Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN HALUSINASI PENCIUMAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI PENCIUMAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan jiwa

DI SUSUN OLEH :

AKADEMI KEPERAWATAN YATNA YUANA LEBAK

Jln. Jenderal Sudirman Km 2 Rangkasbitung, Lebak – banten

Tahun 2021
A. Konsep Halusinasi

1. Pengertian Halusinasi

Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi

sebagai suatu tanggapan dari panca indera tanpa adanya

rangsangan (stimulus) eksternal Halusinasi merupakan

gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu

yang sebenarnya tidak terjadi. Ada lima jenis halusinasi yaitu

pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan

perabaan.Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi

yang paling banyak ditemukan terjadi pada 70% pasien,

kemudian halusinasi penglihatan 20%, dan sisanya 10%

adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan.

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa

dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi, seperti

merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,

pengecapan, perabaan, atau penghiduan, klien merasakan

stimulus yang sebetulnya tidak ada (Muhith,

2011).Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan

persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang

sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanda

ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami

suatu persepsi melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren:

persepsi palsu(Prabowo, 2014).


2. Proses Terjadinya Halusinasi

Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan

menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi

stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi.

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari

1) Faktor Biologis :

Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa (herediter), riwayat penyakit atau

trauma kepala, dan riwayat penggunaan narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).

2) Faktor Psikologis

Memiliki riwayat kegagalan yang berulang.Menjadi

korban, pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan

serta kurangnya kasih sayang dari orang-orang

disekitar atau overprotektif.

3) Sosiobudaya dan lingkungan

Sebagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga

dengan sosial ekonomi rendah, selain itu pasien

memiliki riwayat penolakan dari lingkungan pada

usia perkembangan anak, pasien halusinasi seringkali

memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta pernah


mengalami kegagalan dalam hubungan sosial

(perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.

b. Faktor Presipitasi

Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi

sensori halusinasi ditemukan adanya riwayat penyakit

infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak,

adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya

kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya

aturan atau tuntutan di keluarga atau masyarakat yang

sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar

masyarakat.

c. Stress Lingkung

Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi

terhadap stressor lingkungan untuk menentukan

terjadinya gangguan perilaku.

d. Sumber Koping

Sumber koping mempengaruhi respon

individu dalam menanggapistress(Prabowo,

2014).

e. Perilaku

Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa

curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, dan

bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak

mampu mengambil keputusan serta tidak dapat


membedakan nyata dan tidak.

f. Dimensi fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa

kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,

penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium,

intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalamwaktu

yang lama

g. Dimensi emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar

problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab

halusianasi itu terjadi, isi dari halusinasi dapat berupa

peritah memaksa dan menakutkan.Klien tidak sanggup

lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi

tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan

tersebut.

h. Dimensi intelektual

Dalam dimensi intelektual ini menerangkan

bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan

adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi

merupakan usha dari ego sendiri untuk melawan impuls

yang menekan, namun merupakan suatu hal yang

menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil

seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengotrol

semua perilaku klien.


i. Dimensi sosial

Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam

fase awal dan comforting, klien menganggap bahwa

hidup bersosialisasi dialam nyata sangat membahayakan.

Klien asyik dengan dengan halusinasinya, seolah-olah ia

merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan

interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak

didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan

kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah

halusinasiberupa ancaman, dirinya atau orang lain

individu cenderung keperawatan klien dengan

mengupayakan suatu proses interkasi yang menimbulkan

pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta

mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien

selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi

tidak berlangsung.

j. Dimensi spiritual

Secara spiritualklien halusinasi mulai dengan

kehampaan hidup, rutinitas, tidak bermakna, hilangnya

aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual

untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya

terganggu(Damaiyanti, 2012).

3. Rentang Respon Neurobiologis

Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi


awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima

melalui panca indra. Respon neurobiologis sepanjang rentang

sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat,

emosi konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon

maladaptif yang meliputi delusi, halusinasi, dan isolasi

sosial.

a. Respon adaptif

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima

norma-norma sosial budaya yang berlaku. Dengan kata

lain individu tersebut dalam batas normal jika

menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan

masalah tersebut.

Respon adaptif :

1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan

2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan

3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu

perasaan yang timbul dari pengalaman ahli

4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku

yang masih dalam batas kewajaran

5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi

dengan orang lain dan lingkungan

b. Respon psikososial meliputi :

1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang

menimbulkan gangguan.
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang

salah tentang penerapan yang benar-benar terjadi

(objek nyata) karena rangsangan panca indra

3) Emosi berlebih atau berkurang

4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku

yang melebihi batas kewajaran

5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari

interaksi dengan orang lain.

c. Respon maladapttif

Respon maladaptive adalah respon individu dalam

menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-

norma sosial budaya dan lingkungan, ada pun respon

maladaptive antara lain :

1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara

kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakinioleh

orang lain dan bertentangan dengan kenyataan

sosial

2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah

atau persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak

ada.

3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu

yang timbul dari hati.Perilaku tidak

terorganisirmerupakan sesuatu yang tidak teratur.

4) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang


dialami oleh individu dan diterima sebagai

ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu

kecelakaan yang negative mengancam

(Damaiyanti,2012).

4. Tahapan Halusinasi

Halusinasi yang dialami pasien memiliki tahapan sebagai berikut

a. Tahap I :

Halusinasi bersifat menyenangkan, tingkat ansietas pasien

sedang.Pada tahap ini halusinasi secara umum

menyenangkan.

Karakteristik :

Karakteristik tahap ini ditandai dengan adanya perasaan

bersalah dalam diri pasien dan timbul perasaan takut.Pada

tahap ini pasien mencoba menenangkan pikiran untuk

mengurangi ansietas.Individu mengetahui bahwa pikiran dan

sensori yang dialaminya dapat dikendalikan dan bisa diatasi

(non psikotik).

Perilaku yang teramati:

1) Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai

2) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

3) Respon verbal yang lambat

4) Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan.

b. Tahap II :

Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami


ansietas tingkat berat dan halusinasi bersifat menjijikkan

untuk pasien.

Karakteristik :

Pengalaman sensori yang dialami pasien bersifat menjijikkan

dan menakutkan, pasien yang mengalami halusinasi mulai

merasa kehilangan kendali, pasien berusaha untuk

menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, pasien

merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri

dari orang lain (nonpsikotik).

Perilaku yang teramati :

1) Peningkatan kerja susunan saraf otonom yang

menunjukkan timbulnya ansietasseperti peningkatan

nadi, tekanan darah dan pernafasan.

2) Kemampuan kosentrasi menyempit.

3) Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin


kehilangan kemampuan untuk membedakan antara
halusinasi dan realita.
c. Tahap III :

Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku

pasien, pasienberada pada tingkat ansietas berat.Pengalaman

sensori menjadi menguasai pasien.

Karakteristik:

Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah untuk

melawanpengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi

menguasai dirinya. Isi halusinasi dapat berupa permohonan,


individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman

tersebut berakhir (Psikotik)

Perilaku yang teramati:

1) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang

diberikan oleh halusinasinya dari pada menolak.

2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain.

3) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik,

gejala fisik dari ansietas berat seperti : berkeringat,

tremor, ketidakmampuan mengikuti petunjuk.

d. Tahap IV :

Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan

tingkat ansietasberada pada tingkat panik.Secara umum

halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan

delusi.

Karakteristik :

Pengalaman sensori menakutkan jika individu tidak

mengikuti perintah halusinasinya. Halusinasi bisa

berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak

diintervensi (psikotik).

Perilaku yang teramati :

1) Perilaku menyerang - teror seperti panik.

2) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.

3) Amuk, agitasi dan menarik diri.

4) Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek .


5) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

5. Jenis halusinasi

a. Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik)

Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-

suara terutama suara-suara orang, biasanya pasien

mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa

yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk

melakukan sesuatu.

b. Halusinasi Pengihatan (visual)

Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk

pencaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun

dan/ atau panorama yang luas dan komplesk. Bayangan

bias bisa menyenangkan atau menakutkan.

c. Halusinasi Penghidu (Olfaktori)

Gangguan stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan


adanya bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan
seperti :darah,urine atau feses. Kadang kadang tercium
bau harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor,
kejang dan dementia.
d. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)

Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara

sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh

merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati

atau orang lain.

e. Halusinasi Pengecap (Gustatorik)


Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan

sesuatu yang busuk, amis, dan menjijikkan.

f. Halusinasi sinestetik

Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan

fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau

arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

g. Halusinasi Viseral

Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya, meliputi :

1) Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya

bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasanya lagi

serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Sering

pada skizofrenia dan sindrom obus parietalis.

Misalnya sering merasa dirinya terpecah dua.

2) Derealisasi adalah suatu perasaan aneh tentang

lingkungan yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Misalnya perasaan segala suatu yang dialaminya

seperti dalam mimpi.


h. Pohon masalah pada halusinasi

Pohon masalah berdasarkan (Fitria, 2009) adalah sebagai berikut:

Effect Resiko Tinggi Prilaku Kekerasan

Core problem Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

Causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Tahap pengkajian adalah
proses pengumpulan data secara sistematis untuk menentukan status kesehatan dan
fungsional serta respons klien pada saat ini dan sebelumnya (Helidrawati, 2020)

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Restia, (2020)
1. Resiko perilaku kekerasan.
2. Gangguan sensori persepsi halusinasi
3. Isolasi sosial.
4. Harga diri rendah kronis
Pohon Masalah Teori Halusinasi Berdasarkan Diagnosa Di Atas

Resiko perilaku
kekerasan

Gangguan persepsi
sensori : halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri :


harga diri rendah

3. Analisa Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya yaitu membuat analisa data dengan
mengelompokkan masing-masing data yang digunakan untuk merumuskan masalah
keperawatan yang terjadi pada pasien halusinasi (Karuniawati, 2020).

4. Rencana Tindakan Keperawatan ( Intervensi)


Tujuan umum dilakukan tindakan keperawatan adalah mampu mengontrol halusinasi
pada klien, untuk tujuan khususnya adalah: klien dapat membina hubungan saling
percaya, dan untuk kriteria hasilnya adalah: ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan
rasa senang , ada kontal mata, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, klien
mampu mengungkapkan perasaannya dan untuk intervensinya adalah : BHSP dengan
dengan menggunakan komunikasi terapeutik, Sapa klien dengan ramah baik verbal
maupun non verbal , Perkenalkan diri dengan sopan, Tanyakan nama lengkap klien
dan nama panggilan klien yang disukai , Buat kontak interaksi yang jelas, jujur dan
tepat janji , Tunjukan sifat empati dan menerima klien (Anasari, 2020)
5. Tindakan Keperawatan ( Implementasi)
a. Bina hubungan saling percaya (BHSP)
b. Identifikasi, waktu, frekuensi, situasi, respon klien terhadap
halusinasi
c. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
d. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh
minum obat
e. Melatih klien dengan cara bercakap-cakap
f. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan
cara melaksanakan kegiatan terjadwal (Mahmudah, 2021)

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien
terhadap tindakan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua jenis yaitu:
evaluasi proses atau formatif dilakukan selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi
hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan umum
dan tujuan khusus yang telah ditentukan. Evaluasi keperawatan yang diharapkan
pada pasien yang mendapatkan asuhan keperawatan halusinasi, pasien mampu
mengenali halusinasi, klien terlatih mengontrol halusinasi, klien mampu bercakap-
cakap dengan orang lain, klien mampu beraktivitas secara terjadwal (Andri, 2019).
Identitas Klien
Inisial nama : Ny.k

Ruang Rawat : RSJ


Tahun masuk : 2020
Tanggal Pengkajian : September 2021
Umur : 22 Tahun
Agama : islam
Informan : Klien dan Status Klien

Alasan Masuk
Klien datang dengan keluhan sering mencium bau-bauan
tertentu dan menutup hidung. mencium bau-
bau seperti bau darah, feses, dan kadang-kadang bau itu menyenangkan.

Masalah keperawatan : Gangngguan Sensori Persepsi Halusinasi


penciuman(penghiduan)

Faktor Predisposisi
Klien datang di tahun 2020 dengan keluhan sering mencium bau-bauan tertentu dan
menutup hidung. mencium bau-bau seperti bau darah, feses, dan kadang-kadang bau
itu menyenangkan. Tidak ada faktor lain seperti pasien mendengar sesuatu yang aneh
membisikan telinganya atau pasien datang dengan marah-marah. Akhirnya ibu dan
adik dari klien membawa klien ke RSJ pada thn 2020. Keluarga klien tidak ada yang
pernah mengalami gangguan jiwa.
Masalah keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi penciuman (penghiduan)

TTV
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda- tanda vital,
didapatkan hasil TD : 120/80 mmHg ; N : 82x/i ; S : 36,5oC ; P
: 20x/i. Klien memiliki tinggi badan 153 cm dan berat badan 54 Kg.
Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak
ada yang cacat
b. Identitas : Klien anak ke 1 dari 2 bersaudara.
c. Peran : Klien hanya lulusan SMA yang saat ini
tidak memiliki pekerjaan
d. Ideal diri : Klien merasa malu karena klien dirawat di
RSJ dan ingin cepat pulang ke rumah.
e. Harga diri : Klien mengatakan merasa malu berada di
rumah sakit jiwa dan merasa bosan.

Masalah keperawatan: Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Hubungan social
Klien mengganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat berarti dalam
hidupnya, terutama ibu dan adiknya, Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan di
kelompok/masyarakat. Klien mengatakan tidak suka mengobrol dengan orang lain,
dan ketika di RSJ lebih suka didalam kamar saja.
Masalah keperawatan: Isolasi Sosial : Menarik Diri

Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama Islam dan yakin
dengan agamanya.
b. Kegiatan Ibadah : Klien melakukan ibadah selama
dirawat bersama-sama dengan teman yang lain yang ada
diRSJ

Status Mental
a. Penampilan pasien rapi seperti berpakaian biasa pada umum
nya.
b. Pembicaraan
Klien bicara seperti biasa namun hanya saat ditanya saja.
c. Aktivitas Motorik
Klien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari – hari.
d. Suasana perasaan
klien tidak mampu berbuat apa-apa saat perasaan hanya
mencium bau bauan .

Masalah keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Penciuman


(penghiduan)
e. Afek
Efek wajah sesuai dengan topik pembicaraan
f. Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif saat
wawancara
g. Persepsi
Klien mengatakan bahwa ia merasa sering mencium bau-bauan tertentu dan
menutup hidung. mencium bau-bau seperti bau darah, feses, dan kadang-kadang bau
itu menyenangkan.

Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : halusinasi penciuman

h. Proses Pikir
Klien mampu menjawab sesuai dengan yang ditanyakan
i. Isi pikir
Klien dapat mengontrol isi pikirnya, klien tidak mengalami gangguan isi pikir dan
tidak ada waham. Klien tidak mengalami fobia, obsesi ataupun depersonalisasi.
j. Tingkat kesadaran
Klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien mengenali waktu, orang dan tempat.
k. Memori
Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang baru terjadi.
l. Tingkat konsentrasi berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana tanpa bantuan orang lain.
Klien dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk (mampu melakukan
penilaian)
Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita, klien mengetahui bahwa dia sedang
sakit dan dirawat di rumah sakit jiwa.

Mekanisme Koping
Klien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu klien dapat berbicara baik dengan
orang lain.

Masalah Psikososial dan Lingkungan


Klien mengatakan malas ngobrol dengan orang lain karena klien selalu ingin
menyendiri
Masalah keperawatan ; isolasi sosial ; menarik diri

Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa


Klien tidak mengetahui tentang gangguan jiwa yang di alaminya dan hanya
mengetahui obat yang dikonsumsi nya membantu klien untuk bisa tidur dimalam hari
dan menghilangkan rasa bau yang dipikirkannya.
Analisa Data
No Data Masalah keperawatan

1 Gangguan persepsi sensori


DS : merasakan sesuatu melalui indera
penciumannya
: halusinasi penghiduan
(penciuman)
Klien menyatakan kesal

DO : sering mencium bau-bauan


tertentu dan menutup hidung. mencium
bau-bau seperti bau darah, feses, dan
kadang-kadang bau itu menyenangkan.

2 Ds : Isolasi Sosial : Menarik Diri


Klien mengatakan mengikuti kegiatan di
kelompok RSJ

Klien mengatakan mempunyai perasaan


malas dalam berhubungan/berinteraksi
dengan orang lain karena klien lebih suka
menyendiri.
Do :
Klien hanya menjawab pertanyaan yang
dilontarkan, pandangan kadang-kadang
tidak melihat lawan
bicara
3 Ds Gangguan konsep diri :
- Klien merasa tidak berguna harga diri rendah kronis
karena tidak dapat membantu
keluarganya
- Klien sedih berada di RSJ karena
jauh dari keluarganya
Do :

- Klien tampak murung


- Berbicara hanya ketika ditanya
nada bicara pelan

2.2 Masalah Keperawatan


Gangguan Persepsi Sensori b.d gangguan Halusinasi penghiduan
Isolasi Sosial b.d perubahan status mental
Harga Diri Rendah b.d gangguan psikiatri

Pohon Masalah

Gangguan presepsi sensori :


halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi Sensorik : Halusinasi
2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawata
n
Gangguan Klien 1. Klien mampu Sp 1 :
Persepsi dapat mengenal  Mengidentifikasi isi,
Sensori : mebina halusinasinya frekuensi, waktu
Halusinasi hubunga n 2. Klien mampu terjadi, situasi pencetus,
saling Mengontrol perasaan dan respon
percaya halusinasi halusinasi.
3. Klien mampu  Mengontrol halusinasi
mengontrol
halusinasi dengan
Sp 2 : mengontrol halusinasi
makan obat teratur
dengan makan obat teratur
4. Klien mampu
Sp 3 : mengontrol halusinasi
mengontrol

halusinasi dengan dengan bercakap-cakap dengan


bercakap-cakap orang lain
dengan orang lain Sp 4 : mengontrol halusinasi
5. Klien mampu dengan melakukan kegiatan
mengontrol terjadwal.
halusinasi dengan
melakukan kegiatan
terjadwal.
Gangguan Klien 1. Klien mampu SP 1: Mengidentifikasi
konsep diri dapat mengidentifikas kemampuan dan aspek positif
: harga diri membina i kemampuan yang dimiliki
rendah hubunga n dan aspek
saling positif yang dimiliki SP 2:
percaya 2. Klien mampu  Menilai kemampuan
menilai yang dapat digunakan
kemampuan  Menetapkan/memilih
yang dapat kegiatan sesuai
digunakan kemampuan
3. Klien mampu  Melatih kegiatan sesuai
menetapkan/me kemampuan yang
milih kegiatan dipilih
sesuai
kemampuan SP 3: Melatih kegiatan sesuai
4. Klien mampu kemampuan yang dipilih 2
melatih kegiatan
sesuai SP 4: Melatih kegiatan sesuai
kemampuan kemampuan yang dipilih 3
yang dipilih 1
5. Klien mampu
melatih kegiatan

sesuai kemampuan
yang dipilih 2
6. Klien mampu
melatih kegiatan
sesuai kemampuan
yang dipilih 3
Implementasi

Hari / Implementasi Evaluasi


Tanggal
Data S : Senang
Tgl, bln, thn
Tanda dan gejala : O:
10.30 Wib.
klien mengelu sering mencium bau - Pasien mampu
bauan seperti darah,feses,dan kadang mengenali halusinasi
bau tersebut menyenangkan. yang dialami nya; isi,
frekuensi, watu
Diagnosa Keperawatan terjadi, sruasi
Gangguan persepsi sensori : pencetus,perasaan, respon
halusinasi penciuman dengan
mandiri
Tindakan Keperawatan Sp1
halusinasi - Pasien mampu
- Melatih pasien Mengontrol
mengidentifikasi halusinasinya; isi, halusinasinya dengan
frekuensi, watu terjadi, sruasi cara menghardik
pencetus, perasaan dan respon dengan bantuan
halusinasi
A : Halusinasi (+)
- Mengontrol halusinasi P :
dengan cara menghardik - Latihan
mengidentifikasi
RTL halusinasinya; isi,
Sp2 : mengontrol halusinasi dengan frekuensi, watu
cara minum obat terjadi, sruasi
Sp3 : mengontrol halusinasi dengan pencetus, perasaan dan
cara bercakap – cakap
respon halusinasi 3x/hari
Latihan menghardik
halusinasi 3x/ hari
Data S : Klien Senang dan
Tgl, bln, thn
Tanda dan gejala : Tanda dan Antusias
11.30 WIB.
gejala :klien mengeluh merasa sering O:
mencium bau bauan - klien mampu
mengontrol halusinasi
Diagnosa keperawatan dengan minum obat
Gangguan persepsi sensori : secara teratur dengan
Halusinasi penciuman bantuan pengawas
- Klien mampu
Tindakan keperawatan melakukan
Sp2 : Memberikan informasi tentang komunikasi secara
cara pengunaan obat minum obat verbal : asertif/bicara
Sp3 : memberikan informasi dampak baik-baik dengan
positif mengontol halusinasi dengan motivasi.
cara bercakap – cakap
RTL : A :: Risiko Perilaku
Sp4 : Mengontrol halusinasi dengan Kekerasan (+).
cara melakukan aktivitas

P:
- Latihan
mengidentifikasi
halusinasinya; isi,
frekuensi, watu
terjadi, sruasi
pencetus, perasaan dan
respon halusinasi 3x/hari
- Latihan menghardik
halusinasi 3x/ hari
- Latihan minum obat
dengan prinsip 6
benar 2x/ hari
- Latihan komunikasi
secara verbal :
asertif/bicara baik-
baik 3x/ hari.

Data S : Senang
Tgl, bln, thn
- Klien tampak murung O:
10.30 Wib.
- Berbicara hanya ketika ditanya - Pasien mampu
- Nada bicara pelan mengenali
Mengidentifikasi
2. Diagnosa Keperawatan Gangguan kemampuan dan
konsep diri : Harga Diri Rendah aspek positif yang dimiliki
pasien
3. Tindakan Keperawatan
Sp1 A : harga diri rendah (+)
- Mengidentifikasi kemampuan dan P :
aspek positif yang dimiliki pasien Latihan mengidentifikasi
4. RTL kemampuan dan aspek
Sp2 : - menilai kemampuan yang positif yang dimiliki
pasien harga diri rendah
3x/hari
dapat digunakan
- Menetapkan/memilih
kegiatan sesuai kemampuan
- Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 1
Sp3 : Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 2

1. Data S : Klien Senang dan


Tgl, bln, thn
Tanda dan gejala : Antusias
11.30 Wib
- Klien tampak murung O:
- Berbicara hanya ketika ditanya - klien mampu menilai
- Nada bicara pelan kemampuan yang
dapat digunakan
2. Diagnosa keperawatan - Klien mampu
-Harga diri rendah menetapkan/memilih
kegiatan sesuai
3. Tindakan keperawatan kemampuan
Sp2 : - menilai kemampuan yang
dapat digunakan A :: harga diri rendah
- Menetapkan/memilih (+).
kegiatan sesuai kemampuan
- Melatih kegiatan sesuai P :
kemampuan yang dipilih 1 - Latihan identifikasi
Sp3 : Melatih kegiatan sesuai kemampuan dan
kemampuan yang dipilih 2 aspek positif yang
RTL : dimiliki pasien harga
Sp4 : melatih kegiatan sesuai diri rendah 3x/hari
kemampuan yang dipilih 3 - Latihan
menetapkan/memilih
kegiatan sesuai
kemampuan 3x/ hari
- Latihan kegiatan
sesuai kemampuan
yang dipilih 1 3x/hari
- Latihan kegiatan
sesuai kemampuan
yang dipilih 2 3x/
hari.
- Latihan kegiatan
sesuai kemampuan
yang dipilih 3 3x/hari

DAFTAR PUSTAKA

http://https://osf.io/54sv3/download

http://http://repository.wima.ac.id/7701/2/BAB%201.pdf

http://repository.poltekkes-tkj.ac.id

Anda mungkin juga menyukai