Anda di halaman 1dari 10

PRASEJARAH MANUSIA PURBA

M. Nasrul Ikhwan

Pra-sejarah adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di saat
catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Tidak jauh berbeda dengan istilah
praaksara yang berasal dari gabungan kata, yaitu pra dan aksara. Pra artinya
sebelum dan aksara berarti tulisan. Dengan demikian, yang dimaksud masa
praaksara adalah masa sebelum manusia mengenal bentuk tulisan. Masa pra-
sejarah dan pra-aksara disebut juga dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan
leka artinya tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan.

Periodisasi Zaman Pra Sejarah Indonesia


Dalam sejarah, waktu merupakan unsur yang sangat esensial, sehingga
pembagian waktu berdasarkan periodisasi merupakan pilihan yang sangat
baik. Dengan demikian diharapkan uraian tentang kejadian dan peristiwa
dalam sejarah dapat lebih bersifat kronologis. Sekitar tahun 1836 seorang ahli
sejarah dari Denmark C. J. Thomsen mengemukakan periodisasi zaman pra-
sejarah/pra-aksara. Ia membagi zaman pra-sejarah/pra-aksara menjadi 3
zaman yaitu: zaman batu, zaman perunggu dan zaman besi. Konsep ini
bertahan lama di Eropa Barat dan terkenal dengan sebutan three age system.
Konsep yang dikemukakan oleh Thomsen ini menitikberatkan pada
pendekatan yang bersifat teknis yang didasarkan pada penemuan atas alat-
alat yang ditinggalkan. Jadi yang dimaksud zaman batu adalah zaman dimana
peralatan manusia dibuat dari batu, zaman perunggu berciri khas peralatan
manusia dibuat dari perunggu, sedangkan zaman besi adalah zaman dimana
peralatan manusia pra-aksara dibuat dari besi.

Konsep periodisasi zaman pra-sejarah/pra-aksara Indonesia juga


terpengaruh oleh Pendekatan Model Thonsen ini. Pakar sejarah dari
Indonesia R. Soekmono membagi zaman pra-sejarah Indonesia menjadi dua
zaman yaitu zaman batu (meliputi Palaeolithikum, Mesolithikum, Neolithikum
dan Megalithicum) dan zaman logam (meliputi zaman Tembaga, Perunggu dan
Besi). Periodisasi zaman pra-sejarah/pra-aksara Indonesia memasuki tahap baru
ketika pada sekitar tahun 1970 seorang ahli sejarah R.P. Soedjono
menggunakan pendekatan sosial ekonomis untuk membat periodisasi zaman pra-
sejarah/praaksara Indonesia.

Dengan pendekatan baru ini maka zaman pra-sejarah/pra-aksara

Indonesia dibagi menjadi 3 zaman yaitu :

a). Zaman berburu dan mengumpulkan makanan

b). Zaman pertanian/bercocok tanam

c). Zaman perundagian (kemampuan teknik)

Versi lainnya, zaman pra-aksara di Indonesia dibagi menjadi 2 (dua), yaitu


: (1) zaman batu, dan (2) zaman logam. Pembagian itu didasarkan pada alat-alat
atau hasil kebudayaan yang mereka ciptakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
dan kehidupannya. Disebut zaman batu karena hasil-hasil kebudayaan pada masa
itu sebagian besar terbuat dari batu, mulai dari yang sedernaha dan kasar sampai
pada yang baik dan halus. Perbedaan itu merupakan gambaran usia peralatan
tersebut. Semakin sederhana dan kasar, maka peralatan itu dikatakan berasal
dari zaman yang lebih tua, dan sebaliknya. Zaman batu sendiri dibedakan menjadi
3 (tiga), yaitu: (1) zaman batu tua (paleolitikum), (2) zaman batu tengah
(mesolitikum), dan (3) zaman batu muda (neolitikum). Di samping ketiga zaman
batu itu, juga dikenal zaman batu besar (megalitikum). Sementara zaman logam:
(1) zaman tembaga, (2) zaman perunggu dan (3) zaman besi. Meskipun masing-
masing zaman memiliki karakter dan ciri-ciri khusus, namun tidak berarti
dengan bergantinya zaman, karakter pada zaman sebelumya sama sekali hilang.
Jadi pada zaman pertanian misalnya masyarakat sama sekali tidak meninggalkan
tradisi pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan. Kadangkadang
masyarakat masih berburu untuk mendapatkan tambahan makanan. Tampaknya
model pendekatan social ekonomis inilah yang sekarang dipergunakan untuk
membuat periodisasi zaman pra-sejarah/pra-aksara Indonesia.
Pengertian Manusia Purba

Manusia purba sering disebut dengan manusia prasejarah atau manusia yang
hidup sebelum tulisan ditemukan. Manusia purba yang paling tertua di dunia
diperkirakan berumur lebih dari 4 juta tahun yang lalu. Maka dari itu, para ahli
sejarah menyebutnya sebagai Prehistoric People atau manusia prasejarah.
Manusia purba banyak ditemukan diberbagai bagian dunia, tapi lebih banyak
ditemukan di negara Indonesia. Fosil-fosil yang ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia, salah satunya ada yang sudah berumur jutaan tahun yang lalu. Untuk
mengetahui keberadaan kehidupan manusia purba lebih dalam. Anda bisa melihat
sisa-sisa tulang manusia, hewan, dan tumbuhan, yang sudah menjadi batu atau
jadi fosil. Atau bisa melewati peninggalan-peninggalan peralatan yang digunakan
oleh manusia purba. Seperti, peralatan rumah tangga, senjata, bangunan, atau
perhiasan.

Penelitian manusia purba di Indonesia

 Eugena Dobois,

Dia adalah yang pertama kali tertarik meneliti manusia purba di Indonesia setelah
mendapat kiriman sebuah tengkorak dari B.D Von Reitschoten yang menemukan
tengkorak di Wajak, Tulung Agung.

 Fosil itu dinamai Homo Wajakensis, termasuk dalam jenis Homo Sapien (manusia
yang sudah berpikir maju)
 Fosil lain yang ditemukan adalah :

Pithecanthropus Erectus (phitecos = kera, Antropus Manusia,  Erectus berjalan


tegak) ditemukan di daerah Trinil, pinggir Bengawan Solo, dekat Ngawi, tahun
1891. Penemuan ini sangat mnggemparkan dunia ilmu pengetahuan.

G.H.R Von Koeningswald

Hasil penemuannya adalah : Fosil tengkorak di Ngandong, Blora. Tahun 1936,


ditemukan tengkorak anak di Perning, Mojokerto. Tahun 1937 – 1941 ditemukan
tengkorak tulang dan rahang Homo Erectus dan Meganthropus Paleojavanicus di
Sangiran, Solo. Penemuan lain tentang manusia Purba : Ditemukan tengkorak,
rahang, tulang pinggul dan tulang paha manusia Meganthropus, Homo Erectus
dan Homo Sapien di lokasi Sangiran, Sambung Macan (Sragen),Trinil, Ngandong
dan Patiayam (kudus).

DR. T. Jacob

Penelitian tentang manusia Purba oleh bangsa Indonesia dimulai pada tahun 1952
yang dipimpin oleh Prof. DR. T. Jacob dari UGM, di daerah Sangiran dan
sepanjang aliran Bengawan Solo.
Jenis Dan Ciri Manusia Purba Indonesia

Di indonesia penelitian tentang manusia purba sudah lama dilakukan, yaitu sejak
abad ke-18 M. Penelitian manusia purba di Indonesia dipelapori oleh Eugene
Dubois, beliau adalah seorang dokter dari Belanda. Penelitian tersebut dilakukan
untuk mengetahui jenis-jenis manusia purba yang ada di Indonesia. Hal itu
dibuktikan dengan penemuan-penemuan fosil yang ditemukan di daerah Solo,
Pacitan, Ngandong, Mojokerto, Sangiran, dan masih banyak lagi. Setelah
melakukan banyak penelitian mengenai manusia purba yang berada diberbagai
daerah di Indonesia. Para Ahli kemudian membagi manusia purba di Indonesia
menjadi tiga jenis. Yaitu, Meganthropus (Manusia besar), Pithecanthropus
(Manusia kera yang berjalan tegak), dan Homo (Manusia yang berpikir).

Para ilmuwan sejarah di seluruh belahan dunia, sebagian besar menganut teori
evolusi kera. Atau yang lebih dikenal dengan teori Australopithecus yang sudah
punah sebagai ras nenek moyang manusia. Sebenarnya teori tersebut terjadi
banyak perbedaan yang sangat signifikan. Serta jauh sekali, tidak ada
hubungannya antara manusia dan kera. Perbedaan tersebut tidak bisa dijelaskan
oleh penganut teori Australopithecus, dengan peristiwa yang hilang atau lebih
dikenal dengan sebutan missing link.

Manusia Purba Meganthropus Palaeojavanicus

Manusi purba Meganthropus Palaejavanicus adalah manusia purba yang paling


besar dan tertua di Indonesia. Manusia purba ini ditemukan oleh seorang arkeolog
dari Belanda yang bernama Van Koenigswald. Ia merupakan orang yang pertama
kali menemukan fosil di daerah Sangiran pada tahun 1936. Meganthropus
Palaeojavani memiliki arti manusia besar tua yang berasal dari Jawa. Ini unsur-
unsur namanya yang terdiri dari kata megan berarti besar, anthropus = manusia,
paleo = tua, dan javanicus = berasal dari Jawa. Diperkirakan Meganthropus
Palaeojavanicus hidup sejak 1 juta sampai 2 juta tahun yang lalu. Hal tersebut
dibuktikan dari fosil yang ditemukan tekniknya dengan peluruhan karbon. Maka
dari itu, usia dari fosil tersebut dapat diketahui.
Berikut ini adalah ciri-ciri manusia purba jenis Meganthropus Palaeojavanicus :

 Memiliki tulang pipi yang sangat tebal


 Memiliki otot rahang yang kuat sekali
 Tidak memiliki dagu dan memiliki hidung yang lebar
 Memiliki tonjolan belakang yang tajam dan melintang sepanjang pelipis
 Memiliki tulang kening menonjol dan mempunyai otot kunyah, gigi, serta rahang
yang besar kuat
 Memiliki tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
 Berbadan tegap dan volume otok 900cc
 Makanannya jenis tumbuh-tumbuhan

Manusia Purba Pithecanthropus Erectus

Pithecanthropus merupakan manusia purba yang fosilnya banyak ditemukan di


Indonesia. Di Indonesia sendiri, ada tiga jenis manusia purba ini dan yang sudah
ditemukan. Diantaranya adalah Pithecanthrophus Erectus, Pithecanthrophus
Mojokertensis, dan Pithecanthropus Soloensis.

Manusia purba ini diperkirakan hidup di Indonesia sejak satu sampai dua juta
tahun yang lalu. Pithecanthropus Erectus ditemukan oleh seorang dokter dari
Belanda yaitu Eugene Dubois.

Pada awalnya dia mengadakan penelitian di Sumatera Barat, tetapi tidak


menemukan fosil disana. Kemudia dia berpindah ke pulau Jawa, ia pujn berhasil
menemukan fosil Pithecanthrophus Erectus di desa Trinil, Kabupaten Ngawi,
Jawa Timur pada tahun 1891.

Fosil yang ditemukan pada saat itu adalah berupa tulang rahang atas, tulang kaki,
dan tengkorak. Fosil tersebut ditemukan pada masa kala Pleistosen tengah.
Pithecanthrophus Erectus hidup dengan cara berburu hewan-hewan. Kemudian
mereka mengumpulkan makanan dan hidup secara nomaden atau berpindah-
pindah tempat. Untuk mencari sumber bahan makanan dari satu tempat ke tempat
lain.

Berikut ini adalah ciri-ciri manusia purba Pithecanthrophus Erectus :

 Memiliki Volume otaknya sekitar 750 – 1350 cc.


 Memiliki tinggi badan sekitar 165 – 180 cm.
 Memiliki postur tubuh yang tegap tetapi tidak setegap meganthropus.
 Mempunyai gigi geraham yang besar dengan rahang yang sangat kuat.
 Mempunyai hidung yang tebal.
 Memilik tonjolan kening yang tebal dan melintang di dahi.
 Memiliki wajah menonjol ke depan serta dahinya miring ke belakang.
 Pada bagian belakang kepala terlihat menonjol
 Memiliki alat pengunyah dan alat tengkuk yang sangat kuat.

Manusia Purba Homo Wajakensis

Pada tahun 1889 Fosil dari Manusia Purba Homo Wajakensisi telah ditemukan di
Wilayah Wajak. Lebih lengkapnya di dekat Campur Darat, Tulungagung, Jawa
Timur dan ditemukan oleh Eugene Dubois. Hasil dari penemuan tersebut, berupa
tulang paha, rahang atas dan bawah, tulang kering. Dan fragmen tengkorak yang
mempunyai volume sekitar 1.600 cc. Dalam penelitian diperkirakan manusia
purba jenis ini sudah dapat membuat peralatan yang terbuat dari batu dan tulang.
Serta sudah mengerti caranya untuk memasak.Dibawah ini adalah ciri-ciri
manusia purba Homo Wajakensis, sebagai berikut :Memiliki muka datar dan lebar

 Memiliki hidung lebar dan bagian mulut menonjol


 Dahinya sedikit miring dan diatas mata terdapat kerutan dahi yang nyata
 Pipinya menonjol ke samping
 Berat badan sekitar 30 – 150 kg
 Tinggi badan sekitar 130 -210 cm
 Jarak antara hidung dan mulut masih jauh
 Berdiri dan berjalan sudah tegak

Manusia Purba Pithecanthropus Soloensisi

Pithecanthropus Soloensisi merupakan salah satu jenis manusia purba yang


ditemukan di Indonesia. Fosil-fosil manusia purba ini dapat ditemukan di wilayah
sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pithecanthropus Soloensis ditemukan oleh
sejarawan, yaitu Oppenort, Ter Harr, dan G.H.R. Koenigswald di wilayah
Ngandong, Jawa Tengah. Pithecantropus Soloensis adalah salah satu manusia
purba khas Indonesia. Yang memiliki beberapa ciri khusus yang tidak dimiliki
oleh semua manusia purba pada umumnya. Berikut ini ciri dari pithecantropus
soloensis.

 Makanannya berupa hewan buruan dan tumbuhan


 Mempunyai gigi geraham yang besar dan rahang yang kuat
 Bentuk hidung lebar dan tidak berdagu
 Terdapat tonjolan pada kening tebal dan melintang di sepanjang pelipis
 Volume otak sekitar 750-1350 cc
 Berbadan tegap
 Tinggi tubuh sekitar 165-180 cm.

Manusia Purba Homo Floresiensis

Homo Floresiensis adalah termasuk salah satu dari manusia purba yang berjenis
Homo di Indonesia. Manusia purba ini ditemukan saat penggalian di Liang Bua,
di Pulau Flores oleh tim arkeolog gabungan. Yang terdiri dari Pusilitbang
Arkeolog Nasional, Indonesia dan Unikversity of New England. Homo
Floresiensis biasanya disebut disebut dengan manusia kerdil. Manusia purba ini
diperkirakan hidup sekitar 12.000 tahun yang lalu. Pada saat ditemukan oleh tim
gabungan dari Pusilitbang Arkeolog Nasional, Indonesia dan Unikversity of New
England, Australia pada tahun 2003. Kerangka dari manusia purba ini belum
membatu atau belum menjadi fosil. Selain kerangka Homo Floresiensis, juga
ditemukan kerangka homo sapiens dan berbagai hewan mamalia lainnya. Seperti
Gajah Stegodo, Biawak, dan Tikus besar. Dan alat-alat batu seperti pisau, tulang
yang terbakar, arang, beliung dan mata panah. Seorang Ahli yang menemukan
kerangka ini menyatakan dugaannya bahwa Homo Floresiensis ini hidup
berdampingan. Atau hidup bersama dengan jenis spesies manusia purba Homo
Sapiens, dan manusia modern lainnya.

Berikut ini ciri-ciri manusia purba Homo Floresiensis :

 Kepala dan badan memliki ukuran yang kecil


 Ukurab bentuk otak yang sangat kecil
 Volume otak 380 cc
 Mempunyai rahang yang menonjol atau berdahi sempit
 Berat badan sekitar 25 kg
 Tinggi badan diperkirakan sekitar 1,06 m
DAFTAR PUSTAKA

R. Sukmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I, (Jakarta: Kanisius,


1990), hlm.1

Al Anshori, Junaedi, Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah Sampai


Masa Proklamasi Kemerdekaan, (Jakarta: PT Mitra Aksara Panaitan, 2010);
Graham Connah,.

RP. Soedjono, (ed.), Sejarah Nasional Indonesia I, (4th edn) (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990), hlm.1-10.

https://www.gurupendidikan.co.id/manusia-purba/

Anda mungkin juga menyukai