Anda di halaman 1dari 20

TRAKEOSTOMI

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pengampu : Ns. Alwan Revai M,Kep

Di Susun Oleh :

Andika Setya Dermawan Putra

Aprilia Kartika Indah

Desy Wulandari

Fitri Hani Desianti

Iva Zainiatul Kamila

Karina Zakiatul Mahdaniya

Muhammad Hidayatul Ulum

Rosita Devi

Tutut Indah Julia Putri

Unzilatur Rohmah

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

Tahun Ajaran 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat
serta karunia-Nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tugas ni disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH yang menjadi salah satu mata kuliah wajib di Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Bondowoso.
Penulis yakin tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak akan
dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Ibu Yuana Dwi Agustin, SKM, M. Kes sebagai Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso;
2. Bapak Ns. Alwan Revai M,Kep sebagai dosen pengampu mata kuliah
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
3. Semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.
Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan
imbalan dari Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk bahan perbaikan penulisan makalah ini.

Bondowoso, 11 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar belakang .................................................................................. 1


1.2 Rumusan masalah ............................................................................. 1
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trakeostomi adalah prosedur pembedahan dengan memasang selang melalui


sebuah lubang kedalam trakea untuk mengatasi obstruksi jalan nafas atau
mempertahankan jalan nafas dengan cara mengisap sekret, atau penggunaan ventilasi
mekanik yang kontinue. Trakeostomi dapat digunakan sementara yait jangka pendek untuk
masalah akut, atau jangka panjang biasanya permanen dan selang dapat dilepas. Indikasi
dilakukan trakeostomi di ICU diantara lain adalah mencegah obstruksi jalan nafas atas
karena tumor dan oembedahan, untuk mencegah kerusakan laring dijalan nafas karena
intubasi endotrakeal yang beekepanjangan, untuk memudahkan akses ke jalan nafas dlam
melakukan pengisapan dan penganggkatan sekresi, untuk menjaga jalan nafas yang stabil
pada pasien yang membutuhkan dukungan ventilasi mekanis atau oksigenasi prolonget.
(Carles 2010).

Peosedur trakeostomi dari data yang di ambil peneliti diruang ICU RSUP Dr.karyadi dari
bulan januari-april 2017 terdapat 15 pasien. Rata rata di dilakukan trakeostomi karena
penyaihan fentilator yang tidak adekuat. Alasan dilakukan trakeostomi di ruang ICU RSUP
Dr. Karyadi yaitu pasien dengan gagal nafas berat , cedera otak traomatis parah dan pasien
yang lebih tua dengan penyakit peumonia, penyakit neorologi(Stroke, miastenia grafis).
Salah stu proses mekanisme dilakukan trakeostomi miastenia grafis terjadi kelumpuhan
otot-otot pernfasan setelah pemasangan.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Trakeostomi adalah prosedur dimana di buat lubang kedalam trakea. Ketika selang
indweling dimasukkan kedalam trakea, maka istilah trakeostomi digunakan. Trakeostomi
dapat menetap atau permanen.

Trakeostomi dilakukan untuk memintas suatu obtruksi jalan nafas atas, untuk
membuang sekresi trakeobronkial, untuk memungkinkan penggunaan ventilasi mekanis
jangka panjang, untuk mencegah aspirasi sekresi oral atau lambung pada pasien tidak sadar
atau paralise ( dengan menutup trakea dari esofagus),dan untuk mengganti selang
endotrakeal. Ada banyak proses penyakit dan kondisi kedaruratan yang membuat
trakeostomi diperlukan.

Prosedur, Prosedur trakeostomi biasanya dilakukan di ruang operasi atau di unit


perawatan intensif, dimana ventilasi pasien dpat dikontrol dengn baik dan teknik aseptik
yang optimal dapat dipertahankan. Suatu lubang dibuat pada cincin trakea kedua dan
ketiga. Stelh trakea terpajang, selang trakeostomi balon dengan ukuran yang sesuai
dimasukkan (Gbr. 25-7A). Cuff trakeostomi adalah pelekatan yang dapat mengembang
pada trakeostomi yang dirancang untuk menyumbat ruang antara dindng trakea dengan
selang untung memungkinkan ventilasi mekanis yang efektif.

Selang trakeostomi dipasang ditempatnya dengan plester pengencang mengelilingi


leher pasien. Biasanya, kasa segi empat steril diletakkan diantara selang dan kulit untuk
menyerap drainise dang mencegah infeksi.

Komplikasi, komplikasi dapat terjadi dini atau lanjut dalam perjalanan


penatalaksanaan selang trakeostomi. Komplikasi bahkan dapat terjadi bertahun-tahun
setelah selang trakeostomi dilepas. Komplikasi dini yang terjadisegera setelah trakeostomi
dilakukan mencakup pendarahan, pneumotoraks,embolisme udara, aspirasi, emfisema,
subkutan atau mediastinum, kerusakan saraf laring kambuhan, atau panetrasi dinding
trakea posterior. Komplikasi jagka panjang termasuk obstruksi jalan nafas akibat
akumulasi sekresi atau protrusi cuff di atas lubang selang, infeksi, ruptur arteri inominata,
disfagia, fistula trakeeoesofagus. Stenosis trakea dapat terjai setelah selang dilepaskan.

Inintervensi keperawatan pascaoperatif. Pasien membutuhkan pemantauan dan


pengkajian kontinu. Lubang yang baru saja dibuat harus dijaga agar tetap paten dengan
pengisapan sekrsi yang sesuai seperti yang diuraikan dalam pedoman 25-3. Setelah tanda-
tanda vital stabil, pasien dibaringkan dalam posisi semi-fowler untuk memudahkan
ventilasi, menggalakkan drainise, meminimalkan edema dan mencegah regangan pada
garis sutur.

Obat-obat anlgesik dan sedatif diberikan dengan hati-hati karena efek


merugikannya yang menekan reflek batuk.

Sasaran utama asuhan keperawatan dalam trakeostomi adalah untuk mengurangi


kegelisahn pasien dan memberikan suatu cara komunikasi yang efektif. Penanganan akan
membantu mengusir ketakutan akan asfiksia jika pasien tidak mampu untuk meminta
pertolongan.

Kertas dan pensil atau “magic slate” dan lampu pemanggil pasien disimpan dalam
jangkauan pasien untuk memastikan cara berkomunikasi.

2.2 Penghisap trakeostomi


Peralatan

 Kalator penghisap
 Sarung tangan
 Goggles untuk pelindung mata
 Spuit 5-10 ml
 Normal salin steril yang dituangkan kedalam cangkir untuk irigasi
 Bag yang dapat mengembang sendiri milik pasien (kantung resulator tangan)
dengan oksigen suplemental (kantung yang di ganti setiap hari untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya infeksi)
 Mesin penghisap (suction)
Prosedur

 Jelaskan prosedur pada pasien sebelum memulai dan berikan ketenangan selama
penginapan, karena pasien mungkin gelisah berkenaan bersedak dan ketidak
mampuan untuk berkomunikasi.
 Mulai dengan memcuci tangan secara menyeluruh.
 Hidupkan sumber mesin pengisap (tekanan tidak boleh melebihi 120mm hg).
 Buka kit kateter penghisap.
 Isi basin dengan normal salin steril.
 Ventilasi pasien dengan bag resusitasi manual dan aliran oksigen yang tinggi.
 Kerusakan sarung tangan pada tangan yang domonan.
 Ambil kateter penghisap dengan tangan yang menggunakan sarang tangan dan
hubungkan dengan penghisap.
 Hiperintilasi atau hipertuoksigensikan paru-paru pasien selama beberapa kali nafas
dalam dengan kantong yang dapat mengembang sendiri.
 Masukkan kateter sejauh mungkin sampain ujung selang tanpa memberikan isapan.
Cukup untuk menstimulasi infelks batuk.
 Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360 derajat..
(Tidak lebih dari 10 detik sampai 15 detik), karena pasien dapat menjadi hipoksik,
dan mengalami distrimia, yang dapat mengarah pada henti jantung.
 Reoksigenasikan dan inflimasikan paru paru pasien selama beberapa kali nafas.
 Masukkan 3 sampai 5 ml, normal salin kedalam jalan nafas hanya jika reflex batuk
tertekan.
 Ulangi 4 langkah sebelumnya ampai jalan nafas bersih.
 Bilas kateter dalam basin dengan normal salin steril antara tindakan pengisapan bila
perlu.
 Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan pengisapan trakeal.
 Buang kateter, sarung tangan, basin.
2.3 Perawatan trakeostomi

Pengisapan trakea (selang trakeostomi atau endotrakea). Saat selang trakeostomi


atau endrotrakea terpasang, biasanya diperlukan pengisapan sekresi pasien karena
krefektifan mekanisme batuk menurun. Pengisapan trakea dilakukan ketika bunyi nafas
tambahan terdeteksi atau ketika terdapat saat banyak sekresi. Pengisapan yang tidak dapat
diperlukan menyebabkan bronkospasme dan menyebabkan trauma pada mukosa trakea.

Semua peralatan yang kontak langsung dengan jalan nafas bawah pasien harus
steril untuk mencegah infeksi paru yang sistemik yang membahayakan.

Penatalaksanaan balon. Sebagai aturan umum, balon pada selang endotrakea atau
trakeustomi harus mengembang.tekanan didalam balon harus serendah mungkin sehingga
memungkinkan pengiriman volume kidal yang adekuatdan mencegah aspirasi polmunal,
biasanya tekanan dipertahankan dibawah 25cm H2O untuk mencegah cedera dan di atas
20cm H2O untuk mencegah aspirasi. Tekanan cuff harus di pantau sedikitnya setiap 8 jam
dengan menempelkan diameter tekanan genggam pada pilot balon selang atau melalui
teknik penggunaan volume kebocoran minimal atau volume oklusi minimal.dengan
intubasi jangka panjang, tekanan yang lebih tinggi di perlukan untuk mempertahan kan
penutupan yang adekuat.

2.4 Perawatan pasien dengan trakeostomi

Perawatan Trakeostomi
Cuff trakeostomi
1. Selang balon (udara disuntikkan kedalam cuff) diperlukan selama fentilaasi
mekanis yang lama.
2. Cuff tekanan rendah.
Selang trakeostomi dan perawatan kulit
1. Inspeksi balutan trakeostomi terhadap kelembapan atau drainase
2. Cuci tanggan
3. Prosedur pada pasien
4. Persiapan sarung tanggan, lepaskan balutan yang basah dan buang.
5. Siapkan pralatan steril, termaksud hydrogen peroksida, normal salin atau air steril,
aplikator berujung kapas, balutan.
6. Kenakan sarung tangan steril
7. Bersihkan luka dan lempeng selang trakeostimi dengan aplikator steril yang
dibasuhu dengan hydrogen peroksida. Bilas dengan salin steril.
8. Gunakan salep bakteriostatik pada pinggiran luka trakeostomi jika di serapkan.
9. Jika tali yang lama telah basah, letakan tali twill dalam posisinya untuk
mengamankan selang trakeostimi. Masukan satu ujung tali melalui lubang samping
kanula terluar. Lingkaran tali tersebut disekeliling leher pasien dan ikatkan tali
tersebut melalui lubang yang berlawanan dengan kanula terluar.kumpulkan kedua
ujugnya bertemu pada sisi leher,amankan dengan simpulan. Kencangkan sampai
hanya 2 jari yang dapat menyusup di antara tali tersebut.
10. Lepaskan tali yang lama dan buang
11. Gunakan balutan trakeostomi steril, dan paskan dengan bak dibawah tali twill daan
selang trakeostomi sehingga insisi tertutup

Rasional

Tujuan dari penggunaan selang balon adalah untuk mencegah kebocoran udara
selama fentilasi tekanan positif dan untuk mencegah aspirasi trakea dan kandungan
lambung. Seal yang adekuat di perlukan karena kebocoran udara dari mulut atau
trakeostomi yang tidak tampak atau halus,bunyi gurgling udara yang dating dari tenggorok
yang tidak tampak.

Cuff tekanan rendah menggeluarkan tekanan minimal pada mukosa trakea dan
dengan demikian menggurangi bahaya ulserasi trakea dan setriklura.

Balutan trakeostomi di ganti sesuai kebutuhan untuk menjaga kulit tetap bersih dan
kering. Jangan biarkan balutan basah tetap terpasang di atas kulit. Pencucian tanggan
mengguranggi bakteri pada tanggan, pasien dengan trakeostomi tampak gelisah dan
membutuhkan peneranggan dari dukunggan terus menerus denggan menggamati isolasi
subtansi tubuh dengan balutan yang terkontaminasi menggurangi kontaminasi silang.
Dengan menyiapkan bahan dan peralatan yang dibutuhkan memungkinkan prosedur
diselesaikan denggan efektif, meminimalkan trasmisi flora peermukaan pada saluran
pernafasan yang seteril. Hydrogen peroksida efektif untuk mencairkan sekresi yang
menggering. Pembilasan mencegah rosidu kulit, memberikan pelindungan bakteriostatik
topical. Ini akan memberikan ketebalan ganda pada tali sekitar leher selang strakeosstomi
dapat terlepas dengan gerakan atau bentuk yang kuat jika di biar kan tidak di ikat,dan
gawat nafas data terjadi jika selang trakeostomi terlepas balutan yang dapat terlepas lepas
benangnya tidak di gunakan disekitar trakeostomi karena bahaya dari material, kain tiras,
atau benang yg dapat masuk ke dalam selang, dan akhirnya tersangkut dalam trakea,
balutan khusus yang tidak mempunyai kecenderungan terlepas lepas benangnya digunakan
untuk keperluan ini.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)

3.1 Pengkajian
Tuan A umur 45 tahun sehari-hari bekerja sebagai nelayan, didiagnosa Ca Nasofaring
stadium 2. Dua hari tealah terpasang trakeostomy, keluhan saat ini sesak dan gelisah
serta terlihat menarik diri dari interaksi sosial.
Askep Kasus:
Pengkajian
Anamnesa
1. Identitas pasien
Nama : Tuan A
TTL : Surabaya , 19-06-1965
Alamat : Jl. Cucut 76
Usia : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : nelayan
Nama Ayah/Ibu : Mr. M / Mrs. W
Pekerjaan Istri : buruh cuci
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan terakhir : SD
Diagnosa : Ca. Nasofaring
2. Keluhan Utama :
Keluhan utama yang di rasakan sesak dan gelisah
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tuan A merasakan sesak, merasa malu saat menemui orang lain karena tidak
berbicara dengan normal.
4. Riwayat penyakit keluarga : -
5. Riwayat penyakit masa lalu : -
Pemeriksaan Fisik:
1. B1 (Breath) : kesulitan bernafas, batuk (mungkin gejala yang ada), riwayat trauma
dada
2. B2 (Blood) : takikardia, frekuensi tak teratur. TD hiper/hipotensi
3. B3 (Brain) : dizziness, cemas
4. B4 (Bladder) : -
5. B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, Pasien lemah
6. B6 (Bone): malaise

Pemeriksaan focus klien dengan trakeostomy :

1. Tanda-tanda vital
2. Bukti adanya hipoksia
3. Frekuensi dan pola pernafasan
4. Bunyi nafas
5. Status neurologis
6. Volume tidal, ventilasi semenit, kapasitas vital kuat
7. Kebutuhan pengisapan
8. Upaya ventilasi spontan klien
9. Status nutrisi
10. Status psikologis

Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan trakeostomi yaitu :

1. Pemeriksaan fungsi paru


2. Analisa gas darah arteri
3. Kapasitas vital paru
4. Kapasitas vital kuat
5. Volume tidal
6. Inspirasi negative kuat
7. Ventilasi semenit
8. Tekanan inspirasi
9. Volume ekspirasi kuat
10. Aliran-volume
11. Sinar X dada
12. Status nutrisi / elektrolit.

3.2 Analisa Data


Data Etiologi Masalah
DS: Trakeostomy Bersihan jalan nafas tidak
efektif
DO: RR menurun, pola nafas Akumulasi secret pada jalan
tidak teratur, pucat, jalan nafas yang menjadi
ketidaknormalan frekuensi, daerah insisi trakeostomy
irama dan kedalaman nafas, Jalan nafas terganggu
hipoksia, tachycardia, tekanan Bersihan jalan nafas tidak
O2 dan CO2 menurun. Pada efektif
lapangan paru bawah bilateral
terdapat bercak-bercak
nodular
DS : Trakeostomy Resiko infeksi
DO : klien terpasang insisi trakeostomy
trakeostomi kondisi daerah insisi yang
tidak bersih
kuman, bakteri berkembang
resiko infeksi
DS : Klien tidak bisa Trakeostomy Gangguan komunikasi verbal
mengeluarkan suaranya saat Daerah insisi trakeostomy
mencoba bicara Membuka saluran baru yang
DO: suara klien tidak dilalui udara sebelum pita
terdengar. Hanya terdengar suara
suara hembusan. Klien Suara yang dihasilkan tidak
berkomunikasi dengan isyarat bisa sampai menggetarkan
pita suara
Suara tidak keluar
Gangguan komunikasi verbal
DS : - Trakeostomy Gangguan citra tubuh
DO: klien menjadi sangat Gangguan komunikasi
murung, pendiam dan terlihat dengan orang lain
membatasi diri Merasa berbeda dengan orang
lain
Rendah diri
Gangguan citra tubuh

Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
Tujuan : Tidak ada sekret pada jalan nafas
Kriteria hasil : Ronchi dan wheezing tidak terdengar
Intervensi Rasional
1. Mengauskultasi paru setiap 4 jam 1. Jika ditemukan crackles dan
2. Menganjurkan klien untuk tarik nafas wheezing dapat mengintrepretasikan
dalam dan batuk adanya sekret pada jalan nafas
3. Melakukan fisioterapi nafas jika tidak 2. Pasien dapat mengeluarkan sekret
ada kontraindikasi dengan tarik nafas dalam dan batuk
4. Membersihkan trakheostomy tube tanpa suctioning
klien sesuai dengan kebutuhan. 3. Untuk membantu pasien
Berdasarkan jumlah akumulasi secret mengeluarkan sekret dengan batuk
5. Melakukan suctioning bila perlu 4. Dengan membersihkan
6. Melakukan nebulizing trakheostomy, menghindari
terjadinya penumpukan sekret dan
agar jalan nafas bersih
5. Suctioning membersihkan jalan nafas
dari sekret
6. Nebulizer membantu untuk
mengencerkan secret sehingga lebih
mudah untuk dikeluarkan

1. Resiko infeksi berhubungan dengan pembuatan saluran nafas baru dari mekanisme
pertahanan respirasi.
Tujuan : Memperkecil adanya infeksi sehingga kemungkinan komplikasi tidak ada
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi Rasional
1. Cuci tangan sebelum melakukan
prosedur
2. Monitor dan laporkan adanya tanda-
tanda infeksi, misalnya demam,
penurunan RR (Respiratory Rate), dahak
kental, peningkatan jumlah sel darah
merah
3. Jaga pemaparan trakheostomy terhadap
benda asing
4. Gunakan teknik steril dalam melakukan
perawatan trakheostomi dan suctioning
5. Anjurkan untuk diet tinggi kalori tinggi
protein
1. Dengan tangan yang bersih saat
melakukan prosedur,
memperkecil kemungkinan
terjadinya infeksi
2. Mengidentifikasi adanya infeksi
dan memperkecil komplikasi
3. Pemaparan terlalu sering pada
trakheostomy mengakibatkan
pneumonia
4. Agar mikroorganisme tidak
dapat masuk ke jalan nafas
5. Untuk meningkatkan sistem
imun

1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan terpasangnya trakheostomy tube

Tujuan : Klien mampu berkomunikasi


Kriteria hasil : Interaksi sosial klien berkembang
Intervensi Rasional
1. Beri kesempatan klien untuk
berkomunikasi
2. Amati gerak non verbal klien
3. Sediakan kertas dan bolpoin jika pasien
lemah tidak mampu berbicara banyak
4. Ajarkan pada pasien yang terpasang
trakheostomi tentang cara menutup
lubang trakheostomi dengan jari yang
bersih atau tutup yang khusus jika ingin
berbicara
1. Memberikan klien untuk
mengungkapkan apa yang klien
butuhkan
2. Gerak non verbal
mengintepretasikan perasaan
klien
3. Pasien bisa berkomunikasi
dengan menulis di kertas jika
lemah
4. Menutup jalur masuknya udara
melalui trakheostomi maka
pasien dapat berbicara

1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan terpasangnya trakheostomy tube

Tujuan : Mengembalikan kepercayaan diri klien


Kriteria hasil : Klian tidak lagi merasa harga dirinya rendah
Intervensi Rasional
1. Kaji perasaan klien terhadap
trakheostomi yang terpasang pada
dirinya
2. Dekati pasien dengan komunikasi
teraupetik
3. Minta pasien untuk mengungkapkan
perasaannya saat dipasang trakheostomi
4. Bantu pasien untuk menemukan cara
yang efektif untuk mengatasi
penampilan trakheostomi agar tidak
mengganggu pandangan
1. Pengkajian adalah hal dasar
sebelum menentukan perawatan
2. Untuk meningkatkan sikap
kooperatif klien
3. Untuk mengetahui masalah
yang dialami klien agar mudah
menemukan solusi
4. Dapat meningkatkan harga diri
pasien
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Somantri, irwan. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem

Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer, C.Z, Bave G. Brenda. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC

MN Rosyidi kholid, Wulandari Dewi N.2013. Prosedur Praktik Keperaatan Medikal

Bedah. Jakarta.Cv trans info media.

Anda mungkin juga menyukai