Disusun Oleh :
Kelompok 2 :
Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulisan makalah yang dapat diselesaikan dengan judul “PERAWATAN PASIEN YANG
TERPASANG ENDOTRACHEAL TUBE”. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terimakasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2.1 Pengertian Perawatan Endo Tracheal Tube (ETT)....................................................6
2.2 Indikasi dan Kontraindikasi.........................................................................................6
2.3 Konsep Fisiologi Tindakan Tehadap Tubuh...............................................................6
2.4 Tujuan Perawatan ETT.................................................................................................7
2.5 Prinsip / hal lain untuk tindakan tersebut Perawatan intubasi :..............................7
2.6 Standar Operasional Prosedur Perawatan ETT ……………………………………8
BAB III......................................................................................................................................8
KESIMPULAN.........................................................................................................................8
31. Kesimpulan.....................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
3
BAB I
PENDAHULUAN
nafas. Prosedur ini dapat dilakukan pada sejumlah kasus pasien yang mengalami
penyumbatan jalan nafas, kehilangan reflek proteksi, menjaga paru-paru dari sekret
agar tidak terjadi aspirasi dan pada segala jenis gagal nafas (Marino, 1998; Nicholson
and O'Brien, 2007). Intubasi endotrakeal dapat dilakukan melalui hidung ataupun
melalui nasal lebih baik dilakukan pada pasien yang masih sadar dan kooperatif,
sedangkan melalui oral dilakukan pada pasien yang mengalami koma, tidak
kooperatif dan ketika kegawatan intubasi dibutuhkan pada pasien yang mengalami
atau hidung ke dalam trakea. Intubasi memberikan jalan nafas yang paten saat pasien
mempunyai gawat nafas yang tidak dapat diatasi dengan metode yang lebih
sederhana. Intubasi endotrakeal adalah cara pemberian jalan nafas bagi pasien yang
tidak dapat mempertahankan sendiri jalan nafas yang adekuat (pasien koma, yang
menderita obstruksi jalan nafas), untuk ventilasi mekanis, dan untuk pengisapan
4
1.2 Rumusan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
dispneu. Oleh karena itu persiapan alat penghisap atau suction sangat dibutuhkan pada
permasalahan tersebut.
Pengisapan sekresi endotrakeal dilakukan melalui selang. Oksigen yang dihangatkan,
dilembabkan harus selalu dimasukkan melalui selang, apakah pasien bernafas secara
spontan maupun dalam ventilator. Intubasi endotrakeal dapat digunakan sampai 3
minggu, yang pada waktu tersebut trakeostomi harus dianggap dapat menurunkan iritasi
dan trauma pada lapisan trakea, untuk mengurangi angka kejadian paralisis pita suara
(sekunder terhadap kerusakan saraf laring), dan untuk mengurangi ruang rugi mekanis.
Kerugian yang terdapat pada selang endotrakeal atau trakeostomi sama halnya seperti
kerugian yang terdapat pada modalitas pengobatan lainnya. Satu yang paling nyata
adalah, bahwa selang menyebabkan rasa tidak nyaman. Selain itu, refleks batuk ditekan
karena penutupan glotis dihambat. Sekresi cenderung untuk lebih mengental karena efek
penghangatan dan pelembaban saluran pernafasan atas telah dipintas. Refleks-refleks
menelan, yang terdiri atas refleks glotis, faring, dan laring tertekan karena tidak
digunakan dalam waktu lama dan trauma mekanis akibat selang endotrakeal atau
trakeostomi, yang membuat klien semakin berisiko aspirasi. Ulserasi dan striktur laring
atau trakea dapat terjadi. Kekhawatiran pasien yang paling besar adalah ketidakmampuan
untuk berbicara dan mengkomunikasikan kebutuhan.
7
5. Lakukan penghisapan lendir jika berlebih dan jika diperlukan lakukan bronchiale
toilet untuk mencegah penumpukan slym.
6. Reposisi atau pindah-pindahkan penempatan pipa ET dari satu sisi mulut pasien ke
sisi lainnya sesuai kebutuhan.
8
h. Pester adhesive / tahan air
i. Gunting
j. Hydrogen peroksida
k. Sikat pembersih jalan udara mulut
2. Persiapan Lingkungan
a. Ciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman serta kooperatit
b. Siapkan sampiran atau sketsel
3. Persiapan Pasien
a. Informasikan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Posisikan klien terlentang, atau miring pada pasien tidak sadar.
c. Pastikan pasien dalam keadaan aman untuk dilakukan tindakan
9
8) Atur posisi pasien
9) Kaji status pernafasan klien termasuk kebutuhan aka penghisapan dan
perawatan endotracheal
10) Dekatkan alat ke pasien
11) Cuci tangan 6 langkah dan gunakan handscoon
12) Bentangkan handuk diatas dada pasien
13) Saat membuka set atau peralatan penghisap, jika membuka alat-alat
yangdibutuhkan untuk membersihkan pip endotracheal:
- Atur peralatan penghisap
- Buka dan letakkan alat-alat hygiene oral, termasuk lap, handuk dan
baskom
- Tuangkan 50 ml hydrogen peroksida steril ke dalam kom sedang.
14) Lakukan tindakan penghisapan
15) Siapkan selalu kateter penghisap yang steril
16) Minta bantuan perawat lain untuk menahan pipa endotracheal dengan kuat
ditempatnya pada garis bibir klien.
17) Lepaskan semua plester sekitar pipa dengan hati2 dan cermat, kemudian
buang di bengkok.
18) Jika terpasang jalan udara oral lepaskan dan letakkan dalam mangkok yang
berisi hydrogen peroksida
19) Lakukan oral hygiene pada sisi mulut yang tidak terhalang oleh
pipa,gerakkan dengan perlahan kemudian bersihkan sisi yang lain
20) Basuh wajah dan area sekitar leher menggunakan waslap bersabun, bilas
dengan air basah, dan keringkan menggunakan handuk.
21) Dengan sikat, bersihkan jalan udara oral dan bilas dengan bersih
menggunakan air. Buang air yang sudah digunakan.
22) Pasang kembali plester anti air atau plaster adhesive secara tepat dan
cermat
23) Pasang kembali jalan udara oral dengan tepat
24) Atur kembali posisi klien
25) Evaluasi status perapasan klien
26) Evaluasi kenyamanan klien
27) Rapikan alat-alat dan mengembalikan pada tepatnya
28) Cuci tangan
10
29) Dokumentasikan kegiatan dalam lembar catatan perawatan
5. Evaluasi
1) Bandingkan dan kaji pernatasan sebelum dan sesudah dilakukan ET tube
care.
2) Observasi kedalaman dan posisi ET Tube sesuai rekomendasi dokter.
3) Pastikan fiksasi sudah kuat sehingga tidak memungkinkan terjadinya
perubahan posisi tube.
4) Kaji kulit sekitar mulut dan keutuhan mukosa oral membran dan
penekanan area.
6. Dokumentasi
Dokumentasikan tindakan sebelum dan sesudah perawatan, alat-alat yang
digunakan, toleransi pasien terhadap prosedur, kesesuaian kedalama ET tube,
lama dilakukannya perawatan ET tube, keutuhan mukosa oral, perawatan nyeri
tekan jika
dibutuhkan, waktu ketika prosedur dilakukan, kesulitan yang dihadapi, serta tanda
tangan perawat pelaksana.
11
BAB III
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Perawatan Endotracheal tube adalah perawatan rutin yang membutuhkan perawatan
posisi dari selang yang benar dan memelihara hygiene dengan baik pada pasien yang
terpasang endotracheal tube. Organ-organ yang terlibat dalam tindakan : organ-organ
yang terlibat dalam tindakan perawatan pasien tersebut antara lain mulut, orofaring
dan trachea. Bertujuan untuk Mencegah masuknya bakteri dalam saluran nafas (ETT
merupakan benda asing dalam tubuh pasien sehingga sering menjadi tempat
ditemukan berbagai koloni bakteri, yang sering ialah Pseudomonas aeruginosa dan
kokus gram positif.)
Kerugian yang terdapat pada selang endotrakeal atau trakeostomi sama halnya seperti
kerugian yang terdapat pada modalitas pengobatan lainnya. Satu yang paling nyata
adalah, bahwa selang menyebabkan rasa tidak nyaman. Selain itu, refleks batuk
ditekan karena penutupan glotis dihambat. Sekresi cenderung untuk lebih mengental
karena efek penghangatan dan pelembaban saluran pernafasan atas telah dipintas.
Refleks-refleks menelan, yang terdiri atas refleks glotis, faring, dan laring tertekan
karena tidak digunakan dalam waktu lama dan trauma mekanis akibat selang
endotrakeal atau trakeostomi, yang membuat klien semakin berisiko aspirasi.
Ulserasi dan striktur laring atau trakea dapat terjadi. Kekhawatiran pasien yang
paling bear adalah ketidakmampuan untuk berbicara dan mengkomunikasikan
kebutuhan
12
DAFTAR PUSTAKA
13