Di Susun Oleh :
Desy Wulandari
Rosita Devi
Unzilatur Rohmah
UNIVERSITAS BONDOWOSO
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat
serta karunia-Nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tugas ni disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH yang menjadi salah satu mata kuliah wajib di Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Bondowoso.
Penulis yakin tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak akan
dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Ibu Yuana Dwi Agustin, SKM, M. Kes sebagai Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso;
2. Bapak Ns. Alwan Revai M,Kep sebagai dosen pengampu mata kuliah
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
3. Semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.
Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan
imbalan dari Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk bahan perbaikan penulisan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................... i
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi
BAB I
PENDAHULUAN
Peosedur trakeostomi dari data yang di ambil peneliti diruang ICU RSUP Dr.karyadi dari
bulan januari-april 2017 terdapat 15 pasien. Rata rata di dilakukan trakeostomi karena
penyaihan fentilator yang tidak adekuat. Alasan dilakukan trakeostomi di ruang ICU RSUP
Dr. Karyadi yaitu pasien dengan gagal nafas berat , cedera otak traomatis parah dan pasien
yang lebih tua dengan penyakit peumonia, penyakit neorologi(Stroke, miastenia grafis).
Salah stu proses mekanisme dilakukan trakeostomi miastenia grafis terjadi kelumpuhan
otot-otot pernfasan setelah pemasangan.
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Trakeostomi adalah prosedur dimana di buat lubang kedalam trakea. Ketika selang
indweling dimasukkan kedalam trakea, maka istilah trakeostomi digunakan. Trakeostomi
dapat menetap atau permanen.
Trakeostomi dilakukan untuk memintas suatu obtruksi jalan nafas atas, untuk
membuang sekresi trakeobronkial, untuk memungkinkan penggunaan ventilasi mekanis
jangka panjang, untuk mencegah aspirasi sekresi oral atau lambung pada pasien tidak sadar
atau paralise ( dengan menutup trakea dari esofagus),dan untuk mengganti selang
endotrakeal. Ada banyak proses penyakit dan kondisi kedaruratan yang membuat
trakeostomi diperlukan.
Kertas dan pensil atau “magic slate” dan lampu pemanggil pasien disimpan dalam
jangkauan pasien untuk memastikan cara berkomunikasi.
Kalator penghisap
Sarung tangan
Goggles untuk pelindung mata
Spuit 5-10 ml
Normal salin steril yang dituangkan kedalam cangkir untuk irigasi
Bag yang dapat mengembang sendiri milik pasien (kantung resulator tangan)
dengan oksigen suplemental (kantung yang di ganti setiap hari untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya infeksi)
Mesin penghisap (suction)
Prosedur
Jelaskan prosedur pada pasien sebelum memulai dan berikan ketenangan selama
penginapan, karena pasien mungkin gelisah berkenaan bersedak dan ketidak
mampuan untuk berkomunikasi.
Mulai dengan memcuci tangan secara menyeluruh.
Hidupkan sumber mesin pengisap (tekanan tidak boleh melebihi 120mm hg).
Buka kit kateter penghisap.
Isi basin dengan normal salin steril.
Ventilasi pasien dengan bag resusitasi manual dan aliran oksigen yang tinggi.
Kerusakan sarung tangan pada tangan yang domonan.
Ambil kateter penghisap dengan tangan yang menggunakan sarang tangan dan
hubungkan dengan penghisap.
Hiperintilasi atau hipertuoksigensikan paru-paru pasien selama beberapa kali nafas
dalam dengan kantong yang dapat mengembang sendiri.
Masukkan kateter sejauh mungkin sampain ujung selang tanpa memberikan isapan.
Cukup untuk menstimulasi infelks batuk.
Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360 derajat..
(Tidak lebih dari 10 detik sampai 15 detik), karena pasien dapat menjadi hipoksik,
dan mengalami distrimia, yang dapat mengarah pada henti jantung.
Reoksigenasikan dan inflimasikan paru paru pasien selama beberapa kali nafas.
Masukkan 3 sampai 5 ml, normal salin kedalam jalan nafas hanya jika reflex batuk
tertekan.
Ulangi 4 langkah sebelumnya ampai jalan nafas bersih.
Bilas kateter dalam basin dengan normal salin steril antara tindakan pengisapan bila
perlu.
Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan pengisapan trakeal.
Buang kateter, sarung tangan, basin.
2.3 Perawatan trakeostomi
Semua peralatan yang kontak langsung dengan jalan nafas bawah pasien harus
steril untuk mencegah infeksi paru yang sistemik yang membahayakan.
Penatalaksanaan balon. Sebagai aturan umum, balon pada selang endotrakea atau
trakeustomi harus mengembang.tekanan didalam balon harus serendah mungkin sehingga
memungkinkan pengiriman volume kidal yang adekuatdan mencegah aspirasi polmunal,
biasanya tekanan dipertahankan dibawah 25cm H2O untuk mencegah cedera dan di atas
20cm H2O untuk mencegah aspirasi. Tekanan cuff harus di pantau sedikitnya setiap 8 jam
dengan menempelkan diameter tekanan genggam pada pilot balon selang atau melalui
teknik penggunaan volume kebocoran minimal atau volume oklusi minimal.dengan
intubasi jangka panjang, tekanan yang lebih tinggi di perlukan untuk mempertahan kan
penutupan yang adekuat.
Perawatan Trakeostomi
Cuff trakeostomi
1. Selang balon (udara disuntikkan kedalam cuff) diperlukan selama fentilaasi
mekanis yang lama.
2. Cuff tekanan rendah.
Selang trakeostomi dan perawatan kulit
1. Inspeksi balutan trakeostomi terhadap kelembapan atau drainase
2. Cuci tanggan
3. Prosedur pada pasien
4. Persiapan sarung tanggan, lepaskan balutan yang basah dan buang.
5. Siapkan pralatan steril, termaksud hydrogen peroksida, normal salin atau air steril,
aplikator berujung kapas, balutan.
6. Kenakan sarung tangan steril
7. Bersihkan luka dan lempeng selang trakeostimi dengan aplikator steril yang
dibasuhu dengan hydrogen peroksida. Bilas dengan salin steril.
8. Gunakan salep bakteriostatik pada pinggiran luka trakeostomi jika di serapkan.
9. Jika tali yang lama telah basah, letakan tali twill dalam posisinya untuk
mengamankan selang trakeostimi. Masukan satu ujung tali melalui lubang samping
kanula terluar. Lingkaran tali tersebut disekeliling leher pasien dan ikatkan tali
tersebut melalui lubang yang berlawanan dengan kanula terluar.kumpulkan kedua
ujugnya bertemu pada sisi leher,amankan dengan simpulan. Kencangkan sampai
hanya 2 jari yang dapat menyusup di antara tali tersebut.
10. Lepaskan tali yang lama dan buang
11. Gunakan balutan trakeostomi steril, dan paskan dengan bak dibawah tali twill daan
selang trakeostomi sehingga insisi tertutup
Rasional
Tujuan dari penggunaan selang balon adalah untuk mencegah kebocoran udara
selama fentilasi tekanan positif dan untuk mencegah aspirasi trakea dan kandungan
lambung. Seal yang adekuat di perlukan karena kebocoran udara dari mulut atau
trakeostomi yang tidak tampak atau halus,bunyi gurgling udara yang dating dari tenggorok
yang tidak tampak.
Cuff tekanan rendah menggeluarkan tekanan minimal pada mukosa trakea dan
dengan demikian menggurangi bahaya ulserasi trakea dan setriklura.
Balutan trakeostomi di ganti sesuai kebutuhan untuk menjaga kulit tetap bersih dan
kering. Jangan biarkan balutan basah tetap terpasang di atas kulit. Pencucian tanggan
mengguranggi bakteri pada tanggan, pasien dengan trakeostomi tampak gelisah dan
membutuhkan peneranggan dari dukunggan terus menerus denggan menggamati isolasi
subtansi tubuh dengan balutan yang terkontaminasi menggurangi kontaminasi silang.
Dengan menyiapkan bahan dan peralatan yang dibutuhkan memungkinkan prosedur
diselesaikan denggan efektif, meminimalkan trasmisi flora peermukaan pada saluran
pernafasan yang seteril. Hydrogen peroksida efektif untuk mencairkan sekresi yang
menggering. Pembilasan mencegah rosidu kulit, memberikan pelindungan bakteriostatik
topical. Ini akan memberikan ketebalan ganda pada tali sekitar leher selang strakeosstomi
dapat terlepas dengan gerakan atau bentuk yang kuat jika di biar kan tidak di ikat,dan
gawat nafas data terjadi jika selang trakeostomi terlepas balutan yang dapat terlepas lepas
benangnya tidak di gunakan disekitar trakeostomi karena bahaya dari material, kain tiras,
atau benang yg dapat masuk ke dalam selang, dan akhirnya tersangkut dalam trakea,
balutan khusus yang tidak mempunyai kecenderungan terlepas lepas benangnya digunakan
untuk keperluan ini.
BAB III
3.1 Pengkajian
Tuan A umur 45 tahun sehari-hari bekerja sebagai nelayan, didiagnosa Ca Nasofaring
stadium 2. Dua hari tealah terpasang trakeostomy, keluhan saat ini sesak dan gelisah
serta terlihat menarik diri dari interaksi sosial.
Askep Kasus:
Pengkajian
Anamnesa
1. Identitas pasien
Nama : Tuan A
TTL : Surabaya , 19-06-1965
Alamat : Jl. Cucut 76
Usia : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : nelayan
Nama Ayah/Ibu : Mr. M / Mrs. W
Pekerjaan Istri : buruh cuci
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan terakhir : SD
Diagnosa : Ca. Nasofaring
2. Keluhan Utama :
Keluhan utama yang di rasakan sesak dan gelisah
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tuan A merasakan sesak, merasa malu saat menemui orang lain karena tidak
berbicara dengan normal.
4. Riwayat penyakit keluarga : -
5. Riwayat penyakit masa lalu : -
Pemeriksaan Fisik:
1. B1 (Breath) : kesulitan bernafas, batuk (mungkin gejala yang ada), riwayat trauma
dada
2. B2 (Blood) : takikardia, frekuensi tak teratur. TD hiper/hipotensi
3. B3 (Brain) : dizziness, cemas
4. B4 (Bladder) : -
5. B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, Pasien lemah
6. B6 (Bone): malaise
1. Tanda-tanda vital
2. Bukti adanya hipoksia
3. Frekuensi dan pola pernafasan
4. Bunyi nafas
5. Status neurologis
6. Volume tidal, ventilasi semenit, kapasitas vital kuat
7. Kebutuhan pengisapan
8. Upaya ventilasi spontan klien
9. Status nutrisi
10. Status psikologis
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan trakeostomi yaitu :
Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
Tujuan : Tidak ada sekret pada jalan nafas
Kriteria hasil : Ronchi dan wheezing tidak terdengar
Intervensi Rasional
1. Mengauskultasi paru setiap 4 jam 1. Jika ditemukan crackles dan
2. Menganjurkan klien untuk tarik nafas wheezing dapat mengintrepretasikan
dalam dan batuk adanya sekret pada jalan nafas
3. Melakukan fisioterapi nafas jika tidak 2. Pasien dapat mengeluarkan sekret
ada kontraindikasi dengan tarik nafas dalam dan batuk
4. Membersihkan trakheostomy tube tanpa suctioning
klien sesuai dengan kebutuhan. 3. Untuk membantu pasien
Berdasarkan jumlah akumulasi secret mengeluarkan sekret dengan batuk
5. Melakukan suctioning bila perlu 4. Dengan membersihkan
6. Melakukan nebulizing trakheostomy, menghindari
terjadinya penumpukan sekret dan
agar jalan nafas bersih
5. Suctioning membersihkan jalan nafas
dari sekret
6. Nebulizer membantu untuk
mengencerkan secret sehingga lebih
mudah untuk dikeluarkan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan pembuatan saluran nafas baru dari mekanisme
pertahanan respirasi.
Tujuan : Memperkecil adanya infeksi sehingga kemungkinan komplikasi tidak ada
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi Rasional
1. Cuci tangan sebelum melakukan
prosedur
2. Monitor dan laporkan adanya tanda-
tanda infeksi, misalnya demam,
penurunan RR (Respiratory Rate), dahak
kental, peningkatan jumlah sel darah
merah
3. Jaga pemaparan trakheostomy terhadap
benda asing
4. Gunakan teknik steril dalam melakukan
perawatan trakheostomi dan suctioning
5. Anjurkan untuk diet tinggi kalori tinggi
protein
1. Dengan tangan yang bersih saat
melakukan prosedur,
memperkecil kemungkinan
terjadinya infeksi
2. Mengidentifikasi adanya infeksi
dan memperkecil komplikasi
3. Pemaparan terlalu sering pada
trakheostomy mengakibatkan
pneumonia
4. Agar mikroorganisme tidak
dapat masuk ke jalan nafas
5. Untuk meningkatkan sistem
imun
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Somantri, irwan. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Smeltzer, C.Z, Bave G. Brenda. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC