya: chlorpromazine HCL yang berguna
untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat pergunakan dosis
efektif rendah. Contohnya trifluoperazine estelasine, bila tidak ada juga maka
dapat digunakan transquilizer bukan obat anti psikotik seperti
neuroleptika,tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti cemas
dan anti agitasi (Eko Prabowo, 2014:hal 145)
2. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja,terapi ini bukan pemberian
pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak
harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca
koran,main catur,dapat pula dijadikan media yang penting. Setelah mereka
melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman
dan arti kegiatan itu bagi dirinya.Tetapi ini merupakan Langkah awal
dilakukan oleh petugas terhadap rehablitasi setelah dilakukannya seleksi dan
ditenukan program kegiatannya (Eko Prabowo,2014:hal 145).
3. Peran Keluarga
Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan
langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) pasien.Perawat membantu keluarga
agar dapat melakukan lima tugas kesehatan,yaitu mengenal masalah
kesehatan,membuat keputusan Tindakan kesehatan, memberi perawatan pada
anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat,dan
menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai
kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptive
(pencegahan primer), menanggulangi perilaku maladaptive (pencegahan
sekunder) dan memulihkan perilaku maladaptive keperilaku adaptif
(pencegahan tersier) sehingga derajat Kesehatan pasien dan keluarga dapat
ditingkatkan secara optimal (Eko Prabowo, 2014:hal 145)
4. Terapi Somatik
Menurut Depkes RI, 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic, terapi
yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah
perilaku yang maladaptive menjadi perilaku adaptif dengan melakukan
Tindakan yang ditujukkan pada kondisi fisik pasien, terapi adalah perilaku
pasien (EkoPrabowo, 2014:hal 146)
5. Terapi Kejang Listrik
Terapi kejang listrik atau electronic convulsive therapy (ECT) adalah bentuk
terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grandmall dengan
mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang menangani skizofenia
membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari
sekali (seminggu 2 kali) ( EkoPrabowo, 2014:hal 146)
II. POHON MASALAH

Resiko perilaku kekerasan


(pada diri sendiri,orang -----Effect
lain,lingkungan,dan verbal)

PerilakuKekerasan -----CoreProblem

Harga Diri Rendah Kronis ------------ Causa

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Perilaku Kekerasan
b. Harga diri rendah kronik
c. Risiko perilaku kekerasan (dirisendiri,oranglain,dan verbal)

IV. RENCANAKEPERAWATAN
Diagnosa
Perencanaan
Keperawat
N Interven Rasion
o an si al

Tujuan Kriteria Hasil


1. Perilaku 1. Klien 1.1 Klien mau 1.1.1 Beri salam/ Hubungan saling
Kekeras dapat membalas panggil nama percaya merupakan
membina salam klien landasan utama
an hubungan 1.2 Klien mau 1.1.2 Sebutkan nama untuk hubungan
saling menjabat tangan Perawat sambal selanjutnya
percaya 1.3 Klien mau jabat tangan
menyebutkan 1.1.3 Jelaskan maksud
nama Hubungan interaksi
1.4 Klien 1.1.4 Jelaskan tentang
mau Kontrak yang
tersenyu akan dibuat
m 1.1.5 Beri rasa aman
1.5 Klien mau dan sikap
kontak mata empati
1.6 Klien 1.1.6 Lakukan kontak
Singkat tapi sering
mengetahui
namaperawat
1.7 Menyediakan
waktu untuk
kontrak
2. Klien 2.1 Klien dapat 2.1.1 Beri kesempatan Beri kesempatan
dapat mengungkap untuk untuk mengungkap
mengident kanperasaann mengungkapkanpe kan perasaannya
ifikasi ya rasaannya dapat membantu
penyebab 2.2 Klien dapat 2.1.2 Bantu klien untuk mengurangi stres
perilaku mengungkapkan Mengungkapkan dan penyebab
kekerasan penyebab penyebab perasaan
perasaan jengkel/kesal jengkel/kesal dapat
jengkel/kesal diketahui
(dari diri sendiri,
dari
ligkungan/orangl
ain
3. Klien 3.1 Klien dapat 3.1.1 Anjurkan klien Untuk mengetahui
dapat mengungkap mengungkapkan hal yang dialami
mengident kanperasaan apa yang dialami dan dirasa saat
ifikasi saat saat jengkel
tanda- marah/jengke marah/jengkel
tanda l 3.1.2 Observasi tanda
perilaku 3.2 Klien dapat perilaku kekerasan Untuk mengetahui
kekerasan menyimpulkan pada klien tanda-tanda klien
tanda-tanda 3.1.3 SimpulkanBersa kesal
jengkel/kesal maklien tanda-
yang dialami tanda
jengkel/kesal Menarik
yang dialami kesimpulan
klien Bersama klien
supaya klien
mengetahui secara
garis besar tanda-
tanda marah
4.Klien dapat 4.1 Klien dapat 4.1.1 Anjurkan klien Mengeksplorasi
mengident mengungkapka untuk perasaan klien
ifikasi n perilaku mengungkapkan terhadap perilaku
perilaku kekerasan perilaku kekerasan kekerasan yang
kekerasan 4.2 Klien dapat yang biasa biasa dilakukan
yang biasa bermain peran dilakukan klien
dilakukan dengan perilaku 4.1.2 Bantu klien
kekerasan yang bermain peran Untuk mengetahui
biasa dilakukan sesuai dengan perilaku kekerasan
perilaku kekerasan yang biasa
yang biasa dilakukan dan
dilakukan dengan bantuan
4.1.3 Bicarakan dengan perawat bisa
klien apakah cara membedakan
yang klien lakukan perilaku konstruktif
masalahnya dan destruktif
selesai?
Dapat membantu
klien menemukan
cara yang tepat
menyelesaikan
masalah

5. Klien dapat 5.1 Klien dapat 5.1.1 Bicarakan Membantu klien


mengidentifika menjelaskan akibat akibat/kerugian dari untuk menilai
si akibat dari cara yang cara yang dilakukan perilaku kekerasan
perilaku digunakan klien yang dilakukannya
kekerasan klien
5.1.2 Bersama klien
Menyimpulkan
akibat
cara yang Dengan mengetahui
digunakan oleh akibat perilaku
klien kekerasan
diharapkan klien
dapat merubah
perilaku destruktif
yang dilakukannya
menjadi perilaku
yang konstruktif
6.Klien dapat 6.1 Klien dapat 6.1.1 Tanyakan pada Agar klien dapat
melakukan klien
mengidentifik mempelajari cara
cara berespon “apakah ia ingin
yang lain yang
asi cara terhadap mempelajari
konstruktif
kemarahan carabaru yang
konstruktif
secara sehat?”
dalam 6.1.2 Berikan pujian jika
konstruktif Dengan
merespon Klien mengetahui
mengidentifikasi
cara lain yang
terhadap cara yang
sehat konstruktif dalam
kemarahan 6.1.3 Diskusikan dengan
merespon terhadap
Klien cara lain
kemarahan dapat
yang sehat
membantu klien
a. Secara fisik: Tarik
menemukan cara
nafas dalam jika
yang baik untuk
sedang
mengurangi
kesal/memukul
kejengkelannya
bantal/Kasur atau
sehingga klien tidak
olahraga atau
stress lagi
pekerjaan yang
memerlukan tenaga
b. Secara verbal: Reinforcement
katakana bahwa anda positif dapat
sedang memotivasi klien
kesal/tersinggung/jen dan meningkatkan
gkel (saya kesal anda harga dirinya
berkataseperti itu;
saya marah karena
mama tidak Berdiskusi dengan
memenuhi keinginan klien untuk memilik
saya) cara yang lain
c. Secara social:lakukan sesuai dengan
dalam kelompok cara- kemampuan klien
cara marah yang sehat;
Latihan
asentif.Latihan
manajemen perilaku
kekerasan
d. Secara spiritual:
anjurkan klien sembah
yang,berdoa/ibadah
lain; meminta pada
Tuhan untuk diberi
kesabaran

7. Klien dapat 7.1Klien dapat 7.1.1 Bantu klien memilih Memberikan


mendemonstr mendemonstrasikan Cara yang paling stimulasi kepada
asikan cara cara mengontrol tepat untuk klien klien untuk menilai
mengontrol perilaku kekerasan 7.1.2 Bantu klien respon perilaku
perilaku - Fisik: Tarik
Mengidentifikas kekerasan secara
kekerasan nafas dalam, i manfaat cara tepat
olahraga, dipilih
7.1.3 Bantu keluarga
menyiram klien
tanaman Membantu klien
untuk
- Verbal: dalam membuat
menstimulasi cara
mengatakan keputusan terhadap
tersebut (roleplay)
nyasecara 7.1.4 Beri reinforcement cara yang telah
langsung Positif klien
dengan menstimulasi dipilihnya
tidak cara tersebut dengan melihat
menyakiti 7.1.5 Anjurkan klien manfaatnya
- Spiritual: untuk
sembahyang, menggunakan
berdoa atau ibadah cara yang telah Agar klien
lain dipelajari saat mengetahui cara
jengkel/marah marah yang
konstruktif

Pujian dapat
meningkatkan
motivasi dan harga
diri klien

Agar klien dapat


melaksanakan cara
yang telah
dipilihnya jika ia
sedang kesal
8. Klien 8.1 Keluarga klien 8.1.1 Identifikasi Kemampuan
kemampuan keluarga dalam
mendapat dapat:
keluarga merawat mengidentifikasi
dukungan - Menyebutkan klien dari sikap akan
keluarga cara merawat apa yang telah memungkinkan
klien yang dilakukan
dalam keluarga untuk
berprilaku keluarga terhadap melakukan
mengontrol kekerasan klien selama ini penilaian terhadap
perilaku - Mengungkap 8.1.2 Jelaskan peran perilaku kekerasan
kan rasa puas serta
kekerasan Meningkatkan
dalam keluarga
merawat dalam pengetahuan
klien merawat keluarga tentang
klien cara merawat klien
8.1.3 Jelaskan cara-cara sehingga keluarga
Merawat klien terlibat dalam
- Terkait dengan cara perawatan klien
mengontrol perilaku
marah secara
konstruktif Agar keluarga
- Sikap tenang,bicara dapat merawat
tenang dan jelas klien dengan
8.1.4 Bantu keluarga perilaku
mendemonstrasi kekerasan
kancara
merawat klien
8.1.5 Bantu keluarga Agar keluarga
Mengungkapka mengetahui cara
n perasaannya merawat klien
setelah melalui demonstrasi
melakukan yang dilihat
demonstrasi keluarga secara
langsung

Mengeksplorasi
perasaan keluarga
setelah melakukan
demonstrasi
9. Klien 9.1 Klien dapat 9.1.1 Jelaskan jenis-jenis Klien dan keluarga
dapat menyebutkan obat yang dapat mengetahui
mengguna obat-obatan diminum klien nama-nama obat
kan obat- yang diminum pada klien dan yang diminum oleh
obatan dan keluarga klien
yang kegunaannya 9.1.2 Diskusikan
manfaat
diminum 9.2 Klien dapat
minum obat
dan minum obat Klien dan keluarga
dan kerugian
kegunaann sesuai program dapat mengetahui
berhenti
ya(jenis,w pengobatan kegunaan obat yang
minum obat
aktu, dosis dikonsumsi klien
tanpa seizin
dan efek) dokter
9.1.3 Jelas kan prinsip Klien dan keluarga
benar minum obat mengetahui prinsip
(baca nama tertera benar agar tidak
pada botol obat, terjadi kesalahan
dosis obat,waktu dalam
dan cara minum) mengkonsumsi obat
9.1.4 Ajarkan klien
minta
Obat dan minum Klien dapat
tepat waktu memiliki kesadaran
9.1.5 Anjurkan klien
pentingnya minum
melaporkan pada
obat dan bersedia
perawat/dokter
minum obat dengan
jika merasakan
kesadaran sendiri
efek yang tidak
menyenangkan
9.1.6 Beri pujian,jika
Mengetahui efek
Klien minum
samping sedini
obat dengan
mungkin sehingga
benar
tindakan dapat
dilakukan sesegera
mungkin untuk
menghindari
komplikasi

Reinforcement
positif dapat
memotivasi
keluarga dan klien
serta dapat
meningkatkan
harga diri
V. REFERENSI
Damaiyanti,Mukhripahdan Iskandar.2014.AsuhanKeperawatan Jiwa.Bandung:Refika
Aditama
Yusuf,Ah.RizkyFitryasariP.K.,danHanikEndangNihayati.2015.BukuAjarKeperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta:Salemba Medika
EkoPrabowo.2014.Konsep&AplikasiAsuhanKeperawatanJiwa.Yogyakarta:NuhaMedi
ka
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN SETIAP HARI
PertemuanKe 1
DiagnosaKep : Risiko perilaku kekerasan
SP 1
Hari & Tgl :

Proses Keperawatan

Kondisi Klien:

Klien mengatakan marah dan jengkel kepada oranglain, klien mengatakan suka memukul
orang dirumah, dan mengatakan dirinya seorang jagoan. Klien mengamuk, melakukan
tindakan kekerasan kepada orang-orang disekitarnya, tangan mengepal dan tatapan mata
tajam.Berbicara dengan keras dan cepat

DiagnosaKeperawatan:

Perilaku kekerasan

TujuanKhusus:

1. Dapat membina hubungan saling percaya


2. Klien dapat mengetahui penyebab perilaku kekerasan
3. Klien dapat mengetahui tanda dan gejala perilaku kekerasan
4. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
5. Klien dapat mempraktikan cara mengontrol perilaku kekerasan
RencanaTindakan Keperawatan:

1. Dapat membina hubungan saling percaya


2. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
3. Mengidentifkasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
4. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
5. Membantu klien mempraktikkan Latihan cara mengontrol fisik
Proses Pelaksanaan Tindakan:

FASE ORIENTASI

1. Salam terapeutik
"Selamat siang ibu,nama saya Rony Heryadi,ibu boleh memanggil saya suster Rony,
mahasiswa S1 keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya sedang dinas
diruangan ini selama 1 minggu. hari ini saya dinas pagi dari jam 13 sampai jam18 sore
nanti,jadi selama 1 minggu ini saya yang akan merawat ibu ”nama ibu siapa dan senang
dipanggil dengan sebutan apa?”
“Baik bu,apakah kita bisa berbincang –bincang sebentar?”
2. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?
3. Kontrak
Topik :
“Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang –bincang tentang hal atau perasaan yang
menyebabkan ibu ingin melakukan perilaku kekerasan?”
Waktu:
“Ibu mau berapa lama kita bercakap – cakap? Bagaimana jika 15
menit?”Tempat :
“Ibu mau dimana kita bercakap–cakap?Bagaimana jika diruang duduk?”

FASE KERJA (Langkah-langkah tindakan keperawatan)


“Baik bu, sekarang ibu bisa mulai menceritakan penyebab ibu marah-marah seperti
ini.Apa yang ibu rasakan saat ini?”
“Baiklah, mau kah ibu belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?”
“Pertama kita belajar satu cara dulu, begini bu, kalau tanda marah itu sudah ibu rasakan
ibu bisa Tarik nafas dari hidung lalu tahan sebentar, dan keluarkan perlahan lewat mulut seperti
mengeluarkan kemarahan, dan lakukan selama5x ya bu”
“Ayo bu praktikan lagi”
“Nah,sebaiknya Latihan ini dilakukan secara rutin ya bu”

FASETERMINASI:

1. Evaluasi responsklien terhadap Tindakan


keperawatan Evaluasi klien ( subjektif ) :
“Bagaimana perasaannya bu setelah kita bercakap–cakap?”
“Apakah ibu merasa ada manfaatnya kita berbincang – bincang saat
ini?”Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcemenet):
“Nah coba ulangi apa saja yang barusan kita pelajari dan kita praktikan?”
2. Tindak lanjut klien

“Saya harap jika ibu merasa ingin marah, lakukan cara-cara yang sudah saya ajarkan tadi ya
bu.”
3. Kontrak yang akan datang
Topik :

“Baiklah bu, kita sudah bercakap–cakap selama15menit, bagaimana kalau nanti kita
bercakap –cakap lagi untuk mengulangi kembali step yang tadi topik saya berikan”

“Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 14 siang

nanti?” Tempat:

“Dimana tempatnya nanti kita bercakap–cakap? Bagaimana jika disini saja bu?”
LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS (MASALAH UTAMA)


VII. DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemapuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya.Klien dinyatakan terganggu
perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya. (Aziz R., 2003).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses piker sehingga kemampuan untuk melakukkan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diritampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri diantaranya mandi,makan dan minum secara
mandiri,berhias secara mandiri,dan toileting (Buang Air Besar (BAB) /Buang Air
Kecil [BAK]).

2. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes(2000), penyebab kurang
perawatan diri adalah :
a. Faktor prediposisi
1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.

b. Faktor presipitasi
Yang merupakan factor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
a. Body Image. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. PraktikSosial. Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi. Personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan. Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.Misalnya pada
pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya. Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang. Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-
lain.
g. Kondisi fisik atau psikis. Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
3. Rentang Respon

Rentang respon deficit perawatan diri


Keterangan:

- Pola perawatan diri seimbang: saat klien mendapatkan stressor dan mampu untuk
berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri
- Kadang perawatan diri, kadang tidak : saat klien mendapatkan stressor kadang-
kadangklien tidak memperhatikan perawatan dirinya
- Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stressor.

4. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan dibagi menjadi 2 yaitu:
● Mekanisme koping adaptif mekanisme koping yang mendukung fungsi
integrasi pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien
bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
● Mekanisme koping maladaptif mekanisme koping yang menghambat fungsi
integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung
menguasai lingkungan.Kategorinya adalah tidak mau merawat diri (Damayanti
dalam baga dkk, 2017)
5. Therapy
● Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: Defisit Perawatan Diri
a. Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : Defisit Perawatan
Diri adalah terapi aktivitas kelompok yang dilaksanakan untuk meningkatkan
kemampuan klien merawat diri. Kemampuan merawat diri yang dilatih terdiri
dari kemampuan dalam kebersihan diri, kemampuan dalam berdandan,
kemampuan makan-minum, dan toileting (Rusdi, 2013)
b. Jenis–jenisTerapi Aktivitas Kelompok SP :DPD
1) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: Kebersihan diri
2) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi:Berdandan
3) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi:Tata cara makan minum
4) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi:Tata cara BAB/ BAK

● Terapi kognitif dan perilaku adalah terapi menggunakan modifikasi dari


integrasi perilaku dengan pendekatan penataan Kembali proses kogitif dan
diselesaikan dengan membentuk perilaku yang adaptif.
Terapi kognitif dan perilaku adalah terapi yang didasari oleh gabungan
intervensi yaitu terapi kognitif dan terapi perilaku yang dirancang untuk
merubah cara berpikir klien terkait masalah yang sedang dialami dan memahami
situasi, serta bagaimana menentukan perilaku sehingga memunculkan reaksi
adaptif dalam segi kognitif mau pun perilaku klien.Sehingga dapat disimpulkan
bahwa terapi kognitif perilaku adalah terapi psikososial yang merubah pola pikir
negatif yang dimiliki oleh klien dan perilaku maladaptive yang dimiliki klien
agar menjadi adaptif.
Pola pikir dan perilaku yang baru diharapkan dapat membantu menyelesaikan
masalah kesehatan yang sedang dialami oleh klien Pelaksanaan terapi ini
bertujuan untuk mengubah pola piker klien tentang pentingnya merawat diri dan
bagaimana dampak yang ditimbulkan jika klien melakukannya atau tidak
melakukannya. Cara atau metode terbaik untuk meyakinkan pemikiran klien
adalah memberikan pengalaman kepada klien agar mendapatkan paparan
langsung terkait materi yang akan diberikan atau langsung mencoba untuk
melatih perilaku yang akan dipelajari.
II. POHONMASALAH

Gangguan Pemeliharaan
Kesehatan (BAB/BAK, -----Effect
mandi, makan, minum)

Defisit Perawatan Diri -----Core Problem

Menurunnya motivasi dalam


-----Causa
perawatan diri

Isolasi Sosial:MenarikDiri

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


- Defisit Perawatan Diri (DPD)

IV. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Perencanaan

Keperawat
Intervensi
an
Tujuan Kriteria Hasil
1. Defisit 1.Klien dapat 1.1Klien dapat menyebutkan 1.1.1Diskusikan bersama klien
Perawatan mengenal pentingnya kebersihan diri pentingnya kebersihan diri dengan cara
diri:mandi, tentang dalam waktu 2 kali menjelaskan pengertian tentang arti
berpakaian, pentingnya pertemuan: bersih dan tanda-tanda bersih
makan, kebersihan - Tanda-tanda bersih
eliminasi diri - Badan tidak bau 1.2.1 Dorong klien untuk
- Rambut rapi,bersih,dan menyebutkan 3 dari 5 tanda
tidak bau kebersihan diri
- Gigi bersih & tidak bau
mulut
- Baju rapi & tidak bau
1.2.2 Diskusikan fungsi kebersihan
diriuntuk kesehatan dengan menggali
pengetahuan klien terhadaphal yang
1.2 Klien mampu menyebutkan berhubungan dengan kebersihan diri
kembali kebersihan
untuk kesehatan
1.2.3 Bantu klien mengungkapkan
arti kebersihan diri dan tujuan
1.3Klien dapat menjelaskan cara
memelihara kebersihan diri
merawatdiri, antaralain:
1.2.4 Beri Reinforcement positif
- Mandi 2 kali sehari
setelah klien mampu
dengan sabun
mengungkapkan arti
- Menggosok gigi minimal
kebersihan diri
2kali sehari setelah
makan dan akan tidur
- Mencuci rambut 2-3 kali
1.3.1Ingatkan klien untuk
seminggu dan memotong memelihara kebersihan
kuku bila panjang diriseperti:
- Mencuci tangan
- Mandi 2 kali,pagi dan sore
sebelum dan sesudah - Sikat gigi minimal 2 kali sehari
makan (sesudah makan dan sebelum
tidur)
- Keramas danmenyisirrambut
- Guntingkukubilapanjang
2. Klien dapat 2.1Klien berusaha untuk 2.1.1 Motivasi klien untuk mandi:
memelihara memelihara kebersihan - Ingatkan caranya, evaluasi hasilnya
kebersihan diri diri:yaitu: &Beri umpan balik
- Mandi pakai sabun dan - Bimbing klien dengan bantuan
minimal
disiram dengan - Jika hasilnya kurang,
airsampaibersih kajihambatan yang ada
- Mengganti pakaian bersih
sehari sekali dan merapikan
penampilan 2.1.2 Bimbing klien untuk mandi
- Ingatkan dan anjurkan untuk
mandi 2kali sehari menggunakan
sabun
- Anjurkan klien untuk
meningkatkan cara mandi yang
benar

2.1.3 Anjurkan klien untuk mengganti


baju setiap hari:
- Anjurkan klien untuk
mempertahankan dan
meningkatkan penampilan diri
setiap hari
- Dorong klien untuk mencuci
pakaiannya sendiri
- Demonstrasikan cara mencuci
pakaian yang benar dengan
sabun dan dibilas

2.1.4 Kaji keinginan klien untuk


memotong kuku dan
merapihkan rambut
- Beri kesempatan pada klien
untuk melakukan sendiri
- Ingatkan potong kuku dan keramas

2.1.5 Kolaborasi dengan perawat


ruangan untuk pengelolaan
fasilitas perawatan kebersihan
diri, seperti mandi, dan
kebersihan kamar mandi
2.1.6 Bekerja sama dengan keluarga
untukmengadakan fasilitas
kebersihan dirisendiri seperti
odol, sikat gigi, sampo,pakaian
ganti,handuk dan sandal
3. Klien dapat 3.1 Setelah 1 minggu klien 3.1.1 Monitor klien dalam
melakukan dapat melakukan perawatan melaksanakan kebersihan diri
kebersihan kebersihan diri secara rutin dan secara teratur. Ingatkan untuk
perawatan diri teratur tanpa anjuran mencuci rambut,
secara mandiri - Mandi pagi dan sore menyisir,gosok gigi,ganti baju,
- Ganti baju setiap hari dan pakai sandal
- Penampilan bersih dan
rapih
4. Klien dapat 4.1Klien selalu tampak bersih 4.1.1Beri reinforcement positifj ika klien
mempertahank dan rapih berhasil melakukan kebersihan diri
an kebersihan
diri secara
mandiri

5.Klien dapat 5.1 Keluarga selalu 5.1.1 Jelaskan pada keluarga


dukungan mengingatkan hal-hal yang tentang penyebab kurang minatnya
berhubungan dengan klien menjaga kebersihan diri
keluarga dalam
kebersihan diri
meningkatkan 5.1.2 Diskusikan Bersama keluarga
kebersihan diri tentang tindakan yang telah dilakukan
klien selama di RS dalam menjaga
kebersihan dan kemajuan yang telah
dialami dirs.

5.1.3 Anjurkan keluarga untuk


memutuskan memberi stimulasi
terhadap kemajuan yang telah dialami
diRS
5.2 Keluarga menyiapkan
sarana untuk membantu klien
5.2.1 Jelaskan pada keluarga tentang
dalam menjaga kebersihan
manfaat sarana yang lengkap dalam
diri
menjaga kebersihan diri klien

5.2.1 Anjurkan keluarga untuk


menyiapkan sarana dalam menjaga
kebersihan diri

5.2.3 Diskusikan Bersama keluarga


cara membantu klien menjaga
5.3 Keluarga membantu dan
kebersihan diri
membimbing klien dalam
menjaga kebersihan diri
5.3.1 Diskusikan dengan keluarga
mengenai hal-halyang dilakukan
misalnya:
- Mengingatkan klien pada waktu
mandi
- Sikat gigi,keramas, ganti baju,
dan lain-lain
- Membantu klien apabila
mengalami hambatan,
memberi pujian atas
keberhasilan klien
V. Daftar Pustaka

- Damaiyanti,Mukhripah dan Iskandar.2014.AsuhanKeperawatan Jiwa.Bandung:Refika


Aditama
- Yusuf,Ah.RizkyFitryasariP.K.,danHanikEndangNihayati.2015.Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:Salemba Medika
- Pertiwi,Beti.2020.Ilmu Keperawatan Jiwa LaporanPendahuluan danSp-1pada klien
dengan Defisit Perawatan Diri. STIKESPERTAMEDIKA.Makalah
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATANSETIAP HARI

Pertemuan Ke ;1
Diagnosa Kep ; Defisit Perawatan Diri
SP : 1 pasien
Hari & Tgl :

ProsesKeperawatan

KondisiKlien:
Subjektif:

● Klien mengatakan malas mandi

Objektif:

● Klien terlihat kotor,rambut tidak disisir,baju agak kotor,bau dan menolak diajak
mandi

DiagnosaKeperawatan:
Defisit Perawatan Diri

TujuanKhusus:
● Pasien dapat membina hubungan saling percaya
● Pasien dapat menjelaskan pentingnya kebersihan diri
● Pasien dapat mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
● Pasien dapat memasukkan jadwal kegiatan harian

Tindakan Keperawatan:
SP I Klien:
● Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
● Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
● Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
● Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Proses Pelaksanaan Tindakan:


FASE ORIENTASI
1. Salam terapeutik:
“Assalamu’alaikum selamat siang ibu, perkenalkan nama saya Rony Heryadi, Bisa
dipanggil Rony mahasiswa S1 keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya
sedang dinas diruangan ini selama 1 minggu. hari ini saya dinas pagi dari jam 13 sampai
jam18 sore nanti, jadi selama 1 minggu ini saya yang akan merawat ibu”
2. Evaluasi/validasi:
“Boleh saya pinjam gelang yang ada ditangan ibu? Kalau boleh tahu nama ibu siapa? ibu
senang nya dipanggil apa? Bagaimana perasaan ibu saat ini? Apakah ibu sudah mandi?
3. Kontrak :
Topik: “Baik ibu bagaimana kalau sekarang kita mendiskusikan tentang
kebersihan diri?”

Tujuan:“tujuan dari perbincangan agar ibu dapat mengetahui apa aja yang
termasuk dalam kebersihan diri dan keuntungan kerugian dalam kebersihan diri”

Waktu : “kira- kira berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang?


Bagaimana kalau15 menit ibu?

Tempat : “enaknya dimana ya ibu kita akan bincang-bincang? bagaimana kalau disini
saja? Baiklah ibu.”

FASE KERJA (Langkah-langkah Tindakan keperawatan)


“berapa kali ibu mandi dalam sehari? Menurut bapak apa kegunaan mandi? Apa alasan ibu
sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut ibu apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan
diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang merawat diri dengan baik seperti apa?Kalau kita tidak
teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut ibu yang bisa muncul? Sekarang apa saja
alat untuk menjaga kebersihan diri, seperti kalau kita mandi, cuci rambut, gosok gigi apa saja
yang disiapkan ?Benar sekali, ibu perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk,
sabun, sikat gigi, odol, shampoo serta sisir. Wah bagus sekali. Ibu bisa menyebutkan dengan
benar.”

Masalah Berdandan

Apa yang ibu lakukan untuk merawat rambut dan muka?Kapan saja ibu menyisir rambut?
bagaimana dengan bedakan? Apa tujuan kita sisiran dan bedandan? Jadi bisakah ibu sebutkan
alat yang digunakan untuk berdandan?betul,bagus sekali sisir,dan parfumya bu.

Masalah makan dan minum

Berapa kali ibu makan sehari? iya bagus ibu makan 3 kali sehari. Kalau minum sehari berapa
gelas bu? betul, minum 10 gelas perhari. Apa saja yang disiapkan untuk makan?Dimana ibu
makan? Bagaimana cara makan yang baik menurut ibu? apa yang ibu lakukan sebelum
makan?apa pula yang ibu lakukan setelah makan?

MasalahBABdanBAK

Berapa kali ibu BAB dalam sehari ? Kalau BAK berapa kali? Dimana biasanya ibu BAB/BAK?
Bagaimana ibu membersihkannya ? Baik ibu Kita sudah bicara tentang kebersihan diri,
berdandan, berpakaian, makan dan minum serta BAB dan BAK. Sekarang bisakah ibu cerita
bagaimana cara melakukan mandi, keramas dan gosok gigi.iya benar, pertama bisa ibu siram
seluruh tubuh termasuk rambut lalu ambil shampo gosokkan pada kepala sampai berbusa lalu
bilas sampai bersih ya bu, lalu selanjutnya ibu ambil sabun, gosokkan diseluruh
tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol
giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi mulai dari depan ke belakang.
bagus lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh sampai bersih lalu
keringkan dengan handuk.Wah ibu bagus sekali melakukannya.Selanjutnya ibu bisa pasang
baju dan sisir rambutnya dengan baik.”

FASE TERMINASI:
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan
keperawatan

Evaluasi klien ( subjektif ) :


“Bagaimana perasaan ibu setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya
kebersihan diri, manfaat dan alat serta cara melakukan kebersihan diri?
”“sekarang coba ibu ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapih?’
“apa saja alat untuk menjaga kebersihan diri,bagaimana cara menjaga kebersihan
diri?”
“bagus sekali ibu sudah menjawabnya dengan benar”
“wah ibu semakin cakep setelah mandi, Bagaimana perasaan ibu setelah mandi? Coba
lihat dicermin,lebihbersih dan segaryapak”

Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcemenet):


Setelah dilakukan reinforcement dan mandi pasien terlihat lebih bersih, segar
dan rapih.

2. Tindakan lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil
tindakanyangdilakukan) :
“Baiklah ibu,kalau mandi yang palingbaik sehari berapa kali bu?Ya bagus mandi 2
kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali seminggu.Nanti ibu masukkan ke
jadwal harianya bu”
“ibu ,ini saya format jadwal perawatan diri,nah disinikan ada format-formatnya ibu
bisa lihat, Nanti tolong ibu tulis M (mandiri) bila ibu melakukannya sendiri, tulis B
(bantuan) bila ibu dibantu dan, tulis T (tidak) bila ibu tidak melakukan”

3. Kontrak yang akan datang:


Topik:“baik ibu ,Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara berdandan.

Apakah ibu bersedia?”

Waktu:“kira-kira ibu bisa Latihan jam berapa?Jam 10 pagi bu? Baiklah ibu”

Tempat :“tempatnya disini saja ya seperti sekarang?baik”

“Baik bu kalau begitu saya pamit dulu ya bu, kalo butuh bantuan ibu bisa

pencet bel yang ada disamping tempat tidur, saya permisi dulu bu

assalamu’alaikum”

Anda mungkin juga menyukai