Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN KRITIS

PERAWATAN PASIEN YANG TERPASANG ENDOTRACHEAL TUBE

Dosen Pembimbing :- Ns. Seven Sitorus, M.Kep.Sp.KMB


- Ns. Anastasia, M.Kep.sp.KMB

Disusun Oleh :
Kelompok 2 :

Herlinda Ratna Nirmala (1032181012)


Olandina Monteiro Borges D.C (1032181014)
Subhan Dzuama (1032181015)
Tri Septi Hameliyah (1032181016)
Andini Amalia Firdaus (1032181017)
Cindy Anggraeni Paramitha (1032181019)
Latifah Khairunisa (1032181021)
Kristina Pasaribu (1032161032)
Novelia Simatupang (1033201002)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulisan makalah yang dapat diselesaikan dengan judul “PERAWATAN PASIEN YANG
TERPASANG ENDOTRACHEAL TUBE”. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terimakasih.

Jakarta, 16 November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2.1 Pengertian Perawatan Endo Tracheal Tube (ETT)....................................................6
2.2 Indikasi dan Kontraindikasi.........................................................................................6
2.3 Konsep Fisiologi Tindakan Tehadap Tubuh...............................................................6
2.4 Tujuan Perawatan ETT.................................................................................................7
2.5 Prinsip / hal lain untuk tindakan tersebut Perawatan intubasi :..............................7
2.6 Standar Operasional Prosedur Perawatan ETT ……………………………………8
BAB III......................................................................................................................................8
KESIMPULAN.........................................................................................................................8
31. Kesimpulan.....................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Intubasi endotrakeal merupakan "gold standard" untuk penanganan jalan

nafas. Prosedur ini dapat dilakukan pada sejumlah kasus pasien yang mengalami

penyumbatan jalan nafas, kehilangan reflek proteksi, menjaga paru-paru dari sekret

agar tidak terjadi aspirasi dan pada segala jenis gagal nafas (Marino, 1998; Nicholson

and O'Brien, 2007). Intubasi endotrakeal dapat dilakukan melalui hidung ataupun

mulut. Masing-masing cara memberikan keuntungan tersendiri sebagai contoh bahwa

melalui nasal lebih baik dilakukan pada pasien yang masih sadar dan kooperatif,

sedangkan melalui oral dilakukan pada pasien yang mengalami koma, tidak

kooperatif dan ketika kegawatan intubasi dibutuhkan pada pasien yang mengalami

cardic arrest (Marino, 1998; Nicholson and O'Brien, 2007).

Intubasi endotrakeal mencakup memasukkan selang endotrakeal melalui mulut

atau hidung ke dalam trakea. Intubasi memberikan jalan nafas yang paten saat pasien

mempunyai gawat nafas yang tidak dapat diatasi dengan metode yang lebih

sederhana. Intubasi endotrakeal adalah cara pemberian jalan nafas bagi pasien yang

tidak dapat mempertahankan sendiri jalan nafas yang adekuat (pasien koma, yang

menderita obstruksi jalan nafas), untuk ventilasi mekanis, dan untuk pengisapan

sekresi dari bronkial.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Perawatan dari Endo Tracheal Tube (ETT)?


2. Indikasi dan Kontraindikasi
3. Konsep Fisiologi Tindakan Terhadap Tubuh
4. Tujuan Perawatan ETT
5. Prinsip/hal lain untuk tindakan perawatan ETT

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Perawatan dari Endo Tracheal Tube (ETT)


2. Untuk mengetahui Indikasi dan Kontraindikasi
3. Untuk mengetahui Konsep Fisiologi Tindakan Terhadap Tubuh
4. Untuk mengetahui Tujuan Perawatan ETT
5. Untuk mengetahui Prinsip/hal lain untuk tindakan perawatan ETT

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perawatan Endo Tracheal Tube (ETT)


Perawatan Endotracheal tube adalah perawatan rutin yang membutuhkan perawatan
posisi dari selang yang benar dan memelihara hygiene dengan baik pada pasien yang
terpasang endotracheal tube. Organ-organ yang terlibat dalam tindakan : organ-organ
yang terlibat dalam tindakan perawatan pasien tersebut antara lain mulut, orofaring dan
trachea.

2.2 Indikasi dan Kontraindikasi


1. Indikasi : Pasien yang terpasang endotracheal tube.
2. Kontraindikasi : Tidak terdapat kontra indikasi yang absolute pada perawatan
pasien yang terpasang endotracheal tube.

2.3 Konsep Fisiologi Tindakan Tehadap Tubuh


Suatu selang endotrakeal biasanya dimasukkan dengan bantuan laringoskop oleh
tenaga medis, keperawatan, atau terapi pernafasan yang secara khusus dilatih dalam
teknik ini. Bila selang telah dipasang, cuff di sekeliling selang dikembangkan untuk
mencegah kebocoran udara sekitar bagian selang dan untuk meminimalkan kemungkinan
akibat aspirasi dan mencegah gerakan selang.
Hampir semua ETT memiliki cuff berupa balon yang bisa dikembangkan dari luar
menggunakan spuit kecuali ETT bayi, tekanan balon pada dinding trakea dapat
menyebabkan hipoksi epitel mukosa trakea. Epitel ini mudah terinfeksi hingga terjadi
erosi mukosa trakea.
Di samping efek pada pangkal lidah, laring dan trachea, pemasangan ETT juga
meniadakan proses pemanasan dan pelembaban udara inspirasi kecuali pasien dipasang
ventilasi mekanik dengan humidifikasi yang baik. Perubahan ini menyebabkan gagalnya
silia mukosa bronkus mengeluarkan partikel-partikel tertentu dari paru. Discharge trakea
berkurang dan menjadi kental, akhirnya terjadi metaplasia skuamosa pada epitel trakea.
Penumpukan sekresi mucus dapat terjadi pada jalan nafas setelah terpasangnya ETT.
jika tidak mendapat perhatian, maka akan dapat menyumbat bersihan jalan nafas
kemudian berpengaruh pada pola nafas pasien. Nafas pasien terdengar stridor dan

6
dispneu. Oleh karena itu persiapan alat penghisap atau suction sangat dibutuhkan pada
permasalahan tersebut.
Pengisapan sekresi endotrakeal dilakukan melalui selang. Oksigen yang dihangatkan,
dilembabkan harus selalu dimasukkan melalui selang, apakah pasien bernafas secara
spontan maupun dalam ventilator. Intubasi endotrakeal dapat digunakan sampai 3
minggu, yang pada waktu tersebut trakeostomi harus dianggap dapat menurunkan iritasi
dan trauma pada lapisan trakea, untuk mengurangi angka kejadian paralisis pita suara
(sekunder terhadap kerusakan saraf laring), dan untuk mengurangi ruang rugi mekanis.
Kerugian yang terdapat pada selang endotrakeal atau trakeostomi sama halnya seperti
kerugian yang terdapat pada modalitas pengobatan lainnya. Satu yang paling nyata
adalah, bahwa selang menyebabkan rasa tidak nyaman. Selain itu, refleks batuk ditekan
karena penutupan glotis dihambat. Sekresi cenderung untuk lebih mengental karena efek
penghangatan dan pelembaban saluran pernafasan atas telah dipintas. Refleks-refleks
menelan, yang terdiri atas refleks glotis, faring, dan laring tertekan karena tidak
digunakan dalam waktu lama dan trauma mekanis akibat selang endotrakeal atau
trakeostomi, yang membuat klien semakin berisiko aspirasi. Ulserasi dan striktur laring
atau trakea dapat terjadi. Kekhawatiran pasien yang paling besar adalah ketidakmampuan
untuk berbicara dan mengkomunikasikan kebutuhan.

2.4 Tujuan Perawatan ETT


1. Mencegah masuknya bakteri dalam saluran nafas (ETT merupakan benda asing
dalam tubuh pasien sehingga sering menjadi tempat ditemukan berbagai koloni
bakteri, yang sering ialah Pseudomonas aeruginosa dan kokus gram positif.)
2. Mencegah penekanan pada salah satu sisi bibir pasien sehingga bisa menyebabkan
luka/nekrotik sebagai penyebab masuknya kuman ke dalam tubuh pasien.
Mengingat besarnya pengaruh tidak baik pemasangan ETT terhadap tubuh pasien maka
diperlukan perawatan ETT yaitu :

1. Fiksasi harus baik, plester jangan terlalu tegang.


2. Pipa ET sebaiknya ditandai pada ujung mulut tercabut.
3. Pantau tekanan balon, jangan lebih dari 30 cm H2O.
4. Jaga patensi jalan napas dengan humidifikasi yang atau hidung sehingga bisa untuk
mengetahui secara dini pipa kedalaman atau baik dan adekuat udara inspirasi.

7
5. Lakukan penghisapan lendir jika berlebih dan jika diperlukan lakukan bronchiale
toilet untuk mencegah penumpukan slym.
6. Reposisi atau pindah-pindahkan penempatan pipa ET dari satu sisi mulut pasien ke
sisi lainnya sesuai kebutuhan.

2.5 Prinsip / hal lain untuk tindakan tersebut Perawatan intubasi :


1. Fiksasi harus baik
2. Gunakan oropharing air way (guedel) pada pasien yang tidak kooperatif
3. Hati-hati pada waktu mengganti posisi pasien.
4. Jaga kebersihan mulut dan hidung
5. Jaga patensi jalan napas
6. Humidifikasi yang adekuat
7. Pantau tekanan balon
8. Observasi tanda-tanda vital dan suara paru-paru
9. Lakukan fisioterapi napas tiap 4 jam
10. Lakukan suction setiap fisioterapi napas dan sewaktu-waktu bila ada suara
lender
11. Yakinkan bahwa posisi konektor dalam kondisi baik
12. Cek blood gas untuk mengetahui perkembangan.
13. Lakukan foto thorax segera setelah intubasi dan dalam waktu-waktu tertentu.
14. Observasi terjadinya empisema kutis
15. Air dalam water trap harus sering terbuang
16. Pipa endotracheal tube ditandai diujung mulut / hidung.

2.1.6 Standar Operasional Prosedur Perawatan ETT


1. Persiapan Alat
a. Suction
b. Kateter penghisap dengan ukuran yang sesuai
c. Kom steril
d. Handuk
e. Perlak karet
f. Sarung tangan
g. Ambu bag dengan penghubung ke sumber oksigen

8
h. Pester adhesive / tahan air
i. Gunting
j. Hydrogen peroksida
k. Sikat pembersih jalan udara mulut
2. Persiapan Lingkungan
a. Ciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman serta kooperatit
b. Siapkan sampiran atau sketsel
3. Persiapan Pasien
a. Informasikan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Posisikan klien terlentang, atau miring pada pasien tidak sadar.
c. Pastikan pasien dalam keadaan aman untuk dilakukan tindakan

Hal yang perlu dikaji sebelum tindakan


 Kaji tanda-tanda vital
 Kaji adanya suara stridor pada pasien dan adanya secret yang menyumbat
jalan nafas
 Kaji sumber oksigen atau ventilator
 Kaji tekanan pada balon
 Kaji adanya lecet ataupun nekrosis pada mulut atau mukosa membrane
 Kaji letak ET tube dari rontgen dada
4. Prosedur Kerja
1) Cuci tangan 6 langkah
2) Ucapkan salam kepada pasien dan atau keluarga
3) Perkenalkan diri dokter/perawat/bidan dengan menyebutkan nama.
4) Lakukan identifikasi pasien dengan menanyakan dua identitas yaitu nama
dan tanggal lahir kemudian dicocokkan dengan gelang identitas pasien dan
nomor rekam medis.
5) Berikan penjelasan terkait tujuan, prosedur, lama kegiatan dan efek
samping
serta hal-hal yang harus diwaspadai kepada pasien/ keluarga pasien
6) Berikan kesempatan pasien dan atau keluarga bertanya terkait prosedur
tindakan yang akan dilakukan.
7) Sediakan privasi bagi pasien : tutup sampiran

9
8) Atur posisi pasien
9) Kaji status pernafasan klien termasuk kebutuhan aka penghisapan dan
perawatan endotracheal
10) Dekatkan alat ke pasien
11) Cuci tangan 6 langkah dan gunakan handscoon
12) Bentangkan handuk diatas dada pasien
13) Saat membuka set atau peralatan penghisap, jika membuka alat-alat
yangdibutuhkan untuk membersihkan pip endotracheal:
- Atur peralatan penghisap
- Buka dan letakkan alat-alat hygiene oral, termasuk lap, handuk dan
baskom
- Tuangkan 50 ml hydrogen peroksida steril ke dalam kom sedang.
14) Lakukan tindakan penghisapan
15) Siapkan selalu kateter penghisap yang steril
16) Minta bantuan perawat lain untuk menahan pipa endotracheal dengan kuat
ditempatnya pada garis bibir klien.
17) Lepaskan semua plester sekitar pipa dengan hati2 dan cermat, kemudian
buang di bengkok.
18) Jika terpasang jalan udara oral lepaskan dan letakkan dalam mangkok yang
berisi hydrogen peroksida
19) Lakukan oral hygiene pada sisi mulut yang tidak terhalang oleh
pipa,gerakkan dengan perlahan kemudian bersihkan sisi yang lain
20) Basuh wajah dan area sekitar leher menggunakan waslap bersabun, bilas
dengan air basah, dan keringkan menggunakan handuk.
21) Dengan sikat, bersihkan jalan udara oral dan bilas dengan bersih
menggunakan air. Buang air yang sudah digunakan.
22) Pasang kembali plester anti air atau plaster adhesive secara tepat dan
cermat
23) Pasang kembali jalan udara oral dengan tepat
24) Atur kembali posisi klien
25) Evaluasi status perapasan klien
26) Evaluasi kenyamanan klien
27) Rapikan alat-alat dan mengembalikan pada tepatnya
28) Cuci tangan
10
29) Dokumentasikan kegiatan dalam lembar catatan perawatan

5. Evaluasi
1) Bandingkan dan kaji pernatasan sebelum dan sesudah dilakukan ET tube
care.
2) Observasi kedalaman dan posisi ET Tube sesuai rekomendasi dokter.
3) Pastikan fiksasi sudah kuat sehingga tidak memungkinkan terjadinya
perubahan posisi tube.
4) Kaji kulit sekitar mulut dan keutuhan mukosa oral membran dan
penekanan area.

6. Dokumentasi
Dokumentasikan tindakan sebelum dan sesudah perawatan, alat-alat yang
digunakan, toleransi pasien terhadap prosedur, kesesuaian kedalama ET tube,
lama dilakukannya perawatan ET tube, keutuhan mukosa oral, perawatan nyeri
tekan jika
dibutuhkan, waktu ketika prosedur dilakukan, kesulitan yang dihadapi, serta tanda
tangan perawat pelaksana.

11
BAB III

KESIMPULAN

1. Kesimpulan
Perawatan Endotracheal tube adalah perawatan rutin yang membutuhkan perawatan
posisi dari selang yang benar dan memelihara hygiene dengan baik pada pasien yang
terpasang endotracheal tube. Organ-organ yang terlibat dalam tindakan : organ-organ
yang terlibat dalam tindakan perawatan pasien tersebut antara lain mulut, orofaring
dan trachea. Bertujuan untuk Mencegah masuknya bakteri dalam saluran nafas (ETT
merupakan benda asing dalam tubuh pasien sehingga sering menjadi tempat
ditemukan berbagai koloni bakteri, yang sering ialah Pseudomonas aeruginosa dan
kokus gram positif.)
Kerugian yang terdapat pada selang endotrakeal atau trakeostomi sama halnya seperti
kerugian yang terdapat pada modalitas pengobatan lainnya. Satu yang paling nyata
adalah, bahwa selang menyebabkan rasa tidak nyaman. Selain itu, refleks batuk
ditekan karena penutupan glotis dihambat. Sekresi cenderung untuk lebih mengental
karena efek penghangatan dan pelembaban saluran pernafasan atas telah dipintas.
Refleks-refleks menelan, yang terdiri atas refleks glotis, faring, dan laring tertekan
karena tidak digunakan dalam waktu lama dan trauma mekanis akibat selang
endotrakeal atau trakeostomi, yang membuat klien semakin berisiko aspirasi.
Ulserasi dan striktur laring atau trakea dapat terjadi. Kekhawatiran pasien yang
paling bear adalah ketidakmampuan untuk berbicara dan mengkomunikasikan
kebutuhan

12
DAFTAR PUSTAKA

1. 1. Asih, Ni Luh Gede Yasmin, 2003, Keperawatan Medical bedah,Klien


Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:EGC
2. Carpenito L.J, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8,
Jakarta : EGC.
3. Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik, 2005, Standar
Pelayanan Keperawatan di ICU, Jakarta : Dir Jen Pelayanan Medik
Dep.Kes RI
4. Hudak & Gallo, 1997, Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik,
Volume 1, Edisi VI, Jakarta : EGC.
5. Linelle N.B.Pierce, 1995, Mechanical Ventilation and Intensive
Respiratory Care, Philadelpia : W.B.Saunders
6. Mancini E, 1994, Seri pedoman Praktis .Prosedur Perawatan Darurat..
Jakarta : EGC
7. Instalasi Rawat Intensif & Reanimasi, SMF Anestesiologi dan
Reanimasi RSUP Dr. Soetomo, 2007, Materi Pelatihan Intensif Care
Unit (ICU), Surabaya : Bidang Diklit RSUP Dr. Soetomo.
8. Potter & Perry, 2002, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik Volume 2, Edisi 4, Jakarta: EGC
9. Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2001, Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8, Jakarta : EGC.
10. http://ppnikarangasem.blogspot.com/2010/03/perawatan-pasien-yang-
terpasang.html

13

Anda mungkin juga menyukai