LAPORAN PENDAHULUAN
D. Etiologi
Ada dua faktor yang menyebabkan halusinasi yaitu :
a. Faktor Predisposisi
Faktor perkembangan yaitu tugas perkembangan klien terganggu
misalnya rendahnya kontrol dan dan kehangatan keluarga menyebabkan
klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri
dan lebih rentan terhadap stress.
Faktor sosiokultural yaitu seseorang yanng merasa tidak diterima
lingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak
percaya pada lingkungannya.
Faktor biologis mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam
tubuh akan dihasilkan suatu zat yang yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak.
Faktor psikologis yaitu tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung
jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adikitif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan
yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat
dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
Faktor genetik dan pola asuh, penelitian menunjukkanbahwa anak
sehat yang diasuh oleh orang tua schizofrenia cenderung mengalami
skizofrenia.hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor presipitasi
Perilaku adalah respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku menarik
diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak
dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut rawlins dan
heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinaasi berlandaskan
atas hakikat keberadaaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun
atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual. Sehingga halusinasi dapat
dilihat dari lima dimensi yaitu: dimensi fisik, emosional, intelektual, sosial
dan spiritual.
G. Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada
pengendalian stres, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung
dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan untuk melindungi diri.
H. Tahapan halusinasi
Tahap 1 (Non-psikotik)
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien,
tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi
merupakanhal yang menyenangkan bagi klien.
Karakteristik:
a. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan.
b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan
kecemasan.
c. Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol kesadaran.
Perilaku yang muncul:
a. Tersenyum atau tertawa sendiri.
b. Menggerakkan bibir tanpa suara.
c. Pergerakan mata yang cepat.
d. Respons verbal lambat, diam, dan berkosentrasi.
Tahap 2 (Non-psikotik)
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami
tingkat kecemasan berat. Secara umum halusinasi yang ada dapat
menyebabkan antipati.
Karakteristik:
b. Pengalaman sensori menkutkan atau merasa dilecehkan oleh
pengalamn tersebut.
c. Mulai merasa kehilangan kontrol.
d. Menarik diri dari orang lain.
Perilaku yang muncul:
a. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah.
b. Perhatian terhadap lingkungan menurun.
c. Konsentrasi terhadap pengalaman sensoripun menurun.
d. Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan
realia.
Tahap 3 (psikotik)
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan
berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi.
Karakteristik:
a. Klien menyerah dam menerima pengalaman sensorinya.
b. Isi halusinasi menjadi atraktif
c. Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir.
Perilaku yang muncul:
a. Klien menuruti perintah halusinasi.
b. Sulit berhubungan dengan orang lain.
c. Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat.
d. Tidak mampu tremor dan berkeringat.
Tahap 4 (psikotik)
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat
panik.
Perilaku yang muncul:
a. Risiko tinggi mencederai.
b. Agitasi/kataton.
c. Tidak mampu merespons rangsangan yang ada.
Timbulya perubahan persepsi sensoro halusinasi biasanya diawali dengan
seseorang yang manarik diri dari lingkungannya karena orang tersebut
menilai dirinya rendah. Bila klien mengalami halusinasi dengar dan lihat
atau salah satunya yang menyuruh pada kejelekan, maka akan berisiko
terhadap perilaku kekerasan.
Defisit Intoleransi
Perawatan Diri PSP Halusinasi Pendengaran Aktivitas