DEPARTEMEN MATERNITAS
Disusun Oleh:
Faizal Habib, S.Kep
Rizka Fitria Navis, S.Kep
Khairul Mutmainnah, S.Kep
Intan Widiandika, S.Kep
Maya Aufa, S.Kep
Tri Okta Linda, S.Kep
Adi Sifananta, S.Kep
Evi Kurniawati, S.Kep
Anisa Maulid, S.Kep
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
Persalinan atau partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selpaut ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan diaanggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa di sertai adanya penyulit.
pada serviks, membuka dan menipis dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Ibu dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
Hampir semua perempuan pasti akan mengalami proses persalinan baik secara
normal maupun caesar. Persalinan merupakan proses hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
Kala II lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 2 jam pada primi,
dan lebih dari 30 menit sampai 1 jam pada multi. (Mochtar, 1998)
Kala II Lama adalah persalinan dengan tidak ada penurunan kepala > 1 jam
Persalinan lama ialah persalinan yang berlangsung lebih dari 12 jam, baik pada
primipara maupun multipara. Persalinan lama dapat terjadi dengan pemanjangan kala
kesehatan ibu dan anak. Persalinan normal akan melewati proses persalinan dari kala
I-kala IV. Akan melewati proses persalinan bukan berarti ibu terbebas dari bahaya
atau komplikasi. Berbagai komplikasi dapat dialami ibu pada saat menjelang
persalinan. Komplikasi ini akan menentukan proses persalinan pada ibu. Ibu dengan
persalinan lama yaitu persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi yang
ditandai dengan fase laten lebih dari 6 jam persalinan atau telah berlangsung 12 jam
atau lebih tanpa kelahiran bayi dan dilatasi serviks dikanan garis waspada pada
1.2 Tujuan
persalinan SC
1) Menguraikan pengkajian
4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Persalinan lama adalah dimana fase laten lebih dari 8 jam, dan persalinan telah
Persalinan kala II lama atau di sebut juga partus tak maju adalah suatu persalinan dengan
his yang adekuat namun tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan servik, turunnya kepala
Pengertian dari partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primigravida dan lebih dari 18 jam pada multigravida. Dilatasi serviks di kanan garis waspada
Menurut winkjosastro, 2002. Persalinan (partus) lama ditandai dengan fase laten lebih dari
8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi, dan dilatasi serviks
Definisi (Menurut Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winkjosastro, SPOG, 2002. Buku
dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks
Jadi, persalinan kala II lama adalah persalinan yang telah berlangsung selama 12 jam atau
lebih bayi belum lahir, dan his adekuat namun tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan
servik.
2.1.2 Etiologi
a. Faktor Ibu
Timbulnya his adalah indikasi mulainya persalinan, apabila his yang timbul
sifatnya lemah, pendek, dan jarang maka akan mempengaruhi turunnya kepala dan
5
6
pembukaan serviks atau yang sering disebut dengan inkoordinasi kontraksi otot
rahim, dimana keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim ini dapat menyebabkan
sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengusiran
janin dari dalam rahim, pada akhirnya ibu akan mengalami partus lama karena tidak
Penyebab partus lama sebagian besar adalah karena panggul ibu yang terlalu
sempit, atau gangguan penyakit pada tulang sehingga kepala bayi sulit untuk
gizi mempengaruhi perawakan seorang ibu. Perbaikan gizi dan kondisi kehidupan
itu servik yang terlalu kaku juga dapat berdampak pada lambannya kemajuan
persalinan, karena akibat servik yang kaku akan menghambat proses penipisan
portio yang nantinya akan berdampak pada lamanya pembukaan. Adanya tumor juga
sangat berpengaruh terhadap proses lamanya persalinan. Jika terjadi tumor di organ
reproduksi khususnya pada jalan lahir tentunya akan menghalangi proses lahirnya
3) Usia
Jika dilihat dari sisi biologis manusia 20 - 35 merupakan tahun terbaik wanita
untuk hamil karena selain di usia ini kematangan organ reproduksi dan hormon telah
hipertensi, diabetes, serta daya tahan tubuh masih kuat. Tidak semua ibu dengan usia
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dipastikan mengalami partus lama,
akan tetapi pada sebagian wanita dengan usia yang masih muda organ reproduksinya
masih belum begitu sempurna dan fungsi hormon-hormon yang berhubungan dengan
pernah dialami sebelumnya dan mempengaruhi kontraksi uterus menjadi tidak aktif,
yang nantinya akan mempengaruhi lamanya persalinan. Sedangkan pada ibu dengan
7
usia lebih dari 35 tahun diketahui kerja organ-organ reproduksinya sudah mulai
lemah, dan tenaga ibu pun sudah mulai berkurang, hal ini akan membuat ibu
kesulitan untuk mengejan yang pada akhirnya apabila ibu terus menerus kehilangan
4) Paritas
primigravida tua, sedangkan pada multipara ibu banyak ditemukan kelainan yang
bersifat inersia uteri. Salah satu penyebab terjadinya partus lama adalah kelainan his,
his yang tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya ridak menghambat persalinan.
kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berperitas
tinggi.
5) Respons Stress
Stres psikologis memitiki efek fisik yang kuat pada persalinan. Hormon stres,
ketika ibu merasa terancam atau tidak aman, persalinannya berhenti baginya untuk
b. Faktor Janin
Mal presentasi adalah semua presentasi janin selain varteks, sedangkan mal
posisi adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik
referensi. Pada kejadian mal presentasi kerja uterus kontraksinya cenderung lelah
Bayi yang besar merupakan faktor partus lama yang sangat berkaitan dengan
terjadinya malposisi dan malpresentasi, janin yang dalam keadaan malpresentasi dan
malposisi kemungkinan besar akan menyebabkan partus lama atau partus macet
2.1.3 Patifisiologi
Ada 4 faktor yang mempengaruhi proses persalinan kelahiran yaitu passenger (penumpang
yaitu janin dan placenta), passagway (jalan lahir), powers (kekuatan) posisi ibu dan psikologi
(Farrer, 1999).
a. Penumpang
Cara penumpang atau janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi
janin.
b. Jalan lahir
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-
lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu lebih
berperan dalam proses persalinan janin. Maka dari itu ukuran dan bentuk panggul harus
mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan, posisi tegak memberi sejumlah
keuntungan yaitu rasa letih hilang, merasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi.
Pada kala II memanjang upaya mengedan ibu menambahi resiko pada bayi karena
mengurangi jumlah oksigen ke placenta dianjurkan mengedan secara spontan jika tidak ada
kemajuan penurunan kepala maka dilakukan ektraksi vakum untuk menyelamatkan janin dan
Dengan tindakan vakum ekstraksi dapat menimbulkan komplikasi pada ibu seperti
robekan pada servik uteri dan robekan pada dinding vagina. Robekan servik (trauma jalan lahir)
dapat menyebabkan nyeri dan resiko terjadinya infeksi (Doenges, 2001) dan komplikasi pada
janin dapat menyebabkan subgaleal hematoma yang dapat menimbulkan ikterus neonatorum jika
9
fungsi hepar belum matur dan terjadi nekrosis kulit kepala yang menimbulkan alopenia
(Prawirohardjo, 2002).
b. Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per 10 menit dan kurang dari 40
detik
c. Kelainan presentasi
d. Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tidak ada kemajuan penanganan
Gejala klinik partus lama terjadi pada ibu dan juga pada janin:
a. Pada Ibu
Ibu merasakan gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkringat, nadi cepat,
pernafasan cepat. Di daerah lokal sering di jumpai; lingkaran bandl, edema vulva, edema
b. Pada Janin
1) Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan negative.
Gejala utama yang perlu diperhatikan pada partus lama antara lain:
a. Dehidrasi
c. Pemeriksaan abdomen: meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri segmen bawah rahim
10
d. Pemeriksaan lokal vulva vagina: edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan ketuban
bercampur mekonium
e. Pemeriksaan dalam: edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke atas, terdapat
g. Akhir dari persalinan lama: ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri, kematian karena
Persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah satu atau keduanya
sekaligus.
1) Infeksi Intrapartum
Infeksi bahaya yang serius yang mengancam pada ibu dan janinnya pada
partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan amnion
menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi
bakterimiaa dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi
serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina kedalam uterus.
Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi
persalinan lama.
2) Ruptura Uteri
partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan
riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul
sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap (engaged) dan tidak terjadi
yang dapat diraba sebagai sebuah kista trasversal atau oblik yang berjalan melintang
11
di uterus antara simfisis dan umbilicus. Apabila dijumpai keadaan ini, diindikasikan
Walaupun sangat jarang, dapat timbul kontriksi atau cincin local uterus pada
persalinan yang berkepanjang. Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi
patologis Bandl, yaitu pembebtukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin
ini sering timbul akubat persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan
penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini cincin dapat
terlihat sebagai suatu identitas abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya
segnen bawah uterus. Kontriksi uterus local jarang dijumpai saat ini karena
constriction) uterus setelah lahirnya kembar pertama. Pada keadaan ini, konstriksi
tersebut kadang-kadang dapat dilemaskan dengan anestesi umum yang sesuai dan
janin janin dilahirkan secara normal, tetapi kadang-kadang seksio sesarea yang
dilakukan dengna segera menghasilkan progonis yang lebih baik bagi kembar kedua.
4) Pembentukan Fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas pinggul tetapi tidak
maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak
diantaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Karena
gangguan sirkulasi, dapat terjadi narcosis yang akan jelas dalam beberapa hari
rektovaginal. Umumnya narcosis akibat penekanan ini pada persalinan kala II yang
berkepanjangan. Dulu saat tindakan operasi ditunda selama mungkin, penyulit ini
sering dijumpai, tetapi saat ini jarang terjadi kecuali Negaranegara yang belum
berkembang.
Suatu anggapan yang telah dipegang adalah bahwa cedera otot-otot dasar
panggul atau persarfan ata fasia penghubungannya merupakan konsekuensi yang tida
12
kelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta
Partus lama itu sendiri dapat dirugikan. Apabila panggul sempit dan juga terjadi
ketuban pecah lama serta infeksi intrauterus, risiko janin dan ibu akan muncul. Infeksi
intrapartum bukan saja merupkan penyulit yang serius pada ibu, tetapi juga merupakan
penyebab penting kematian janin dan neonates. Hal ini disebakan bakteri didalam cairan
amnion menembus selaput amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion,
sehingga terjadi bakteremia pada ibu dan janin. Pneumonia janin, akibat aspirasi cairan
1) Kaput Suksedeneum
yang besar terjad terbawah kepala janin. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan
bertumpang tindih satu sama lain disutura-sutura besar, suatu proses yang disebut
molase. Biasannya batas median tulang parietal yang berkontak dengan promotorium
bertumpang tindih dengan tulang disebelahnya; hal ini sama terjadi pada tulang-
lain pihak, apabila distorsi yang terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan
robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin, tanpa perdarahan intra karinial
upaya paksa pada persalinan. Fraktur ini juga dapat terjadi pada persalinan spontan
2.1.6 Komplikasi
Efek yang diakibatkan oleh partus lama bisa mengenai ibu maupun janin, diantaranya:
a. Infeksi Intrapartum
Infeksi merupakan bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus
lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakterididalam cairan amnion menembus
amnion dan desisdua serta pembuluhkorion sehingga terjadi bakteremia, sepsis dan
b. Ruptur uteri
lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka yang dengan riwayat
seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala janin dan dan panggul sedemikin besar
sehingga kepalatidak engaged dan tidak terjadi penurunan, sehingga segmen bawahuterus
Pada partus lama dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus, tipeyang paling
sering adalah cincin retraksi patologis Bandl. Cincin inidisertai peregangan dan penipisan
berlebihan segmen bawah uterus, cincin ini sebagai sustu identasi abdomen dan
d. Pembentukan fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggultetapi tidak maju
untuk jangka waktu lama, maka bagian jalan lahiryang terletak diantaranya akan
mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi sehingga dapat terjadi
nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya
fistula.
persalinannya sulit.
f. Efek pada janin berupa kaput suksedaneum, moulase kepala janin, bila berlanjut dapat
2.1.7 Penataleksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan kala II memanjang yaitu dapat dilakukan
partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forceps, sectio caesaria, dan lain-lain.
1) Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan dan
kelahiran bayinya.
Alasan: Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan dukungan dari
keluarga yang mendampingi ibu selama proses persalinan (Enkin, et al, 2000).
Alasan: Ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. Cukupnya asupan cairan dapat mencegah ibu mengalami hal tersebut
3) Ada kalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala II persalinan. Berikan rasa
aman dan semangat serta tentramkan hatinya selama proses persalinan berlangsung.
proses persalinan dan kelahiran bayinya. Beri penjelasan tentang cara dan tujuan dari
setiap tindakan setiap kali penolong akan melakukannya, jawab aetiap pertanyaan
yang diajukan ibu, jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil
(10cm) lalu lepaskan sarung tangan sesuai prosedur PI - Jika pembukaan belum
lengkap, tentramkan ibu dan bantu ibu mencari posisi nyaman (bila ingin berbaring)
atau berjalan-jalan disekitar ruang bersalin. Ajarkan cara bernafas selama kontraksi
berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayinya dan catatkan semua temuan dalam
partograf
5) Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, beritahukan belum
saatnya untuk meneran, beri semangat dan ajarkan cara bernafas cepat selama
kontraksi berlangsung. Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman dan
6) Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu mengambil
posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar dan
mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu untuk membantu
dan mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan dalam partograf. Beri cukup
minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu dapat beristirahat disetiap
kontraksi.
7) Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu
ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila masih mampu, anjurkan untuk
berjalan-jalan). Posisi berdiri dapat membantu penurunan bayi yang berlanjut dengan
Pantau kondisi ibu dan bayi dan catatkan semua temuan dalam partograf.
8) Berikan cukup cairan dan anjurkan / perbolehkan ibu untuk berkemih sesuai
kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit, stimulasi puting susu mungkin dapat
9) Jika ibu tidak ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan lengkap,
10) Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau jika kelahiran bayi
tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak turunnya kepala bayi
11) Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah
c. Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan infus oksitosin
1) Jika kepala tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala di
2) Jika kepala diantara 1/5-3/5 di atas simfisis pubis, atau bagian tulang kepala di antara
3) Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala di atas
e. Berdasarkan penelitian Sulilowati D dengan judul “keteraturan senam hamil terhadap lama
persalinan kala 2 pada ibu bersalin”. Didapatkan hasil terdapat hubungan antara senam
hamil dengan lama persalinan kala II. Hal ini sesuai dengan teori bahwa latihan senam
hamil yang dilakukan secara mempunyai manfaat untuk latihan pernafasan, latihan
2.2.1 Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatuinsisi
pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaanutuh serta berat
a) Sectio caesarea klasik atau corporal: dengan insisi memanjang pada corpus
uteri.
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.
Kelebihan:
Kekurangan:
1) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial yang
baik.
18
Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan
dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah dapat
terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya baru
telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat
dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira
10cm
Kelebihan:
3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke rongga
perineum
4) Perdarahan kurang
5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil
Kekurangan:
1) Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan arteri
2.2.3 Etiologi
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distresdan
19
janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika
akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-
eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi.
Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek
b) Presentasi muka
paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah
dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya
2) Letak Sungsang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi
2.2.4 Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan
pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala
panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan
untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan
mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat
21
kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi
kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi
janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu
terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh
terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot
nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga
tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun.
Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain
itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.
a. Elektroensefalogram (EEG), Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann
lengkap: mengevaluasi trombosit dan hematocrit, Panel elektrolit, Skrining toksik dari
serum dan urin, AGD, Kadar kalsium darah, Kadar natrium darah, Kadar magnesium
darah.
2.2.6 Komplikasi
a. Infeksi puerperial
Kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi menjadi:
2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit
kembung
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-cabang arteri
c. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme paru yang
d. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
2.2.7 Penataleksanaan
a. Perawatan awal
1) Letakan pasien dalam posisi datar atau 45 derajat dalam ruang perawatan
b. Diet
sudah terdengar bising usus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada minimal 6
c. Mobilisasi
2) Posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler)
3) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk
selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 pasca
operasi.
4) Fungsi gastrointestinal
5) Tunggu bising usus timbul, diet bertahap (cair di teruskan dengan diet lunak)
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Perawatan luka
1) Ganti verban dengan cara steril (jika verban terdapat rembesan/ terbuka)
3) Mengganti balutan dilakukan pada hari ketiga pasca SC atau sebelum pasien pulang
2) Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau RL) 60
g. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas demam
selama 48 jam
3) Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut ditekuk) agar
7) Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat menaikkan
8) Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa nyeri dan kenya-
manan psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu adanya orientasi dan bimbingan
kegi-atan post op seperti ambulasi dan nafas dalam untuk mempercepat hilangnya
pengaruh anestesi.
9) Perawatan pasca operasi, Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi nadi
dan nafas. Jadwal pengukuran jumlah produksi urin Berikan infus dengan jelas,
10) Penatalaksanaan medis, Cairan IV sesuai indikasi. Anestesia; regional atau general
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Ruangan : Mawar
a. BIODATA
Umur : 33 th Umur : 35 th
b. RIWAYAT KESEHATAN
1) Keluhan Utama
Luka operasi masih terasa nyeri, nyeri lebih lama, tidak bergerak
ketuban pecah dan pembukaan 3cmdi observasi selama 7 jam ternyata tidak ada
26
mengakui sudah kelelahan di kala awal dan kepala bayi belum masuk PAP.
setelah sc pasien mengatakan nyeri pada luka operasi. nyeri dirasakan di bagian
5) Riwayat psikososial
Sebelum hamil ibu mengatakan makan makan makanan yang bergizi, nasi,
pauk 3x sehari
Waktu hamil 1 bulan pertama makan buah saja, bulan ke 2 makan kembali
c) Pola aktivitas
d) Pola eliminasi
Pasien aktif dalam menjawab pertanyaan dan mampu merespon dengan baik.
Merasa senang dan bahagia dengan kehadiran sang buah hati pertama.
27
b) Riwayat menstruasi
Menarche : 11 tahun
Lamanya : 7 hari
Siklus : 28 hari
Dismenorhoe : (+)
8) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Kesadaran: cukup
6CS 456
b) Tanda-tanda vital:
Konjungtiva pink.
Bibir lembab.
d) Toraks / dada
Dada: simetris
Benjolan (-)
e) Pemeriksaan payudara
Payudara lunak, areola melebar bewarna hitam, puting menonjol, lecet, ASI
(+)
f) Abdomen
Terdapa luka sc di bagian supra pubis terbalut hepafix panjang 14cm, tidak
merembes.
g) Genetalia
Lochea : Rubra
Anus : bersih
h) Punggung
i) Ekstremitas
Varises (-)
j) Integumen
k) Pemeriksaan laboratorium
Lymph% 11,3%
Mid% 6,5%
Gran% 82,2%
c. ANALISIS DATA
Post Sc hari ke 1
6. Kesiapan meningkatkan
Ds: Klien mengatakan sulit untuk rasa nyaman
bergerak
2. Gerakan terbatas
DO :
3.2 Diagnosis
Kolaborasi
dengan keluarga 4. Memberikan
memberi dukungan
dukungan
kepada klien
agar klien
semangat untuk
belajar bergerak
a. Pemberian
Dulkolax
34
6.
Kesiapan 1. Posisikan klien
meningkatkan Tujuan: Setelah
senyaman 1. Agar klien merasa
rasa nyaman dilakukan tindakan
yang mungkin nyaman
keperawatan 2. Agar klien lebih
berhubungan 2. Ajarkan teknik
dengan post Sc dalam waktu 1x24 relaksasi nafas rileks dan
hari ke 1 jam klien merasa mengetahui apa
dalam
yang harus
nyaman 3. Anjurkan keluarga dilakukan jika nyeri
untuk membantu muncul kembali
klien melakukan 3. Bantuan dari
latihan gerak keluarga dapat
KH: 1. Merasa meningkatkan
4. Berikan penkes
rileks semangat untuk
kesiapan
latihan gerak
2. Dapat meningkatkan rasa
4. Penegtahuan
nyaman merupakan modal
bergerak
5. Kolaborasi dengan utama untuk
dengan
tim kesehatan merubah perilaku
bebas seseorang
lainnya
5. Untuk
pemberian
7. anti nyeri
Resiko Infeksi
yang Tujuan : 1. Kaji adanya
berhungan 1.Suhu menandakan
Setelah dilakukan perubahan suhu
dengan adanya infeksi atau tidak
prosedur tindakan
keperawatan 2.Observasi 2.Mengetahui
invasive yang kondisi luka
selama 1x24 jam kondisi luka
ditandai
terdapat luka infeksi tidak
terjadi 3.Anjurkan pasien 3.Menjaga
post op yang
untuk mencuci kebersihan dan
belum KH:
mengering tangan setelah mengurangi resiko
- Luka oprasi melakukan infeksi
sembuh kegiatan
- Klien
mengerti cara 4.Ajarkan klien
cara perawatan 4.Meningkatkan
perawatan
luka yg benar luka yang benar pengetahuan klien
3.4 Pelaksanaan
DX TGL/
TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
KEPERAWATAN JAM
Hambatan 11. 00 1. Melakukan observasi aktivitas
mobilitas fisik klien
yang berhubungan
dengan nyeri 12.10 2. Mengajarkan cara mika miki
ditandi dengan dengan benar
gerak lamban 13.00 R/ ibu memperhatikan
penjelasan perawat
3. Mengajarkan perawatan
menyeka pasien
R/ ibu memperhatikan
penjelasan perawat dan
mendemonstrasikannya
4. Memberikan dukungan dan
semangat pada ibu untuk
melaksanakan aktifitas .
1. Mengidentifikasi penyebab
Konstipasi yang 11.00
konstipasi
berhubungan R/ bising usus 10x/menit
dengan kelemahan
2. Mengedukasi klien untuk
otot abdomen
ditandai dengan mengkonsumsi makanan berserat,
klien tidak BAB minum air hangat, dan MIKA-
selama 3 hari MIKI
14.00
3. Memonitor bising usus dan BAB
38
klien
R/ bising usus 12x/menit, belum
BAB
11.00
1. Melakukan observasi aktivitas
Defisit perawatan
klien
diri mandi yang
12.10 2. Mengedukasi klien tentang
berhubungan
kebersihan diri
dengan kelemahan
R/ ibu memperhatikan
ditandai dengan
penjelasan perawat
rambut kotor dan
adanya lesi. 13.00 3.Mengajarkan perawatan menyeka
pasien.
R/ ibu memperhatikan penjelasan
perawat dan
mendemonstrasikannya
4. Memberikan dukungan dan
semangat pada ibu untuk
melaksanakan perawatan diri
mandi.
4. TTV
R/: Suhu : 36,3oC
Respirasi : 20
Denyut Nadi: 90
TB/BB : 150cm/45
Tensi / Nadi : 120/80 mmHg
3.5 Evaluasi
MASALAH
TGL/
KEP/ CATATAN PERLEMBANGAN PARAF
JAM
KOLABORATIF
Hambatan 16-10- S : klien takut membolak balikkan
mobilitas fisik 2019 badan
yang 14.00
berhubungan O: keadaan umum baik
dengan nyeri A: masalah belum teratasi
ditandi dengan
gerak lamban P : intervensi di lanjutkan
P; intervensi dilanjutkan