Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN HALUSINASI

A. Konsep Teori

1. Definisi

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien

mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan

panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami

suatu persepsi melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu.

(Prabowo, 2014)

Halusinasi adaah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

rangsangan internal (pikiran) dan rangsnagan eksternal (dunia luar). Klien

memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau

rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara

padahal tidak ada orang yang berbicara.(Kusumawati & Hartono, 2012)

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien

mengalamai perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa

suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien

merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (Damaiyanti, 2012)

2. Penyebab

a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan pasien terganggu mislnya rendahnya kontrol

dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu

mandiri sehjak kecil, mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan

lebih rentan terhadap stress.

2) Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak bayi

akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada

lingkungannya.

3) Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya

stress yang berlebih dialami seseorang maka di dalam tubuh akan

dihasilkan zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.

Akibat stress berkepanjangan menyebabakan teraktivasinya

neutransmitter otak.

4) Faktor Psikologi

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah

terjerumus padapenyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh

pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang

tepat demi masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat

dan lari dari alam nyataa menuju alam hayal.

5) Faktor Genetik dan Pola Asuh

Penelitian menunjukkan bahwaanak sehat yang diasuh oleh orang

tua skizofrenia cenderung mengalamai skizofrenia. Hasil studi


menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang

sangat berpengaruh padapenyakit ini. (Prabowo, 2014)

b. Faktor Presipitasi

1) Biologis

Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang

mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme

pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan

untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak

untuk diinterprestasikan.

2) Stress Lingkungan

Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap

stresosor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan

perilaku.

3) Sumber Koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi

stress.(Prabowo, 2014)

4) Perilaku

Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,

perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri,

kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak

dapat membedakan nyata dan tidak.

a) Dimensi fisik

Halusianasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik

seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan,


demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan

untuk tidur dalamwaktu yang lama.

b) Dimensi emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak

dapat diatasi merupakan penyebab halusianasi itu terjadi, isi

dari halusinasi dapat berupa peritah memaksa dan menakutkan.

Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga

dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap

ketakutan tersebut.

c) Dimensi intelektual

Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu

dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan

fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usha dari ego

sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun

merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang

dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan

mengotrol semua perilaku klien.

d) Dimensi sosial

Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal

dan comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi

dialam nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan

dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk

memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan

harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi


halusinasi dijadikan kontrol oleh individu tersebut, sehingga

jika perintah halusinasiberupa ancaman, dirinya atau orang lain

individu cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan

suatu proses interkasi yang menimbulkan pengalaman

interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien

tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan

lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.

e) Dimensi spiritual

Secara spiritualklien halusinasi mulai dengan kehampaan

hidup, rutinitas, tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan

jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri, irama

sirkardiannya terganggu.(Damaiyanti, 2012)

3. Jenis

Haluinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristik tertentu,

diantaranya:

a. Halusinasi Pendengaran (akustik, audiotorik)

Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama

suara-suara orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang

membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan

untuk melakukan sesuatu.

b. Halusinasi Pengihatan (visual)


Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pencaran cahaya,

gambaraan geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama yang luas dan

komplesk. Bayangan bias bisa menyenangkan atau menakutkan.

c. Halusinasi Penghidu (Olfaktori)

Gangguan stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan adanya bau

busuk, amis, dan bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses.

Kadang-kadang terhidu bau harum. Biasnya berhubungan dengan

stroke, tumor, kejang dan dementia.

d. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)

Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau tidak

enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik

datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

e. Halusinasi Pengecap (Gustatorik)

Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang

busuk, amis, dan menjijikkan.

f. Halusinasi sinestetik

Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh

seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau

pembentukan urine. (Yosep Iyus, 2007)

g. Halusinasi Viseral

1) Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa

pribadinya sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai

dengan kenyataan yang ada. Sering pada skizofrenia dan

sindrom obus parietalis. Misalnya sering merasa diringa


terpecah dua.

2) Derelisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungan

yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan

segala suatu yang dialaminya seperti dalam mimpi.

(Damaiyanti, 2012)

4. Rentang Respon

Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu

stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Respon

neurobiologis sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran

logis, persepsi akurat, emosi konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan

respon maladaptif yang meliputi delusi, halusinasi, dan isolasi sosial.

Rentang respon dapat digambarkan sebagai berikut:

Rentang Respon Neurobiologist

Respon adaptif Respon Maladaptif

 Pikiran Logis  Pikiran kadang  Kelainan pikiran /

 Persepsi akurat menyimpang delusi

 Emosi konsisten  Ilusi  Halusinasi

dengan pengalaman  Reaksi emosional  Ketidakmampuan

 Perilaku sesuai berlenihan atau untuk mengalami


 Hubungan sosial kurang emosi

 Perilaku ganjil atau  Ketidakteraturan

tak lazim  Isolasi sosial

 Menarik diri

Rentang respon neurobiologis menurut Stuart and Sundeen (1998) :

a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma social

budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas

normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan

masalah tersebut. Respon adaptif :

1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan

2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan

3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul

dari pengalaman ahli

4) Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam

batas kewajaran

5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain

dan lingkungan

b. Respon psikososial

Meliputi :

1) Proses piker terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan

gangguan

2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang

penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena


rangsangan panca indra

3) Emosi berlebih atau berkurang

4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi

batas kewajaran

5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan

orang lain.

c. Respon maladapttif adalah respon individu dalam menyelesaikan

masalah yang menyimpang dari norma-norma social budaya dan

lingkungan, ada pun respon maladaptif antara lain :

1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh

dipertahankan walaupun tidak diyakin ioleh orang lain dan

bertentangan dengan kenyataan social.

2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi

eksternal yang tidak realita atau tidak ada.

3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari

hati.

4) Perilaku tidak terorganisi rmerupakan sesuatu yang tidak teratur

5) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh

individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan

sebagai suatu kecelakaan yang negative mengancam. (Damaiyanti,

2012)

5. Proses Terjadinya Masalah


Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Prabowo

(2014) yaitu :

a. Fase I

Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa

bersalah dan takut serta mencoba berfokus pada pikiran yang

menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini pasien tersenyum

atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara,

pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.

b. Fase II

Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas

kendali dan mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan

sumberdipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda- tanda sistem

saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital

( denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah), asyik dengna

pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan

halusinasi dengan reaita.

c. Fase III

Pasien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan

menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini pasien sukar berhubungan

dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah

dari orang ain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan

terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.

d. Fase IV

Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti perintah


halusinasi. Di sni terjadi perikalu kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak

mampu berespon terhadap perintah yang komplek dan tidak mampu

berespon lebih dari 1 orang. Kondisi pasien sangan membahayakan.

6. Tanda dan Gejala

a. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri

b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, dan respon

verba lambat

c. Menarik diri dari orang lain,dan berusaha untuk menghindari diri dari

orang ain

d. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak

nyata

e. Terjadi peningkatan denyut ajntung, pernapasan dan tekanan darah

f. Perhatian dengan lingkunganyang kurang atau hanya beberapa detik

dan berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.

g. Curiga, bermusuhan,merusak (diri sendiri, orang lain dan

lingkungannya) dan takut

h. Sulit berhubungan dengan orang lain

i. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung,jengkel dan marah

j. Tidak mampu mengikuti perintah

k. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton.


(Prabowo, 2014)

7. Akibat

Akibat dari hausinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan

ingkungan. Ini diakibatkan karena pasien berada di bawah halusinasinya

yang meminta dia untuk melakuka sesuatu hal diluar kesadarannya.

( Prabowo, 2014)

8. Mekanisme Koping

a. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari

b. Proyeksi : menjeslaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha

untuk mengaliskan tanggung jawab kepada orang lain

c. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimuus

internal. (Prabowo, 2014)

9. Penatalaksanaan

Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran

keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ

pasien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan

yang sangat penting didalam hal merawat pasien, menciptakan lingkungan

keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat

a. Farmakoterapi

Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita

skizofrenia yang menahun,hasilnyalebih banyak jika mulai diberi dalam

dua tahun penyakit. Neuroleptika dengan dosis efek tiftinggi


bermanfaat pada penderita psikomotorik yang meningkat.

Kelas Kimia Nama Generik Dosis

(Dagang) Harian
Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) Klopromazin 60-120 mg

(Thorazine) Flufenazine (Prolixine, 30-800 mg

Permit) Mesoridazin ( Serentil) 1-40 mg

Perfenazin (Trialon) 30-400 mg

Prokloperazin (Compazine) 12-64 mg

Promazine (Sparine) 15-150 mg

Tiodazin (Mellani) 40-1200 mg

Trifluopromazine (Stelazine) 150-800 mg

Trifluopromazine (Vesprin) 2-40 mg

60-150 mg
Toksanten Kloproktisen (Tarctan) 75-600 mg

Tioktiksen (Navane) 8-30 mg


Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Didraindolon Molindone (Moban) 225-225

b. Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang

grand mall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui


electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik

dapat diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi

neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.

c. Psikoterapi dan rehabilitasi

Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena

berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan pasien

kembali kemasyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk

mendorong pasien bergaul dengan orang lain, perawat dan dokter.

Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri karena dapat

membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan

permainan atau latihan bersama, seperti therapy modalitas

d. Terapi aktivitas

1) Terapi music

Focus ; mendengar ; memainkan alat musik ; bernyanyi. yaitu

menikmati dengan relaksasi music yang disukai pasien.

2) Terapi seni

Focus : untuk mengekspresikan perasaan melalui beberapa

pekerjaan seni.

3) Terapi menari

Focus pada : ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh

4) Terapi relaksasi

Belajar dan praktik relaksasi dalam kelompok

Rasional : untuk koping/perilaku mal adaptif/deskriptif

meningkatkan partisipasi dan kesenangan pasien dalam


kehidupan.

5) Terapi social

Pasien belajar bersosialisai dengan pasien lain

6) Terapi kelompok

a) Terapi group (kelompok terapeutik)

b) Terapi aktivitas kelompok (adjunctive group activity therapy)

c) TAK Stimulus Persepsi : Halusinasi

Sesi 1 : Mengenal halusinasi

Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan menghardik

Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

Sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap

Sesi 5 : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

e. Terapi lingkungan

Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana d idalam keluarga (Home

Like Atmosphere) (Prabowo, 2014)

10. Pohon Masalah

Effect
Resiko perilaku kekerasan

Cor Problem
Perubahan sensori persepsi : halusinasi
Cause
Isolasi sosial : menarik diri

Gambar : Prabowo (2014)


B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Alasan masuk RS

Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa

tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala

yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk

mendapatkan perawatan.

b. Faktor prediposisi

1) Faktor perkembangan terlambat

a) Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa

aman.

b) Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.

c) Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan

2) Faktor komunikasi dalam keluarga

a) Komunikasi peran ganda

b) Tidak ada komunikasi

c) Tidak ada kehangatan

d) Komunikasi dengan emosi berlebihan

e) Komunikasi tertutup

f) Orangtua yang membandingkan anak-anaknya, orangtua yang

otoritas dan konflik dalam keluarga

3) Faktor sosial budaya

Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis,

tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.


4) Faktor psikologis

Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri,

ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran,

gambaran diri negatif dan koping destruktif.

5) Faktor biologis

Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran

vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.

6) Faktor genetik

Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui

kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang

menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam

tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah kromoson nomor

enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22.

Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia

sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika

di zygote peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu

orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami

skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka

peluangnya menjadi 35 %.

c. Faktor presipitasi

Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif

adalah kesehatan, lingkungan dan perilaku.

1) Kesehatan

Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian,


kelelahan dan infeksi, obat- obatan sistem syaraf pusat, kurangnya

latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.

2) Lingkungan

Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga,

kehilangan kebebasab hidup dalam melaksanakan pola aktivitas

sehari-hari, sukar dala, berhubungan dengan orang lain, isolasi

sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, dan

ketidakmampuan mendapat pekerjaan.

3) Sikap

Merasa tidak mampu, putus asam merasa gagal, merasa punya

kekuatan berlebihan, merasa malang, rendahnya kemampuan

sosialisasi, ketidakadekuatan pengobatan dan penanganan gejala.

4) Perilaku

Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,

ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak,

kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara sendiri.

Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada

jenis halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adannya tanda-

tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus

dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasinya saja.

Validasi informasi tentang halusinasi yang iperlukan meliputi :

a) Isi halusinasi

Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan.

b) Waktu dan frekuensi


Kapan pengalaman halusianasi munculm berapa kali sehari

c) Situasi pencetus halusinasi

Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum

halusinasi muncul. Perawat bisa mengobservasi apa yang dialami

klien menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasi

pertanyaan klien.

d) Respon klien

Sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien. Bisa dikaji

dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami

pengalamana halusinasi. Apakah klien bisa mengontrol stimulus

halusinasinya atau sebaliknya.

d. Pemeriksaan fisik

Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan

tekanan darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang

dirasakan klien.

1) Status mental

a) Penampilan : tidak rapi, tidak serasi

b) Pembicaraan : terorganisir/berbelit-belit

c) Aktivitas motorik : meningkat/menurun

d) Afek : sesuai/maladaprif

e) Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang

ada sesuai dengan informasi

f) Proses fikir : proses inflamasi yang diterima tidak berfungsi

dengan baik dan dapat mempengaruhi proses fikir


g) Isi pikir : berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis

h) Tingkat kesadaran

i) Kemampuan konsentrasi dan berhitung

2) Mekanisme Koping

a) Regresi : malas beraktifitas sehari-hari

b) Proyeksi : perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk

mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain

c) Menarik diri : mempercayai orang lain dan asyik dengan

stimulus internal.

3) Masalah psikososial dan lingkungan : masalah berkenaan dengan

ekonomi, pekerjaan, pendidikan, dan perumahan atau pemukiman

2. Diagnosa Keperawatan

a) Resiko perilaku kekerasan b.d halusinasi

b) Gangguan persepsi sensori : halusinasi b.d menarik diri

c) Isolasi sosial : menarik diri b.d harga diri rendah


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

PERTEMUAN 1

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi

a) Pasien tampak bicara dan tertawa sendiri

b) Pasien mondar mandir

c) Pasien merasa mendengarkam suara laki-laki yang menyuruh memukul

ibunya.

2. Diagnosa keperawatan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

3. Tujuan khusus

a) Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

b) Pasien dapat mengenal halusinasi yang di alaminya.

4. Tindakan keperawatan

a) Membina hubungan saling percaya

b) Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinas

c) Melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik.


B. Strategi Pelaksanaan (SP) 1 : Mengenal Halusinasi Dan Mengajarkan

Cara Mengontrol Halusinasi Dengan Menghardik

1. Orientasi

a) Salam terapeutik

Selamat pagi bapak, sedang apa?”.” Kenalkan nama saya perawat R,

bapak bisa panggil saya mbak R. Mas namanya siapa?.........oooooo

April Hartawan, senang di panggil siapa?.”oooo begitu baiklah mas

joko, saya akan menemani mas kurang lebih dua minggu ke depan,

nanti bisa cerita masalah yang di alami mas joko.

b) Evaluasi/validasi

Bagaimana perasaan bapak saat ini?....ooooo kalau saya lihat mas bapak

tampak bicara, berbicara sama siapa?

c) Kontrak

1) Topik

Bagaimana kalau kita bercakap-cakap suara yang bapak dengar dan

orang yang mengajak bicara?

2) Tempat

Dimana kita akan berbincang-bincang pak? di ruang makan,

baiklah.

3) Waktu

Kita akan bercakap-cakap berapa menit?”.” 15 menit, ya baiklah.

2. Kerja

Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya? Saya percaya


bapak mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara

itu. Apakah bapak mendengarnya trus menerus atau sewaktu-waktu? Kapan

yang paling sering bapak mendengar suara itu? Berapa kali dalam sehari

bapak mendengarnya? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada

waktu sendiri? Apa yang bapak rasakan ketika mendengar suara itu?

Bagaimana perasaan bapak ketika mendengar suara tersebut? Kemudian

apa yang bapak lakukan? Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu

hilang? Apa yang bapak alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara

untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat, bercakap-

cakap, dan melakukan aktifitas.

Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan

menghardik, apakah bapak bersedia? Bagaimana kalau kita mulai ya..

baiklah saya akan mempraktekan dahulu baru bapak mempraktekkan

kembali apa yang telah saya lakukan. Begini bapak jika suara itu muncul

katakan dengan keras “ pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara

palsu” sambil menutup kedua telinga bapak. seperti ini ya bapak. coba

sekarang bapak ulangi lagi seperti yang saya lakukan atdi. Bagus sekali

bapak, coba sekali lagi. wah bagus sekali.

3. Terminasi

a) Evaluasi Subjektif

Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang suara

yang bapak dengar?, apakah bapak sudah paham dengan cara


mengardik?

b) Evaluasi Objektif

1) Jadi suara yang mas dengar adalah……muncul saat…….dan yang

bapak lakukan saat suara-suara tersebut muncul…….

2) Pasien tidak dapat mempraktikkan cara menghardik

c) Rencana tindak lanjut

Bapak lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, lakukan itu

selama 3 kali sehari yaitu jam 9:00, 14:00 dan jam 20:00 cara mengisi

buku kegiatan harian adalah sesuai dengan jadwal kegiatan harian yang

telah kita buat tadi ya bapak? . Jika bapak melakukanya secara mandiri

makan bapak menuliskan , jika bapak melakukannya dibantu atau

diingatkan oleh keluarga atau teman maka bapak buat B, Jika bapak

tidak melakukanya maka bapak tulis T. apakah bapak mengerti? Coba

bapak ulangi? Naah bagus.

d) Kontrak

1) Topik

Baik lah bapak bagaimana kalau besok kita berbincang-

bincang tentang cara yang kedua yaitu dengan minum obat

untuk mencegah suara-suara itu muncul, apakah bapak

bersedia?

2) Tempat

Baiklah kalau begitu, di mana kita akan bercakap-cakap,

mungkin bapak punya tempat yang teduh dan santai untuk

ngobrol?
3) Waktu

Berapa lama kita akan bercakap-cakap?”.” 10 menit atau 15

menit”.” Sampai jumpa besok ya pak!.


PERTEMUAN 2

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Pasien

Klien sudah mengetahui cara mengardik untuk memutus atau

menghilangkan halusinasi

2. Diagnosa keperawatan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

3. Tujuan khusus

Pasien mampu mengontrol halusinasi pendengaran dengan enam benar

minum obat.

4. Tindakan keperawatan

a) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien

b) Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.

c) Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.

d) Jelaskan akibat bila putus obat.

e) Jelaskan cara mendapatkan obat.

f) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat,

benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis dan kontinuitas.

g) Menganjurkan kepada pasien agar memasukan kegiatan ke jadwal

kegiatan harian pasien


B. Strategi Pelaksanaan (SP) 2 : Mengajarkan Cara Mengontrol

Halusinasi Dengan Minum Obat

1. Orientasi

a) Salam terapeutik

“ Selamat pagi, bapak ?”. “ masih ingat nama saya ? Bagus!”.

b) Evaluasi/ Validasi

“ Bagaimana perasaan bapak saat ini ? apakah ada suara- suara yang

didengar dan belum diceritakan kemarin?“ “apakah sudah diterapkan

cara mengardik?“ “Coba pak praktkan lagi“

c) Kontrak

1) Topik

“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap

tentang cara kedua untuk mengendalikan halusinasi yang bapak

alami ?” , “ Bagaimana setuju ?”

2) Tempat

“ Kita bercakap-cakap diruang makan saja ya!”.

3) Waktu

“bapak mu berapa lama kita bercakap-cakap ?”. “15 menit,

baiklah”.

2. Kerja

“Kemarin bapak sudah menceritakana tindakan yang dilakukan ketika

suara-suara tersebut muncul dan sudah mempelajari cara menghardik kan?

Bagaimana apakah dapat mengurangi /menghilangkan suara- suara yang

bapak dengar?” ooooo. begitu!”. “Kalau begitu sesuai kontrak kemarin,


saya akan memberitahu cara kedua yang dapat dilakukan ketika suara-suara

tersebut muncul ?”. “ Bagaimana?” “ Oke cara yang kedua dengan minum

obat tepat waktu, tepat obat, tepat pasien, tepat cara minum, dan tepat dosis.

Untuk obatnya akan saya jelaskan satu per satu ya ?”. bapak sudah dapat

obat dari ibuk Perawat belum? bapak perlu meminum obat ini secara teratur

agar pikiran jadi tenang, dan tidurnya juga menjadi nyenyak.“ Jadi yang

warnanya orange ini namanya CPZ atau chlorponazin, gunanya untuk

mempermudah bapak tidur sehingga dapat istirahat, minumnya dua kali

sehari pagi hari dan siang hari, pagi jam 07:00 dan siang jam 13.00 WIB.

Efek sampingnya badan terasa lemas, keluar ludah terus menerus”.

“ Nah, yang ini, namanya HPD atau haloperidole, karena bapak dapat

yang 5 mg maka warnanya jambon atau ping. Cara dan waktu minumnya

sama dengan CPZ, dua kali sehari gunanya obat ini untuk menghilangkan

suara-suara yang bapak dengar, selain dapat juga membuat bapak tambah

rilex, santai dan dapat mengontrol emosi, efek sampingnya badan menjadi

kaku terutama tangan dan kaki, mulut kering dan dada berdebar-debar dan

tremor”.

“Tapi bapak jangan khawatir, ada penangkalnya, maka diberikan obat

yang putih agak besar ini. Ini namanya Triheksipenidile atau THP,

fungsinyaobat ini menetralkan atau menghilangkan efek samping yang tidak

mengenakkan tadi makanya obat ini harus diminum bersama dengan obat

CPZ dan HPB”.

3. Terminasi

a) Evaluasi Subyektif
“ Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang jenis dan

manfaat obat yang bapak minum setiap hari ?”

b) Evaluasi Obyektif

“ Coba sebutkan kembali jenis obat yang bapak minum, dan

ambilkan yang namanya HPD dan seterusnya, sebutkan manfaatnya

sekalian Bagus, di ingat-ingat ya ? “

c) Rencana Tindak Lanjut

“Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07:00, 13:00 dan

19:00 pada jadwal kegiatan bapak. Nah sekarang kita masukan kedalam

jadwal minum obat yang telah kita buat tadi ya bapak. Jangan lupa

laksanakan semua dengan teratur ya bapak.

d) Kontrak

1) Topik

Baik lah bapak bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk

melihat manfaat minum obat dan berlatih cara untuk mengontrol

halusinasi yang ketiga yaitu bercakap-cakap dengan orang lain.

apakah bapak bersedia?

2) Tempat

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap diteras saja?” setuju!”

3) Waktu

“Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?’. “ 10 menit saja ya”.


PERTEMUAN 3

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi

Klien sudah mengetahui dua cara (menghardik dan minum obat) yang dapat

digunakan untuk memutus atau menghilangkan halusinasi.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

3. Tujuan khusus

Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap

dengan orang lain

4. Tindakan Keperawatan

a) Evaluasi ke jadwal harian

b) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap

dengan orang lain.

c) Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal

kegiatan harian klien.

B. Strategi Pelaksanaan (SP) 3 : Mengajarkan Cara Mengontrol

Halusinasi Dengan Bercakap-Cakap

1. Orientasi

a) Salam terapeutik

“ Selamat pagi, pak ?”. “ masih ingat nama saya ? Bagus!”.

b) Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah Halusinasinya masih

muncul? Apa kah bapak telah melakukan dua cara yang telah kita

pelajari untuk menghilangkan suara-suara yang menganggu? Coba saya

lihat jadwal kegiatan harian bapak ? bagus sekali bapak , sekarang coba

lihat obatnya. Ya bagus bapak minum obat dengan teratur jam 07:00,

13:00 dan 19:00 dan latihan menghardik suara-suara juga dilakukan

dengan teratur.

Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan dua cara tadi

suara-suara yang bapak dengarkan berkurang? Coba sekarang

praktekkan cara menghardik suara-suara yang telah kita pelajari. Coba

ceritakan perbedaan minum obat secara teratur dengan yang dulu tidak

teratur? Dan jelaskan kembali pada saya cara minum obat dengan

benar. Bagus sekali bapak.

c) Kontrak

1) Topik

Baiklah bapak sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan belajar

cara ketiga dari empat cara mengendalikan suara-suara yang

muncul yaitu bercakap-cakap dengan orang lain, Apakah bersedia?

2) Tempat

“ Kita bercakap-cakap diruang Keperawatan saja ya!”.

3) Waktu

“bapak mau berapa lama kita bercakap-cakap ?”. “15 menit,

baiklah”.

2. Kerja
Begini ya pak, cara ketiga yaitu dengan bercakap-cakap, caranya adalah

jika bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja bapak cari teman

untuk diajak berbicara. Minta teman untuk berbicara dengan bapak.

contohnya begini bapak: tolong berbicara dengan saya.. saya mulai

mendengar suara-suara. Ayo kita ngobrol dengan saya! Atau bapak minta

pada ibu perawat untuk berbicara dengannya seperti “ buk tolong berbicara

dengan saya karena saya mulai mendengar suara-suara:. Coba bapak

praktekkan, bagus sekali bapak.

3. Terminasi

a) Evaluasi Subyektif

Bagaimana perasaan bapak setelah kita berlatih tentang cara

mengontrol suara-suara dengan bercakap-cakap.

b) Evaluasi Obyektif

Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara?

Coba sebutkan! Bagus sekali bapak. Mari kita masukan kedalam jadwal

kegiatan harian ya bapak.

c) Rencana Tindak Lanjut

Berapa kali bapak akan bercakap-cakap. Ya dua kali bapak. jam berapa

saja bapak? baiklah bapak jam 09:00 dan 16:00. Jangan lupa bapak

lakukan cara yang ketiga agar suara-suara yang bapak dengarkan tidak

mengganggu bapak lagi.

d) Kontrak

1) Topik

Baiklah bapak bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang


tentang manfaat bercakap-cakap dan berlatih cara keempat untuk

mengontrol suara-suara atau halusinasi bapak yaitu dengan cara

melakukan kegiatan aktivitas fisik, apakah bersedia?

2) Tempat

“ Bagaimana kalau kita bercakap-cakap ditaman ?”, setuju!”.

3) Waktu

“ mau berapa lama ? “ bagaimana kalau 10 menit saja ?”.


PERTEMUAN 4

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi

Klien sudah mengetahui tiga cara (menghardik, minum obat, dan bercakap-

cakap) yang dapat digunakan untuk memutus atatu menghilangkan

halusinasi.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

3. Tujuan Khusus

Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan.

4. Tindakan keperawatan

a) Evaluasi jadwal kegiatan harian.

b) Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan

yang mampu klien lakukan.

c) Menganjurkan klien memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan sehari-

hari klien.

B. Strategi Pelaksanaan (Sp) 4 : Mengajarkan Cara Mengontrol

Halusinasi Dengan Cara Melakukan Aktivitas

1. Orientasi

a) Salam Terapeutik

“ Selamat pagi bapak ?” masih ingat nama saya ? Bagus !

b) Evaluasi/ Validasi

Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah masih ada


halusinasinya? Apakah bapak telah melakukan tiga cara yang telah

dipelajari untuk menghilangkan suara-suara yang menganggu? Coba

saya lihat jadwal kegiatan hariannya? Bagus sekali pak, bapak minum

obatnya dengan teratur, latihan bercakap-cakap dengan teman dan

perawat juga dilakukan dengan teratur. Sekarang coba ceritakan pada

saya apakah dengan ketiga cara tadisuara-suara yang bapak dengarkan

berkurang? Bagus sekali bapak, dengan suara-suara itu sudah tidak

menganggu bapak lagi. Coba sekarang bapak praktekkan lagi

bagaimana cara menghardik suara-suara yang telah kita pelajari dan

jelaskan kembali pada saya 6 cara minum obat yang benar dan dengan

siapa bapak bisa bercakap-cakap. Bagus sekali pak, bapak sudah bisa

mempraktekkannya.

c) Kontrak

1) Topik

Baiklah bapak sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan

cara yang muncul yaitu melakukan aktivitas fisik yaitu membersih

kamar tujuannya kalau bapak sibuk maka kesempatan muncul

suara-suara akan berkurang. Apakah bersedia?

2) Tempat

“ Bagaimana kalo kita bercakap-cakap di taman saja, biar lebih

santai “.

3) Waktu

“Berapa lama kita akan bercakap-cakap ? bagaimana kalau 15

menit”
2. Kerja

Baiklah mari kita merapikan tempat tidur. Tujuan nya agar mas Joko

dapat mengalihkan suara yang didengar. Diaman kamar tidur bapak? nah

kalau kita akan merapika tempati tidur, kita pindahkan dulu bantal, guling

dan selimutnya. Bagus sekali sekarang kita pasang sepraynya lagi, kita

mulai dari arah atas.. ya sekarang bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu

bagian pinggir dimasukkan. Sekarang ambil bantal dan letakkan dibagian

atas kepala selanjutnya kita lipat dan rapikan selimutnya dan letakan

dibawah kaki. Bagus sekali pak. Bapak dapat melakukannya dengan baik

dan rapi.

3. Terminasi

a) Evaluasi Subyektif

Bagaimana perasaan bapak setelah kita membereskan tempat tidur

apakah selama kegiatan berlangsung, apakah suara-suara itu datang? O

bagus sekali bapak jadi selama latihan suara-suara itu tidak ada ya pak.

b) Evaluasi Obyektif

Nah sekarang coba ulangi langkah-langkah yang tadi telah kita lakukan!

c) Kontrak

“Bagaimana kalau kapan-kapan kita bercakap-cakap lagi dengan topik

yang lain?”

d) Rencana Tindak Lanjut

“Jangan lupa untuk melakukan aktivitas yang bapak sukai ya, agar

bapak bisa segera sembuh dari halusinasi mas ya!”. Oh ya jika ada yang

belum jelas bapak bisa tanyakan kembali pada perawat ya!.”


(Wijayaningsih, 2015)
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan

Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Iyus, Y. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT refika Aditama.

Mukhripah Damayanti, Iskandar . (2012). Asuhan Keperawatan

Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Sundeen, S. A. (1998). Keperawatan Jiwa Edisi III. Jakarta: EGC.

Wijayaningsih, K. s. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik

Keperawatan Jiwa. Jakarta Timur: TIM.

Anda mungkin juga menyukai